Biogas Produkkk
Biogas Produkkk
Biogas Produkkk
net/publication/348875964
Analisis Pemanfaatan Energi Biogas Dari Campuran Limbah Kotoran Sapi dan
Kulit Durian Sebagai Energi Alternatif
CITATIONS READS
3 1,032
3 authors:
Gad Gunawan
Institut Teknologi Kalimantan
13 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Potensi Pemanfaatan Energi Biogas Limbah Kotoran Sapi Dan Kulit Durian Sebagai Energi Terbarukan Daerah Terpencil View project
All content following this page was uploaded by Doddy Suanggana on 29 January 2021.
Abstract
The continuous use of fossil energy as an energy source will have an impact on the environment and the availability
of fossil energy sources. As a precautionary measure due to the impact of the use of fossil energy, the use of
renewable energy as an alternative energy to substitute for fossil energy is decreasing. One of the ways to use
renewable energy is biogas technology. This biogas uses waste or underutilized animal waste as an energy source.
This study aims to determine the utilization of biogas energy production from a mixture of cow dung and durian peel.
The production of biogas energy will be used for gas stoves and rice cookers. The research method uses quantitative
methods, starting from making biogas technology tools, collecting biogas raw materials and collecting data and
biogas utilization testing. Variations of a mixture of cow dung and durian peel 50:50; 70:30; 80:20. From the test
results, the 70:30 variation has the best biogas production compared to the 50:50 and 80:20 variations. The
maximum pressure is obtained on the 15th day with pressure 0.15 Bar with the gas volume 0.088 m3 and the volume
of gas produced for 30 days is 1.2605 m3. The color of the flame from the biogas energy is bluish and there are
reddish sparks and the stove has a long flame for 9 minutes 49 seconds to boil 1000 ml of water. The time needed to
cook 100 grams of rice in the rice cooker for 7 minutes 30 seconds.
Abstrak
Penggunaan energi fosil secara terus menerus sebagai sumber energi akan memberikan dampak bagi lingkungan dan
ketersediaan sumber energi fosil. Sebagai langkah pencegahan akibat dampak dari penggunaan energi fosil maka
dilakukan pemanfaatan energi terbarukan sebagai energi alternatif pengganti energi fosil yang semakin berkurang.
Salah satu cara pemanfaatan energi terbarukan adalah dengan teknologi biogas. Biogas ini menggunakan limbah atau
kotoran hewan yang kurang dimanfaatkan sebagai sumber energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemanfaatan hasil produksi energi biogas dari campuran kotoran sapi dan limbah kulit durian. Dari hasil produksi
energi biogas ini akan digunakan untuk kompor gas dan rice cooker. Metode penelitian menggunakan metode
kuantitatif mulai dari pembuatan alat teknologi biogas, pengumpulan bahan biogas dan pengambilan data serta
pengujian pemanfaatan biogas. Variasi campuran kotoran sapi dan kulit durian yakni 50:50; 70:30; 80:20. Dari hasil
pengujian dihasilkan variasi 70:30 memiliki produksi biogas yang paling baik dibandingkan dengan variasi 50:50 dan
80:20. Tekanan maksimum didapatkan pada hari ke 15 dengan besar tekanan 0,15 Bar dengan volume gas 0,088 m3
dan volume gas yang dihasilkan selama 30 hari sebanyak 1,2605 m3. Warna nyala api dari energi biogas berwarna
kebiru – biruan dan ada percikan warna kemerahan dan lama nyala api kompor selama 9 menit 49 detik untuk
medidihkan air sebanyak 1000 ml. Waktu yang dibutuhkan untuk menanak nasi sebanyak 100 gr pada rice cooker
selama 7 menit 30 detik.
Kata kunci : biogas, kotoran sapi, kulit durian, kompor, rice cooker
119
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU. 8 VOL. 2 OKTOBER 2020 ISSN : 2338 - 66649
2. Metoda Penelitian
Metoda yang dipakai dalam penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif. Alur
penelitian teknologi biogas dari kotoran sapi
dan kulit durian dapat dilihat pada Gambar 1
berikut :
dalam campuran kotoran sapi dan air tadi. Dari Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa
hasil campuran ini dimasukkan ke dalam suhu rata – rata digester dari variasi
digester dan ditutup rapat sehingga di dalam campuran 50 : 50 pada waktu pagi dan
digester terjadi proses fermentasi secara malam hari masing – masing sebesar 27,82
0
anaerob. C dan 30,28 0C. Campuran 70:30 pada
Pengambilan data yang dilakukan waktu pagi dan malam hari masing – masing
selama 30 hari untuk ketiga variasi sebesar 27,59 0C dan 30,03 0C. Dan untuk
pencampuran dapat dilihat pada tabel 5 berikut campuran 80:20 pada waktu pagi dan malam
ini. hari masing – masing sebesar 27,88 0C dan
30,43 0C. Dari ketiga variasi didapatkan suhu
Tabel 5. Data Pengujian
No. Variabel Satuan digester optimum dalam menghasilkan
1 Temperatur Biogas 0C biogas antara suhu 27 – 310C. Menurut [8]
2 Temperatur Lingkungan 0C
suhu digester dalam memproduksi biogas
3 Tekanan Bar berkisar antara 26 - 310C. Sedangkan untuk
4 Volume m3
suhu lingkungan pada pagi dan malam hari
Berdasarkan tabel 5, kami melakukan sebesar 26,07 0C dan 28,07 0C.
