1 PB
1 PB
1 PB
Received July 29, 2018; Revised October 10, 2018; Accepted October 19, 2018
Abstract
This study aims to develop interactive multimedia as a viable medium to be used in individual
planning services about information on State High Schools in the school zone for the domicile
of the new Kebayoran sub-district. The research was conducted at Purnama Middle School in
Jakarta. The research used is the ADDIE development model with three stages, (1) analysis, (2)
design and (3) development. The instruments used were expert validation questionnaires and
user trial questionnaires. The data analysis technique used is formative evaluation techniques.
The results of material validation show the category “very feasible” with a percentage of
83.33%. Then the results of media validation show the category “very feasible” with a
percentage of 91.11%. The results of user trial conducted on five students showed the category
“feasible” in the aspect of the media with a percentage of 81.6%, the category “feasible” in the
material aspect with a percentage of 79%, and the category “very feasible” in the aspect media
with a percentage of 82%.
How to Cite: Badrujaman, A., Cahyawulan, W., & Debasari, L. A. (2018). Development of
interactive multimedia related information about senior high school on guidance and
counseling. Konselor, 7(2), 71–77. https://doi.org/10.23887/128322017
This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution,
and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author
71
KONSELOR ISSN: 1412-9760 72
Pendahuluan
Menurut Havighurst (Hurlock, 2002), salah satu tugas perkembangan remaja adalah
mempersiapkan masa depan terutama mempersiapkan kariernya. Santrock (2003) menyatakan bahwa
masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan psikologis,
kognitif dan sosial.
Siswa yang berada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada fase atau masa
remaja. Santrock (2003) berpendapat bahwa salah satu aspek penting dalam merencanakan
perkembangan karier adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk
memasuki karier tertentu termasuk pemilihan sekolah setelah lulus dari SMP.
Peserta didik membutuhkan informasi terkait dengan sekolahyang akan dipilih. Guru Bimbingan
dan Konseling (BK) di SMP Purnama tidak mempunyai media yang dihasilkan sendiri oleh sekolah.
Guru BK di SMP Purnama menggunakan media cetak berbentuk brosur yang di dapat dari SMA/SMK
yang berlokasi di sekitar SMP Purnama Jakarta. Satu lembar brosur berisikan informasi mengenai satu
sekolah. Brosur dipasang di papan informasi di depan kelas.
Penggunaan media brosur oleh guru BK masih belum efektif. Sebanyak 22 dari 30 peserta didik di
kelas IX SMP Purnama Jakarta menyatakan bahwa penggunaan media dalam layanan bimbingan dan
konseling saat ini tidak memberi pengaruh yang sangat besar dalam memberi informasi dan materi.
Berdasarkan hasil asesmen yang diberikan kepada 30 orang peserta didik kelas IX di SMP Purnama
Jakarta, didapatkan hasil bahwa 17 orang peserta didik menjadikan internet sebagai sumber informasi
mengenai studi lanjut. Peserta didik yang mengetahui informasi mengenai studi lanjut dari
keluargasebanyak 9 orang. Sedangkan 4 orang peserta didik mendapat informasi mengenai studi lanjut
dari teman. Lebih dari setengah peserta didik dalam kelas IX menggunakan internet sebagai sumber
informasi.
Noris, Hatch, Engelkes dan Winborn dalam Prayitno dan Amti (2004) mengemukakan bahwa
informasi mengenai pendidikan harus berupa data informasi yang sahih atau dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang dikemukakan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika menyebutkan sebanyak 800.000 situs pada 2016 di Indonesia terindikasi sebagai penyebar
berita palsu (Bintang, 2016). Berdasarkan berita yang diterbitkan oleh koran Tempo pada tanggal 20
Januari 2016, Anggota Dewan Pers benama Yosep Stanley menuturkan bahwa hanya terdapat 211 situs
berita online yang terverifikasi sebagai media profesional dan terdapat 2000 situs berita online yang
tidak memiliki penanggung jawab yang jelas. Jumlah situs berita online di internet yang tidak
terverifikasi lebih banyak dari jumlah media profesional.
Informasi yang sahih mengenai studi lanjut setelah SMP diperlukan oleh peserta didik, karena pada
tahun ajaran 2017/2018 pemerintah menerapkan sistem zonasi untuk penerimaan peserta didik baru.
Peraturan baru mengenai sistem zonasi sekolah diatur dalam Permendikbud nomor 17 tahun 2017.
