Tanya Jawab
Tanya Jawab
Tanya Jawab
Pertanyaan: Assalamu'alaikum Ustadz, bagaimana tanggapan ustadz terhadap Fatwa MUI tentang Jual Beli Mata Uang berikut ini:
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF)
Menimbang: Mengingat: Memperhatikan: Memutuskan: Menetapkan: FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF)
Pertama: Ketentuan Umum: Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut: a. b. c. d. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh). Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan
secara tunai.
Kedua: Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing a. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu ( over the
counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu du transaksi internasional. ) dan merupakan
b.
Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan
diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari ( lil hajah). c. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan
pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi). d. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus
dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
Ketiga: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. ...
Jazakumullah khairan
Tim PengusahaMuslim.com
Jawaban: Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Amiin.
Langsung saja, berhubungan dengan fatwa MUI yang membolehkan transaksi spot dengan alasan bahwa itu dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak dapat dihindari dan merupakan transaksi internasional, maka sebatas ilmu yang saya miliki itu tidak dapat diterima dengan beberapa alasan berikut: 1. Telah jelas dalil-dalil yang menunjukkaan bahwa jual-beli mata uang yang dalam hal ini dihukumi dengan hukum emas dan perak (dinar dan dirham) harus dilakukan dengan kontan, tanpa ada yang terhutang sedikitpun.
Diantara dalil yang menunjukkan akan hukum ini ialah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya'ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya'ir, korma dijual dengan korma, dan garam dijual dengan garam, (takaran/timbangannya) harus sama dan kontan. Barang siapa yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah berbuat riba, pemberi dan penerima dalam hal ini sama." (HRS Muslim)
Sahabat Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu 'anhu menuturkan bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambersabda:
"Janganlah engkau menjual emas ditukar dengan emas melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Janganlah engkau menjual perak ditukar dengan perak melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Dan janganlah engkau menjual salah satunya diserahkan secara kontan ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan secara kontan."(Riwayat Al Bukhary dan Muslim)
Demikianlah Syari'at Islam mengajarkan kita dalam jual beli emas, perak dan yang serupa dengannya, yaitu mata uang yang ada pada zaman kita sekarang ini. Pembayaran harus dilakukan dengan cara kontan alias tunai dan lunas tanpa ada yang terhutang sedikitpun. Hukum ini merupakan hukum yang telah disepakati oleh seluruh ulama' dalam setiap mazhab fiqih.
Kisah berikut dapat menjadi dalil yang memperjelas maksud dari pembayaran kontan yang dimaksudkan oleh hadits-hadits di atas.
Ibnu Syihab mengisahkan bahwa Malik bin Aus bin Al Hadatsan menceritakan kepadanya bahwa pada suatu hari ia memerlukan untuk menukarkan uang seratus dinar (emas), maka Thalhah bin Ubaidillah pun memanggilku. Selanjutnya kamipun bernegoisasi dan akhirnya ia menyetuji untuk menukar uangku, dan iapun segera mengambil uangku dan dengan tangannya ia menimbang-nimbang uang dinarku. Selanjutnya Thalhah bin Ubaidillah berkata: Aku akan berikan uang tukarnya ketika bendaharaku telah datang dari daerah Al Ghabah (satu tempat di luar Madinah sejauh + 30 KM), dan ucapannya itu didengar oleh sahabat Umar (bin Al Khatthab), maka iapun spontan berkata kepadaku: Janganlah engkau meninggalkannya (Thalhah bin Ubaidillah) hingga engkau benar-benar telah menerima pembayarannya. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Emas ditukar dengan emas adalah riba kecuali bila dilakukan secara ini dan ini alias tunai, gandum ditukar dengan gandum adalah riba, kecuali bila dilakukan dengan ini dan ini alias tunai, sya'ir (satu verietas gandum yang mutunya kurang bagus -pen) ditukar dengan sya'ir adalah riba kecuali bila dilakukan dengan ini dan ini alias tunai, korma ditukar dengan korma adalah riba, kecuali bila dilakukan dengan ini dan ini alias tunai." (Riwayat Bukhari)
