Toksikologi SSP
Toksikologi SSP
Toksikologi SSP
BAB I
TOKSIKOLOGI
A. SEJARAH TOKSIKOLOGI
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari
makanan, tentu telah mencoba beragam bahan baik botani, nabati,
maupun dari mineral. Melalui pengalamannya ini ia mengenal
makanan, yang aman dan berbaya. Dalam kontek ini kata makanan
dikonotasikan ke dalam bahan yang aman bagi tubuhnya jika
disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh agar dapat hidup
atau menjalankan fungsinya.
Sedangkan kata racun merupakan istilah yang digunakan
untuk menjelaskan dan mengambarkan berbagai bahan zat kimia
yang dengan jelas berbahaya bagi badan. Kata racun toxic adalah
bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata tox, dimana dalam
bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu
digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak
panahnya terdapat racun. Di dalam Papyrus Ebers (1552 B.C.)
orang Mesir kuno memuat informasi lengkap tentang pengobatan dan
obat. Di Papyrus ini juga memuat ramuan untuk racun, seperti
antimon (Sb), tembaga, timbal, hiosiamus, opium, terpentine, dan
verdigris (kerak hijau pada permukaan tembaga). Sedangkan di India
(500 - 600 B.C.) di dalam Charaka Samhita disebutkan, bahwa
tembaga, besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat sebagai racun, dan
di dalam Susrata Samhita banyak menulis racun dari makanan,
tananaman, hewan, dan penangkal racun gigitan ular.
Hippocrates (460-370 B.C.), dikenal sebagai
bapak
TOKSIKOLOGI
bukunya juga menggambarkan, bahwa orang Mesir kuno telah
memiliki pengetahuan penangkal racun, yaitu dengan menghambat
laju penyerapan racun dari saluran pencernaan. Disamping banyak
lagi nama besar toksikolog pada jaman ini, terdapat satu nama yang
perlu mendapat catatan disini, yaitu besar pada jaman Mesir dan
Romawi kuno adalah Pendacious Dioscorides (A.D. 50), dikenal
sebagai bapak Materia Medika, adalah seorang dokter tentara. Di
dalam bukunya dia mengelompokkan racun dari tanaman, hewan, dan
mineral.
Hal ini membuktikan, bahwa efek berbahaya (toksik) yang
ditimbulkan oleh zat racun (tokson) telah dikenal oleh manusia sejak
awal perkembangan beradaban manusia. Oleh manusia efek toksik ini
banyak dimanfaatkan untuk tujuan seperti membunuh atau bunuh
diri. Untuk mencegah keracunan, orang senantiasa berusaha
menemukan
dan
mengembangkan
upaya
pencegahan
atau
TOKSIKOLOGI SSP 2
TOKSIKOLOGI
Sebelum masa Renaissance dan meluas sampai periode itu,
orang-orang ltalia dengan faham pragmatismenya (memandang
sesuatu berdasarkan gunanya) telah membawa seni meracun ke
puncaknya. Pada masa ini tukang racun telah menjadi satu bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, sedikitnya sebagai
alat politik. Catatan-catatan dari dewan seperti Florence, dan
terutama dewan 10 dari Venice, yang bernama buruk. Berisi banyak
kesaksian mengenai pemakaian racun secara politik. Korban-korban
disebut namanya, harga-harga dibuat, kontrak dicatat, dan apabila
pembunuhan telah selesai, pembayaran dilaksakanakan. Catatan
"Factum" sering terlihat sesudah masuk kedalam arsip-arsip,
menunjukkan keberhasilan penyelesaian dari jual beli tersebut.
