100 180 1 SM PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 10 No.

1, Maret 2013: 43-55


ISSN: 1829-6327 Terakreditasi
No.: 482/AU2/P2MI-LIPI/08/2012

EVALUASI PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (Hkm)


PADA HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DI PULAU LOMBOK

Study of Community Forest (HKm) Management


on Production Forest and Protected Forest in Lombok Island

Ryke Nandini
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu
Jl. Dharma Bhakti No.7, Ds Langka, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
Telp. 0370-6175552, Fax. 0370-6175482
email : [email protected]

Naskah masuk : 10 Pebruari 2012; Naskah diterima : 22 Januari 2013

ABSTRACT

The study aims to evaluate forest management of community forest (HKm) to conserve forests and to improve
communities welfare. The research was held at HKm Unit Sambelia in production forest and HKm Sesaot and HKm
Darussadiqien in protected forest. The methods used were land observation and interview with HKm farmers and key
inform the community. Descriptive and scoring techniques determining of HKm condition were used in data
analyses. The results showed that:(1) the management of HKm in production forest was categorized in moderate
condition (score 47.36), where technical restriction occurs on biophysical and plant condition, and the economical
and institutional restriction occurs on the potential economic and management system of HKm; (2) the management
of HKm in protected forest was categorized in moderate condition (the score of HKm Sesaot 53.17 and HKm
Darussadiqien 45.77). The restriction for economical, institutional and technical aspects were economical impacts,
management system, and conservation and farming techniques.
Keywords: Community forest, protection forest, production forest, HKm management

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan HKm dalam menjaga kelestarian hutan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan produksi dan hutan lindung. Penelitian ini dilakukan pada
HKm di Pulau Lombok, yaitu HKm Unit Sambelia yang mewakili HKm pada hutan produksi serta HKm Sesaot dan
HKm Darussadiqien yang mewakili HKm pada hutan lindung. Metode yang digunakan adalah survei lahan dan
wawancara terhadap pemilik lahan HKm serta tokoh utama masyarakat. Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif serta teknik skoring untuk menilai kondisi HKm baik secara teknis, ekonomis maupun
kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengelolaan HKm di hutan produksi berada pada kondisi
sedang (nilai skor 47,36) dengan faktor pembatas aspek teknis berupa kondisi biofisik dan kondisi tanaman, faktor
pembatas aspek ekonomis dan kelembagaan berupa potensi ekonomi HKm dan sistem pengelolaan kelembagaan;
(2) pengelolaan HKm di hutan lindung berada pada kondisi sedang (nilai skor HKm Sesaot 53,17 dan HKm
Darussadiqien 45,77) dengan faktor pembatas aspek teknis penerapan teknik usaha tani dan konservasi, faktor
pembatas aspek ekonomis dan kelembagaan berupa dampak ekonomi HKm dan sistem pengelolaan kelembagaan.
Kata kunci : Hutan kemasyarakatan, hutan lindung, hutan produksi, pengelolaan Hkm

I. PENDAHULUAN masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan


pengelolaan hutan dan diharapkan hutan dapat
A. Latar Belakang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di
sekitar hutan. Konsep pembangunan hutan ber-
Kebijakan pembangunan kehutanan telah me-
basis masyarakat (PHBM) merupakan konsep
ngalami perkembangan sejalan dengan adanya
pembangunan hutan yang diharapkan dapat me-
UU 32/2004 tentang otonomi daerah, yaitu yang
ngakomodir kebutuhan dan kesejahteraan ma-
semula bersifat sentralistik menjadi bersifat de-
syarakat di sekitar hutan. Salah satu bentuk pem-
sentralistik. Adanya desentralisasi di bidang ke-
bangunan hutan berbasis masyarakat adalah hu-
hutanan memberikan peluang yang besar bagi
tan kemasyarakatan (Hkm). Dengan adanya HKm