Pada riwayat lain sahabat Umar bin Al Khattab radhiallahu 'anhu lebih tegas lagi menjelaskan makna tunai yang dimaksudkan pada hadits-hadits di atas:
"Janganlah engkau menjual emas ditukar dengan emas melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Janganlah engkau menjual perak ditukar dengan perak melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Dan janganlah engkau menjual salah satunya diserahkan secara kontan ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan secara kontan. Janganlah engkau menjual perak ditukar dengan emas, salah satunya tidak diserahkan secara kontan sedangkan yang lainnya diserahkan secara kontan. Dan bila ia meminta agar engkau menantinya sejenak hingga ia masuk terlebih dahulu ke dalam rumahnya sebelum ia menyerah barangnya, maka jangan sudi untuk menantinya. Sesungguhnya aku khawatir kalian melampaui batas kehalalan, dan yang dimaksud dengan melampaui batas kehalalan ialah riba." (Riwayat Imam Malik dan Al Baihaqi)
2. Apa yang dijadikan alasan dalam fatwa MUI bahwa tempo 2 hari sebagai batas waktu paling minimal untuk proses penyelesaian yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diterima. Yang demikian itu, dikarenakan proses pembayaran pada zaman sekarang jauh lebih mudah dibanding zaman dahulu. Bila pada keterangan Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu 'anhu tidak dibenarkan untuk menunda walau hanya sekejap, yaitu sekedar anda masuk ke dalam rumah lalu keluar lagi, maka tempo dua hari lebih layak untuk dilarang. Terlebih-lebih proses pemindahan uang pada zaman sekarang jauh lebih mudah bila dibanding zaman dahulu. Anda hanya membutuhkan kepada beberapa detik saja untuk mentransfer dana walau dalam jumlah besar, yaitu melalui jasa internet banking atau yang semisal. Atau transfer biasa dengan cara mendatangi kantor cabang salah satu bank yang ada di masyarakat.
Sebagai seorang muslim yang benar-benar taat kepada Allah anda pasti akan senantiasa berusaha untuk menundukkan hukum pasar di bawah hukum Allah, dan bukan sebaliknya. Iman anda pasti memanggil anda untuk merubah pola dan peraturan pasar agar sesuai dengan hukum Allah dan tidak sebaliknya merubah hukum Allah agar sesuai dengan hukum pasar. Terlebih-lebih bila pola dan hukum pasar yang ada adalah hasil dari rekayasa musuh-musuh anda, yang sudah dapat dipastikan tidak perduli dengan halal dan haram.
3. Memberi kelonggaran kepada kedua belah pihak untuk menunda pembayaran hingga dua hari berarti memberi peluang kepada para pemakan riba, para spekulator yang telah menjual dananya dengan skema spot untuk melangsungkan kejahatannya. Misalnya melalui penjualan dalam skema short selling, sebagaimana yang banyak terjadi pada pasar valas. Seorang broker yang bernama A pada awal pembukaan pasar valas di pagi hari, menjual uang dolar Amerika sebesar 10.000 US dolar kepada seorang pedagang valas bernama B, dengan harga Rp 100 juta.
Dengan demikian secara teori setelah akad ini A memiliki dana 100 juta rupiah, sedangkan B memiliki dana 10.000 US dolar. Akan tetapi pada kenyataanya B hanya mentransfer sebesar 10 % yaitu sebesar Rp 10 juta, dari dana yang wajib ia bayarkan ke A.
Pada penutupan pasar di sore hari, B berkewajiban menjual kembali uang dolarnya kepada sang broker dengan kurs yang berlaku pada sore hari. Bila pada sore hari kurs dolar terhadap rupiah melemah sehingga menjadi 1 : 9.900 maka B beruntung, karena dari setiap 1 US dolar ia mendapatkan keuntungan Rp 100. Dan sebaliknya bila dolar menguat terhadap
rupiah, sehingga menjadi 1 : 10.100, maka B merugi tiap 1 US dolar sebesar Rp 100. Transaksi semacam inilah salah satu penyebab terjadinya gonjang-ganjing pada kurs suatu mata uang, oleh karena itu berbagai negara membatasinya sedemikian rupa, bahkan melarangnya.