Orang lain yang sumbangannya ketoksikologi telah aman
melalui tahun-tahun itu adalah Moses bin Maimon atau Maimonides
(1135-1204). Sebagai tambahan menjadi ahli fisika yang mampu dan
cukup dihormati, maimonides adalah juga seorang penulis yang
produktif. Bukunya yang berjudul racun-racun dan antidotumdotumnya berisi satu petunjuk pertolongan ke pengobatan keracunankeracunan kecelakaan dan disengaja dan gigitan-gigitan serangga,
ular dan anjing gila. Maimonides menyarankan pengisapan
diterapkan ke sengatan serangga atau gigitan binatang sebagai satu
cara pengeluaran racun, dan menyarankan penerapan satu pengikatan
yang ketat diatas satu luka pada satu anggota gerak. Dia juga
mencatat bahwa penyerapan toksin-toksin dari lambung dapat
ditunda oleh pemberian bahan-bahan berminyak seperti susu, keju
atau krem. Sebagai pengamat pengamat yang kritis dan hati-hati,
Maimonides menolak sejumlah obat-obat yang terkenal pada waktu
TOKSIKOLOGI SSP 3
TOKSIKOLOGI
itu sesudah mendapati bahwa mereka tidak effektif dan menyebutkan
terhadap kemanjuran yang lain.
Matthieu Joseph Bonaventura Orfila dikenal sebagai bapak
toksikologi modern. Ia adalah orang Spayol yang terlahir di pulau
Minorca, yang hidup antara tahun 1787 sampai tahun 1853. Pada
awak karirnya ia mempelajari kimia dan matematika, dan selanjutnya
mempelajari ilmu kedokteran di Paris. Dalam tulisannya (1814-1815)
mengembangkan hubungan sistematik antara suatu informasi kimia
dan biologi tentang racun. Dia adalah orang pertama, yang
menjelaskan nilai pentingnya analisis kimia guna membuktikan
bahwa simtomatologi yang ada berkaitan dengan adanya zat kimia
tertentu di dalam badan. Orfila juga merancang berbagai metode
untuk mendeteksi racun dan menunjukkan pentingnya analisis kimia
sebagai bukti hukum pada kasus kematian akibat keracunan. Orfila
bekerja sebagai ahli medikolegal di Sorbonne di Paris. Orfila
memainkan peranan penting pada kasus La Farge (kasus pembunuhan
dengan arsen) di Paris, dengan metode analisis arsen, ia
membuktikan kematian diakibatkan oleh keracuanan arsen. M.J.B.
Orfila dikenal sebagai bapak toksikologi modern karena minatnya
terpusat pada efek tokson, selain itu karena ia memperkenalkan
metodologi kuantitatif ke dalam studi aksi tokson pada hewan,
pendekatan ini melahirkan suatu bidang toksikologi modern, yaitu
toksikologi forensik. Dalam bukunya Traite des poison, terbit pada
tahun 1814, dia membagi racun menjadi enam kelompok, yaitu:
corrosives, astringents, acrids, stupefying or narcotic, narcoticacid,
dan septica atau putreficants.
Dalam abad ke 20 : perkembangan toksikologi terjadi cepat.
Pada satu pihak, disana ada beberapa mengenai agent-agent toksik
dan agent terapi yang bertindak sebagai titik awal untuk pemahamanTOKSIKOLOGI SSP 4
TOKSIKOLOGI
pemahaman dasar dari mekanisme, misalnya perkembangan oleh
Rudolf Peter dkk (1945) mengenai Dimercaprol (DAL) sebagai satu
antidotum ke Arsen yang dikandung gas-gas perang dan pemahamanpemahaman mengenai mekanisme kerja BAL atas Arsen-arsen
organic oleh Carl Voegtlin dkk (1923). Dipihak lain, disana ada
perkembangan-perkembangan yang mengarah ke penemuan dan
pemahaman zat-zat toksik untuk penggunaan oleh manusia, seperti
penemuan dan pemahaman DDT oleh Paul Muller dan penemuan dan
pemahaman dari senyawa-senyawa insektisida organo fosfat oleh
Willy lange dan Germard Schrader. Toksikologi berkembang cepat
mengikuti semakin halusnya tehnik-tehnik analisa ini.
TOKSIKOLOGI SSP 5
TOKSIKOLOGI
B. PENGERTIAN TOKSIKOLOGI
Toksikologi adalah
studi mengenai efek yang tidak
diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan
antara berbagai efek potensial yang merugikan serta terdapatnya
keanekargaman bahan kimia di lingkungan membuat toksikologi
sangat luas cakupannya.
Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap
toxicity (toksisitas), hazard ( bahaya), risk (resiko), dan safety
(keamanan).
1) Toxicity (toksisitas) merupakan istilah relatif yang biasa
dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat kimia dengan
lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia
lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi
tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan
juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya.
Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut
telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem
biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat
kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu
terjadi.
2) Hazard suatu kimia berarti kemungkinan zat kimia tersebut
untuk menimbulkan cidera, sedangakn dalam bahasa indonesia
hazard
diterjemahkan
sebagai
bahaya.
Hazard
berbeda
TOKSIKOLOGI
dan diserap. Suatu zat kimia dalam bentuk gas menimbulkan
hazard lebih besar daripada bentuk cair, karena dapat menyebar
luas di udara dan mengenai banyak orang sekaligus. Namun bila
gas disimpan dalm tangki dengan baik atau dalam ruangan sejuk
maka hazard akan menjadi lebih kecil.
3) Risk didefinisikan sebagai besarnya kemungkinan suatu zat kimia
TOKSIKOLOGI
toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem
biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif
tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan
terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka
kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan
efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu
organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor tempat kerja, sifat zat tersebut,
kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap
organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila
menggunakan istilah
toksik
TOKSIKOLOGI SSP 8
TOKSIKOLOGI
Pada umumnya efek berbahaya / efek farmakologik timbul
apabila terjadi interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif
biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang harus
diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan
organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek
farmakodinamik / toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap
zat aktif (aspek farmakokinetik / toksokinetik) aspek ini akan lebih
detail dibahas pada sub bahasan kerja toksik. Telah dipostulatkan
oleh Paracelcius, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan
oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya kehadiran
suatu zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum
tentu menghasilkan juga keracunan. Misal insektisida rumah tangga
(DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang
berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan
efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek
pada manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT
dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat
DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan
terjadi penyerapan DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam
waktu
relatif
lama.
Karena
sifat
fisikokimia
dari
DDT,
TOKSIKOLOGI SSP 9
TOKSIKOLOGI
BAB II
SISTEM SARAF PUSAT
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme
sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur.
Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus,
dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons
terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama: Input
sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor,
yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal
(reseptor viseral).
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi. Seluruh
aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh
tengkorak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selaput
meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa pembuluh darah,
dan dengan mensekresi sejenis cairan yang disebut cairan serebrospinal,
selaput meningia dapat memperkecil benturan dan guncangan. Meningia
terdiri atas tiga lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan duramater.
A. OTAK
Otak merupakan pusat saraf yang terletak di dalam rongga
tengkorak. Otak manusia terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri dan
kanan. Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak
kanan mengendalikan tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah
silang pada jalur-jalur spinal. Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu
otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.
1
TOKSIKOLOGI SSP 0
TOKSIKOLOGI
ingatan
dan
kecerdasan
bagian samping : pusat pendengaran
bagian belakang : pusat penglihatan
2) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah merupakan bagian otak yang terletak di antara
pons vasoli dan diensefalon. Otak tengah berhubungan dengan
sistem penglihatan dan pendengaran. Di bagian depan dari otak
tengah terdapat:
1
TOKSIKOLOGI SSP 1
TOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGI SSP 2
TOKSIKOLOGI
B. SUMSUM TULANG BELAKANG (MEDULA SPINALIS)
Sumsum tulang belakang dilindungi atau berada di dalam ruasruas tulang belakang. Bagian luarnya berwarna putih dan bagian dalam
berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang terletak memanjang dari
ruas-ruas leher sampai ruas pinggang yang kedua. Selaput otak juga
menyelaputi sumsum tulang belakang.
Fungsi sumsum tulang belakang, yaitu:
Pusat perantara antara susunan saraf tepi dan otak.
Menghantarkan impuls menuju atau dari otak.
Mengatur gerak refleks tubuh.