43
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 43 - 55

diharapkan kesejahteraan masyarakat setempat um memperhatikan input, pasca panen dan pema-
dapat meningkat melalui pemanfaatan sumber- saran sehingga nilai tambah kecil, serta adanya
daya hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan kendala-kendala lain dalam pengelolaan HKm
dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan yang memerlukan kajian secara teknis untuk men-
dan lingkungan hidup. dapatkan model pengelolaan HKm yang ideal
Secara nasional, pelaksanaan konsep HKm untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
telah dikembangkan pada 22 propinsi dengan dan kelestarian hutan.
luas keseluruhan sekitar 448.217 Ha yang terdiri Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi
dari areal usulan penetapan wilayah HKm (162. pengelolaan HKm di hutan produksi dan hutan
112,91 Ha), areal pembangunan HKm (208327 lindung baik berdasarkan aspek teknis, ekonomi
Ha), areal kerja social forestry (55.420 Ha) dan maupun kelembagaan sehingga dapat diketahui
areal yang diberi ijin sementara (62.357 Ha). faktor pembatas yang menyebabkan belum ter-
Total kelompok masyarakat yang terlibat pada capainya tujuan pelaksanaan HKm. Adapun sasa-
kegiatan HKm adalah 519 kelompok (Media DAS, ran penelitian ini adalah tersedianya data dan
2007). Salah satu propinsi yang telah melaksana- informasi pengelolaan HKm yang meliputi aspek
kan HKm adalah Nusa Tenggara Barat (NTB). teknis, kelembagaan dan ekonomi dari HKm di
Beberapa praktek HKm yang ada di NTB antara hutan produksi dan hutan lindung.
lain HKm yang dikelola oleh Perum Perhutani
sebagai lanjutan kegiatan HTI di Pulau Sum-
bawa, HKm Dinas Kehutanan Propinsi NTB, HKm II. METODE PENELITIAN
Kelompok Mitra Pengaman Hutan (KMPH)
Sesaot yang difasilitasi oleh LP3ES NTB, HKm A. Lokasi Penelitian
di kawasan hutan Batukliang, Lombok Tengah
Penelitian dilakukan pada tiga lokasi peneliti-
yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Kabu-
an yang mewakili HKm di Pulau Lombok yaitu
paten Lombok Tengah dan Dinas Kehutanan Pro-
HKm Unit Sambelia (Lombok Timur) yang me-
pinsi NTB, serta pengembangan Hkm di Propinsi
wakili HKm pada hutan produksi serta HKm
NTB bantuan OECF di Lombok Timur dan
Sesaot (Lombok Barat) dan HKm Darussadiqien
Lombok Barat (www.dephut.go.id).
(Lombok Tengah) yang mewakili HKm pada
Pelaksanaan HKm yang telah dilakukan,
hutan lindung.
belum juga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan. Menurut WWF dan
ECPE (2005, dalam Dinas Kehutanan Propinsi NTB, B. Bahan danAlat
2007), di NTB terdapat 200.000 400.000
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
masyarakat di sekitar hutan yang masih miskin,
antara lain adalah peta-peta (peta topografi, peta
atau sekitar 20-40 % penduduk miskin di NTB.
tanah, peta geologi), data iklim, data sekunder
Pemanfaatan hutan sebagai HKm yang sebagian
dari instansi terkait dan kuesioner. Alat yang
besar digunakan untuk kegiatan penanaman de-
digunakan pada penelitian ini antara lain adalah
ngan sistem tumpang sari belum mampu mening-
talley sheet, meteran, abney level, kaliper, dan
katkan perekonomian masyarakat. Dinas Kehu-
lain-lain.
tanan Propinsi NTB (2007) menyebutkan bahwa
dari kajian di proyek JIFPRO yang dilakukan
C. Teknik Pengumpulan Data
oleh PKSK Unram, kenaikan income masyarakat
pada areal HKm hanya bersifat sementara saja, Data yang dikumpulkan meliputi tiga aspek,
yaitu sekitar 1-3 tahun kemudian menurun lagi. yaitu teknik, kelembagaan, serta ekonomi HKm.
Menurut Zainal (2007), beberapa kendala yang Pengumpulan data dilakukan dengan survei ter-
menyebabkan belum berhasilnya pelaksanaan hadap lahan HKm dan wawancara terhadap pe-
HKm untuk dapat mensejahterakan masyarakat tani HKm serta tokoh utama masyarakat yang
di sekitar hutan antara lain adalah luas garapan terkait pelaksanaan HKm. Pengambilan sampel
yang tidak sesuai dengan jumlah peserta, sistem dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
usaha tani yang masih sederhana dan subsisten, 1. Aspek teknik yang meliputi kondisi biofisik
kemampuan swadaya masyarakat yang relatif ke- tempat tumbuh, kesesuaian jenis pada tapak,
cil karena hasilnya kurang bagus dan lebih cende- potensi tegakan (jenis tanaman, kerapatan),
rung ke tanaman semusim, belum ada jaminan teknik usaha tani (pola tanam, kombinasi
kepastian hukum dan kepastian usaha dari peme- tanam), penerapan teknik konservasi (jenis
rintah, serta pengelolaan masih on farm dan bel- konservasi, teknik pembuatan) dan penerapan

