Bab 2 Pembahasan
Bab 2 Pembahasan
Bab 2 Pembahasan
PEMBAHASAN
Skema Sharf
Keterangan
(1) Pembeli dan penjual menyepakati akad sharf
(2) Pembeli menyerahkan valuta kepada penjual
(3) Penjual menyerahkan valuta lain kepada pembeli
1
gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan ke
tangata (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama
takaran, timbangan dan tangan ke tangan ( tunai), kelebihannya adalah riba,
kurma dengan kurma harus sama takaran; timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan garam harus sama
bakaran, {imbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba,. {HR Muslim}
Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan
syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. jika jenisnya berbeda,
juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai. (HR Muslim)
Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering, dan garam adalah contoh
barang-barang ribawi atau barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan.
Berdasarkan hadis di atas, dapat diartikan kalau terjadi pertukaran sesama barang
ribawi yang sejenis misalnya emas dengan emas, perak dengan perak dan
seterusnya harus sama jumlahnya dan harus dari tangan ke tangan (tunai) karena
kelebihannya adalah riba (lihat Bab 5). Begitu juga pertukaran untuk barang
ribawi sejenis dengan kualitas yang berbeda misalnya kurma berkualitas rendah
2
dengan kurma yang berkualitas lebih tinggi tetap harus dalam jumlah yang sama
(karena secara kasat mata tidak dapat dibedakan) dan tunai. Cara lain dapat
ditempuh untuk memperoleh barang ribawi yang kualitasnya berbeda adalah
dengan cara menjual kurma yang berkualitas lebih rendah atau lebih tinggi
terlebih dahulu, lalu uang yang didapatkan digunakan untuk membeli kurma yang
berkualitas berbeda.
Pada zaman Rasulullah, mata uang dinyatakan dalam satuan mata uang Dinar
(yang terbuat dari emas) dan Dirham (yang terbuat dari perak). Dari hadis di atas
dapat kita analogikan, pertukaran mata uang yang sama harus sama jumlahnya
dan tunai, misalnya uang Rp100.000 ditukar dengan uang Rp1.000 sebanyak 100
lembar tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dan tunai. Sementara pertukaran
untuk mata uang yang berbeda (dalam hadis emas dan perak) misalnya ringgit
Malaysia dengan rupiah dibolehkan jumlahnya berbeda (contoh: RM 1 dengan
Rp2.500) asalkan dilakukan secara tunai/tidak boleh utang.
Menurut ajaran Islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan
merupakan komoditas. Tanpa didayagunakan, uang tidak dapat menghasilkan
pendapatan atau keuntungan dengan dirinya sendiri. Apabila uang dapat
bertambah tanpa didayagunakan, maka tambahan itu adalah riba. Uang baru
dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan apabila didayagunakan atau
diinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya.
Terdapat 4 (empat) jenis transaksi pertukaran valuta asing, adalah sebagai
berikut.
1. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan
penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka
waktu dua hari, transaksi ini dibolehkan secara syariah, karena dianggap tunai.
Fleksibilitas waktu 2 hari adalah proses yang tidak bisa dihindari dan
merupakan batas normal suatu transaksi internasional.
2. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang
nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang
akan datang. jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syariah (ada
unsur ketidakpastian/gharar), karena harga yang dipergunakan adalah harga
yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian
3
hari dan harga pada waktu penyerahan belum tentu sama dengan harga yang
disepakati. Contoh: tanggal 1 September, Nona Lala melakukan transaksi
dengan Nona Tata akan membeli sebanyak $100.000 nanti pada tanggal 20
Desember dengan kurs $1 = Rp9.500. Transaksi ini mengikat kedua belah
pihak, maka pada tanggal 20 Desember Tata akan menyerahkan $100.000 dan
Lala menyerahkan Rp950 juta, berapa pun kurs rupiah terhadap dolar pada
tanggal tersebut. Apabila kurs sebesar $1 = Rp9.200 maka Lala rugi sebesar
Rp30 juta; sedangkan Tata untung Rp30 juta; sehingga ada satu pihak
diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan. Hal ini sama dengan memperoleh
harta secara batil (QS 4:29).