Penampang melintang sumsum tulang belakang terlihat seperti
gambar kupu-kupu dengan warna kelabu, berisi neuron. Rangsang
disampaikan ke otot lewat serabut saraf sensorik. Sedangkan,
tanggapan dari pusat ke efektor disampaikan lewat serabut saraf
motorik. Serabut saraf tersebut terdapat di sumsum tulang belakang.
TOKSIKOLOGI SSP 3
TOKSIKOLOGI
BAB III
OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks
otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan
sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit,
panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian
dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh
perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat
dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik,
misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut
analeptika.
Obat obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan
efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
TOKSIKOLOGI SSP 4
TOKSIKOLOGI
(wekamin)).
Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple
dan lokal.
Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan
TOKSIKOLOGI SSP 5
TOKSIKOLOGI
anak-anak, obesitas, dan pemulihan distress pernapasan. Kelompok
utama dari perangsang SSP adalah amfetamin dan kefein yang
merangsang korteks serebri dari otak, analeptic dan kafein yang bekerja
pada batang otak dan medulla untuk merangsang pernapasan, dan obatobat yang menimbulkan anoreksia yang bekerja pada tingkat tertentu
pada korteks serebri dan hipotalamus untuk menekan napsu makan.
Amfetamin dan obat-obat yang menimbulkan anoreksia yang berkaitan
telah banyak disalah gunakan. Pemakaian amfetamin jangka panjang
dapat menimbulkan ketergantungan psikologis dan toleransi, suatu
keadaan dimana semakin tinggi dosis obat yang diperlukan untuk
menghasilkan respons awal. Peningkatan dosis obat yang bertahap dan
kemudian tiba-tiba dihentikan dapat menimbulkan depresi dan gejalagejala putus obat. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat antara lain :
1) AMFETAMIN
Indikasi
: Untuk narkolepsi, gangguan penurunan
Efek samping
perhatian
: Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur,
gelisah, tremor, iritabilitas dan beberapa
masalah
Farmakokinetik
kardiovaskuler
(Tachicardia,
saraf
pusat,
kardiovaskuler,
2) METILFENIDAT
TOKSIKOLOGI SSP 6
TOKSIKOLOGI
Indikasi
depresan
SSP,
syndrom
Efek samping
nyeri
Kontraindikasi
Farmakokinetik
Farmakodinamik
L : 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan
Dosis Anak
Dosis Dewasa
3) KAFEIN
Indikasi
hiperaktivitas.
: 0.25 mg/kgBB/hr
: 10 mg 3x/hr
:
menghilangkan
rasa
kantuk,
pusat
untuk
pernafasan
dan
merangsang
Efek samping
Kontraindikasi
Farmakokinetik
migren,
sering
gelisah
(anxious ).
: kafein didistribusikan keseluruh tubuh
dan diabsorbsikan dengan cepat setelah
pemberian, waktu paruh 3-7 jam,
TOKSIKOLOGI SSP 7
TOKSIKOLOGI
Dosis pemberian
obat depresan
4) NIKETAMID
Indikasi
Efek samping
Farmakokinetik
Dosis
5) DOKSAPRAM
Indikasi
Efek samping
Farmakokinetik
Dosis
TOKSIKOLOGI SSP 8
TOKSIKOLOGI
asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat
gusi
Anestetik
blok
atau
penyaluran
saraf
yaitu
dengan
saraf sentral
toksisitas sistemis rendah
efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu
cukup lama
larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan
tahan pemanasan
Efek samping
Efek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat
khasiat dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ),
mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi.
TOKSIKOLOGI SSP 9
TOKSIKOLOGI
b. Anestetika Umum : Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan
depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible,
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik
umum :
berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
mula kerja cepat tanpa efek samping
sadar kembalinya tanpa kejang
berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot
seluruhnya
Tidak menambah
pendarahan
kapiler
selama
waktu
pembedahan
Efek samping
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah
efek samping yang terpenting diantaranya adalah :
Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan
trikloretiken
Mengurangi
kontraksi
jantung,
terutama
haloten
dan
senyawa klor
Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
2) Obat Hipnotik dan Sedatif
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti
tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi
dapat
mempertinggi
keinginan
tubuh
normal
untuk
tidur,
TOKSIKOLOGI SSP 0
TOKSIKOLOGI
adalah: Ethanol (alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam,
methaqualon.
