File Dok
File Dok
File Dok
Departemen Kehutanan RI
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
3
Pusat Penelitian Gizi Departemen Kesehatan
ABSTRACT
The collaboration on managing forest resource involves two main actors such as State Forestry
Corporation (Perum Perhutani) and forest farmers groups. The objectives of this study are: (1) to explore
the conditions of factors that influence group dynamics of forest farmers group (FFG); (2) to explore the
condition of group dynamic of forest farmers group and to identify several factors influence the group
dynamic (3) to formulate a model of group dynamic of FFG. Several variables are included in this study
such as potency of individual farmers, effectiveness of empowerment process, role of facilitators,
effectiveness of forest farmers group leadershi, environmental supports and group dynamic of FFG. The
locations of the study are in three forest districts area of East Pekalongan, South Kedu and Gundih. The
preliminary study was carried out in January 2008, and field survey had been accomplished from July to
August 2008. Populations of the study are forest villagers around state forest areas in three selected
locations of 889.407 families. Method in this study is survey with questionnaire. Respondents of 408
farmers were selected through multistage cluster sampling with disproportional number of respondents
each location. The research data were processed with descriptive analysis and structural equation
modeling (SEM) with LISREL 8.72. The conclusions of the study are: (1) The condition of effectiveness of
forest farmers group leadership low (score 62); the condition of environmental support is low (score 62)
and the condition of facilitators role is also low(score 62); (2) Level of group dynamic of forest farmers
group is low. Factors that influence significantly on the low of group dynamic are the low effectiveness of
forest farmers group leadership, unfavorable environmental supports and low role of facilitators; (3)
Model of effective group dynamic are influenced by effectiveness of forest farmers group leadership,
favorable environmental supports and role of facilitators. Whereas group dynamic consists of goal of the
group, group structure and group function.
Keywords: Group Dynamic, Forest Villagers, Forest Farmers Group, Collaborative Forest
Management, Social Forestry
Pendahuluan
Peluang masyarakat sekitar hutan untuk turut mengelola sumberdaya alam hutan
semakin menguat sejalan dengan adanya pergeseran paradigma pengelolaan hutan.
Paradigma baru pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia mengarah kepada
pemanfaatan yang mampu memberikan manfaat secara lestari, produktif, efisien dan
1
50
51
Keberadaan kelompok tani bagi masyarakat sekitar hutan sudah ada sejak awalawal program kehutanan masyarakat diluncurkan oleh Perhutani tahun 1980-an.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi dan kedudukan kelompok masih
lemah dalam menjalankan perannya mengelola sumberdaya hutan bersama Perhutani.
Oleh karena itu aspek kelompok tani hutan sangat penting diperhatikan dalam proses
pemberdayaan. Pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar hutan dengan
memperhatikan kelembagaan kelompok tani harus dilakukan secara tepat agar
kelompok dapat menjadi mitra sejajar dengan pihak Perhutani dalam mengelola
sumberdaya hutan.
Pentingnya pendekatan kelompok dalam konteks penyuluhan mendorong
penulis untuk mendalami permasalahan kelompok tani bagi masyarakat sekitar hutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengungkap kondisi potensi sumberdaya individu
petani, ketepatan proses pemberdayaan, peran SDM pemberdayaan, keefektifan
kepemimpinan kelompok, dukungan lingkungan dan dinamika kelompok tani hutan;
menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok tani hutan;
dan menyusun model peningkatan dinamika kelompok tani hutan.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah pengelolaan hutan Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah, meliputi tiga KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) yaitu KPH Pekalongan
Timur, KPH Kedu Selatan dan KPH Gundih. Penelitian pendahuluan pada bulan
Januari 2008, dan pengambilan data pokok dari responden dilakukan pada bulan Juli s.d
Agustus 2008.
Populasi penelitian adalah jumlah keseluruhan kepala keluarga petani sekitar
hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) pada tiga lokasi penelitian,
yaitu sebanyak 853.407 orang petani sebagai kepala keluarga. Pengambilan sampel
secara multistage cluster random sampling (gugus bertingkat secara acak) dengan
jumlah sampel tidak proporsional (disproporsional). Jumlah sampel dengan presisi
=0,05 atau tingkat kepercayaan 0,95 diperlukan 399,82 orang atau 400 orang. Sampel
ditentukan 408 orang. Pengambilan sampel dari 3 KPH dipilih secara acak masingmasih 2 BKPH, tiap BKPH dipilih masing-masing 2 LMDH, tiap LMDH dipilih
masing-masing 3 KTH, tiap KTH dipilih petani responden 11-12 orang.
