Makalah Akuntansi Syariah Bab 13
Makalah Akuntansi Syariah Bab 13
Makalah Akuntansi Syariah Bab 13
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalh tersebut, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari akad Sharf, akad Wadi’ah, akad Wakalah,
akad Kafalah dan Qardh
2. Untuk mengetahui dan memahami perlakuan akuntansi akad Sharf, akad Wadi’ah, akad
Wakalah, akad Kafalah dan Qardh
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKAD SHARF
1. Pengertian Akad Sharf
Sharf menurut bahasa penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Sharf
adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau
pertukaran mata uang dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis (misalnya rupiah
dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya).
Skema Sharf
2. Sumber Hukum
1. Al- Qur’an
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi:
Artinya: “ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.
Al Baqarah:275)
2. Al Hadist
“ jualah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir
dengan sya’ir, kurma dengan kurma , dan garam dengan garam ( dengan syarat
harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda ,jualah
sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”(HR. Muslim)
“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan
tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus
sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
2
riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan ke
tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama
takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba,
korma dengan korma harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan garam harus sama takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, “ (HR
Muslim)
”Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak
tunai)” (HR Muslim)
Menurut ajaran Islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar menukar dan bukan merupakan
komoditas. Tanpa didayagunakan atau diinvestasikan dengan sumber daya lainnya, uang
tidak dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan dirinya sendiri. Apabila uang
dapat bertambah tanpa didayagunakan , maka tambahan itu adalah riba. Dengan demikian
secara syariah transaksi valuta asing dibolehkan sepanjang dilakukan secara tunai dan tidak
digunakan dengan tujuan spekulasi. Bila penjualannya tunai tapi jika tujuannya untuk
berspekulasi, tetap tidak dibolehkan karena seperti sudah dijelaskan bahwa uang bukanlah
komoditas. Jika tujuannya untuk tabungan atau keperluan transaksi misalnya ingin pergi haji
3
atau mempunyai anak yang kuliah di luar negri, boleh saja menyimpan dalam bentuk valas.
Sedangkan transaksi pertukaran valas tidak tunai tidak diperbolehkan dengan alasan apa pun.
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
Rukun Sharf
1) Pelaku, terdiri atas pembeli dan penjual
2) Objek akad berupa mata uang
3) Ijab kabul/ serah terima.
Ketentuan Syaariah, yaitu sebagai berikut
1) Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2) Objek akad
Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak.
Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun oleh
penjual, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan bisa berbentuk material
maupun hukum.
Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang
penukaran berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya batal
karena syarat penguasaan terhadap obyek transaksi sharf itu tidak terpenuhi.
Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama,
maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama,
sekalipun model dari mata uang itu berbeda.
Tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
Tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang
saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan obyek
akad dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 X 24 jam (harus
dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan saling
menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang
melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3) Ijab kabul : pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antar pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
4
Dr. Kas (Dollar) xxx
Saat dijual :
*jika harga beli valas lebih besar dari pada harga jual
**jika harga beli valas lebih kecil dari pada harga jual
Untuk tujuan laporan keuangan diakhir periode, aset moneter (piutang dan utang)
dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan
nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaian :
Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal trasaksi:
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi:
5
B. AKAD WADIAH
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak
yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan
kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali
uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang
titipan.
3. Sumber Hukum
Al Qur’an :
”......Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya...” (QS 2:283)
As Sunnah
”Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepada mu dan
jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (HR Abu Dawud dan Al
Tirmidzi)
– Pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta memelihara
barang titipan.
6
– Obyek Wadi’ah: benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui
spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan.
7
C. AKAD AL-WAKALAH (DEPUTYSHIP/AGEN/WAKIL)
1. Pengertin Akad Wakalah
Al Wakalah atau Al Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandate (Sabiq, 2008). Wakalah adalah pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakkil) kepada
penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Dalam
praktik perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu. Akad wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
(muwakkil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang boleh di wakilkan.
2. Sumber Hukum
Al Qur’an :
“...maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu itu....”(QS.18:19)
”jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengalaman” (QS 12:55)
As Sunnah
Diriwayatkan dari Busr bin ibn Sa’diy al Maliki berkata: Umar mempekerjakan saya
untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah saya menyerahkan zakat
kepadanya, memerintahkan agar saya diberi imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja
hanya karena Allah. Umar menjawab: ”Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja
(seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; sayapun berkata seperti
apa yang kamu katakan. Kemudian rasul bersabda kepada saya: Apabila kamu diberi
sesuatu tanpa kamu minta; makanlah (terimalah) dan bersedekahlah. (HR Bukhori Muslim)
1. Pelaku
1). Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang dapat diwakilkan
2). Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu,yakni dalam hal-hal yang
bermanfaat baginya, seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan lain
sebagainya.