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip
dengan morfin antara lain :
bersifat lipofil.
3) Obat Psikofarmaka / psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik.
Efek samping
dalam otak.
Sedative disebabkan
dan vasolidasi.
Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan
efek
anti
histamine
antara
lain
gangguan penglihatan.
2
TOKSIKOLOGI SSP 1
TOKSIKOLOGI
nafsu makan
Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi
TOKSIKOLOGI SSP 2
TOKSIKOLOGI
Obat
yang
dapat
memperbaiki
suasana
jiwa
dapat
TOKSIKOLOGI SSP 3
TOKSIKOLOGI
BAB IV
TOKSIKOLOGI SUSUNAN SARAF
PUSAT
A. MEKANISME TOKSIKOLOGI OBAT SSP
Overdosis obat SSP dapat mengganggu keseimbangan antara
eksitantasi dan inhibisi di otak, ini terjadi karena penghambatan atau
penekanan saraf perangsangan. Sejak lama diduga efek pada SSP
berdasarkan melarutnya lewat membran iipid. Efek overdosis obat ssp
terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid
dan kolesterol di membran tidak seragam. Data eksperimental
menyokong dugaan mekanisme kerja obat ssp.
Obat ssp seperti baebiturat mudah sekali larut dalam air dan sangat
potensial untuk menghambat sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas
sistem retikular. Aktifitas dari obat ssp dapat menjadi toksik ketika
pemakaiannya over dosis.
Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa over dosis obar ssp
berpengaruh langsung pada membran saraf neuron dan tidak pada
sinapsisnya (persambungan saraf). Pada daerah membran tersebut obat
ssp mengganggu transport ion. Pada penelitian invitro menunjukkan
bahwa ion Na+, K+, ATP ase dihambat oleh etanol. Pada konsentrasi 5
10% etanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik,
konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi etanol dalam
sistem saraf pusat secara invivo.
Pengaruh obat ssp pada sistem saraf pusat berbanding langsung
dengan konsentrasi dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama
kali ialah sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya
2
TOKSIKOLOGI SSP 4
TOKSIKOLOGI
sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh
hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya
kelainan tingkah laku. Gangguan kelainan tingkah laku ini bergantung
pada individu, tetapi pada umumnya penderita turun daya ingatnya.
Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya
berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke bagian
medula.
B. ABSORPSI DAN DISTRIBUSI
Obat ssp diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit melalui mukosa
mulut dan lambung. Sebagian besar (80%) diabsorpsi di usus halus dan
sisanya diabsorpsi di kolon. Kecepatan absorpsi tergantung pada takaran
dan konsentrasi obat ssp dalam minuman yang diberikan serta
vaskularisasi dan motalitas dan pengisisan lambung dan usus. Bila
konsentrasi optimal obat ssp diminum dan dimasukkan ke dalam
lambung kosong, kadar puncak dalam darah 30-90 menit sesudahnya.
Obat ssp mudah berdifusi dan distribusinya dalam jaringan sesuai
dengan kadar air jaringan tersebut. Semakin hidrofil jaringan semakin
tinggi kadarnya. Biasanya dalam 12 jam telah tercapai kesimbangan
kadar obat ssp dalam darah, usus, dan jaringan lunak. Konsentrasi dalam
otak, sedikit lebih besar dari pada dalam darah.
C. METABOLISME
Obat ssp akan dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati oleh
enzim obat sspdehidrogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenindinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim
aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam
asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat, levulosa (fruktosa),
gliseraldehida (metabolit dari levulosa) dan alanina akan mempercepat
metabolisme obat ssp.
2
TOKSIKOLOGI SSP 5
TOKSIKOLOGI
Kadar obat dalma darah kemudian akan menurun dengan
kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya
penurunan kadar tersebut dianggap rata-rata 15 mg% atau 14 mg%
setiap jam. Pada over dosis obat, yang telah dipercepat metabolismenya,
eliminasi obat dapat mencapai 40 mg% per jam.