4. Apa yang disebutkan pada fatwa MUI bahwa transaksi valas hanya dibolehkan bila ada keperluan misalnya untuk berjagajaga dan tidak untuk spekulasi (untung-untungan) sebatas ilmu saya- adalah persyaratan yang tidak memiliki dasar hukum, alias tanpa dalil. Karena transaksi valas (As Sharf) adalah salah satu bentuk transaksimukayasah yang didasari oleh keinginan mendapatkan keuntungan, dan tidak termasuk transaksi yang bertujuan memberikan jasa atau uluran tangan. Dengan demikian, transaksi ini semestinya dibolehkan kapan saja, walau dengan tujuan mencari keuntungan, asalkan dilakukan dengan cara tunai tanpa ada yang terhutang sedikitpun dan bila penukaran uang dilakukan antara mata uang yang sama maka nilainya harus sama tanpa ada kelebihan sedikitpun.
5. Apa yang saya tulis di sini adalah sebatas ilmu yang saya miliki, bila ada kebenaran, maka itu datangnya hanya dari Allah dan bila terdapat kesalahan maka itu adalah dari setan dan kebodohan diri saya, sehingga sayapun mohon ampunan kepada Allah Ta'ala. Wallahu alam.
***
Bergabunglah di Milis Fatwa Perdagangan [email protected], milis ini disediakan bagi anggota milis pengusahamuslim.com yang ingin bertanya tentang berbagai masalah hukum perdagangan dengan Ustadz Pembina milis pengusahamuslim.com.
Untuk Bergabung, kirim email kosong ke: [email protected] Untuk bertanya, kirim pertanyaan ke: [email protected]
Mohon bersabar jika pertanyaan tidak langsung dijawab, karena kesibukan Ustadz Pembina dan karena diperlukannya waktu untuk menyusun jawaban dan pencarian dalil-dalil yang mendukung jawaban. Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services
Kategori: Tanya Jawab Syariah Tag:
Penulis
Tim Redaksi
Website PengusahaMuslim.com merupakan sarana informasi dan pembelajaran bagi pengusaha dan calon pengusaha muslim Indonesia.
19 Komentar
1. Bayu Herlambang
19.04.2011
Assalamualaikum. Saya ingin bertanya tentang toko online. Jika dilihat dari cara transaksinya, uang di bayarkan di muka tapi barang baru di kirim beberapa hari kemudian. Apa hal ini sama seperti artikel di atas?? Riba atau tidak?? Tolong jawaban juga di kirim ke email saya ya... Wassalam.
2. FAKHRI AMRULLAH
24.04.2011
FOREX dengan instrumen UANG/METAL/CAIRAN itu sama seperti jual CABE dan SAYURAN saat belanja malam (buy) kita dapat murah lalu pagi hari harganya meroket kita dapat untung... kita masih punya stok KENTANG pagi ini kita jual (sell) harganya sedang mahal lalu malamnya harga kentang turun kita dapat untung... inti perdagangan mata uang / emas / minyak BELANJA SELALU DAPAT saat MURAH MENJUAL SELALU DI saat HARGA TERMAHAL
3. muhamad muflich
20.05.2011
4. khamim
02.06.2011
saya mau tanya ?? mengenai jual-beli secara online itu bagimana pak. apakah termasuk halal atau haram ? kan bisanya transaksi secara online itu, pembeli mentransfer uang lebih dulu kepada pembeli di luar sana dengan ketentuan harga yang telah disepakati. baru kemudian penjual mengirim barang tersebut, dan baru datang waktu mendatang. Ya kira-kira 2 sampai 6 hari an lah ????
5. Abu Ibrahim
02.06.2011
6. gunn
17.06.2011
yg dimaksud di artikel adalah jual beli khusus untuk emas/perak/mata uang, jadi bukan mengenai jual beli barang secara umum
7. abdillah
20.09.2011
Apakah jual-beli valuta yang berbeda dapat dihukumi dengan membeli uang dengan uang (di-qiyas-kan dengan emas/perak) ? Kalau begitu bagaimana caranya kalau kita ada kebutuhan untuk menggunakan valuta asing, sementara yang kita pegang hanya mata uang Rupiah ?
8. khoiril hambali
07.10.2011
afwan ustadz..ana masih kurang jelas mengenai jual beli mata uang/forex apakah boleh ? dan juga ana mau tanya bagaimana hukum jual beli emas pada PT.riXXX (beli pagi jual sore, tp gak ada fisik emasnya ) ?
9. handika
07.01.2012
Banyak orang berpendapat bahwa forex adalah haram, alasannya tidak memenuhi syarat jual beli dalam hokum islam, baiklah bagaimana kalau saya mulai satu persatu.