3. Transaksi Swap yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan
harga spot yang dikombinasikan dengan pemb elian atau penjualan valas yang
sama dengan harga forward, hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir. Misalnya Nona Lala saat ini (1 September) membeli
$100.000 dengan kurs saat ini $1 = Rp9.000 pada Nona Tata. Nona Lala dan
Tata melakukan kontrak] perjanjian yaitu 4 bulan lagi mereka akan
menukarkan kembali yaitu Tata akan membeli $100.000 dengan kurs yang
ditentukan saat ini (1 September) sebesar $1 = Rp9.500. Dari transaksi ini ada
unsur spekulasi, dan tidak dibolehkan secara syariah.
4. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus
dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal
tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/ maisir. Contoh:
Tuan joni adalah pihak yang menjual hak opsi dapat berupa call option atau
put option dengan harga premi RplOO (hak jual atau hak beli untuk setiap l
dolar). Opsinya berupa hak untuk membeli atau menjual dolar pada waktu
yang telah ditetapkan (tanggal exercise dari tanggal 1 September-1 November)
dengan harga $1 = Rp9.000. Apabila satu pihak memprediksi harga lebih
tinggi maka dia akan membeli call option apabila sebaliknya maka ia akan
membeli put option. Maka dalam kurun waktu atau pada tanggal akhir
berlakunya hak (sesuai kesepakatan), pemegang hak mempunyai pilihan untuk
menggunakan haknya atau tidak. Apabila ternyata kurs $1 == Rp8.700 maka
4
yang memiliki hak membeli (call option) tidak akan mengambil opsi untuk
membeli karena kalau dilakukan berarti setiap 51 ia rugi sebesar Rp400 (300 +
100) sedangkan bila tidak dieksekusi maka dia hanya rugi sebesar premi hak
opsi yaitu RplOO. Sedangkan yang mempunyai opsi jual dia akan melakukan
aksi penjualan karena dia akan diuntungkan sebesar Rp200 (300 -100) untuk
setiap $1.
Dengan demikian, secara syariah transaksi pertukaran valuta asing dibolehkan
sepanjang dilakukan secara tunai dan tidak digunakan untuk tujuan spekulasi. Bila
penjualannya tunai tapi kalau tujuannya untuk spekulasi, tetap tidak dibolehkan
karena seperti yang sudah dijelaskan di atas uang bukanlah komoditas.
Kalau tujuannya untuk tabungan atau keperluan transaksi misalnya ingin pergi
haji atau anak kuliah diluar negeri, boleh saja ia menyimpan dalam bentuk valas.
Sedangkan transaksi pertukaran valas tidak tunai tidak diperbolehkan dengan
alasan apa pun, sesuai dengan hadis di atas.
5
Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang
penukaran berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya
batal karena syarat penguasaan terhadap objek transaksi sharf itu tidak
terpenuhi.
c. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang
sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang
sama, sekalipun model dari mata uang itu berbeda. Misalnya, antara mata
uang rupiah lembaran Rp50.000 ditukar dengan mata uang rupiah
lembaran Rp5.000 sebanyak 10 lembar.
d. Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. Hak
yang dimaksud khiyar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat
melanjutkan atau tidak melanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah
akadnya selesai dan syarat tersebut diperjanjikan ketika transaksi jual beli
berlangsung. Alasan tidak diperbolehkannya khiyar syarat adalah untuk
menghindari adanya ketidakpastian/gharar.
e. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan
mata uang yang saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila
penguasaan objek akad dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 x
24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan
perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua
belah pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3. Ijab kabul: pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
6
Saat dijual
jurnal:
Dr. Kas (Rp) xxx
Dr. Kerugian* xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Kas (Dolar) xxx
* jika harga beli valas lebih besar dari pada harga jual
** jika harga beli valas lebih kecil dari pada harga jual
Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang dan
utang) dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan
menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan.
jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut.
jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal
pencatatannya:
Dr. Kerugian xxx
Cr. Piutang (valas) xxx
Dr. Utang (valas) xxx
Cr. Keuntungan xxx
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal
pencatatannya:
Dr. Piutang (valas) xxx
Cr. Keuntungan xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Utang (valas) xxx
7
menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi
penjamin pengembalian barang titipan.
Dalam akad hendaknya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan, lamanya
waktu penitipan, biaya yang dibebankan pada pemilik barang dan hal-hal lain
yang dianggap penting.
Keterangan:
(1 ) Pihak yang menitipkan menyepakati akad wadiah dengan penerima titipan.
(2) Pihak yang menitipka menyerahkan barang untuk disimpan oleh penerima
titipan.
(3) Penerima titipan menyerahkan barang kembali kepada pihak yang menitipkan
ketika diminta.