44
Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (Hkm)
Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Lombok
Ryke Nandini

teknik silvikultur (pemilihan jenis, pengolah- D. Metode Penelitian danAnalisis Data


an tanah, pembibitan/penanaman, pemeliha-
Metode yang digunakan pada penelitian ini
raan, dan pemanenan). Semua pendekatan ter-
diadaptasi dari pedoman monitoring dan evaluasi
sebut dilakukan dengan menggunakan teknik
penyelenggaraan HKm seperti yang digunakan di
acak sederhana (simple random sampling)
Lampung Barat sesuai SK. Bupati Lampung Ba-
seperti yang diuraikan oleh Tika (2005).
rat Nomor 11 Tahun 2004 tentang Panduan Teknis
2. Aspek ekonomi (potensi ekonomi, teknik pe-
Indikator dan Kriteria Monitoring dan Evaluasi
masaran) dan kelembagaan (profil kelemba-
Pelaksanaan Program Hutan Kemasyarakatan di
gaan dan sistem pengelolaan HKm) dilakukan
Kabupaten Lampung Barat dan di NTB. Data
secara acak bertingkat (stratified random sam-
yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan diana-
pling) seperti yang diuraikan oleh Tika (2005).
lisis untuk mendapatkan ukuran evaluasi yang
Masing-masing sampel diambil dengan inten-
didasarkan pada :
sitas sampling 5 %. Jumlah sampel penelitian
a. Sistem skoring, yaitu didasarkan pada bobot
dapat dilihat pada Tabel 1.
masing-masing aspek yang dibagi secara

Tabel (Table) 1. Jumlah sampel dalam kegiatan penelitian (Sum of sample for research study)
Jumlah sampel Jumlah anggota
pengamatan kelompok tani Jumlah
Status Luas
Lokasi penelitian lapangan HKm Responden
No. kawasan (area)
(Research area) (Numberof (Numberof the (Numberof
(Areal status) (Ha)
observation farmer group respondent)
samples), (ha) members)
1 Sambelia, Lotim Hutan 500 25 492 25
Produksi/
Production
forest
2 Sesaot, Lobar Hutan 400 20 1000 50
Lindung/
Protected
forest
3 Darussadiqien, Hutan 592 30 895 45
Loteng Lindung/
Protected
forest
Jumlah (Sum) 1492 75 2387 120

Tabel (Table) 2. Nilai skor masing-masing aspek pengelolaan Hkm (Score value on HKm management
aspect)
Aspek pengelolaan HKm Jumlah skor Kisaran skor Kelas skor
No. (HKm management aspect) (Sum of score) (Range of score) (Class of score)
1 Teknik (Technical) 35 22 35 Baik (Good)
12 21 Sedang (Moderate)
0 11 Buruk (Poor)
2 Ekonomi (Economic) 35 22 35 Baik (Good)
12 21 Sedang (Moderate)
0 11 Buruk (Poor)
3 Kelembagaan (Institutional) 30 21 30 Baik (Good)
11 20 Sedang (Moderate)
0 10 Buruk (Poor)
Total skor (Total score) 100