Hepatosit memiliki tiga jalur metabolisme obat ssp, yang masingmasing terletak pada bagian yang berlainan. Jalur yang pertama adalah
jalur obat ssp dehidrogenase (ADH) yang terletak pada sitosol atau
bagian cair dari sel. Dalam keadaan fisiologik, ADH memetabolisir obat
ssp yang berasal dari fermentasi dalam saluran cerna dan juga untuk
proses dehidrogenase steroid dan omega oksidasi asam lemak. ADH
memecah obat ssp, yang selanjutnya akan diuraikan menjadi asetat.
Asetat akan terurai lebih lanjut menjadi H2O dan CO2.
Jalur kedua ialah melalui Microsomal Ethanol Oxydizing System
(MEOS)
yang
terletak
dalam
retikulum
endoplasma.
Dengan
dapat
menghambat
sintesa
protein.
Perubahan
redoks
TOKSIKOLOGI SSP 6
TOKSIKOLOGI
darah. Pada pasien gout, obat ssp dapat meningkatkan produksi asam
urat sehingga kadarnya dalam darah makin meningkat.
Meningkatnya rasio NADH/NAD akan meningkatkan pula
konsentrasi alfa gliserofosfat yang akan meningkatkan akumulasi
trigliserida dengan menangkap asam lemak dalam hepar. (NAD=
Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced NAD.) lemak
dalam hepar berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan lemak
yang diangkut ke hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil
sintesis oleh hepar sendiri. Oksidasi obat ssp dalam hepar menyebabkan
berkurangnya oksidasi lemak dan meningkatnya lipogenesis dalam
hepar.
D. EKSKRESI
Obat ssp yang dikonsumsi secara berlebihan akan dikeluarkan
dalam bentuk utuh melalui urin, keringat dan udara napas. Dari jumlah
ini sebagian besar dikeluarkan melalui urin (90%).
E. PENGARUH OBAT SSP DALAM TUBUH
1) Sistem Saraf Pusat
Sistem Saraf Pusat sebagai depresan susunan saraf pusat, obat
ssp mengikuti hukum tekanan ke bawah, karena itu yang pertama
kali diinhibisi adalah korteks serebral, kemudian serebelum, medula
spinalis dan pusat medula. Otak dan sistem saraf pusat merupakan
bagian yang terkena dampak kerusakan pertama akibat konsumsi
obat ssp berlebihan. Timbulnya kerusakan ini ditandai dengan
gejala-gejala seperti sulit berkonsentrasi, berkurangnya daya ingat,
serta mempercepat kepikunan. Suatu penelitian yang diterbitkan
dalam jurnal Amerika Archives of Neurology menyatakan bahwa
konsumsi obat ssp berlebihan dapat memperkecil volume otak
manusia. Semakin banyak obat ssp yang diminum maka semakin
kecil volume otaknya.
2) Intake Akut
2
TOKSIKOLOGI SSP 7
TOKSIKOLOGI
Pada konsumsi dalam jumlah sedikit, obat efek yang bagus.
Konsumsi dalam jumlah banyak, obat ssp menimbulkan perilaku
lebih meledak-ledak. Kontrol diri menjadi hilang dan penguasaan
diri menjadi berkurang. Obat ssp bekerja dengan menekan
mekanisme kontrol inhibisi dan aktivasi sistem retikular. Jika obat
ssp dalam jumlah besar dikonsumsi dalam jangka waktu pendek,
akan berlanjut pada kehilangan kesadaran dan sensasi mati rasa.
Kematian dapat terjadi akibat gagal nafas dan gagal jantung.
3) Sistem Kardiovaskuler
Obat ssp mengakibatkan dilatasi dari pembuluh darah kulit
dan sensasi hangat. Obat ssp juga berperan didalam
proses
TOKSIKOLOGI SSP 8
TOKSIKOLOGI
pencernaan tetapi jumlah yang banyak bisa menyebabkan
pencernaan terhambat. Obat ssp juga dapat membuat pengeluaran
gas dari lambung. Obat ssp dapat mengganggu saluran pencernaan
yang dilaluinya dengan merusak sel-sel pada sistem pencernaan
sehingga penyerapan dan penghancuran nutrisi terganggu. Sebagian
kanker kerongkongan, kanker laring, dan kanker mulut berkaitan
dengan obat ssp.