8
si pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajib
dibagihasilkan dengan pemberi titipan. Namun penerima titipan boleh saja
memberikan bonus dan tidak boleh dijanjikan sebelumnya kepada pemilik
barang. Contoh: Tabungan dan Giro Tidak Berjangka dengan akad wadiah.
Akad ini menurut ulama yang diwakili oleh Ibnu Utsaimin menyatakan:
Para ahli iiqih menjelaskan bahwa bila orang yang menitipkan (uang)
memberikan izin kepada yang dititip untuk menggunakannya maka akad wadiah
berubah menjadi akad qar (Tarmizi, 2013).
...... Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya"? (QS 2:283)
2. As-Sunah
Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan
jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu. (HR Abu Dawud
dan Al Tirmidzi)
Dari kedua ayat tersebut jelaslah bahwa amanat itu hanya sekadar titipan dan
harus dijaga serta dikembalikan kepada pemiliknya.
9
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta memelihara
barang titipan.
2. objek wadiah, benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui
spesifiknya oleh pemilik dan penyimpan.
3. Ijab kabul/serah terima, adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di
antara pihak-pihak Pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,
melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
10
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan wadiah xxx
2. Jika dibayar penitipan belum dibayar
Jurnal:
Dr. Piutang xxx
Cr. Pendapatan Wadiah xxx
3. Pada saat menyerahkan barang dan menerima pembayaran kekurangan
penitipan mengeluarkan tanda penyerahan barang
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
Keterangan:
(1) Pemberi kuasa menyepakati pemberian hak tertentu kepada pihak yang
menerima kuasa.
(2) Penerima kuasa melaksanakan wakalah.
11
(3) Setelah akad berakhir, penerima kuasa mengembalikan objek yang
dikuasakan.
Agen (wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima
komisi (hanya mengharap rida Allah/tolong-menolong). Tetapi bila ada komisi
atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa. Wakalah dengan
imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.
12
...Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungiawabannya. (QS 17:34)
2. As-Sunah
Diriwayatkan dari Busr bin ibn Sadiy al Maliki berkata: Umar
mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan
sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, memerintahkan agar saya
diberi imbalan (fee) . Saya berkata: Saya bekerja hanya karena Allah.
Umar menjawab: Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja
(seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun
berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda kepada
saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta; makanlah (terimalah)
dan bersedekahlah. (HR Bukhori Muslim)
13
2. Objek yang dikuasakan/diwakilkan/taukil
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili
b. Tidak bertentangan dengan syariah Islam
c. Dapat diwakilkan menurut syariah Islam
d. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
e. Kontrak dapat dilaksanakan
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
14
Cr. Pendapatan Wakalah Diterima di Muka xxx
kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus
segera dilunasi atau sesuatu di masa depan. kafalah dapat juga bersyarat, misalnya
kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin utangnya.
15
kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru' yang bertujuan untuk saling
tolong-menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak
memberatkan. apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak
dapat dibatalkan secara sepihak.
skema kafalah
keterangan:
(1) penanggung bersedia menerima tanggungan dan pihak yang ditanggung.
(2) penanggung menyepakati akad kafalah dengan pihak ketiga.
16
Abu Qatadah lalu berkata, saya menjamin utangnya ya Rasulullah. Maka
Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR Bukhari)
1. Pelaku, yang terdiri atas pihak penjamin, pihak yang berutang, dan pihak
yang berpiutang.
2. Objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang,
jasa, maupun pekerjaan.
3. Ijab kabul/ serah terima.
17
d. Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya.
e. Tidak bertentangan dengan syariah.
3. Ijab Kabul, adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/ rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
18
Cr. Kas xxx
19
(misalnya dari sumbangan, infak, shadaqah, dan sebagainya). Sedangkan contoh
sumber dana qardh yang disediakan para pemilik entitas bisnis, hasil pendapatan
nonhalal dan denda dan lain sebagainya.
Skema Qardhul Hasan
Keterangan;
20
pahala Allah dan maju terus pantang mundur, apakah aku masuk surga?