Jenis penelitian adalah survey yang mengambil sampel dari populasi dengan
kuesioner sebagai alat pengambilan data pokok. Penelitian ini digunakan untuk maksud
penelitian penjelasan (Explanatory Research) yaitu menjelaskan hubungan kausalitas
antara peubah-peubah penelitian melalui pengujian hipotesis. Instrumen telah
memenuhi validitas isi melalui evaluasi Tim Pakar dan validitas konstruk dengan telaah
teori yang relevan. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode
Alpha Cronbach dengan kisaran nilai 0,60 (cukup reliabel) 0,87 (sangat reliabel).
Analisis data secara deskriptif dan analisis hubungan kausal. Pengolahan data deskriptif,
data ordinal ditransformasi menjadi skala 100 (data interval) dan perhitungan rerata
dengan bobot tiap lokasi penelitian karena sampel disproporsional. Analisis hubungan
kausal menggunakan structural equation modelling (SEM) dengan Program Lisrel 8,72.
Analisis dilakukan dengan pendugaan paramater, analisis model pengukuran, uji
kecocokan keseluruhan model dan analisis model struktural.
52
X 1.1
X 1.2
X 1.3
X 1.4
X 1.5
X 1.6
X 1.7
X 1.8
Nama Indikator
Rataan
terbobot **
(n=408)
KPH A
(n=136)
KPH B
(n=136)
KPH C
(n=136)
1,53
0,80
0,21
0,52
18 a
9a
38 a
1.095.071
807.166 c
74 c
1,25
0,50
0,36
0,40
21 a
9a
43 b
1.052.555
245.103 a
23 a
0,92
0,53
0,10
0,28
23 b
13 b
44 b
1.137.868
709.215 b
62 b
1,25
0,52
0,33
0,40
21
9
43
1.061.077
313.515
29
4-5
-84%
-15%
-1%
3 -4
-73%
-17%
-10%
3-4
-81%
-13%
-7%
3-4
-79%
-15%
-6%
-96%
-4%
-75%
-16%
-9%
76 b
-95%
-4%
-1%
72 a
-88%
-8%
-3%
75 (sedang)
47 a
66 (rendah)
70 a
X 1.9
Keinovatifan ****
51 a
69 b
Keterangan :
* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (T-test)
** Bobot sampel : KPH A : KPH B :: KPH C = 1 : 13 : 1
*** Keterangan = 1-3 kali (jarang); 4-6 kali (sedang); 7-10 kali (sering)
**** Kategori : Rendah = 0 66,9; Sedang = 67,0 82,9; Tinggi = 83,0 - 100
53
54
X2
X3
X4
X5
Y1
KPH A
(n=136)
24 a
37 a
49 a
55 b
51 a
KPH B
(n=136)
27 b
65 c
64 c
63 c
67 c
KPH C
(n=136)
22 a
47 b
52 b
52 a
55 b
Rataan
tertimbang **
(n=408)
26
62
62
62
65
Keterangan :
* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 (T-test)
Kategori: Rendah = 0 66,9; Sedang = 67,0 82,9; Tinggi = 83,0 - 100
** Bobot sampel : KPH A : KPH B :: KPH C = 1 : 13 : 1
55
naungan organisasi yang lebih tinggi atau LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan)
pada tingkat desa. Para petani responden dalam kegiatan sehari-harinya lebih banyak
berinteraksi di dalam kelompok tani hutan. Istilah KTH pada LMDH Wana Indah di
BKPH Monggot, KPH Gundih dinamakan kelompok kerja (Pokja).
Pendugaan Parameter Model Dinamika Kelompok Tani Hutan
Pendugaan parameter-parameter penelitian dinamika kelompok tani hutan
dilakukan dengan analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan Program Lisrel
8.72. Strategi permodelan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Strategi
Pengembangan Model atau model development strategy (Hair et. al., 1998 diacu dalam
Wijanto, 2008). Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan spesifikasi model awal
secara teoretis, mengumpulkan data 408 responden, pendugaan parameter model awal,
analisis model pengukuran, respesifikasi model untuk mendapatkan model akhir dan
evaluasi kecocokan model.
