Paradigma Dinar Dirham Dalam Perdagangan Internasional
Paradigma Dinar Dirham Dalam Perdagangan Internasional
Paradigma Dinar Dirham Dalam Perdagangan Internasional
KELOMPOK 7
DOSEN PEMBIMBING:
A. Latar Belakang
Masa sebelum datangnya Islam (Pra Islam), uang dinar dan dirham telah
digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan. Uang dinar dan dirham
dikenal sejak zaman Romawi dan Persia. Masa Rasulullah SAW dan para sahabat, dibuat
suatu kebijakan terhadap transaksi muamalah yaitu dengan menetapkan alat pembayaran
dinar dirham dan juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum syari. Rasulullah
Muhammad SAW menetapkan dinar sebagai mata uang resmi yang digunakan sehari-hari
sesuai dengan pedoman Al quran dan sunnah. Dinar dan dirham dan juga dijadikan
sebagai standar ukuran hukum syari. Beliau melakukannya atas bimbingan Allah SWT
dan demi kemaslahatan umat manusia. Kemaslahatan itu dicapai dengan adanya suatu
nilai mata uang yang kokoh, tidak terpengaruh oleh resesi, devaluasi, maupun inflasi.
Setelah empat belas Abad berlalu dari zaman Rasulullah, perekonomian dunia
terlihat maju dan berkembang dengan berbagai dinamika yang selalu disertai krisis
ekonomi. Salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya runtutan krisis ekonomi yang
kerap menimpa dunia adalah bodied money menggantikan fiat money menjadi sangat
relevan. Dalam hal ini, mata uang dinar telah membuktikan lebih unggul dibandingkan
dengan mata uang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep nilai tukar valuta asing (al-sharf) dalam model
perdagangan islami?
2. Bagaimanakah dinar-dirham dalam pendekatan mata uang (currency)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep nilai tukar valuta asing (al-sharf) dalam model
perdagangan islami
2. Untuk mengetahui dinar-dirham dalam pendekatan mata uang (currency)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Nilai Tukar Valuta Asing (al-sharf) Dalam Model Perdagangan Islami
1. Definisi Ash-Sharf
Secara harfiah sharf adalah penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan,
atau jual beli. Adapun secara istilah sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan
valuta lainnya. Transaksi jual beli valuta asing (valuta asing), dapat dilakukan baik
dengan mata uang yang sejenis(misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak
sejenis (misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya).
Pendapat lain mengatakan bahwa sharf adalah transaksi pertukaran antara emas
dengan perak atau pertukaran valuta asing, dimana mata uang dipertukarkan dengan mata
uang domestik atau mata uang asing lainnya.
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar juga menjadi dasar hukum dari
kebolehan akad sharf, yang artinya :
Jangan kamu memperjualbelikan emas dengan emas dan perak dengan perak,
kecuali sejenis, dan jangan pula kamu perjualbelikan perak dengan emas yang salah
satunya ghaib (tidak ada ditempat) dan yang lainnya ada. (H.R. Jamaah).
1) Ketentuan umum
Transasaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
c) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis, nilainya harus sama
dan secara tunai (at-taqabudh).
d) Apabila berlainan jenis, harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang
berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.
a) Transaksi SPOT, yakni traksaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk
penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling
lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh karena
dianggap tunai. Sedangkan dalam waktu dua hari dianggap sebagai proses
penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.
c) Transaksi SWAP, yaitu suatu kontrak pembelian dan penjualan valas dengan
harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas
yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram karena mengandung
unsur maisir (spekulasi).
3) Penetapan
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 28/DSN-
MUI/III/2002 tentang jual beli mata uang (Al-Sharf) diatas, dapat disimpulkan
bahwa dari beberapa tipe jenis transaksi hanya tipe transaksi spot yang
diperbolehkan, sedangkan untuk tipe transaksi forward, swap, dan option tidak
diperbolehkan karena tidak dilakukan secara tunai dan mengandung unsur maysir
(spekulasi).
2) Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual,
sebelum keduanya terpisah. Penguasaan bisa berbentuk material maupun hukum.
Penguasaan secara material misalnya pembeli langsung menerima dolar Amerika
Serikat yang dibeli dan penjual langsung menerima uang rupiah. Adapun
penguasaan secara hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek.
Apabila kedua nya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang penukaran
berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya batal karena syarat
penguasaan terhadap objek transaksi sharf itu tidak terpenuhi.
3) Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis uang yang
sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama,
sekalipun model dari mata uang itu berbeda. Misalnya, antara mata uang rupiah
lembaran Rp 50.000 di tukar dengan mata uang rupiah lembaran Rp 5.000
sebanyak 10 lembar
4) Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. Hak yang
dimaksud khiyar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan
atau tidak mlanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah akadnya selesai dan
syarat tersebut diperjanjikan ketika transaksi jual beli berlangsung. Alasan tidak
di perbolehkannya khiyar syarat adalah untuk menghindari adanya
ketidakpastian/gharar
5) Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata
uang yang saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan
objek akad dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 x 24 jam (harus
dilakukan seketika itu juga dan tidak ada boleh diutang) dan perbuatan saling
menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang
melakukan jual beli valuta itu berpisah.
c. Ijab kabul: pernyataan ekpresi dan saling ridha/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespodensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.
2) Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau bahan
lainnya. Uang dari bahan kertas biasanya dalam nominal yang besar sehingga
mudah dibawa untuk keperluan sehari-hari. Uang jenis ini terbuat dari kertas yang
berkualitas tinggi, yaitu tahan terhadap air, tidak mudah robek dan luntur.
b. Berdasarkan Nilai
Jenis uang ini dilihat dari nilai yang terkandung pada uang tersebut, apakah nilai
intrinsiknya (bahan uang) atau bahan nominalnya (nilai yang tertera dalam uang
tersebut). Uang jenis ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya sama
dengan nominalnya, sebagai contoh uang logam, dimana nilai bahan untuk
membuat uang tersebut sama dengan nominal yang tertulis diuang.
2) Tidak bernilai penuh (representatif full bodied money), merupakan uang yang
nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Sebagai contoh uang yang
terbuat dari kertas. Uang jenis ini serng disebut uang bertanda atau taken money.
Kadangkala nilai intrinsiknya jauh lebih rendah dari nilai nominalnya yang
terkandung didalamnya.
c. Berdasarkan Lembaga
Berdasarkan lembaga maksudnya adalah badan atau lembaga yang menertibkan
atau mengeluarkan uang. Jenis uang yang diterbitkan berdasarkan lembaga terdiri dari
:
1) Uang kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral baik uang logam
maupun uang kertas;
2) Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum seperti cek, bilyet
giro, traveller cheque, dan credit card.
Perbedaan nyata dari kedua jenis uang ini adalah sebagai berikut.
1) Uang kartal berlaku dan digunakan diseluruh lapisan masyarakat, sedangkan uang
giral hanya digunakan dan berlaku dikalangan masyarakat tertentu saja.
2) Nominal dalam uang kartal sudah tertera dan terbatas, sedangkan dalam uang giral
harus ditulis lebih dulu sesuai dengan kebutuhan dan nominalnya tidak terbatas.
3) Uang kartal dijamin oleh pemerintah tertentu, sedangkan uang giral hanya dijamin
oleh bank yang mengeluarkan saja.