45
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 43 - 55

Tabel (Table) 3. Klasifikasikondisi HKm berdasarkan skor (Classification of HKm condition base on
scoring)
Kelas Kisaran skor
No.
(Class) (Range of score)
1 Baik (Good) 61 100
2 Sedang (Moderate) 31 60
3 Buruk (Poor) 0 30

berimbang sesuai jumlah pertanyaan dalam nya perangkat kelembagaan dan administrasi ke-
kuesioner. Nilai skor masing-masing aspek lembagaan sesuai kesepakatan pada awal pem-
dapat dilihat pada Tabel 2. bentukan.
b. Perhitungan sederhana pendapatan petani, Aspek ekonomi merupakan aspek yang mem-
yaitu menghitung pemasukan dari usaha tani punyai kelas buruk. Indikator yang menyebabkan
dikurangi dengan pengeluaran. aspek ekonomi HKm Unit Sambelia berada ki-
c. Penilaian kondisi HKm sesuai aspek penge- saran buruk adalah potensi ekonomi HKm, yaitu
lolaan sesuai kelasnya didasarkan pada hasil terbatasnya potensi ekonomi yang dapat dikem-
perhitungan skor total. Adapun klasifikasinya bangkan pada lokasi HKm, yang dalam hal ini
dapat dilihat pada Tabel 3. tidak lepas dari faktor biofisik dan kelembagaan
Kriteria penilaian yang berada pada kisaran Hkm.
kelas baik dapat direkomendasikan untuk
melanjutkan kegiatan HKm dan memperpanjang 2. Evaluasi Pengelolaan HKm di Hutan
izin pemanfaatan 25 tahun. Penilaian dalam kelas Lindung
sedang dapat direkomendasikan untuk memper- Evaluasi pengelolaan HKm pada hutan lin-
panjang ijin pemanfaatan selama lima tahun, dung dilakukan pada dua lokasi, yaitu HKm Se-
adapun kelas buruk hanya direkomendasikan saot di Kabupaten Lombok Barat dan HKm
untuk memperoleh perpanjangan ijin selama satu Darussadiqien di Kabupaten Lombok Tengah.
tahun untuk selanjutnya dievaluasi kembali. Hasil evaluasi pada 50 sampel di HKm Sesaot
menunjukkan bahwa sebagian besar lahan HKm
di Sesaot berada pada kisaran nilai 42,97 sampai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan 64,72 atau berada pada kelas sedang
hingga baik (Lampiran 2). Adapun rata-rata kon-
A. Hasil
disi HKm di HKm Sesaot mempunyai skor 53,17
1. Evaluasi Pengelolaan HKm di Hutan yang berarti pada kondisi sedang. Hasil evaluasi
Produksi dari masing-masing aspek di HKm Sesaot dapat
Hasil evaluasi terhadap 25 sampel terpilih me- dilihat pada Tabel 5.
nunjukkan bahwa menunjukkan bahwa sebagian Berdasarkan ketiga aspek yang dievaluasi,
besar lahan HKm Unit Sambelia, berada pada hampir semua mempunyai kisaran nilai sedang,
kisaran nilai 40,22 sampai 51,72 yang berarti kecuali pada aspek teknik. Pelaksanaan HKm di
pada kondisi sedang (Lampiran 1). Secara rata- Sesaot secara teknis sudah baik. Hal ini dicermin-
rata, kondisi HKm Unit Sambelia mempunyai kan oleh beberapa indikator yang hampir men-
skor 47,36 yang berarti juga pada kondisi sedang. capai nilai maksimal, di antaranya indikator bio-
Hasil evaluasi dari masing-masing aspek di HKm fisik, kesesuaian jenis, kondisi tanaman dan silvi-
Unit Sambelia dapat dilihat pada Tabel 4. kutur. Pada aspek kelembagaan, indikator yang
Beberapa indikator yang menyebabkan secara menyebabkan HKm berada pada kisaran kelas
teknik HKm Unit Sambelia berada pada kelas sedang adalah sistem pengelolaan kelembagaan,
sedang adalah faktor biofisik seperti ketersediaan sedangkan pada aspek ekonomi yang menyebab-
air, iklim, kesuburan dan potensi kebakaran, serta kan HKm berada kisaran sedang adalah potensi
kondisi tanaman seperti kemampuan hidup, kera- ekonomi dan dampak ekonomi HKm yang ku-
gaman dan kerapatan vegetasi.Indikator yang rang memberikan kontribusi terhadap pendapat-
menyebabkan secara kelembagaan HKm Unit an petani Hkm.
Sambelia berada pada kelas sedang adalah sistem Hasil evaluasi pada 45 sampel di Hkm Darus-
pengelolaan kelembagaan seperti tidak berjalan- sadiqien menunjukkan bahwa sebagian besar