Hasil pendugaan model awal dinamika kelompok (Gambar 1) menunjukkan
bahwa nilai P = 0,000 (0,05), nilai RMSEA = 0,13 (0,08), dan nilai CFI = 0,86
(0,90). Ukuran kecocokan keseluruhan model lainnya yaitu NFI = 0,85, NNFI=0,86,
RFI=0,84. IFI=0,86 dan GFI=0,57 yang semuanya 0,90. Dengan kata lain model
dinamika kelompok tani hutan di atas secara keseluruhan belum mempunyai kecocokan
model yang baik. Model awal belum mampu menduga (estimasi) matriks kovariansi
populasi, sehingga model perlu diperbaiki (respesifikasi).
56
Membangun komunikasi
(X3.6)
0,92
0,83
Peran SDM
Pemberdayaan
(X3)
0,95
0,20
1,00
Peran pemimpin
kelompok (X4.1)
Perilaku kepemimpinan
(X4.2)
0,73
1,00
Gaya kepemimpinan
(X4.3)
0,98
Potensi pengembangan
usaha (X5.6)
0,73
0,60
Tersedianya alternatif
usaha (X5.7)
0,48
Keefektifan
Kepemimpinan
Kelompok (X4)
Dinamika
Kelompok
0,91
(Y1)
(R= 0,64)
Tujuan kelompok
(Y1.1)
Struktur kelompok
(Y1.2)
0,95
Fungsi tugas
kelompok (Y1.3)
0,24
Dukungan
Faktor
Lingkungan
(X5)
1,00
Intervensi lingkungan
sosial (X5.9)
57
Besarnya
Pengaruh
Nilai-t*
Y1 (Dinamika Kelompok)
0,20
2,42*
X4 (Keefektifan Kepemimpinan
Kelompok)
Y1 (Dinamika Kelompok)
0,48
5,81*
X5 (Dukungan Lingkungan)
Ket :
* nyata pada 0,05
Y1 (Dinamika Kelompok)
0,24
3,00*
0,64
58
hutan sebesar 0,20 satuan. (2) Keefektifan kepemimpinan kelompok berpengaruh nyata
terhadap dinamika kelompok tani hutan, berarti setiap peningkatan satu satuan
keefektifan kepemimpinan kelompok akan meningkatkan dinamika kelompok tani
hutan sebesar 0,48 satuan. (3) Dukungan lingkungan berpengaruh nyata terhadap
dinamika kelompok tani hutan, berarti setiap peningkatan satu satuan dukungan
lingkungan akan meningkatkan dinamika kelompok tani hutan sebesar 0,24 satuan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika kelompok tani hutan termasuk
kategori rendah. Rendahnya dinamika kelompok tani hutan dipengaruhi secara nyata
oleh kurang efektifnya kepemimpinan kelompok tani hutan, kurang kondusifnya
dukungan lingkungan terhadap petani dan kurang optimalnya Mandor Perhutani
menjalankan perannya sebagai pendamping petani. Besaran nilai koefisien persamaan
struktural menunjukkan peubah mana yang pengaruhnya lebih besar terhadap dinamika
kelompok. Keefektifan kepemimpinan kelompok tani berpengaruh paling besar
terhadap dinamika kelompok. Kemudian disusul dukungan lingkungan terhadap petani.
Peubah yang pengaruhnya paling kecil terhadap dinamika kelompok yaitu peran SDM
pemberdayaan (Gambar 2).
Dinamika kelompok dalam penelitian ini merupakan kualitas interaksi dan
perilaku anggota kelompok tani hutan serta perkembangan struktur dan pembagian
tugas terhadap para anggotanya dalam mencapai tujuan kelompok diantaranya untuk
peningkatan keberdayaan para anggotanya. Tiga indikator handal untuk mengukur
dinamika kelompok dalam penelitian ini yaitu tujuan kelompok, struktur kelompok, dan
fungsi/tugas kelompok (Tabel 1). Temuan lapangan menunjukkan bahwa tujuan
kelompok tani kebanyakan belum dirumuskan dengan jelas, belum ditulis dan belum
diberitahukan kepada para petani. Sehingga petani belum memahami secara utuh tujuan
kelompok taninya. Demikian pula struktur kelompok, misalnya menyangkut
pengambilan keputusan kelompok, kebanyakan anggota tidak dilibatkan untuk
memutuskan hal-hal tentang kelompok. Yang terjadi, para pemimpin kelompok
membuat keputusan kegiatan kelompok dan diberitahukan kepada anggotanya. Selain
itu anggota secara umum memahami tugas dan tanggungjawab kelompok, dan
memahami tata cara pelaksanaan tugas. Namun para petani belum memperoleh
informasi tentang program dengan mudah dari kelompok. Fungsi tugas kelompok
menyangkut sejauhmana manfaat pencapaian kelompok dirasakan anggota, manfaat
tersedianya informasi dari kelompok, dan anggota memahami cara melakukan kegiatan
dan hubungan antar kegiatan dalam kelompok. Fakta lapangan menunjukkan para
petani belum merasakan manfaat yang optimal dari pencapaian tujuan kelompoknya.