8
2). Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal, karena jika ini terjadi salah
satu syarat wakalah tidak terpenuhi
Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai
Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
Wakil mengundurkan diri
Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang
diwakilkan.
9
Cr. Pendapatan wakalah xxx
Bagi Pihak yang Meminta Diwakilkan
Pada saat membayar ujr/komisi
Dr. Beban Wakalah xxx
Cr. Kas xxx
Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan). Akad
Kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada
pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang
ditanggung (makful anhu/ashil). Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang
bertujuan untuk saling tolong menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan
sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan
tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
2. Sumber Hukum
Al Qur’an :
”Dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjamin nya” (Maryam) (QS :3:37)
”Dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” (QS 12:72)
As Sunnah
”Penjamin adalah orang yang berkewajiban mesti membayar (HR Abu Dawud, At
Tirmidzi)
10
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
11
Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin.
Atau jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang
berutang.
Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin.
Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika kreditor
melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas
dari utang tersebut.
Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah). Dalam kasus ini baik
orang terutang ataupun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut
Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan
kreditor.
Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya
E. QARDHUL HASAN
Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar
pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syari’ah (tidak
ada riba). Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau
tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan sosial atau untuk kemanusiaan. Cara
pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.
12
Qhard adalah transaksi pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh)
yang wajib dikembalikan dengan jumlah lama sesuai pinjaman. (Muqridh) dapat meminta
jaminan atas pinjaman kepada (Muqtaridh). Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara
angsur atau sekaligus. Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk
dibebankan kepada peminjaman. Jika peminjam mengalami kerugian bukan kelalaiannya
maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman.
Sumber dana pinjaman qhardhul hasan dapat berasal dari internal dan eksternal.
Sumber pinjaman qardh eksternal meliputi dana qardh yang diterima dari dan infak, sedekah,
dan sebagainya. Sedangkan contoh sumber dana qardh yang disediakan para pemilik entittas
bisnis, hasil pendapatan nonhalal dan denda dan lain sebagainya.
2. Sumber Hukum
Al Qur’an :
”Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.” (QS 2:280)
As Sunnah
”Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama
ia (suka) menolong saudara Nya” (HR Muslim)
Dari Abu Qatadah: ”Wahal rasulullah, bagaimanakah jika aku berjihad dengan jiwa
dan hartaku, aku bertempur penuh sabar demi mengharap pahala Allah dan maju terus
pantang mundur, apakah aku masuk surga?” Rasulullah menjawab: ”ya” Beliau
mengatakan sebanyak tiga kali, kemudian ia bersabda :”kecuali jika kamu mati dan kamu
punya utang serta kamu tidak membayarnya...”(HR Muslim)
Telah dihadapkan kepada Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk dishalatkan)...
Rasulullah bertanya ”Apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab ”Tidak”,
Rasulullah bertanya lagi, ” Apakah dia mempunyai utang?” Para sahabat menjawab ”Ya,
sejumlah tiga dinar”’ Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi
beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, ”saya menjamin utangnya ya rasulullah”.
Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR Bukhari)
3. Rukun dan Ketentuan Syariah
Rukun qhardhul hasan ada 3, yaitu :
Pelaku yang terdiri dari pembeli dan penerima pinjaman
13
Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan
3. Ijab qabul/ serah terima
Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baliqh
2. Objek akad
a. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya
b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati, tidak
boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas pokok pinjamannya. Namun peminjam
dibolehkan memberikan sumbangan secara suka rela.
c. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu peminjaman dapat
diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya. Namun jika peminjam
lalai maka dapat dikenakan denda.
Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.
14
Cr. Utang xxx
Saat pelunasan, dicatat:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau
memikul sesuatu di atas pundak. Jenis akad ini adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk
saling tolong-menolong untuk menggapai ridho Allah. Akad pengalihan utang dari satu
pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar) utangnya. akad
pengalihan piutang dari satu pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban
menagih piutangnya. Pihak yang menerima pengalihan utang atau piutang dapat memperoleh
imbalan feel ujrah atas jasanya (berupa kesediaaan dan komitmennya) dan besarnya ujrah
harus ditetapkan pada saat akad secara jelas, tetap, dan pasti.
Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi 2 sebagai berikut:
15
2. Hiwalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) adalah pemindahan utang yang tidak
ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak
kedua.
3. Sumber Hukum
Dasar hukum Hiwalah adalah hadist Nabi Muhammad SAW sebagai beikut
” menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman. Dan jika salah
seorang kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka
turutlah (menerima pengalihan tersebut).”(HR. Bukhari Muslim))
2. Objek akad:
b. adanya piutang
1. Pelaku
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela
(ridha) dengan pengalihan utang piutang tersebut.
c. Diketahui identitasnya.