46
Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (Hkm)
Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Lombok
Ryke Nandini

Tabel (Table) 4. Evaluasi kondisi HKm Unit Sambelia berdasarkan aspek (Evaluation of HKm Unit
Sambelia condition based on aspect)
Aspek Skor total Jumlah skor Kelas
No. (Aspect) (Total of score) (Sum of score) (Class)
1 Teknik (Technical) 35 21,94 Sedang (Moderate)
2 Ekonomi (Economic) 35 10,92 Buruk (Poor)
3 Kelembagaan (Institutional) 30 14,50 Sedang (Moderate)
Jumlah (sum) 100 47,36 Sedang (Moderate)

Tabel (Table) 5. Evaluasi kondisi HKm Sesaot berdasarkan aspek (Evaluation of HKm Sesaot condition based on
aspect)
Aspek Skor total Jumlah skor Kelas
No. (Sum of score) (Class)
(Aspect) (Total of score )
1 Teknik (Technical) 35 22,51 Baik (Good)
2 Ekonomi (Economic) 35 11.36 Sedang (Moderate)
3 Kelembagaan (Institutional) 30 19.30 Sedang (Moderate)
Jumlah (sum) 100 53,17 Sedang (Moderate)

Tabel (Table) 6. Evaluasi kondisi HKm Darussadiqien berdasarkan aspek (Evaluation of HKm Darussadiqien
based on aspect)
No. Aspek Skor total Jumlah skor Kelas
(Aspect) (Total of score ) (Sum of score) (Class)
1 Teknik (Technical) 35 21,08 Sedang (Moderate)
2 Ekonomi (Economic) 35 9,69 Buruk (Poor)
3 Kelembagaan (Institutional) 30 15,00 Sedang (Moderate)
Jumlah (sum) 100 45,77 Sedang (Moderate)

lahan HKm di Darussadiqien berada pada kisaran B. Pembahasan


nilai 37,97 sampai 52,72 yang berarti pada kon-
Berdasarkan hasil evaluasi HKm di hutan
disi sedang (Lampiran 3). Rata-rata kondisi HKm
produksi dan hutan lindung yang terdapat pada
di HKm Darussadiqien mempunyai skor 45,77
Tabel 4, 5 dan 6 dapat dirangkum seperti pada
yang berarti pada kondisi sedang. Adapun hasil
Tabel 7.
evaluasi dari masing-masing aspek di HKm Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil
Darussadiqien dapat dilihat pada Tabel 6. evaluasi kondisi HKm di hutan produksi dan
Berdasarkan Tabel 6, maka dari ketiga aspek
hutan lindung tidak ada perbedaan, di mana
yang dievaluasi, hampir semua mempunyai kisa-
keduanya berada pada kondisi sedang sehingga
ran nilai sedang, kecuali pada aspek ekonomi.
dapat direkomendasikan untuk pengajuan izin
Beberapa indikator yang menyebabkan secara
pemanfaatan selama 5 tahun. Pada kondisi ini,
teknik HKm Darussadiqien berada pada kelas
secara teknik, kelembagaan dan ekonomi HKm
sedang adalah pemanfaatan teknik usaha tani dan
yang ada di hutan lindung maupun hutan pro-
konservasi, sedangkan indikator yang menye-
duksi relatif berimbang sehingga untuk mening-
babkan secara kelembagaan HKm Darussadiqien
katkan kondisi HKm menjadi baik perlu mem-
berada pada kelas sedang adalah sistem pengelo-
perhatikan tiga aspek tersebut, terutama apabila
laan kelembagaan. Aspek ekonomi merupakan
kegiatan HKm akan diusulkan untuk ijin peman-
aspek yang mempunyai kelas buruk. Indikator yang
faatan 25 tahunan.
menyebabkan aspek ekonomi Hkm Darusssadi- Faktor pembatas dari aspek teknik pada HKm
qien berada kisaran buruk adalah dampak eko- di hutan produksi adalah kondisi biofisik dan
nomi HKm, dimana pendapatan dari HKm belum kondisi tanaman. Dua hal ini sangat berkaitan
memberikan kontribusi secara nyata terhadap erat, dimana kondisi biofisik yang tidak mendu-
pendapatan petani Hkm. kung seperti iklim yang ekstrem dan ketersediaan