Lemahnya tiga indikator ini merupakan representasi dari masih rendahnya dinamika
kelompok tani hutan.
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok adalah
keefektifan kepemimpinan kelompok tani hutan. Kurang efektifnya kepemimpinan
kelompok tani hutan menyebabkan rendahnya dinamika kelompok tani hutan tersebut.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa keefektifan kelompok tani hutan termasuk
kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kelompok tani hutan masih
belum efektif mendorong petani ke arah kelompok yang dinamis. Keefektifan kelompok
59
yang rendah menyebabkan dinamika kelompok tani hutan menjadi rendah. Rendahnya
keefektifan kepemimpinan kelompok disebabkan oleh kurangnya optimalnya pemimpin
kelompok tani hutan melakukan perannya; kurangnya kemampuan perilaku
kepemimpinan; dan gaya kepemimpinan kelompok yang belum mendorong petani ke
arah kelompok yang dinamis. Peran-peran pemimpin kelompok meliputi : menjelaskan
tujuan kelompok; menyediakan sarana dan prasarana kerja; memberikan semangat
dalam bekerja; mendengarkan aspirasi petani dan memberikan saran pemecahan atas
masalah petani. Perilaku kepemimpinan kelompok tani hutan meliputi kemampuan
pemimpin kelompok dalam : mengenali anggotanya; membagi tugas secara merata dan
proporsional; memberikan jalan keluar terhadap permasalahan anggota; mendorong
anggota untuk mencapai tujuan kelompok; menyampaikan informasi secara efektif;
menjaga kekompakan kelompok; menjaga keharmonisan kelompok; dan menjaga
keterpaduan kelompok. Sedangkan gaya kepemimpinan kelompok menyangkut
sejahmana pemimpin kelompok mampu : menampung aspirasi dan menjaga hubungan
baik dengan anggota; membuat keputusan kelompok secara efektif; membagi tugas dan
mengecek hasil kerja anggota; serta mengarahkan anggota untuk patuh pada aturan
kelompok.
Kepemimpinan kelompok berpengaruh dengan dinamika kelompok sejalan
dengan Hersey et al. (1996) yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan pada
situasi tertentu. Hal ini juga sesuai dengan Gani (2004) yang mensinyalir kepemimpinan
Hasta Brata dalam konteks masyarakat Indonesia, dimana karakterstik kepemimpinan
Hasta Brata ada delapan yaitu bintang (memberi inspirasi), matahari (memotivasi),
bulan (memberi arah dan tuntunan), angin (menciptakan nuansa yang menyenangkan),
api (kuat), awan (jujur dan adil), lautan (lapang) dan bumi (bisa diandalkan). Perilaku
pemimpin kelompok yang mencerminkan hasta brata tersebut akan membuat para
anggota merasa mendapatkan inspirasi, meningkat motivasi kerjanya, menjadi jelas arah
dan tujuan kelompoknya sehingga kelompok semakin dinamis.
Faktor kedua yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok adalah dukungan
lingkungan terhadap petani. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dukungan
lingkungan termasuk kategori rendah. Rendahnya dukungan lingkungan petani
menyebabkan kurang dinamisnya kelompok tani hutan. Hal ini berarti bahwa
lingkungan para petani kurang kondusif mendukung petani ke arah kelompok tani yang
lebih dinamis. Dukungan lingkungan dalam penelitian ini merupakan tingkat kekuatan
dan kualitas faktor-faktor di luar diri petani hutan yang mempengaruhi kehidupan
petani. Dukungan lingkungan terdiri dari potensi pengembangan usahatani, adanya
berbagai alternatif usaha yang bisa dilakukan kelompok dan adanya intervensi
lingkungan sosial dari sesama anggota kelompok (Gambar 2). Kondisi lapangan
menunjukkan bahwa potensi pengembangan usaha tani yang dimiliki kelompok tani
hutan di dalam areal hutan yang dikerjasamakan antara LMDH dengan Perhutani sangat
beragam. Diantaranya adalah adanya peluang budidaya tanaman bernilai tinggi pada
lahan andil maupun lahan di bawah tegakan hutan (empon-empon, kapulogo, porang,
rumput gajah dan lain-lain) dan peluang mengolah hasil tanaman tersebut agar
mempunyai nilai jual lebih tinggi. Namun demikian kebanyakan petani belum mampu
melihat peluang dan mengembangkan potensi tersebut. Berbagai alternatif usaha yang
bisa dilakukan petani misalnya pengembangan ternak, memelihara ikan, berdagang,
60
membuat barang kerajinan dan sebagai tenaga upahan (buruh). Fakta lapangan
menunjukkan bahwa alternatif usaha tersebut sangat terbatas yang bisa dilakukan
petani. Sebaliknya kondisi intervensi sosial relatif lebih memadai atau termasuk
kategori sedang. Intervensi lingkungan sosial menyangkut aktivitas saling
mengingatkan antar anggota, saling berbagi informasi dan saling belajar untuk
kemajuan usahataniya.