Rasulullah menjawab: ya Beliau mengatakan sebanyak tiga kali, kemudian
ia bersabda: kecuali jika kamu mati dan kamu punya utang serta kamu tidak
membayarnya... (HR Muslim)
21
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/ rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
22
Bagi Pihak yang Meminjam
1. Saat menerima uang pinjaman,
jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
2. Saat pelunasan,
3. jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
]ika yang dialihkan utang maka akad bawalah merupakan akad pengalihan
utang dari satu pihak Yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung
(membayar) utangnya. Transaksi seperti ini dapat terjadi dengan adanya saling
mempercayai antara para pihak yang bertransaksi. Secara teknis, pihak yang
berutang (muhil) meminta pihak lain (mulml'alaih) untuk membayarkan terlebih
dahulu utangnya pada pihak lain (mahal). Setelah akad bawalah dilakukan pihak
yang berutang (muhiI) akan membayar kepada pihak yang telah menanggung
utangnya (muhal'alaih) atau hak penagihan berpindah menjadi hak muhalitlaih.
Dalam hal ini pihak yang mengambil alih utang harus yakin pihak yang diambil
alih utangnya dapat memenuhi kewajibannya di kemudian hari.
jika yang dialihkan piutang maka akad bawalah merupakan akad pengalihan
piutang dari satu pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban
menagih piutangnya. Secara teknis, pihak yang berpiutang (muhil) meminta pihak
lain untuk mengambil alih (muhalalaih) piutang yang dimilikinya, dengan
23
pengambilalihan ini pihak yang berpiutang akan menerima uang dari yang
mengambil alih piutang, sementara pihak yang berutang (muhal) akan membayar
pada pihak yang telah mengambil alih piutang. Dalam hal ini Akad Hawalah dapat
membantu likuiditas bagi pihak yang mempunyai piutang. Sebaliknya pihak yang
mengambil alih piutang harus berhati-hati pada kredibilitas dan kemampuan pihak
yang berutang selain juga harus melihat keabsahan transaksinya.
24
Keterangan:
(1) Pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli.
(2) Penjual menyerahkan barang dan berhak menerima uang/mengakui piutang.
(3) Penjual mengalihkan hak tagih kepada pihak pengambil alih.
(4) Pengambil alih membayar kepada penjual.
(5) Pengambil alih menagih kepada pembeli.
(6) Pembeli membayar kepada pengambil alih.
Ditinjau dari sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai
berikut.
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) adalah hawalah di mana
muhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada muhalalaih.
Contoh: B (muhil) berutang kepada A (mahal) sebesar dua juta rupiah,
sedangkan B berpiutang kepada C (muhalalaih) juga sebesar dua juta rupiah.
B kemudian mengalihkan piutangnya yang terdapat pada C untuk A, sebagai
ganti dari pembayaran utang B kepada A.
25
2.6.3 Rukun dan Ketentuan Syariah
Rukun hiwalah ada 3 (tiga), yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku yang terdiri atas:
a. pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil;
b. pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal;
c. pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhalalaih.
2. Objek akad:
a. adanya utang, atau
b. adanya piutang.
3. Ijab kabul/serah terima.
26
Alternatif 1
1. LKS (Lembaga Keuangan Syariah) memberikan qardh kepada nasabah.
Dengan qardh tersebut ' nasabah melunasi kredit (utang)-nya. Dengan
demikian aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah
secara penuh.
2. Nasabah menjual aset dimaksud (1) kepada LKS dan dengan hasil penjualan
itu nasabah melunasi qardhnya kepada LKS.
3. LKS menjual secara murabahah, aset yang telah menjadi miliknya tersebut
kepada nasabah, dengan cara pembayaran secara cicilan/diangsur.
Alternatif 2
1. LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh tersebut nasabah
melunasi kredit (utang)-nya. Dengan demikian, aset yang dibeli dengan kredit
tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.
2. Nasabah menjual aset dimaksud angka kepada LKS, dan dengan hasil
penjualan itu nasabah melunasi qardhnya kepada LKS.
3. LKS menyewakan aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada nasabah,
dengan akad a1 ijarah al muntahiya bit tamlik.
Alternatif 3
1. LKS membeli sebagian aset nasabah, dengan seizin LKK (Lembaga
Keuangan Konvensional). sehingga dengan demikian terjadilah syirkah
alvmilk antara LKS dan nasabah terhadap asd tersebut.
2. Bagian aset yang dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud angka I adalah
bagian aset yang senilai dengan utang (sisa cicilan) nasabah kepada LKK.
3. LKS menjual secara murabahah bagian aset yang menjadi miliknya tersebut
kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.
27
alternatif 4
1. Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset, nasabah
dapat melakukan akad ijarah dengan LKS.