5) Ginjal
Mengkonsumsi obat ssp secara akut meningkatkan ekskresi
amonium melalui ginjal .Dalam keadaan normal, ginjal berfungsi
mengatur keseimbangan air, asam basa, dan beberapa hormon dan
mineral
tubuh.
Konsumsi
minuman
berobat
ssp
dapat
ssp
yang
lama
akan
menimbulkan
perubahan
pada
2
TOKSIKOLOGI SSP 9
TOKSIKOLOGI
mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk
oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas menyebabkan
terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS
yang disebabkan pemakaian obat ssp yang berlangsung lama dapat
menginduksi
meningkatkan
dan
meningkatkan
lipoprotein
dan
metabolisme
menyebabkan
obat-obatan,
hiperlipidemia,
TOKSIKOLOGI SSP 0
TOKSIKOLOGI
8) Otot
Miopatia obat sspika akut adalah suatu sindroma nekrosis otot
secara tiba-tiba pada seorang yang secara terus-menerus minum
obat ssp (binges drinking). Ditandai dengan adanya rasa nyeri pada
otot, mioglobinuria, dan meningkatnya serum kreatin kinase.
Miopatia obat sspika kronis ditandai dengan adanya kelemahan
otot-otot proksimal dan atrofi otot-otot. Miopatia obat sspika ini
mungkin disebabkan gangguan keseimbangan elektrolit, yaitu
turunya kadar kalium, turunnya kadar fosfat dalam darah, serta
adanya defisiensi magnesium.
9) Darah
Obat ssp secara langsung merusak sumsum tulang, terutama
prekursor eritrosit dan prekursor leukosit, sehingga menimbulkan
anemia dan leukopenia. Pada pemakaian obat ssp yang kronis,
anemia disebabkan kurang gizi dan anemia hemolitika yang terjadi
karena kerusakan pada hepar. Obat ssp juga secara langsung
menghambat
pembentukan
trombosit
serta
mempengaruhi
TOKSIKOLOGI SSP 1
TOKSIKOLOGI
hipogonadisme tersebut di atas dan juga karena terganggunya fungsi
hepar akibat obat ssp, yaitu terganggunya kemampuan untuk
memecah hormon estrogen. Pada beberapa peminum obat ssp kronis
dapat dijumpai gejala mirip sindroma Cushing. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan efek stimulasi obat ssp terhadap sekresi
cortisol pada waktu intoksikasi maupun waktu putus obat ssp, yang
bekerja melaui ACTH atau langsung pada kelenjar adrenalis. Aksis
hipofisis paling kurang mendapat pengaruh dari obat ssp. Tetapi,
pada penyakit hepar karena obat ssp, konversi T4 ke T3 menurun,
sedangkan konversi T3 ke T4 meningkat. Thyroid binding protein
juga berkurang. Kedua hal tersebut menyebabkan perubahan pada
pemeriksaan darah tetapi secara klinis tidak sampai menimbulkan
hipotiroidisme.
F. EFEK YANG DITIMBULKAN DARI PENGGUNAAN OBAT SSP
1) Efek Obat Ssp Berdasarkan Kadar Obat Ssp Dalam Darah
0,01-0,05% efek depresan dari obat ssp mulai bekerja.
Peminum akan mengalami sensasi positif, seperti perasaan rileks dan
kegembiraan (euforia). Pada kadar ini peminum obat ssp masih
terlihat normal-normal saja.
0,06-0,10% syaraf-syaraf motorik mulai terpengaruh. Mulai
terlihat perbedaan dalam berjalan, pergerakan tangan dan berbicara.
Peminum juga terlihat gembira, banyak bicara, dan kewaspadaan
berkurang. Di beberapa negara, kadar mabuk didefinisikan sebagai
kadar obat ssp yang mencapai 0,08-0,10% di dalam darah.