Hasil penelitian ini menguatkan temuan Tampubolon (2006) yang menyatakan
kedinamisan suatu kelompok usaha bersama (KUBE) pada masyarakat miskin
dipengaruhi salah satunya oleh faktor lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial ini
meliputi peluang pasar, norma dan nilai budaya, hubungan kelompok dengan tokoh
masyarakat, jaringan kerjasama dan ketersediaan sumberdaya.
Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok adalah peran
SDM pemberdayaan. Sumberdaya manusia pemberdayaan dalam penelitian ini adalah
Mandor Perhutani sebagai tenaga lapangan Perhutani yang langsung berhubungan
dengan kelompok tani hutan dalam berbagai kegiatan. Temuan penelitian ini
menunjukkan kurangnya kemampuan Mandor Perhutani melaksanakan tugasnya
sebagai pendamping petani dan kelompok tani menyebabkan rendahnya dinamika
kelompok tani hutan. Peran Mandor yang harus dilakukan adalah :
(a)
Mengembangkan partisipasi petani yang bermakna bahwa Mandor harus mampu
mengajak petani ikut lebih aktif, membantu kelompok, menggali kebutuhan petani,
menyadarkan akan kemampuan petani, dan mengobarkan semangat petani dalam
melakukan kegiatan; (b) Membangun komunikasi dengan petani dan kelompok tani
bermakna bahwa Mandor harus mampu menyediakan informasi program yang
diperlukan petani, menjelaskan informasi program dengan baik kepada petani dan di
hadapan kelompok tani; dan (c) Kesetaraan status sosial dengan petani mempunyai
makna bahwa Mandor harus mampu membawakan dirinya di lingkungan sosial para
petani sehingga petani merasa sejajar dengan mandor dan bisa menerima Mandor
dengan baik (Gambar 2).
Hasil penelitian ini menguatkan Slamet (2003) yang menyatakan bahwa
paradigma penyuluhan ke depan adalah pendekatan humanistikegaliter sehingga petani
ditempatkan sejajar dengan penyuluhnya. Hasil penelitian juga sejalan dengan hasil
penelitian Tampubolon (2006) yang menyatakan bahwa faktor pola pemberdayaan yang
diantaranya berupa pelayanan pendampingan berpengaruh terhadap kedinamisan
kelompok usaha bersama (KUBE) pada masyarakat miskin.
Model Dinamika Kelompok Tani Hutan
Model adalah tiruan gejala yang akan diteliti. Sebagai tiruan, model hanya
mengambil sebagian dari realitas. Model menggambarkan hubungan di antara variabelvariabel atau sifat-sifat atau komponen-komponen gejala tertentu. Dengan demikian
model bukan teori walaupun bisa mengungkapkan atau melahirkan suatu teori. Tujuan
utama model adalah mempermudah pemikiran yang sistematis dan logis. Model
mempermudah analisis masalah (Rakhmat, 2004). Model dinamika kelompok tani hutan
yang disusun dalam penelitian ini merupakan hasil kajian secara deduktif dan induktif.
Kajian deduktif merupakan rumusan model awal yang merupakan hasil kajian secara
teoretis atau model teoretis. Model teoretis diuji dengan hasil data empiris dari
lapangan, sehingga disebut juga model hipotetik. Kajian induktif dilakukan melalui data
61
empiris hasil survei dari lapangan. Analisis hubungan kausal menggunakan SEM
dengan Program LISREL 8.72 yang telah diuraikan pada bagian terdahulu. Model
sebagaimana Gambar 5 didasarkan kepada hasil respesifikasi model, sehingga sudah
terpenuhi kecocokan model pengukuran, kecocokan keseluruhan model, dan kecocokan
model struktural.
