3439-Article Text-8623-3-10-20231221

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Indonesian Journal of Islamic Counseling

Volume 4 Nomor 2Tahun 2022; pp. xxxxx;/Ijic.v7i2.


https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/ijic
ISSN: 2685-7049

Analisis Relasi Pertemanan melalui Perilaku Asertif pada


Mahasiswa IAIN Parepare

Nur Afiah1*
Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut
Agama Islam Negeri Parepare, Parepare, Indonesia
[email protected]
Fitriani Nengsi2,
Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut
Agama Islam Negeri Parepare, Parepare, Indonesia
[email protected]

ABSTRACT
This research aims to find out how to build friendship relationships through assertive
behavior. As well as the positive and negative impacts of friendship relationships built
through assertive behavior. The research subjects were IAIN Parepare students. The type
of research is qualitative descriptive research. The data collection techniques used were
observation, interviews and documentation. The data analysis technique is using
qualitative data analysis. The results of this research show that efforts to build friendships
through assertive behavior can be done by: students paying more attention to the person
they are talking to so they know more about the meaning they want to convey, students must
have a sense of empathy, especially when a friend faces a problem, a student shows the
right action to fellow group members. The positive impact is encouraging new discoveries
in terms of helping each other with college assignments, promoting an attitude of mutual
assistance. Meanwhile, the negative impact of friendship relations is excessive solidarity
in a group, the formation of various groups based on classmates, school friends or
residence and triggering conflicts between students when one member of the group has
problems with other people or members of other groups.
Keywords: Assertive; college student; friendship; relation

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara membangun relasi pertemanan melalui
perilaku Asertif. Serta dampak postifif dan negatif relasi pertemanan yang dibangun melalui
perilaku asertif. Subjek penelitian merupakan Mahasiswa IAIN Parepare. Jenis penelitian
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya yaitu
menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya dalam
membangun relasi pertemanan melalui perilaku asertif dapat dilakukan dengan cara:
mahasiswa lebih memperhatikan lawan bicaranya sehingga lebih mengetahui maksud yang
ingin disampaikan, mahasiswa harus memiliki rasa empati, khususnya ketika seorang
teman menghadapi permasalahan, seorang mahasiswa menunjukkan tindakan yang tepat
kepada sesama anggota kelompok. Dampak positifnya adalah mendorong penemuan baru
dalam hal saling membantu tugas kuliah, mengutakan sikap saling membantu. Sedangkan
Analisis Relasi Pertemanan melaui Perilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare; 81
Nur Afiah*, Firiani Nengsi
dampak negatif relasi pertemanan adalah adanya solidaritas yang berlebihan dalam sebuah
kelompok, terbentuknya bermacam-macam kelompok yang berdasarkan teman kelas,
teman sekolah maupun tempat tinggal dan memicu konflik antar mahasiswa ketika salah
satu anggota kelompok memiliki permasalahan dengan orang lain atau anggota kelompok
lain.
Kata Kunci: Aesrtif; mahasiswa; pertemanan; relasi

PENDAHULUAN
Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan “akrab” antara seseorang
dengan orang lainnya. Teman merupakan salah satu yang berpengaruh besar
terhadap perilaku dan corak kehidupan seseorang. Suatu pertemanan akan
menimbulkan kebaikan dan keburukan sekaligus. Maksudnya jika kita berteman
dengan orang baik maka kita akan terpengaruh menjadi orang yang baik pula,
sebaliknya jika kita berteman dengan orang yang buruk maka kita terpengaruh
menjadi orang yang buruk pula (Jannah & Rozi, 2021)
Kualitas relasi pertemanan pada remaja memiliki efek yang lebih kuat
terhadap perkembangan psikologis mahasiswa dari pada stabilitas relasi
pertemanan (S. Rahmawati, 2022). Relasi pertemanan yang suportif pada individu-
individu yang terampil secara sosial, merupakan hal yang menguntungkan dilihat
dari segi perkembangan, sementara relasi pertemanan yang diwarnai unsur paksaan
dan konflik adalah merugikan secara perkembangan (Jamaludin, 2015).
Hubungan pertemanan (friendships), memiliki peranan penting dalam
perkembangan sosial remaja. Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat ke
akraban dalam pertemanan, maka seorang individu dituntut untuk mempelajari
sejumlah kemampuan dalam hubungan interpersonal (Sholichah et al., 2022).
Faktanya masih banyak individu yang kurang memiliki kemampuan yang tepat
untuk menjalin relasi pertemanan secara efektif.
Perilaku asertif adalah perilaku bersifat aktif, langsung, dan jujur (Ampuno,
2020). Asertif adalah perilaku yang berusaha mengetahu, menganalisis dan
mengubah sumber stress, misalnya bila ditegur kepala sekola maka guru merespon
yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur
(Husamah, 2015). Kanfer dan Goldstein juga mengatakan bahwa orang asertif
berarti mampu menguasai diri, bersikap bebas dan menyenangkan, mampu