2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban nasabah
dengan menggunakan prinsip a.l-qardh.
3. Akad ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh dipersyaratkan
dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan sebagaimana dimaksudkan
angka 2.
4. Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh
didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada nasabah
sebagaimana dimaksudkan angka 2.
Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih memercayai pihak yang
berutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah
kewajiban pihak yang menggadaikan (rahin), namun dapat juga dilakukan oleh
pihak yang menerima barang gadai (murtahin) dan biayanya harus ditanggung
rahin. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
28
Untuk barang gadai berupa emas tentu tidak ada biaya pemeliharaan, yang
ada adalah biaya penyimpanan. Penentuan besarnya biaya penyimpanan dilakukan
dengan akad ijarah.
Pada saat jatuh tempo yang berutang berkewajiban untuk melunasi utangnya.
Apabila ia tidak dapat melunasinya maka barang gadaian dijual kemudian hasil
penjualan bersih digunakan untuk melunasi utang dan biaya pemeliharaan yang
terutang. Apabila ada kelebihan antara harga jual barang gadaian dengan besarnya
utang maka selisihnya diserahkan kepada yang berutang tetapi apabila ada
kekurangan maka yang berutang tetap harus membayar sisa utangnya tersebut.
Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik pihak yang
menerima gadai (pihak yang memberi pinjaman) sebagai pengganti piutangnya.
Dengan kata lain fungsi rahn di tangan murtahin (pembcri utang) hanya berfungsi
sebagai jaminan utang dari rahin (orang yang berutang). Namun, barang gadaian
tetap milik orang yang berutang.
Skema Rahn
Keterangan:
(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad rahn/rahn tajlisi dengan peminjam.
(2) Pemberi pinjaman menerima barang/surat berharga atas barang (jika fidusia).
(3) Penerima barang-barang akan mengembalikan barang yang dijamlnkan ketika
akad selesai.
29
Rahn Tajlisi
Selain akad rahn, pada tahun 2008 MUI juga mengeluarkan fatwa tentang Rahn
Tajlisi (Fidusia), Fatwa ini dikeluarkan dalam rangka mengurangi kendala yang
timbul sehubungan masalah jaminan khsususnya dalam masalah pemeliharaan dan
pemanfaatan jaminan.
Fidusia sendiri didefinisikan sebagai: pengalihan hak kepemilikan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. (UU
No. 42/1999). Fidusia sendiri dapat diterapkan untuk barang bergerak dan barang
tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, sehingga menjadi lebih
luas cakupannya. Jika perbankan syariah menggunakan akad rahn yang ada, maka
berarti yang melakukan penyimpanan jaminan adalah bank syariah, tetapi dengan
rahn tajlisi (fidusia) maka pihak yang menggadaikan dapat memanfaatkan barang
yang dijamin serta menanggung biaya pemeliharaan.
Agar sesuai dengan syariah, maka akad rahn tajlisi harus memenuhi hal-hal
sebagai berikut: (l) biaya pemeliharaan harus ditanggung oleh pihak yang
menggadaikan, namun jumlah biaya pemeliharaan tidak boleh dihubungkan
dengan besarnya pembiayaan, (2) pihak penerima gadai dapat menyimpai bukti
kepemilikan sedangkan barang yang digadaikan dapat digunakan pihak yang
menggadaikan dengan izin dari penerima gadai, (3) jika terjadi eksekusi jaminan,
maka dapat dijual oleh pihak penerirna gadai tetapi harus dengan izin dari pihak
yang menggadaikan sebagai pemilik.
Berdasarkan persyaratan tersebut maka rahn tajlisi ini sama dengan rahn
biasa, yang membedakan hanya masalah pemanfaatan dan pemeliharaan saja.
Oleh sebab itu, dasar hukum dan ketentuan syariah akan sama dengan akad rahn.
30
2.7.2 Sumber Hukum
1. Al-Quran
jika kamu dalam perjalanan ( dan bermuamalah tidak secara tunai),
sedangkamu tidak memperoleh , seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. (QS 2283)
2. As-Sunah
Dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah pernah membeli makanan dengan
berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi
kepadanya. (HR Bukhari, Nasai dan Ibnu Majah)
31
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek yang digadaikan (marhun).
a. Barang gadai (marhun):
I) dapat dijual dan nilainya seimbang;
2) harus bernilai dan dapat dimanfaatkan;
3) harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik;
4) tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan).
b. Utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh
temponya.