Keefektifan Kepemimpinan
Kelompok (X4)
Peran pemimpin kelompok
Perilaku kepemimpinan
Gaya kepemimpinan
Dukungan Lingkungan
(X5)
Potensi pengembangan usaha
Tersedianya alternative usaha
Intervensi lingkungan sosial
0,20*
0,48*
Dinamika Kelompok
(Y2)
Tujuan kelompok
Struktur kelompok
Fungsi dan tugas
kelompok
0,24*
62
63
Kesimpulan
Kondisi peubah-peubah penelitian yaitu: (1) Potensi sumberdaya individu petani
yaitu : luas lahan garapan tiap keluarga petani rata-rata 1,25 ha; pengalaman berusaha
tani rata-rata 21 tahun dan 9 tahun terakhir mengolah lahan hutan; umur rata-rata 43
tahun; pendapatan keluarga per bulan rata-rata Rp 1.061.077,- dan sepertiganya berasal
dari mengelola sumberdaya hutan; pendidikan formal petani mayoritas (79%) sampai
SD; pendidikan non formal termasuk kategori jarang mengikuti pelatihan kehutanan;
motivasi berkelompok termasuk sedang; dan keinovatifan petani secara keseluruhan
termasuk rendah. (2) Ketepatan proses pemberdayaan termasuk rendah dengan skor 26.
Kondisi ketepatan proses pemberdayaan di KPH Kedu Selatan relatif lebih tinggi dan
berbeda nyata dengan dua lokasi penelitian lainnya. (3) Peran SDM pemberdayaan
termasuk dalam kategori rendah dengan skor 65 dan terdapat perbedaan yang nyata
diantara tiga lokasi penelitian. Peran SDM pemberdayaan pada KPH Kedu Selatan
relatif lebih tinggi disusul KPH Gundih dan paling rendah kondisi di KPH Pekalongan
Timur. (4) Keefektifan kepemimpinan kelompok termasuk dalam kategori rendah
dengan skor 62 dan terdapat perbedaan yang nyata diantara tiga lokasi penelitian.
Kepemimpinan kelompok tani di KPH Kedu Selatan relatif lebih efektif, disusul KPH
Gundih dan paling rendah KPH Pekalongan Timur. (5) Kondisi dukungan lingkungan
termasuk dalam kategori rendah dengan skor sebesar 62. Dari tiga lokasi penelitian,
terdapat perbedaan yang nyata tentang kondisi dukungan lingkungan. Kondisi dukungan
lingkungan di KPH Kedu Selatan relatif paling tinggi, disusul kondisi di KPH
Pekalongan Timur dan paling rendah di KPH Gundih. (6) Dinamika kelompok tani
hutan secara umum termasuk kategori rendah dengan skor sebesar 65. Kondisi dinamika
kelompok tani hutan berbeda secara nyata antar tiga lokasi penelitian. Dinamika
kelompok tani hutan di KPH Kedu Selatan termasuk sedangdengan skor rataan
sebesar 67, sedangkan dinamika kelompok tani hutan di KPH Gundih termasuk rendah
namun lebih baik dibandingkan kondisi di KPH Pekalongan Timur.
Rendahnya dinamika kelompok tani hutan dipengaruhi oleh: (a) kurang
efektifnya kepemimpinan kelompok tani hutan; (b) kurang kondusifnya dukungan
lingkungan terhadap peningkatan kehidupan para petani; dan (c) kurangnya kemampuan
tenaga Mandor Perhutani sebagai pendamping petani dan kelompok tani.
Model yang efektif untuk peningkatan dinamika kelompok tani hutan yaitu
melalui peningkatan keefektifan kepemimpinan kelompok, peningkatan dukungan
lingkungan dan optimalisasi peran tenaga Mandor Perhutani sebagai pendamping petani
dan kelompok tani.
DAFTAR PUSTAKA
Gani, Darwis Suharman. 2004. Leadership in Indonesia : A Case for Managing
Relationship within Organizations. dalam Dean Tjosvold & Kwok Leung, editor.
Leading in High Growth Asia Managing relationship for teamwork and change.
Singapore: World Scientific.
Hersey, Paul, Kenneth H. Blanchard, Dewey E. Johnson. 1996. Management of
Organizational Behavior. Ed. Ke-7. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
64