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare; 82
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi
merespon hal-hal yang disukainya secara wajar, dan mampu mengekspresikan cinta
dan kasih sayang pada orang yang sangat berarti dalam hidupnya (Addaulah, 2018).
Ciri-ciri perilaku Asertif orang yang berperilaku Asertif memiliki 4 ciri yaitu
(Kristanti & Andromeda, 2018) : 1) Merasa bebas untuk mengemukakan emosi
yang dirasakan melalui kata dan tindakan. Misalnya: “inilah diri saya, inilah yang
saya rasakan dan saya inginkan”. 2) Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik
dengan orang yang tidak dikenal, sahabat, dan keluarga. Dalam berkomunikasi
relatif terbuka, jujur dan sebagaimana mestinya. 3) Mempunyai pandangan yang
aktif tentang hidup, karena orang asertif cenderung mengejar apa yang diinginkan
dan berusaha agar sesuatu itu terjadi serta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat
selalu menang, maka ia menerima keterbatasannya, akan tetapi ia selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu dengan usaha yang sebaik-baiknya dan sebaliknya orang
yang tidak asertif selalu menunggu terjadinya sesuatu.4) Bertindak dengan cara
yang dihormati sendiri. Maksudnya karena sadar bahwa ia tidak dapat selalu
menang, ia menerima keterbatasan namun ia berusaha untuk menutupi dengan
mencoba mengembangkan dan selalu belajar dari lingkungan.
Teori penetrasi sosial atau social penetration theory merupakan bagian dari
teori pengembangan hubungan atau relationship developmenttheory (Syahida &
Putri, 2020). Teori penetrasi sosial dikembangkan olh Irwin Atman dan Dalmas
Taylor, komunikasi adalah penting dalam mengembangkan dan memelihara
hunbungan-hubungan antarpribadi (V. A. Rahmawati, 2020).
Perspektif teori penetrasi sosial menurut Altman dan Taylor menjelaskan
beberapa penjabaran sebagai berikut (Morissan, 2013): (1) Kita lebih sering dan
lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih
mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri
kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat
pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka
lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit
untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi,
maka akan semakin sulit pula. (2) Keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare;
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi 83
resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan.
Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan
saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan
tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya
keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal
hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik. (3) Penetrasi akan
cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam
lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu
semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam
hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil.
(4) Depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar.
Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya
akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau
meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan
semakin memudar.
Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori
penetrasi sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah
perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi
dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan
dalam hubungan (index of relational satisfaction) (Arpina, 2019). Begitu juga yang
orang lain tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan
tersebut sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih
besar, dan proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.
Relasi merupakan hubungan dengan orang lain. Hubungan adalah
persahabatan (Prasanti & Dewi, 2018). Pertemanan yaitu suatu hubungan antara
seseorang dengan orang lainnya. Teman merupakan salah satu yang berpengaruh
besar terhadap perilaku dan corak kehidupan seseorang. Suatu pertemanan akan
menimbulkan kebaikan dan keburukan sekaligus. Maksudnya jika kita berteman
dengan orang lain maka kita akan terpengaruh menjadi orang yang baik pula,
sebaliknya jika kita berteman dengan orang yang buruk maka kita terpengaruh