Syarat-syarat perdagangan yang halal 1. ada barang atau jasa yang bersifat tetap pasti. 2. tidak boleh spekulatif dan tebak-tebakan macam judi. 3. ada penjual dan pembeli. (selalu muncul pertanyaan, dalam Forex anda sebagai pembeli atau penjual?) 4. ada akad. akadnya pasti tidak jelas. sebab tiba-tiba uang bisa bertambah. tiba-tiba bisa berkurang tak jelas. 5. aqil baligh. 6. Keuntungan harus dibawah 100%, jadi forex termasuk Riba karena keuntungan melebihi 100%
Pembahasan 1. Ada barang atau jasa. Forex (Valas), saham, index, dan komoditi adalah perdagangan dalam berupa maya, tidak jelas barang dan jasanya, apakah perdagangan seperti ini sah di mata Islam? Nabi Muhammad SAW bersabda dalam kisah Abu Hurairah, "Anda tidak harus menjual apa yang tidak Anda miliki." Jadi, jika ditafsirkan secara harfiah, setiap perdagangan mata uang, saham atau komoditas bahkan pembelian software secara online akan dianggap haram, karena barang tidak ada secara fisik di tangan kita sama juga dalam perdagangan software secara online, ketika saya membeli software secara online melalui Microsoft saya menggunakan uang maya untuk mendapatkan barang maya berupa software dan saya menjual kembali didunia maya melalui online, duitnya saya transfer kerening dan cair dalam bentuk nyata. Tapi sekali lagi, kita harus berpikir sebagai perubahan waktu pernyataan ini mungkin hanya berlaku ratusan tahun lalu dan belum dikembangkan dengan waktu. Beberapa sarjana pemikiran yang lebih modern seperti Ibn al-Qayyim menentang intepretation harfiah dari pernyataan ini. Larangan ini tidak ditemukan dalam al-Quran, fatwa atau sunnah. Dalam Sunnah Nabi, itu memang dilarang untuk menjual sesuatu yang bukan milik Anda, bukan dalam arti bahwa Anda tidak memilikinya secara fisik seperti yang kita konteks pertukaran mata uang asing, saham, index,
comoditi ataupun software, tetapi dalam arti bahwa item atau produk yang dijual benar-benar milik orang lain. Misalnya, untuk menjual unta yang hilang memang ilegal dalam Islam karena Anda tidak memperoleh izin dari pemilik asli untuk melakukan transaksi yang secara fisik barangnya tidak ada, tapi adanya dikandang onta milik orang! Ini adalah hukum ketika Anda melakukan transaksi di mana barang dijamin akan diserahkan kepada pembeli (Kami pasti akan menyerahkan pound sterling dalam pertukaran dolar AS ketika kita menutup perdagangan kami di pasar Forex). Tapi itu sangat berbeda dengan ketika penjualan unta ILEGAL yang dilakukan bahwa untanya ga jelas dan ketika diambil maka pemilik unta benaran bisa tiba-tiba muncul untuk mengklaim kepemilikan dan mengambil unta pergi, maka Anda tidak memiliki barang untuk menyerahkan kepada pembeli. Barang harus didefinisikan secara jelas dalam hal jenis, karakteristik, jumlah, harga dan tempat bertukar transaksi. Media bahwa pertukaran tangan untuk transaksi harus didefinisikan secara jelas, dinar, dirham, rupiah, dolar, atau hal-hal yang dapat diukur atau ditimbang.
2. Forex haram karena judi atau gambler Orang yang tidak mengerti forex memang akan beranggapan bahwa forex adalah judi, orang yang tidak tau pergerakan harga pasar dia akan melakukan tebak-tebak, jual atau beli, seperti dia pergi ke tempat perjudian uang koin saat koin dilempar dia hanya tinggal memilih muncul gambar atau angka? Seperti itulah forex bagi yang tidak bisa membaca pasar, dia tidak tau harga. Probabilitas kemunculan sisi mata uang adalah 1:1, atau 50% peluang mucul sisi gambar dan 50% lagi peluang munculnya sisi angka, tapi jika diforex, kita bisa membaca kemungkinan untuk Buy bisa lebih besar dari pada kemungkinan untuk sell, bisa jadi pada saat transaksi kemungkinan untuk bisa 90% dan kemungkinan untuk sell hanya 10%, jadi ini bukan tebak-tebakan, sama seperti anda menjual Es, jika anda tidak tau pasar Es anda akan melakukan perjudian dalam penjualan.