Sistem Zonasi merupakan upaya pemerataan pendidikan. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
untuk Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Sekolah Menengah Atas Negeri
menerapkan sistem zonasi sekolah. Zonasi sekolah mengharuskan sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari
sekolah sebanyak 90 persen dari total jumlah peserta didik yang diterima. Kemudian sebesar 10 persen
dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu 5 persen untuk jalur prestasi dan 5 persen untuk yang berdomisili diluar
Provinsi DKI Jakarta.
Pembagian zona wilayah di Provinsi DKI Jakarta berpedoman pada Surat Keputusan (SK) Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Nomor 494 tahun 2017 yang direvisi dengan Surat Keputusan
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Nomor 631 tahun 2017. Berdasarkan SK tersebut,
maka calon peserta didik yang berdomisili di kecamatan Jatinegara dan Pasar Rebo, Jakarta Timur
mempunyai pilihan mendaftar paling banyak dengan jumlah 16 buah SMA Negeri, sedangkan calon
peserta didik yang berdomisili di kecamatan Tamansari hanya mendapat 3 pilihan SMA Negeri untuk
mendaftar.
Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan kepada 30 peserta didik di kelas VIIIb SMP Purnama
Jakarta yang dilakukan pada 18 Juli 2017, sebanyak 18 orang memilih akan mendaftar di SMA Negeri.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap satu peserta didik berinisial HH, diketahui
bahwa HH memilih SMA karena pada SMA Negeri di DKI Jakarta tidak dipungut biaya SPP. HH
berdomisili di Kecamatan Kebayoran Baru, namun HH tidak mengetahui tentang sistim zona sekolah
yang diterapkan di tahun 2017. HH juga menyatakan belum menentukan pilihan pilihan SMA Negeri
yang dituju. Peserta didik kelas VIIIb di SMP Purnama Jakarta sebagian besar berdomisili di
kecamatan Kebayoran Baru. Peserta didik kelas VIIIb yang berdomisili di kecamatan Kebayoran Baru
mempunyai 9 pilihan SMA Negeri.
Guru BK merupakan penyedia informasi mengenai pendidikan di sekolah karena salah satu jenis
layanan bimbingan yang diberikan oleh guru BK yaitu layanan penyajian informasi (Syamsu,2011).
Winkel dan SriHastuti (2006) menyatakan bahwa Layanan Informasi adalah usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah, bidang
pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dapat mengatur dan merencanakan
kehidupannya sendiri. Oleh sebab itu, guru BK sebagai bagian dari sistem pendidikan yang ditulis
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 perlu membantu peserta didik
mendapatkan data yang sahih mengenai pendidikan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada seorang guru BK di SMP Purnama Jakarta
pada tanggal 25 April 2017, bahwa informasi mengenai pilihan studi lanjut setelah SMP disampaikan
secara klasikal. Penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Metode
ceramah menurut Wina Sanjaya (2006) merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara verbal kepada sekelompok peserta didik.
Penyampaian informasi secara verbal memungkinkan terjadinya verbalisme. Kerucut Pengalaman
Edgar Dale dalam Rudi Susilana dan Cepi Riana (2008) menggambarkan bahwa pengetahuan akan
semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Pernyataan tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan lembaga riset dan penerbitan komputer, Computer Technology Reseach
(CTR) dalam Munir (2013) bahwa orang hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari
yang didengar. Selanjutnya orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar dan 80% dari
yang dilihat, didengar, dan dilakukan sekaligus. Berdasarkan pernyataan tersebut, karena guru BK SMP
Purnama menyampaikan informasi dengan metode ceramah tanpa menggunakan media, maka
informasi yang terserap oleh peserta didik minim.
Berdasarkan asesmen yang diberikan kepada 30 peserta didik kelas IX di SMP Purnama, diketahui
bahwa sebanyak 26 peserta didik di SMP Purnama Jakarta menyatakan bahwa informasi lebih menarik
jika disampaikan menggunakan media. Media menurut American Heritage Electronic Dictionary
dalam Munir (2013) merupakan alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Dari
lima jenis media yaitu (1) Media Audio, (2) Media Audio Visual, (3) Media Proyeksi Diam, (4) Media
Visual Gerak, dan (5) Multimedia sebanyak 18 peserta didik di kelas IX SMP Purnama Jakarta
menyatakan bahwa multimedia merupakan media pembelajaran yang paling disukai.