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare; 84
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi
menjadi orang yang buruk pula (Niate et al., 2017).
Membangun relasi pertemanan merupakan hal yang harus dimiliki oleh
seseorang, hal ini karena mengingat manusia merupakan makhluk sosial. Melalui
pertemanan yang terjalin, manusia memahami hal yang berkaitan dengan bidang
sosial terutama cara menjalin sebuah relasi pertemanan (El Jazilah, 2021). Sebagai
contohnya, mengenai peningkatan kemampuan menjalin relasi pertemanan dalam
hal pergaulan antar teman, persahabatan, etika dalam berteman dan etika dalam
bergaul.
Manfaat Membangun Relasi yaitu (Dwi, 2019) : (1) Memudahkan dalam
mencapai tujuan. Setiap dari Anda pasti memiliki tujuan atau keinginan yang ingin
diraih dalam kehidupan. Dengan memiliki relasi yang baik dengan banyak orang,
Anda dapat mewujudkannya lebih mudah. (2) Mudah mendapatkan bantuan saat
ada masalah. Manfaat nyata dari banyaknya relasi yang Anda miliki adalah mudah
mendapatkan bantuan saat masalah muncul. Apabila Anda memiliki relasi yang
baik dengan banyak orang, maka bukan tidak mungkin Anda akan mendapatkan
pinjaman uang saat menghadapi masalah finansial dan juga referensi pekerjaan saat
mengalami masa pengangguran. (3) Melancarkan aktivitas kampus. Pada setiap
aktivitas, Anda diharuskan berhubungan dengan banyak orang.
Membangun relasi yang baik dengan teman kampus juga dibutuhkan untuk
kelancaran dan kemudahan dalam aktivitas kampus. (4) Membantu memahami
pribadi setiap orang. Memiliki relasi yang luas mampu membuat Anda menjadi
lebih toleran terhadap bermacam-macam tipe orang. Tidak ada manusia yang
sempurna, sehingga Anda pasti dihadapkan dengan berbagai kekurangan dalam
setiap orang. Semakin banyak Anda memiliki relasi, maka semakin Anda bisa
menghadapi berbagai macam sifat orang. Hal ini juga membantu Anda berpikiran
lebih terbuka dalam menerima setiap kekurangan yang dimiliki oleh orang-orang.
Hubungan antara pribadi kadang-kadang teman sejawat membuat kesalahan
tampa di sengaja, dan kesalahan tampa sengaja tersebut dapat mengancam
hubungan. Juga sering kali hal demikian tidak disangka akan menimbulkan dampak
terhadap hubungan (Afrinaldi, 2022). Bila hal ini terjadi, ada tiga kemungkinan

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare;
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi 85
tindakan yang dapat di ambil, di antaranya adalah: (1) di abaikan dan di angap alam;
(2) pemutusan hubungan; (3) dikonfirmasikan dengan teman-teman tersebut
tentang permasalahan dan kemungkinan akibatnya, dan diminta untuk melakukan
pertimbangan. Merupakan suatu tipe pembicaraan dimana perlu dicoba untuk
menjembatani jarak antara perilaku yang tidak diduga dengan harapan orang lain.
Sedangkan dalam penelitian terdahulu oleh Nurul Hasanah et al. (2022)
dengan judul "Pengaruh Hubungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Asertif Siswa
di SMKS Putra Jaya Stabat". Hasil yang didapat adalah teman sebaya berperan
untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa, moral dan emosional bagi
siswa. Sedangkan jika remaja kurang memiliki perilaku asertif maka menimbulkan
komunikasi yang salah, lambat dalam pengambilan keputusan dan cara dalam
menindaklanjuti persoalan yang terjadi. Maka dari itu penting untuk memahami
seberapa besar peran dan pengaruh teman sebaya terhadap siswa. Yang
membedakan dengan penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan
kuantitatif dan subjek penelitian yaitu siswa.
Fenomena yang terjadi saat ini di lingkungan kampus IAIN parepare dapat
terlihat dari keseharian mereka di kampus kususnya di Fakultas Ushuluddin Adab
dan dakwah. Relasi pertemanan yang terjalin antara mahasiswa yang satu dengan
yang lain tidak terjalin begitu akrab. Bahkan diantara mereka ada yang saling
membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Hal ini di sebabkan adanya perbedaan
prinsip dan pandangan terkait relasi pertemanan yang mereka jalani. Mereka hanya
mau berteman dengan orang yang memiliki pemahaman yang sama dengan mereka
hal ini semakin menunjukan ketidak kompakan yang terjalin antara mahasiswa
antara yang satu dengan yang lain. Kesenjangan antara harapan untuk memiliki
kemampuan adaptasi yang baik agar menjalin relasi pertemana yang optimal dan
kenyataan bahwa relasi pertemanan yang terjalin pada mahasiswa tidak optimal,
karena mahasiswa yang satu dengan yang lainnya tidak akrab dan berkelompok-
kelompok.
Hal ini menjadi latar belakang pentingnya memahami dan membangun relasi
pertemanan melalui perilaku asertif agar relasi yang terjalin dapat terjalin lebih

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare; 86
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi
optimal. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini selain untuk mengetahui cara
membangun relasi pertemanan melalui perilaku asertif. Tujuan lainnya juga untuk
mengetahui dampak positif dan negatif relasi pertemanan yang dibangun melalui
perilaku asertif pada mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.
Pentingnya membangun relasi pertemanan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin,
Adab Dan Dakwah maka salah satu upayanya adalah melalui perilaku asertif
berdasarkan uraian di atas maka dalam skripsi ini akan membahas mengenai upaya
analisis perilaku asertif mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah dalam
menjalin relasi pertemanan.