Ketika orang tidak tau gimana jual es, dia akan berharap hari ini pasti akan untung besar seperti hari kemarin yang udara nya panas padahal pada hari ini dia berjualan es saat hari dingin dan hujan lebat, dia membuat es sebanyak es yang dijualnya kemarin, dia terjebak di antara probabilitas laku 50% tidak laku 50% dia jelas sedang berjudi. Tapi jika dia berjualan es dan tau kondisi pasar, dia akan mengakali agar tidak rugi saat dingin dia tidak akan jual es dulu, mungkin bisa jual gorengan, atau apalah, seorang pejudi es juga tidak tau dimana dia akan berjualan mungkin dia akan berjualan ditempat yang tidak rame orang lewat, seorang penjual es yang bukan pejudi dia tidak jualan es dimana disana tidak ada satupun orang lewat. Itulah orang yang tidak mengerti forex dia akan berjudi diforex sama seperti orang berjualan es dan tidak mengerti kondisi pasar akhirnya melakukan tebak-tebakan. Forex tidak tebak-tebakan jika anda mengerti analisa fundamental dan analisa Tekhnikal.
3. dalam forex tidak jelas penjual atau pembeli Disaat anda membuka kedai atau lapak, anda bisa disebut penjual tapi ingat anda juga pembeli karena anda membutuhkan barang jika barang dagangan anda habis, maka dalam forek karena pergerakan perdagangan yang sangat cepat anda bisa disebut penujual dan pembeli
4. fx trading harus ada order dari kita agar transaksi terlaksana..disaat kita eksekusi order saat itu jga terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli..dan order itu adalah akad antara penjual dan pembeli..
5. disekolah-sekolah kantin banyak pembeli yang belum akhil balih, semuanya itu haram?
6. Riba karena keuntungan diatas 100%, selisih dari mata uang itu sangat kecil, misalnya sekarang 1 dolar harga jual itu 9100, tapi besoknya naik misalnya 9200 keuntungan dari pemain forex dari selisih tersebut, kenapa bisa besar keuntungan dari pemain forex? Itu karena pergerakan harga yang sangat tinggi, dan jumlah order yang tinggi dengan diwakilkan dengan lot, misalnya harga satu lembar saham riaupos adalah 3500 kalau kita beli ya ga bisa beli hanya satu lembar tapi per lot, jumlah satu lot bisa sampai ratusan lembar saham atau lebih. Dalam waktu hanya beberapa menit pergerakan harga mata uang berubah-ubah dari sanalah mendapatkan keuntungan satu hari bisa lebih dari 100%.
Misalnya anda jualan tomat dengan modal 20 buah tomat, dalam 5 menit sudah habis terjual dan mendapatkan keuntungan 5 buah tomat jika diuangkan, 5 buah tomat tersebut anda jadikan modal kembali anda beli lagi tomat jadinya modal tomat anda 25 buah tomat, ternyata dalam 5 menit lagi tomat anda habis terjual dan mendapatkan lagi keuntungan 6 tomat dan jika 6 tomat ini dimodalkan kembali dan jika dilakukan terus menerus dan barang terus laku, maka dalam 1 hari bisa menghasilkan keuntungan lebih dari 100%, apakah ini disebut riba? Yang disebut riba jika anda beli 1 buah tomat harga 1000 dan anda jual dengan harga 1 buah tomat 3000 itu baru riba.
demikian uraian saya tentang Forex dan saya nyatakan forex itu Halal karena tidak satupun yang melanggar syarat jual beli dalam islam
Wasalam
10. asep
13.01.2012
Jadi apa yg sedang dijual dlm forex? Anda menyamakan dgn dagang online, pdhal dagang online barangnya jelas, dan akan datang barangnya itu ... tp forex? beli apa dan jual apa?