4) Uang kartal ada kepastian pembayaran seperti yang tertera pada nominal uang,
sedangkan uang giral belum ada kepastian pembayaran, hal ini tergantung dari
beberapa hal termasuk lembaga yang mengeluarkannya.
d. Berdasarkan Kawasan
Uang jenis ini dilihat dari daerah atau wilayah berlakunya suatu uang. Artinya
bisa saja suatu jenis mata uang hanya berlaku dalam satu wilayah tertentu dan tidak
berlaku didaerah lainnya atau berlaku diseluruh wilayah. Jenis uang berdasarkan
kawasan adalah sebagai berikut:
1) Uang Lokal, merupakan uang yang berlaku si suatu negara tertentu, seperti
Rupiah di Indonesia atau Ringgit di Malaysia.
2) Uang Regional, merupakan uang yang berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas
dari uang lokal seperti untuk kawasan benua eropa berlaku mata uang tunggal
eropa, yaitu EURO.
3) Uang Internasional, merupakan uang yang berlaku antar negara seperti US Dollar
dan menjadi standar pembayaran internasional.
5. Fungsi Uang
Pada awalnya fungsi uang hanyalah sebagai alat guna memperlancar pertukaran.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman fungsi uang pun sudah beralih dari alat
tukar ke fungsi yang lebih luas. Uang sekarang ini telah memiliki berbagai fungsi
sehingga benar-benar dapat memberiknan banyak manfaat bagi pengguna uang.
Beragamnya fungsi uang berakibat penggunaan uang yang semakin penting dan semakin
dibutuhkan dalam berbagai kegiatan masyarakat luas.
Fungsi-fungsi dari uang secara umum yang ada saat ini adalah sebagai berikut.
a. Alat tukar-menukar
Dalam hal ini uang digunakan sebagai alat untuk membeli atau menjual suatu barang
atau jasa. Dengan kata lain, uang dapat dilakukan untuk membayar terhadap barang
yang akan dibeli atau diterima sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa.
Maksudnya penggunaan uang sebagai alat tukar dapat dilakukan terhadap segala jenis
barang dan jasa yang ditawarkan.
b. Satuan Hitung
Fungsi uang sebagai satuan hitung menunjukan nilai dari barang dan jasa yang dijual
atau dibeli. Besar kecilnya nilai yang dijadikan sebagai satuan hitung dalam
menentukan harga barang dan jasa secara mudah. Dengan adanya uang akan
mempermudah keseragaman dalam satuan hitung.
c. Penimbunan Kekayaan
Dengan menyimpan uang berarti kita menyimpan atau menimbun kekayaan sejumlah
uang yang disimpan, karena nilai uang tersebut tidak akan berubah. Uang yang
disimpan menjadi kekayaan dapat berupa uang tunai atau uang yang disimpan dibank
dalam bentuk rekening. Menyimpan atau memegang uang tunai disamping sebagai
penimbun kekayan juga memberikan manfaat lainnya. Memegang uang tunai
biasanya memiliki beberapa tujuan seperti memudahkan melakukan transaksi, berjaga
jaga atau spekulasi. Kemudian dengan menyimpan uang dibank justru akan
menambah kekayaan karena akan memperoleh jasa berupa bunga.
d. Standar Pencicilan Utang
Dengan adanya uang akan mempermudah menentukan standar pencicilan utang
piutang secara tepat dan cepat, baik secara tunai ataupun angsuran, begitu pula
dengan adanya uang, secara mudah dapat ditentukan berapa besar nilai utang piutang
yang harus diterima atau dibayar sekarang atau dimasa yang akan datang.
Penukaran valuta asing merupakan jasa yang diberikan bank syariah untuk
membeli atau menjual valuta asing yang sama (single currency) maupun berbeda (multi
currency), yang hendak ditukarkan atau dihendaki oleh nasabah.
Tujuan dan manfaat penukaran valuta asing (sharf) bagi bank adalah menyediakan
mata uang (valuta asing) yang dibutuhkan nasabah, mendapatkan keuntungan dari selisih
kurs dalam hal penukaran mata uang yang beredar. Dan bagi nasabah adalah nasabah
memperoleh mata uang yang diperlukan untuk bertransaksi.