16
2. Objek penjaminan (makful bihi)
a. Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang.
3. Ijab kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi moderen.
Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang
disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang
sebagai jaminan atas utang. Akad rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman
dengan jaminan atau dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang gadaian baru dapat diserahkan kembali pada pihak
yang berutang apabila utangnya sudah lunas. Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman
lebih mempercayai pihak yang berutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian
adalah kewajiban pihak yang menggadaikan (Rahin), namun dapat juga dilakukan oleh pihak
yang menerima barang gadaian (murtahin) dan biayanya harus ditanggung rahin. Besarnya
biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Barang gadaian tetap milik
orang yang berutang. Pada saat jatuh tempo yang berutang berkewajiban untuk melunasi
utangnya. Apabila ia tidak dapat melunasinya maka barang gadaian dijual kemudian hasil
penjualan bersih digunakan untuk melunasi utang dan biaya pemeliharaan yang terutang.
Apabila ada kelebihan antara harga jual barang gadaian dengan besarnya utang maka
selisihnya diserahkan kepada yang berutang tapi apabila ada kekurangan maka yang berutang
tetap harus membayar sisa utangnya tersebut. Yang melakukan penjualan adalah pemilik.
17
Rahn Tajlisi
Selain akad rahn, pada tahun 2008 MUI juga mengeluarkan fatwa tentang Rahn
Tajlisi (Fidusia). Fatwa ini dikeluarkan dalam rangka mengurangi kendala yang
timbul sehubungan masalah jaminan khususnya dalam masalah pemeliharaan dan
pemanfaatan jaminan. Fidausi sendiri dapat diterapkan untuk barang bergerak dan
barang tidak bergerak, baik berwujud mauoun tidak berwujud, sehingga menjadi lebih
luas cakupannya. Rahn tajlisi ini sama dengan rahn biasa, yang membedakan hanya
masalah pemanfaatan dan pemeliharaannya saja. Oleh sebab itu dasar hukum dan
ketentuan syariah akan sama dengan akad rahn.
2. Sumber Hukum
Al Qur’an
”jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh
yang berpiutang.” (QS.2:283)
As Sunnah
”Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah pernah membeli makanan dengan berutang dari
seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya (HR.Bukhari, Nasa’i&
Ibnu Majah)
1. pelaku, terdiri atas: pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima
gadai (murtahin)
18
2. Objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih)
3. syarat utang adalah wajib dikembalikan oleh debitur kepada kreditur, utang itu
dapat dilunasi dengan agunan tersebut, dan utang itu harus jelas (harus spesifik)
3. Ijab Kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi moderen
19
2. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan xxx
3. Pada saat mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan dan penyimpanan
Dr. Beban xxx
Cr. Kas xxx
4. Pada saat pelunasan uang pinjaman: Pada saat ini barang gadai dikembalikan
dengan membuat tanda terima barang.
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang gadai
dijual oleh pihak yang menggadai kan, jurnal:
Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang.
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
Jika kurang, maka berarti piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara nilai
penjualan dengan saldo piutang.
Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan, meletakkan,
membuat, menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk
janji memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan
perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai dengan
yang diharapkan. Menurut Az-Zuhaili dalam maksun (2008), perbedaan antara Ju’alah
dengan upah bekerja (ijarah dalam tenaga kerja) adalah sebagai berikut:
1. Ju’alah diberikan jika pekerjaan telah selesai, sedangkan upah sesuai dengan ukuran
tertentu.
2. Ju’alah tidak dibatasi oleh waktu, sedangkan upah ditentukan batas waktunya.
3. Ju’alah tidak bisa dibayar dimuka, sedangkan upah bisa dibayar dimuka.
4. Ju’alah dapat dibatalkan meskipun upaya telah dilakukan asalkan belum selesai, sedangkan
upah tidak dapat dibatalkan karena mengikat.
21
2. Sumber Hukum
Al-Qur’an
“Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta
dan aku menjamin terhadapnya.” (QS 12:71)
As-Sunah
“Dari Abu Said Al Khudri r.a tentang seseorang disengat kala pada suatu kaum
arab, ia berkata: Demi Allah aku sesungguhnya sanggup mengobati tetapi demi
Allah kami meminta makan kepadamu. Apabila kamu tidak mau menjamu kami,
aku tidak akan mengobati kamu sehingga kamu janjikan kepada kami satu hadiah.
Lalu mereka janjikan 30 ekor biri-biri maka berjalanlah ia, lalu dicobanya
mengobati orang yang digigit kala itu dan dibacanya hamdalah (alfatihah hingga
akhir) tiba-tiba orang yang sakit itu seolah-olah terlepas dari ikatan (sembuh)….