Menurut Wahono (2007) multimedia adalah perpaduan antara teks, grafik, sound, animasi dan
video untuk menyampaikan pesan ke publik. Kelebihan dari penggunaan multimedia menurut Munir
(2013) yaitu (1) lebih komunikatif, (2) mudah dilakukan perubahan, (3) interaktif, dan (4) lebih leluasa
menuangkan kreatifitas. Iwan Binanto (2010) membagi jenis multimedia menjadi tiga yaitu (1)
multimedia interaktif, (2) multimedia hiperaktif, dan (3) multimedia linier.
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media menurut Nurhasnawati (2011) yaitu, (1)
kesesuaian dengan tujuan, (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran, (3) kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik, (4) kesesuaian dengan teori, (5) kesesuaian dengan gaya belajar peserta
didik, (6) kesesuaian dengan lingkungan dan fasilitas pendukung. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti di SMP Purnama 1 diketahui bahwa terdapat sarana yang memadai untuk
penggunaan multimedia interaktif. SMP Purnama 1 Jakarta memiliki laboratorium komputer yang
dilengkapi dengan 41 unit komputer. Maka, setiap peserta didik di dalam satu kelas bisa mengoprasikan
satu unit komputer.
Multimedia Interaktif
Djamara (2006) menuliskan bahwa multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal
dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam–macam. Sedangkan kata media
berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau
pengantar. Tay (Pramono, 2006) mengemukakan bahwa multimedia merupakan kombinasi teks, grafik,
suara, animasi, dan video. Sedangkan Susilana dan Riyana (2007) menyatakan bahwa multimedia
Interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai
kompetensi/subkompetensi mata pelajaran yang diharapkan.
Pada tanggal 18 Juli 2017 peneliti menyebar angket kebutuhan untuk peserta didik kepada 30 orang
responden di kelas VIIIb. Penyebaran angket dilakukan di kelas VIIIb karena penelitian hanya
diizinkan untuk dilakukan di kelas tersebut.
Jenis sekolah yang paling banyak dituju oleh peserta didik setelah SMP yaitu SMA. Dari 30 orang
peserta didik kelas VIIIb, sebanyak 60% peserta didik dengan jumlah 18 orang ingin mendaftar ke SMA
setelah lulus dari SMP.
Hasil wawancara kepada peserta didik kelas VIIIb yang berinisial HH diketahui bahwa HH
menyatakan SMA dipilih karena pada SMA Negeri di DKI Jakarta tidak dipungut biaya SPP. HH
berdomisili di Kecamatan Kebayoran Baru, namun HH tidak mengetahui tentang sistim zona sekolah
yang diterapkan di tahun 2017. HH juga menyatakan belum menentukan pilihan pilihan SMA Negeri
yang dituju. HH belum pernah berkonsultasi kepada guru BK mengenai masuk ke SMA.
Berdasarkan hasil asesmen kebutuhan, maka dikembangkan multimedia interaktif Halo SMA
untuk membantu peserta didik dan Guru BK dalam menyampaikan informasi mengenai SMA yang
sesuai dengan sistem Zona Sekolah. Perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung pembuatan
multimedia interaktif yaitu (1) Recorder untuk merekam suara, (2) Adobe Ilustrator CS6 untuk
menyunting gambar, (3) Adobe Premiere Pro CC 2017 untuk menyunting video, dan (4) Adobe Flash
CS6, untuk membuat animasi. Selanjutnya perangkat keras yang digunakan untuk mendukung
pembuatan multimedia interaktif yaitu laptop dan smartphone.
Multimedia interaktif dibuat berdasarkan desain yang telah disusun pada Rancangan Garis Besar
Program Media (GBPM), Storyboard, dan flowchart. Pengumpulan bahan juga dilakukan berdasarkan
komponen-komponen multimedia yaitu teks, gambar, video, audio dan animasi.
Penelitian ini menghasilkan produk multimedia interaktif yang dikemas dalam bentuk CD dengan
kapasitas penyimpanan data sebesar 700MB atau dalam bentuk softfile yang dapat digunakan secara
bebas dan praktis. Media CD interaktif dalam pengoprasiannya memerlukan bantuan seperangkat
komputer atau laptop yang mampu menghasilkan tampilan gambar (visual) dan suara (audio).
Seperangkat komputer yang dapat dimanfaatkan harus memiliki spesifikasi pentium IV 1,6 GHz, RAM
sebesar 256 MB, disk space sebesar 2.44 MB, VGA 16 MB, CD-ROM 52x, monitor dengan warna 36-
bit dan resolusi sebesar 1024x768, serta menggunakan sistem operasi komputer Windows XP.