47
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 43 - 55

Tabel (Table) 7. Hasil Evaluasi HKm pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (Result of HKm
evaluation on production forest and protected forest)
Hkm Hutan Produksi
(HKm on HKm Hutan Lindung
Uraian (HKm on protected forest)
No. production forest)
(Details)
Unit Sambelia Sesaot Darussadiqien
1 Hasil evaluasi kondisi HKm Sedang Sedang Sedang
(HKm evaluation result) (47,36) (53,17) (45,77)
2 Faktor pembatas dari aspek Biofisik, kondisi Usaha tani, Usaha tani,
teknik tanaman konservasi konservasi
(Restriction from technical
aspect)
3 Faktor pembatas dari aspek Potensi ekonomi Potensi dan Dampak ekonomi
ekonomi dampak ekonomi
(Restriction from
economical aspect)
4 Faktor pembatas dari aspek Sistem pengelolaan Sistem Sistem pengelolaan
kelembagaan kelembagaan pengelolaan kelembagaan
(Restriction from kelembagaan
institutional aspect)

air yang kurang akan mempengaruhi kondisi dari pola usaha tani yang ada. Salah satu solusi
pertumbuhan tanaman. Beberapa solusi yang da- yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan
pat ditawarkan adalah memberikan pembinaan pembinaan diversifikasi usaha tani kepada petani
dalam pemilihan jenis tanaman dan memani- HKm agar dapat membantu meningkatkan pen-
pulasi keterbatasan biofisik dengan teknik-teknik dapatan dari HKm. Sebagai contoh, diversifikasi
penanaman yang inovatif seperti penggunaan usaha tani dari tanaman semusim dengan rumput-
mikroriza pada saat pembibitan untuk memper- rumputan yang mampu tumbuh di bawah tegakan
cepat pertumbuhan tanaman dan hydrogel untuk akan membantu upaya penyediaan pakan ternak
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Mikoriza sehingga masyarakat tetap dapat mengandalkan
merupakan salah satu biofertilization yang baik pendapatannya dari hutan melalui pengembang-
untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan an ternak. Selain itu, pengembangan rumput di
maupun tanaman penghijauan (Killham, 1994), bawah tegakan juga akan membantu untuk kon-
sedangkan hydrogel selain untuk membantu efi- servasi tanah dan air. Dari sisi konservasi, HKm
siensi pemanfaatan air juga berfungsi untuk me- di hutan lindung sebagian besar belum menerap-
ngurangi hilangnya air dan nutrient karena kan sistem konservasi tanah dan air, padahal ba-
leaching dan evaporasi, memperbaiki sifat fisik nyak lahan HKm yang berada pada kemiringan
tanah dengan membentuk aerasi udara yang baik, lereng besar. Hal ini cukup membahayakan kon-
meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta me- disi lahan karena berpotensi terjadi erosi atau
ngurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan longsor lahan. Dengan adanya tanaman di bawah
pencemaran air tanah (Basri, 2010). tegakan, maka akan dapat mengurangi kecepatan
Pada HKm di hutan lindung, usaha tani men- aliran permukaan dan kekuatan perusak air yang
jadi pembatas karena pada awalnya sebagian be- menyebabkan erosi (Arsyad, 1989).
sar petani HKm menerapkan pola agroforestri de- Faktor pembatas dari aspek ekonomi pada
ngan tumpang sari antara tanaman kayu dengan HKm di hutan produksi adalah potensi ekonomi,
tanaman semusim namun pada saat ini sudah dimana hal ini berkaitan dengan kondisi biofisik-
tidak ada lagi aktivitas tanaman semusim. Selain nya. Secara fisik, lokasi HKm di hutan produksi
itu penentuan pola usaha tani hanya mengikuti mempunyai keterbatasan biofisik yang menye-
musim dan tidak ada upaya-upaya untuk mem- babkan terbatasnya jenis tanaman yang mampu
perbaiki sistem usaha tani sehingga ketika pola tumbuh di lahan HKm. Solusi yang dapat dita-
agroforestri pada HKm sudah tidak dapat dila- warkan adalah memberikan program diversifika-
kukan, petani tidak lagi memperoleh pemasukan si bagi para petani sehingga mereka memperoleh