METODE
Berdasarkan masalahnya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian
deskriptif kualitatif. teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif deskriptif. penelitian deskriptif diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek, atau objek penelitian (individu, masyarakat atau lembaga) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (hadari
nawawi). Informan dalam hal ini adalah mahasiswa fakultas ushuluddin, adab dan
dakwah iain parepare. teknik penngumpulan yang digunakan oleh penulis adalah
observasi, wawancara, dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Relasi pertemanan mempunyai maksud dan tujuan tersendiri yaitu terjadinya
hubungan antara dua individu atau lebih dan kelompok-kelompok dengan individu.
Relasi pertemanan merupakan bagian yang tak bisa terlepas dari dunia remaja. Hal
ini menjadi sifat khas dari remaja yang selalu berada dalam pencairan jati diri.
Sehingga remaja akan mengalami berbagai macam peralihan (Anthony & Arifianto,
2022). Lingkungan pertemanan bagi mahasiswa di perkuliahan memiliki perannya
tersendiri. Dukungan-dukungan dengan melalui sikap saling perhatian antar
mahasiswa, saling memberikan nasihat dan masukan jika mahasiswa mendapat

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare;
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi 87
masalah, berkeluh kesah dan saling mengadu jika mempunyai masalah (Jannati,
2019).
Relasi pertemanan yang terjalin antara mahasiswa dapat diwujudkan melalui
3 cara yakni: 1) seorang mahasiswa lebih memperhatikan lawan bicaranya sehingga
lebih mengetahui maksud yang ingin disampaikan, 2) seorang mahasiswa harus
memiliki rasa empati, khususnya ketika seorang teman menghadapi permasalahan,
3) seorang mahasiswa menunjukkan tindakan yang tepat kepada sesama anggota
kelompok atau lebih dikenal dengan take action. Membangun relasi pertemanan
merupakan hal yang harus dimiliki oleh seseorang, hal ini karena mengingat
manusia merupakan makhluk sosial. Melalui pertemanan yang terjalin, manusia
memahami hal yang berkaitan dengan bidang sosial terutama cara menjalin sebuah
relasi pertemanan. Sebagai contohnya, mengenai peningkatan mekemampuan
menjalin relasi pertemanan dalam hal pergaulan antar teman, persahabatan, etika
dalam berteman dan etika dalam bergaul.
Relasi pertemanan memberikan dampak tersendiri bagi setiap individunya.
Dalam suatu permasalahan yang ada tentu adanya terdapat suatu dampak timbal
balik yaitu dampak positif dan negatif, seperti halnya dengan asertif ini yang
memiliki kedua dampak tersebut. Dampak positif relasi pertemanan: a) Mendorong
penemuan baru. Relasi pertemanan dapat menghasilkan penemuan baru (discovery)
yang dapat membantu pekerjaan. Dari penemuan tersebut akan nada pengetahuan
yang akan kita ambil. b) Peran nilai norma sosial terjaga. Melalui hubungan sosial,
anggota masyarakat dapat mensosialisasikan nilai dan norma social. c) Terbentuk
solidaritas dalam mahasiswa. Melalui adanya hubungan sosial maka mahasiswa
dapat berinteraksi. d) Terbentuk keteraturan. Melalui adanya hubungan sosial yang
baik antar mahasiswa, sehingga dapat menciptakan keadaan yang harmonis. e)
Kerjasama. Relasi pertemanan mahasiswa dapat membentuk kerjasama dalam
menyelesaikan masalah kampus untuk mencapai tujuan bersama.
Dampak negatif relasi pertemanan: a) Muncul solidaritas berlebihan. Melalui
adanya solidaritas yang berlebihan pada suatu kelompoknya yang akan
menganggap kelompoknya paling unggul. b) Tercipta kelompok-kelompok

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare; 88
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi
majemuk. Terciptanya kelompok yang memiliki perbedaan secara horizontal,
seperti nilai dan norma. c) Memicu konflik antar mahasiswa. Pertentangan antar
individu/kelompok, yang diikuti ancaman atau kekerasan dalam mencapai
keinginan yang disebabkan perbedaan pendapat.