0,11-0,20% syaraf motorik seseorang sudah mulai lumpuh,
keadaan emosi orang tersebut mulai terganggu, terjadi penurunan
ingatan dan pemahaman, berkurangnya respon dan tanggapan, serta
koordinasi otot terganggu.
TOKSIKOLOGI SSP 2
TOKSIKOLOGI
0,21-0,40% pada fase ini keseimbangan dan kesadaran
lemah, bisa ter jadi kolaps atau peminum pingsan. Peminum tidak
mampu berdiri atau berjalan, muntah-muntah, kehilangan kesadaran,
dan sulit bereaksi terhadap rangsangan dari luar.
0,4 sampai 0,5% peminum akan berada dalam keadaan
pingsan, kehilangan refleks, bahkan koma. Beberapa bagian di otak
yang mengatur detak jantung dan pernafasan akan sangat terganggu
sehingga dapat menimbulkan kematian.
2) Hangover
Rasa nyeri yang biasanya menyerang setelah mengkonsumsi
obat ssp berlebihan. Gejala hangover umumnya muncul sekitar 4
sampai 6 jam setelah meminum obat ssp dan hilang sekitar 48
sampai 72 jam setelah meminum minuman yang terakhir. Gejalagejala yang berhubungan dengan hangover adalah sakit kepala,
kelelahan, sakit perut, mudah marah, penilaian lemah, dan sensitif
terhadap cahaya.
3) Jackpot (muntah)
lni terjadi akibat kadar asam lambung berlebih di dalam perut
yang dipicu oleh obat ssp. Lewat muntah, obat ssp dan racun yang
ada di dalam perut akan berkurang dan dikeluarkan. Tapi terlalu
banyak muntah juga dapat menyebabkan lambung teriritasi oleh
asam sehingga timbul nyeri di perut.
4) Sakit Kepala
Obat ssp menyebabkan terjadinya dehidrasi atau hilangnya
cairan tubuh, sehingga tubuh mencoba mengganti air yang hilang
dengan mengambil air termasuk dari otak. Akibatnya volume otak
menjadi menciut dan menyebabkan rasa sakit kepala.
5) Sering berkemih
Dehidrasi setelah minum obat ssp salah satunya terjadi karena
peminum menjadi lebih sering berkemih atau buang air kecil.
3
TOKSIKOLOGI SSP 3
TOKSIKOLOGI
Dengan minum obat ssp maka tubuh akan membuang cairan tubuh
empat kali lebih banyak dibanding kondisi normal. Selain itu, akibat
dehidrasi mulut dan tenggorokan pun terasa kering.
6) Kanker
Obat ssp dapat meningkatkan risiko kanker di beberapa bagian
tubuh tertentu, melalui berbagai mekanisme. Salah satunya, obat ssp
mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang mampu memproduksi
senyawa penyebab kanker. Selain di saluran pencernaan, kanker juga
dapat terjadi pada hati, paru, dan tenggorokan.
7) Gangguan Reproduksi
Obat ssp dapat mengganggu keseimbangan hormon yang
membawa pada gangguan siklus menstruasi dan ketidaksuburan.
Penting sekali diingat. bahwa konsumsi obat ssp pada kehamilan
sangatlah berbahaya. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya
keguguran, atau bisa juga terjadi sindrom obat ssp pada bayi yang
dilahirkan seperti pertumbuhan yang lamban, kecacatan, gangguan
pada organ bayi atau bahkan kematian dalam kandungan.
TOKSIKOLOGI SSP 4
TOKSIKOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pom. 2000. Siker Informasi Keracunan. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan Untuk Rumah Sakit. Jakarta: Badan Pom
Kee, Joyce L Dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi, Pendekatan Proses
Keperawatan: EGC, Jakarta.
Muschleir. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung
Tan, Hoan, Tjay Dan Raharja, Kirana. 1991. Obat-Obat Penting, Edisi
Keempat. Jakarta
TOKSIKOLOGI SSP 5