48
Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (Hkm)
Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Lombok
Ryke Nandini

pengetahuan tambahan untuk meningkatkan pro- hal ini perlu suatu langkah pendampingan dari
duktifitas lahan Hkm. instansi terkait yang disertai dengan reformasi
Hkm di hutan lindung faktor pembatasnya kelembagaan HKm yang telah ada untuk mem-
adalah dampak ekonomi walaupun HKm di hutan perbaiki sistem kelembagaan Hkm.
lindung sudah cukup banyak potensi HKm yang
mempunyai nilai ekonomi namun para petani
HKm tidak mampu mengembangkan secara baik IV. KESIMPULAN
sehingga dampak ekonomi HKm yang mampu
terserap hanya sedikit saja. Sebagai contoh, di 1. Hasil evaluasi HKm di hutan produksi yang
HKm Sesaot dan Darussadiqien banyak tersedia diwakili oleh HKm Unit Sambelia menun-
buah-buahan seperti nangka. Namun masyarakat jukkan bahwa HKm di hutan produksi berada
hanya menjual buahnya saja sehingga pada mu- pada kondisi sedang dengan skor 47,36. Fak-
sim panen harga jualnya justru jatuh, bahkan ter- tor pembatas dari aspek teknik yang menye-
kadang banyak sisa karena tidak laku dijual. babkan kondisi HKm di hutan produksi ber-
Buah-buahan yang tidak laku biasanya diberikan ada dalam kondisi sedang adalah kondisi bio-
kepada sapi atau ternak sebagai pakan tambahan, fisik dan kondisi tanaman, faktor pembatas
kelembagaan adalah sistem pengelolaan ke-
namun karena banyaknya buah yang tersisa
lembagaan, sedangkan faktor pembatas eko-
kadang-kadang sapi pun sudah tidak mampu
nomi adalah potensi ekonomi Hkm.
menghabiskan dan akhirnya membusuk. Hal ini 2. Hasil evaluasi HKm di hutan lindung yang
sebenarnya dapat diatasi apabila ada upaya lain diwakili oleh HKm Sesaot dan HKm
untuk mengubah buah nangka menjadi produk Darussadiqien menunjukkan bahwa HKm di
makanan lain yang lebih menghasilkan secara hutan lindung berada pada kondisi sedang
ekonomi. Namun sayangnya masyarakat belum dengan skor masing-masing 53,17 (HKm
menguasai teknik-teknik wirausaha tersebut se- Sesaot) dan 45,77 (HKm Darussadiqien).
hingga salah satu solusi yang dapat ditawarkan Faktor pembatas dari aspek teknik yang
untuk mengatasi kurangnya dampak ekonomi menyebabkan kondisi HKm di hutan lindung
HKm adalah melibatkan instansi terkait (misal : berada dalam kondisi sedang adalah usaha
perindustrian, koperasi) untuk memberikan pela- tani dan konservasi, faktor pembatas kelem-
tihan kewirausahaan agar para petani mempunyai bagaan adalah sistem pengelolaan kelem-
pendapatan tambahan dari produk-produk yang bagaan, sedangkan faktor pembatas ekonomi
dihasilkan HKm. Dengan demikian, permasalah- adalah dampak ekonomi HKm.
an HKm tidak hanya menjadi domain instansi
kehutanan tetapi juga instansi terkait lainnya.
Faktor pembatas dari aspek kelembagaan pada DAFTAR PUSTAKA
HKm di hutan produksi dan hutan lindung tidak
Anonim. Pengalaman Pengembangan Hutan Kemas-
ada perbedaan yaitu pada sistem pengelolaan
yarakatan di NTB. www.dephut.go. id. diakses
kelembagaan. Konsep awal pembentukan HKm 12 Desember 2007.
dilakukan dengan pembentukan dan penguatan
kelembagaan, dengan harapan kelembagaan HKm Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit
IPB. Bogor.
mampu menjadi ujung tombak dalam pengelola-
an HKm dalam kurun waktu yang panjang. Na- Balai Pengelolaan DAS Dodokan Moyosari. 2008.
mun demikian, kelembagaan HKm yang konsep Rencana Kerja Monitoring dan Evaluasi Pem-
bangunan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi
awalnya telah dirancang secara baik tidak dapat Nusa Tenggara Barat TahunAnggaran 2008.
menjalankan fungsinya secara optimal karena ti-
dak ada pendampingan secara utuh. Pendamping- Basri, H.M. 2010. Apa itu Hydrogel? www. inkhy-
an HKm hanya dilakukan pada awal kegiatan dan drogel.blogspot.com. Diakses 15 Februari 2010.
dilepas ketika kelembagaan HKm belum dapat Departemen Kehutanan. 1995. Manual Kehutanan.
mandiri. Kurangnya sumberdaya manusia yang Kopkarhutan. Jakarta.
tepat sebagai pengurus kelembagaan menjadi Dinas Kehutanan Propinsi NTB. 2007. Pembentukan
faktor penambah ketidakberhasilan kelembagaan KPH di Propinsi NTB. Makalah Konsultasi
HKm dalam mengelola HKm. Untuk mengatasi Publik Pembentukan KPH di Propinsi NTB.
Mataram.