SIMPULAN
Upaya yang dilakukan mahasiswa dalam membangun relasi pertemanan
diawali dengan pemahaman mengenai hal tersebut serta mengetahui pentingnya
sebuah relasi pertemanan. Membangun sebuah relasi pertemanan dilakukan cara :
1) seorang mahasiswa lebih memperhatikan lawan bicaranya sehingga lebih
mengetahui maksud yang ingin disampaikan, 2) seorang mahasiswa harus memiliki
rasa empati, khususnya ketika seorang teman menghadapi permasalahan, 3) seorang
mahasiswa menunjukkan tindakan yang tepat kepada sesama anggota kelompok
atau lebih dikenal dengan take action.

DAFTAR PUSTAKA
Addaulah, S. (2018). Pengaruh Perilaku Asertif dan Problem Solving Pada Gaya
Kepemimpinan Kepala Teknisi dan Dampaknya Terhadap Motivasi Kerja
Karyawan CV. Tamacool Surabaya. STIE Mahardhika Surabaya.
Afrinaldi, A. (2022). Bimbingan Dan Konseling Dalam Sajarek Keberagaman. CV.
Suluah Kato Khatulistiwa.
Ampuno, S. (2020). Perilaku asertif generasi milenial dalam perspektif psikologi
islam. JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health, 1(1).
Anthony, J. C. W., & Arifianto, Y. A. (2022). Strategi Pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen pada Anak Remaja dalam Konteks Misiologi. Journal of
Learning & Evaluation Education, 1(1), 10–18.
Arpina, K. (2019). Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Menciptakan
Harmonisasi Mahasiswa Fakultas Sospol Tingkat I Universitas
Dharmawangsa. Universitas Dharmawangsa.
Dwi, A. W. (2019). Pengaruh Citra Merek (Brand Image), Kualitas Produk, Dan
Desain Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada “Produk Batik Mukti
Rahayu” Di Kabupaten Magetan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
El Jazilah, A. Z. (2021). Kemampuan Penyesaian Diri Dalam Membangun Relasi
Sosial Positif Siswa MTs Al-Mu’minien Lohbener Indramayu. Pendidikan
Agama Islam PPs-IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Hasanah, N., Simarmata, S. W., Magfiroh, S. H., & Juliantina, J. (2022). Pengaruh
Hubungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Asertif Siswa di SMKS Putra
Jaya Stabat. Jurnal Serunai Bimbingan Dan Konseling, 11(2), 53–57.
Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare;
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi 89
Husamah. (2015). A to Z Kamus Psikologi Super Lengkap. Yogyakarta : Andi
Offset.
Jamaludin, A. N. (2015). Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan
problematikanya. Pustaka Setia.
Jannah, I. K., & Rozi, F. (2021). Revitalisasi Pemberdayaan Budaya Karakter
Nuansa Religiustik dalam Membentuk Perilaku Pekerti Santri. Muróbbî:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(1), 17–34.
Jannati, M. S. (2019). Dukungan Sosial Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu
Indonesia (Gerkatin) terhadap Penyandang Tuli. Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kristanti, E. P., & Andromeda, N. (2018). Mengapa saya tidak asertif? tinjauan
asertifitas dari tingkat self esteem mahasiswa. PSIKOVIDYA, 22(1), 88–101.
Morissan. (2013). Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana.
Niate, I. R. T., Bakar, A., & Nurdin, S. (2017). Korelasi Antara Kepedulian Orang
Tua dengan Kualitas Pertemanan Remaja Di SMP N 10 Takengon. JIMBK:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan & Konseling, 2(2).
Prasanti, D., & Dewi, R. (2018). Analisis Teori Firo Dalam Relasi Persahabatan
Sebagai Kajian Komunikasi Antar Pribadi. Komunikasi: Jurnal Komunikasi,
9(2), 186–189.
Rahmawati, S. (2022). Pengaruh relasi teman sebaya terhadap konsep diri siswa
SMP. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Rahmawati, V. A. (2020). Komunikasi Interpersonal Antara Guru Dan Anak
Penyandang Autisme Dalam Mengajarkan Sholat Wajib Di Rumah Anak
Mandiri Karim Depok (Bachelor's thesis, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Sholichah, I. F., Amelasasih, P., & Hasanah, M. (2022). Kualitas Persahabatan dan
Harga Diri Mahasiswa Muslim. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 13(2),
164–170.
Syahida, L. I., & Putri, K. Y. S. (2020). Menjalin Persahabatan Antar Mahasiswa
Berbeda Suku Dalam Komunikasi Antarpribadi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu
Komunikasi UNJ). KOMUNIKOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi,
17(02).

Analisis Relasi Pertemanan melalui Peilaku Asertif pada Mahasiswa IAIN Parepare; 90
Nur Afiah*, Fitriani Nengsi

You might also like