Kemudian mereka dating kepada Nabi SAW, lantas menceritakan kepada Nabi
dan Nabi bersabda: “Di mana engkau mengetahui bahwa al fatihah itu obat?
Perbuatanmu itu betul. (HR Muttafaq alaih)
1. Pihak yang membuat sayembara: cakap hokum, baligh, dan dapat juga dilakukan
oleh orang lain.
3. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang berniali (harta) dan jumlahnya harus
jelas
22
4. Perlakuan Akuntansi
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas
sayembara tersebut.
Setelah sayembara terpenuhi, jurnal:
Jika yang diberikan adalah asset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga wajar, setelah
sebelumnya nilai asset nonkas tersebut dinilai sejumlah harga wajarnya.
Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas
sayembara tersebut.
Jika yang diberikan adalah aset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga pasar.
Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan syariah,
sedangkan yang digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah dijelaskan
sebelumnya. Charge Card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang
kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat
tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang member tanlangan pada waktu aynga
telah ditetapkan. (fatwa DSN MUI No. 42/DSN MUI/V/2004)
Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hukum (berdasarkan
sistem yang sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis kartu
tersebut merupakan pola pembiayaan seperti halnya kartu kredit dan kartu debit di bank
konvensional. Hanya saja charge dan syariah card tidak mengenakan bunga, tetapi
mengenakan fee atas kenaggotaan dan transaksi yang dilakukan.
23
2. Sumber Hukum
Al-Qur’an
Hadist
“Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenaza seorang laki-laki untuk disalatkan.
Rasulullah bertanya, ‘Apakah ia mempunya utang?’ Sahabat menjawab, ‘Tidak’. Maka,
beliau menyalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenaza lain, Rasulullah pun bertanya,
‘Apakah ia mempunyai utang?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Shalakanlah
temanmu itu’ (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya(. Lalu Abu Qataadah berkata,
‘Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah’. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenaza
tersebut.” (HR Bukhari)
Mengingat transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentun
syariahnya akan merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad khafalah, ijarah, dan qardh
hasan.
4. Perlakuan Akuntansi
Mengingat transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan
syariahnya akan merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah, ijarah dan qardh hasan.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat banyak akad di luar yang dikenal luas dalam Islam seperti: salam, istishna’, musyarakah,
mudharabah, murabahah, ijarah tetapi ada juga akad lain yang juga sesuai dengan syariah dan
ketentuan syariah. Akad tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sharf adalah akad jual beli mata uang asing, akad ini sesuai syariah sepanjang dilakukan langsung
dan tunai.
2. Wadiah adalah akad untuk menitip barang, akad ini sesuai syariah sepanjang akad ini disepakati
baik objek titipan, maupun komisi atas penitipan tersebut.
3. Qardhul Hasan adalah akad pengelolaan dana kebajikan yang dilakukan secara terpisah
pengelolaannya dengan pengelolaan perusahaan.
4. Wakalah adalah akad mewakilkan sesuatu kepada pihak lain. Wakalah sesuai syariah islam
sepanjang memenuhi ketentuan yang ada.
5. Kafalah adalah akad tentang menjaminkansuatu barang kepada pihak lain. Dalam syariah islam,
akad ini tidak menyebabkan perpindahaan kepemilikan asset yang dijaminkan, asset tetap dimiliki
oleh pemilik asset. Walaupun pemilik asset tidak dapat membayar utang yang terkait dengan kafalah
tersebut.
6. Hiwalah adalah akad tentang mengalihkan hak atau kewajiban. Dalam pengalihan tersebut harus
ada kepercayaan untuk melakukannya dan ketika pengalihan yang mengambil alih akan menerima
komisi(fee). Akad ini sesuai dengan syariah sepanjang memenuhi ketentuan syariah.
7. Rahn adalah akad tentang gadai. Akad ini sesuai syariah sepanjang memenuhi ketentuan syariah.
25
B. Saran
1. Sebaiknya dalam penentuan akad hendaknya harus sesuai dengan ketentuan syariah yang
telah ditetapkan.
2. Untuk melaksanakan akad-akad yang terdapat di lembaga keungan, sebaiknya kita
mengetahui dan memahami konsep konsep akad tersebut terlebih dahulu.
3. Untuk melaksanakan akad-akad tersebut sebaiknya kita mengetahui lebih dalam tentang
sumber sumber hokum nya terlebih dahulu.
26
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri, Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Selemba Empat.
http://sitiismatul46.blogspot.co.id/2016/06/makalah-akad-akad-lainnya-akuntansi.html
https://kommoes.wordpress.com/2014/02/28/makalah-pengertian-dan-jenis-akad-akad-lainnya-by-
dwi-cahya-nuranda/
27