Dosen ahli yang menilai kelayakan materi yang terdapat di dalam multimedia interaktif ini adalah
Herdi, M.Pd. Kelayakan produk multimedia interaktif dinilai menggunakan Learning Object Review
Instrument (LORI) (Leacock & Nesbit, 2007).
Tabel 1. Hasil validasi ahli materi
Aspek Skor Penilaian Presentase Kategori
Content Quality 18 90% Sangat Layak
Learning Goal Aligment 18 90% Sangat Layak
Feedback and Adaptation 3 60% Cukup Layak
Motivation 5 100% Sangat Layak
Presentation Design 4 80% Layak
Intraction Usability 14 93,3% Sangat Layak
Accessbility 5 100% Sangat Layak
Reusability 4 80% Layak
Standars Compliance 3 60% Cukup Layak
Rata-rata 83,33% Sangat Layak
Saran dan perbaikan yang disampaikan oleh ahli materi yaitu (1) Tambahkan passing grade sekolah,
(2) Tambahkan prestasi akademik dan non akademik yang menjadi kekhasan sekolah, dan (3)
Penambahan fasilitas sekolah dan pengembangan diri.
Dosen ahli yang menilai kelayakan media multimedia interaktif adalah Bapak Cecep
Kustandi,M.Pd. Kelayakan produk multimedia interaktif dinilai menggunakan Learning Object Review
Instrument (LORI) (Leacock, & Nesbit, 2007).
Uji coba peserta didik sebagai pengguna dilakukan pada hari Selasa tanggal 11 Januari 2018
dengan melibatkan 5 orang peserta didik kelas IX di SMP Purnama Jakarta. 5 orang peserta didik
dipilih berdasarkan tempat tinggal yang berlokasi di kecamatan Kebayoran Baru.
Tabel 3.Hasil Uji Coba Pengguna Aspek Media
No soal Indikator Skor Presentase Kategori
1 Kemenarikan pembelajaran menggunakan 22 88% Sangat Layak
multimedia interaktif
2 Kemudahan penggunaan multimedia interaktif 20 80% Layak
3 Kemenarikan tampilan multimedia interaktif 20 80% Layak
4 Keefektifan multimedia interaktif 19 76% Layak
5 Kejelasan petunjuk penggunaan 21 84% Sangat Layak
Rata-rata 81,6% Layak
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan multimedia interaktif tentang informasi Sekolah
Menengah Atas (SMA) negeri sesuai zona sekolah domisili kecamatan Kebayoran Baru dalam layanan
perencanaan individual, dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif sangat layak digunakan
setelah melalui proses validasi ahli materi dan ahli media. Hasil penilaian dari aspek materi mendapat
kategori “sangat layak” dan penilaian dari aspek media mendapat kategori “sangat layak”.
Hasil uji coba kepada peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik senang dan tertarik
menggunakan multimedia interaktif. Multimedia interaktifdapat memudahkan peserta didik untuk
memahami informasi tentang SMA sesuai zona sekolah untuk domisili Kebayoran Baru karena
dikemas secara menarik. Hasil uji coba pengguna kepada peserta didik mendapat kategori “sangat
layak” dengan rata-rata skor sebesar 81,6% pada aspek media, sedangkan pada aspek materi sebesar
79% dan mendapat kategori “Layak”, dan aspek pembelajaran mendapat rata-rata sebesar 82% dengan
kategori “sangat layak”.
Referensi
Bintang, A. (2016). Ada 800 Ribu Situs Penyebar Hoax di Indonesia. Retrieved Mei 1, 2017, from
cnnindonesia: http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161229170130-185-182956/ada-800-
ribu-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/
Djamara, S. B., & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlanga.
Munir. (2013). Multimedia Konsep Dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Nurhasnawati. (2011). Media Pembelajaran. Pekanbaru: Pusaka Riau.
Pramono, A. (2006). Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash. Yogyakarta: Andi.
Prayitno, & Amti, E. (2004). Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.
Satria, W. R. (2007). Multimedia Technology. Retrieved mei 1, 2017, from Dinus:
http://www.dinus.ac.id/download/romi-multmedia-udinus-1desember2007.pdf
Susilana, R., & Riyana, C. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Djamara, S.B. & Zain, W. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Winkel, W., & Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Yusuf, S. (2011). Landasan Bimbingan dan konseling. Bandung: Rosda