11. yenni
25.07.2012
assalamu'alaikum ust... saya mau tanya, selama ini saya melakukan usaha jual beli uang kecil2an, (kadang ada tetangga yg membutuhkan dana cepat dtg kpda saya), dengan aqod jual beli, misal orang beli uang 1.000.000, saya jual/minta keuntungan 1.100.000 (10%).dan mereka mengembalikannya 1 bulan kmdian ini bagaimana ust, apakah halal atau haram? kalau misalnya haram, apakah ada usaha yg lain dgn uang yg saya punya agar bs menguntungkan dan halal.jazakumullah wassalamu'alaikum
Assalamuaikum wr.wb ustad saya rasa ini menjadi kewajiban website ini untuk menerangkan lebih jelas tentang forex, sangat disayangkan jika sesama muslim harus berselisih masalah ini.... saya yakin ustad mau mempelajari forex lebih dalam lagi ...sehingga tdk perlu ada perselisihan masalah ini....
@handika : kaidah pengharaman di atas bukan karena hal seperti itu. kaidah pengharamannya karena forex merupakan suatu mata uang/alat tukar yang sudah ada hadis tentang aturan jual beli-nya. Jika diqiyaskan dahulu itu emas dan perak (dinar dan dirham) dan sekarang mata uang (valas). Jadi forex jangan disamakan dengan komoditi barang lain yang jelas-jelas lebih longgar aturan jual belinya. Dalam hadis disebutkan syarat jual beli alat tukar (dulu emas, sekarang valas) : dengan cara tunai TANPA ada yang terhutang sedikitpun (dengan cara online/transfer tak masalah yg penting LUNAS). Sedang dalam forex dilakukan DENGAN CICILAN (saat open DP dulu, saat penutupan baru dilunasi). Hal ini saja sudah bertentangan dengan hadis.. kok ya bisa dibilang HALAL? mohon dicermati lagi
14. endangsetiorini
12.04.2012
kalau kita menanam/ investasi uang 100 $ atau 1,3 jt setiap 10 hari sekali uang kita kembali 200$ atau 200 rb selama 100 hr menjadi 2 jt jadi keuntungan kita 700 rb. apakah investasi seperti ini dihalalkan atau termasuk riba?
15. ridwan
08.04.2012
@asep yg dimaksud jual beli itu ada barang ada uang.. itu dilakukan pada hari itu juga. dan si pembeli harus melihat asli/fisik apa yg mau di beli, bukan hanya gambar/foto. trus masalah forex klo hanya haram berdasar karena dicicil. berarti bagaimana dengan dunia perbankkan? karena mereka juga sebenarnya menjual uang dgn cara di kredit, dan pengembaliannya dicicil. baik dengan bunga ato tanpa bunga. trus didunia forex itu sendiri kita terhubung dengan perekonomian diseluruh dunia. disaat kita melakukan transaksi open buy/sell. secara langsung kita terhubung dengan pasar dunia. dan transaksi dilakukan tergantung dari kita sendiri berapa nilai yg ingin kita transaksikan. dan semuanya tunai tdk ada yg dicicil. dan penutupannya juga tergantung dari kita kapan kita mau berhenti bertransaksi (close buy/sell). dan forex adalah puncak dari rantai perekonomian di dunia. sama halnya dalam rantai makanan carnivora adalah puncak dari rantai makanan. nah maka forexlah (perdagangan mata uang) adalah puncak dari rantai perokonomian di dunia. Mohon ustad untuk mempelajari lebih lanjt lagi dimana haramnya? sebab-sebab haramnya forex? klo memang haram karena dari segi tdk ada barang yg nampak. sebenarnya uangnya ada namun sudah di jadikan mata uang dollar yg di titip pada broker karena dia adalah jembatan untuk masuk di pasar dunia. karena klo kita yg terjun langsung kesana membutuhkan banyak biaya dan waktu terbuang dengan sia-sia. tetapi klo kita ingin menguangkannya kembali ke mata uang rupiah maka bisa dilakukan penukaran kembali yg akan dikirimkan melalui rekening dengan perwakilan yg ada di indonesia. wallahu alam....