49
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 43 - 55

___________. 2007. Statistik Kehutanan Propinsi Pusat Kajian Sumberdaya Kehutanan (PKSK). 2001.
Nusa Tenggara Barat. Mataram. Studi Dampak Keberhasilan Program Hutan
Kemasyarakatan. Laporan Akhir. Kerjasama
Dirjen RRL. 1986. Pola Pengembangan HKm. Direk-
Forum Koordinasi Hutan Kemasyarakatan
torat Penghijauan dan Pengendalian Perlada-
Propinsi NTB dengan PKSK Fakultas Per-
ngan. Jakarta.
tanian Unram.
ITTO. 2001. Mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari
SK. Bupati Lampung Barat Nomor 11 Tahun 2004
di Indonesia : Hutan Tanaman untuk Pencip-
tentang Panduan Teknis Indikator dan Kriteria
taan Sumber Daya. Seri 3 Hasil Laporan Misi
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Prog-
Teknis ITTO untuk Indonesia. Biro KLN De-
ram Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten
partemen Kehutanan.
Lampung Barat.
Killham, K.1994. Soil Ecology. Cambridge Univer-
Tika, M.P. 2005. Metode Penelitian Geografi. PT.
sity Press.
BumiAksara. Jakarta.
Media DAS. 2007. Perubahan Paradigma Pem-
Zainal B. 2007. Pengalaman Menyelenggarakan Hu-
bangunan Kehutanan : Kerjasama Pusat dan
tan Kemasyarakatan (HKm) di Propinsi Nusa
Daerah Sangat Diperlukan. Edisi 07/Tahun
Tenggara Barat (NTB). Bahan Masukan dalam
I/Desember 2007. Jakarta.
Kegiatan Konsultasi Publik Draft Permenhut
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.37/Menhut-II/ tentang HKM dan Hutan Desa. Mataram.
2007 tentang Hutan Kemasyarakatan.

50

Anda mungkin juga menyukai