3. Ijab kabul, adalah pernyataan dan ekspresi saling tida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal. tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi mdcrn.
32
4. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan
membuat tanda serah terima barang.
jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan. Penjualan barang
gadai, jika nilainya sama dengan piutang.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara nilai
penjualan dengan saldo piutang.
33
4. jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang
gadai dijual Pada saat penjualan barang gadai.
jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan (apabila aset tetap) xxx
Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx
Cr. Keuntungan (apabila untung) xxx
Cr. Aset xxx
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai.
Jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
jika masih ada kekurangan pembayaran utang setelah penjualan barang
gadai tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki
saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.
Para ahli iikih sepakat bahwa akad jualah merupakan hal yang boleh
(jaiz), termasuk mazhab Maliki, Syafii, Hambali, serta Syiah. Walaupun para
imam mazhab berbeda pendapat penggunaan akad ju'alah untuk melakukan
muamalah, mazhab Hanafi dan Zhahiri melarang penggunaan akad ini untuk
muamalah dengan alasan adanya gharar karena dalam akad ju'alah boleh saja tidak
disebutkan secara jelas batas waktu, bentuk atau cara melakukannya.
34
Menurut Az-Zuhaili dalam Maksum (2008), perbedaan antara akad ju 'alah
dengan upah bekerja (ijarah dalam tenaga kerja) adalah sebagai berikut.
1. ]u'alah diberikan jika pekerjaan telah selesai, sedangkan upah sesuai
dengan ukuran tertentu.
2. Iualah tidak dibatasi oleh waktu, sedangkan upah ditentukan batas
waktunya. Walaupun mazhab Hambali dan Syafii membolehkan
menentukan batas waktu.
3. Ju'alah tidak bisa dibayar dimuka, sedangkan upah bisa dibayar di muka.
4. Ju'alah dapat dibatalkan meskipun upaya telah dilakukan asalkan belum
selesai, sedangkan upah tidak dapat dibatalkan karena mengikat.
5. Upah lebih luas ruang lingkupnya dari ju'alah.
35
2.8.3 Rukun dan Ketentuan Syariah
Rukun ju'alah ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut.
1. Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/ al ja'il).
2. Objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al maj'ul).
3. Hadiah yang akan diberikan (al ji'l).
4. Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab).
Jika yang diberikan adalah aset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga
wajar, setelah sebelumnya nilai aset nonkas tersebut dinilai sejumlah harga
wajarnya.
36
Bagi Pihak yang Menerima Janji
Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil
atas sayembara tersebut.
Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas Lain xxx
Cr. Pendapatan Jualah xxx
Jika yang diberikan adalah aset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga
pasar.
37
Atas transaksi tersebut, digunakan akad kafalah, di mana penerbit kartu
bertindak sebagai penjamin (kafil) bagi pemegang kartu terhadap merchant atas
semua kewajiban bayar (dayu) yang timbul dari transaksi antara pemegang kartu
dengan merchant, dan/atau Penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank
penerbit kartu. Atas pemberian kafalah, penerbit kamu dapat menerima fee (ujrah
kafalah), Akad qardh, di mana penerbit kartu bertindak sebagai pemberi pinjaman
(muqridh) kepada pemegang kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank
atau ATM bank penerbit kartu. Penggunaan akad ijarah, di mana penerbit kartu
bertindak sebagai penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap
pemegang kartu. Atas ijarah ini, pemegang kartu dikenakan membership fee.
Walaupun dengan akad ini diperbolehkan, DSN -MUI memberikan banyak
batasan atas transaksi tersebut seperti: tidak menimbulkan riba, tidak digunakan
untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah, tidak mendorong pengeluaran
yang berlebihan ( israj), melihat kemampuan finansial pemegang kartu utama dan
tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah, dan tidak
mengakibatkan utang yang tidak pernah lunas (ghalabah al-dayn). Oleh karena,
memang tingginya kekhawatiran jatuh kepada riba melalui transaksi ini, dan atas
keterlambatan tidak akan disalurkan pada dana sosial, sedangkan tawidh
dibolehkan sebagai ganti rugi atas hal-hal yang sudah ditanggung oleh penerbit
kartu.
38
Mereka menjawab, Ya. Rasulullah berkata, (Shalatkanlah temanmu itu
(beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata,
Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah. Maka Rasulullah pun
menshalatkan jenazah tersebut. (HR Bukhari)
39