16. unggul
04.05.2012
mu
um w
m u
z Mu mm
A f
mohon ijin untuk menyampaikan pertanyaan dan tanggapan terkait dengan jawaban kepada saudara @handika dan pertanyaan saudara ridwan, begini ustadz, sepengetahuan saya tentang forex : 1. Mengenai syarat kontan untuk jual beli forex, setahu saya saat kita Open (baik buy/sell) maka pada saat itu juga kita membayar secara langsung (tunai) dengan bukti berkurangnya modal (balance/deposit) kita. Seperti yang disampaikan saudara handika (walau mungkin salah menganalogikan sebagai komoditi barang lain) maka transaksi open kita sudah memenuhi syarat kontan dengan artian saat kita berstatus atau mempunyai order terbuka (belum closed) kita saat itu telah membeli/menjual mata uang bersangkutan dari mata uang deposit kita di broker kita. Kita bebas menutup transaksi kapan saja sesuai dengan analisa kita, yang pada saat menutup tersebut kita bertransaksi menjual/membeli mata uang tersebut sesuai dengan mata uang pada broker kita secara tunai juga, yang dibuktikan secara langsung berkurang/bertambah dana kita saat itu juga. 2. Mengenai pinjaman (yang dimaksud mungkin leverage), setahu saya hal tersebut bukan berarti pinjaman, tetapi hanya pilihan volume perdagangan, terbukti tidak berdampak pada keuntungan/kerugian kita. maksudnya
bahwa dipasar internasional 1 lot = $100.000, nah kan tidak semua dari kita bisa transaksi langsung sebesar $100.000, maka diberi pilihan oleh pemilik mata uang (broker) untuk transaksi kecil-kecil, inilah yang dinamakan leverage, jadi bukan pinjaman. Sebelum saya mempelajari forex saya juga menimbang-nimbang dari para ustadz yang memberi hukum dengan tegas tetapi belum paham akad dalam forex, baru disini saya membaca ustadz memberi jawaban hampir mendekati pemahaman dalam akad forex. mengenai fatwa MUI tentang forex tersebut, saya kira justru mengakomodir apabila transaksi tidak bisa diselesaikan secara online, mengingat saat itu tahun 2002 belum seperti sat ini akses internet maupun atm di Indonesia, namun untuk saat ini mungkin untuk trading online diberi 2 hari tidak relevan. Seperti halnya di dagang komoditi, di forex harus menguasai ilmu forex sebelum terjun karena untuk mencegah tindakan yang diharamkan seperti spekulasi dan judi. Transaksi Forex memungkinkan untuk niatan haram tersebut, tetapi memungkinkan juga untuk berhati-hati dan membersihkan dari hal tersebut. Selama ini hal tersebut yang saya sampaikan belum pernah saya baca dalam pembahasan ustad-ustadz yang saya temui, memang kalau ragu sebaiknya ditinggalkan, tapi belum tentu haram bukan ? Demikian dan semoga ana diberi petunjuk oleh Alloh dan apabila salah diberi hidayah petunjuk Nya, amien. W mu um
17. yuni
29.05.2012
Ustad, saya mau tanya mengenai "Transaksi Forward".. Disitu dijelaskan bahwa hukumnya "haram" pembelian yang digunakan adalah harga perjanjian dan penyerahannya dilakukan dikemudian hari. Padahal harga pada waktu penyerahan belum tentu sama dengan nilai yang disepakati.. Pertanyaan saya: Cicilan emas itu haram atau tidak? karena saya sekarang ini lagi mencicil emas di "Pegadaian Syariah". Saya yakin waktu pelunasan nanti dan penyerahan emasnya harganya pasti sudah lebih tinggi dari harga waktu perjanjian.. Terimakasih atas jawabanny..
18. imamy
07.06.2012
Terima kasih, ini cukup membantu, tapi saya agak bingung, mohon maaf, agaknya ilustrasi di atas terbalik.. Kalau B paginya membeli Dollar pada harga Rp 10.000 lalu sorenya menjual kembali Dollar (ketika naik) pada harga Rp 11.000 berarti dia untung Rp 1.000 Tapi kalau sorenya harga Dollar turun menjadi Rp 9.000 maka B rugi Rp. 1000, karna tadi pagi dia beli Dollar Rp 10.000
19. Risal
11.09.2012
Saya pusing lihat komentar di atas, ustadnya jelas-jelas bilang haram tapi banyak juga yg bilang halal. Ndak mengerti saya bingun, padahal saya salah orang yang sedang belajar tentang forex.Tolong Ustadz berikan penjelasan kepada saya yang lebih detail lagi karena bisni forex saat ini adalah pilhan saya untuk mendapatkan tambahan penghasilan.