C. Jual Beli Mata Uang (Ash-Sharf) Lembaga Keuangan Syariah Prespektif Fikih
Menurut Istilah Syara‟, al-Sharf adalah jual beli satu mata uang dengan mata
uang yang lain baik mata uang tersebut satu jenis atau berlainan jenis. Jual beli mata uang
berdasarkan pada QS. 2: 275 tentang kebolehan jual beli; Allah Menghalalkan jual beli
dan mengharamkan Riba, dan hadits tentang jual-beli mata uang (al-Sharf) di antaranya
mendasarkan pada hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa‟i dan Ibnu Majah
dari Ubadah bin Shamit tentang tukar menukar emas dan perak.
Syarat-syarat jual beli mata uang (al-Sharf ) adalah sebagai berikut:
1. Serah terima dalam majlis kontrak
2. Jika dengan mata uang yg sama, jumlahnya harus sama
3. Tidak boleh ada khiyar syarat
4. Tidak boleh ditangguhkan, masing masing pihak yang bertransaksi tidak boleh
menangguhkan penyerahan barang untuk jangka waktu tertentu karena barang
tersebut harus diterima dan jatuh sebagai hak milik masing masing pembeli sebelum
mereka berpisah.
Imam Hanafi dan Imam Syafi‟I berpendapat bahwa jual beli mata uang terjadi
secara tunai selama kedua belah pihak belum berpisah, baik penerimaannya itu segera
atau lambat. Jadi penerimaannya bisa dengan perjanjian waktu tertentu. Berbeda dengan
Imam Malik yang berpendapat bahwa jika penerimaan pada majlis terlambat, maka jual
beli itu batal, meski kedua belah pihak belum berpisah. Karena Ia tidak menyukai janji-
janji didalamnya.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa semua pendapat sepakat dibolehkannya jual beli
mata uang dengan syarat-syarat khusus, yaitu: tunai dan kadarnya sama. Perbedaannya
hanya terletak pada interpretasi batasan istilah tunai dalam transaksi. Syafi‟I dan Hanafi
berpendapat bahwa tenggang waktu bisa diundur selama kedua belah pihak belum
meninggalkan majlis, sedangkan Malik tidak ada tenggang waktu antara terjadinya akad
dengan terjadinya serah terima barang. Dan pada prinsipnya praktek jual beli mata uang
di lembaga keuagan syariah seperti al-sharf diperbolehkan dalam Islam. Dari beberapa
hadist dapat dijelaskan sebenarnya praktek as-sharf diperbolehkan jika dilakukan atas
dasar kerelaan antara kedua belah pihak dan secara tunai, serta tidak boleh adanya
penambahan antara suatau barang yang sejenis karena kelebihan tersebut dinamakan riba.
Artinya;
Disamping disebutkan dalam ayat Al-quran, dinar dan dirham disebutkan juga
dalam hadis Nabi Muhammad SAW diantaranya:
a. Dinar dan dirham, tidak ada kelebihan antara keduanya (jika dipertukarkan
dirham dengan dinar tidak ada kelebihan diantara keduanya jika dipertukarkan.
b. Dalam hadis yang lain Nabi Muhammad SAW menggunakan istilah Wariq uang
logam perak yang jumlahnya dibawah lima auqiyah tidak ada kewajiban zakat
atasnya. (H.R Bukhari dan Muslim)
4. Perdagangan Internasional
Secara umum perdagangan internasional merupakan sarana untuk melakukan
pertukaran barang dan jasa internasional. Perdagangan internasional merupakan
elemen penting dari proses globalisasi. Membuka perdagangan dengan berbagai
Negara didunia akan memberikan keuntungan dan membawa pertumbuhan dalam
negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tahun 1995 terbentuk
organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization). Tujuan utama
didirikannya WTO untuk mendorong dan mengembangkan liberalisasi perdagangan
dan menyediakan sebuah system perdagangan dunia yang aman.
Kesimpulan