pengambilan data tekanan, temperatur Suhu pada digester memiliki nilai yang
lingkungan dan biogas serta volume biogas lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
setiap hari dengan waktu pengambilan data lingkungan ini disebabkan adanya aktivitas
tekanan dan volume pada pukul 07.00 pagi. anaerob oleh bakteri sehingga terjadi
Data temperatur biogas dan lingkungan peningkatan suhu di dalam digester [9].
diambil pada pukul 07.00 dan 19.00. Aktivitas anaerob ini disebut proses
Dari hasil pengambilan data selama 30 anaerobik, dimana proses ini terbagi menjadi
hari akan dilakukan analisis data dan dari dua yakni mesofilik (25 – 40 0C) dan
variasi campuran yang menghasilkan gas yang termofilik yang memiliki termperatur lebih
paling optimal akan dilakukan pengujian dari 40 0C [10].
warna api dan lama nyala pada kompor biogas
serta pengujian pada rice cooker. 3.2 Tekanan Gas Biogas
Tekanan gas yang dihasilkan selama 30
3. Hasil Penelitian hari untuk variasi 50:50; 70:30; 80:20
3.1 Suhu Digester ditunjukkan pada Gambar 4 berikut ini
tekanan tertinggi pada hari ke 16 sebesar 0,109 maka semakin banyak volume biogas yang
Bar. Variasi campuran 70:30 gas mulai dihasikan. Dari hasil penelitian didapatkan
dihasilkan dari hari ke 3 sebesar 0,012 Bar dan bahwa pada campuran 50:50 mulai
tekanan tertinggi didapatkan pada hari ke 15 menghasilkan gas pada hari ke 7 dimana
sebesar 0,15 Bar. Sedangkan untuk variasi volume gas yang dihasilkan sebanyak 0,0026
campuran 80:20 tekanan mulai ada pada hari m3, volume gas paling banyak dihasilkan pada
ke 5 sebesar 0,008 Bar dan tekanan tertinggi hari ke 16 dengan volume sebanyak 0,068 m3
pada hari ke 13 sebesar 0,128 Bar. Total dan total volume yang dihasilkan dari
tekanan yang dihasilkan selama 30 hari untuk campuran ini sebanyak 1,071 m3. Untuk
variasi campuran 50:50 sebesar 1,552 Bar, variasi campuran 70:30 volume gas dihasilkan
campuran 70:30 sebesar 2,293 Bar dan mulai hari ke 3 dengan volume sebanyak 0,002
campuran 80:20 sebesar 1,83 Bar. Tekanan m3. Volume gas paling banyak dihasilkan pada
biogas yang paling baik dihasilkan oleh hari ke 15 sebesar 0,088 m3 dan total volume
campuran 70:30. gas yang dihasilkan sebanyak 1,2605 m3.
Kenaikan tekanan pada Gambar 4 untuk Sedangkan untuk variasi campuran 80:20,
tiap variasi pencampuran sampai mencapai volume gas yang dihasilkan mulai hari ke 5
kondisi maksimum dipengaruhi oleh bakteri sebanyak 0,0016 m3 dan volume gas paling
pembentuk biogas (bakteri anaerob) seperti banyak pada hari ke 13 sebanyak 0,072 m3.
Methanobacterium, Methanobacillus, Total volume gas yang dihasilkan pada
Methanococcus dan Methanosarcina yang campuran 80:20 sebanyak 1,1015 m3.
terjadi selama proses fermentasi dalam
menguraikan selulosa yang terdapat pada 3.4 Kompor Gas Biogas
campuran kotoran sapi dan kulit durian masih Pengujian hasil gas biogas pada kompor
banyak dalam memproduksi biogas [4]. gas merupakan indikator untuk mengetahui
Setelah mencapai titik maksimum produksi kemampuan terbakar biogas. Kemampuan
biogas semakin menurun karena bakteri terbakar dari hasil biogas adalah indikasi
anaerob juga semakin berkurang sehingga adanya gas metana yang dihasilkan di dalam
tekanan yang dihasilkan semakin berkurang. digester selama 30 hari. Dari hasil pengujian
ini dapat dilihat warna api dan lama menyala
3.3 Volume Gas Biogas api untuk mendidihkan air sebanyak 1000 ml.
Produk gas biogas yang diuji adalah hasil
biogas yang terbaik pada campuran 70:30.
Warna api merupakan warna yang
dihasilkan pada saat proses pembakaran
biogas. Hasil warna api biogas setelah 30 hari
berwarna kebiru –biruan dan ada terdapat
percikan warna kemerahan seperti terlihat
pada Gambar 6 berikut
Warna nyala api yang berwarna biru menggunakan listrik membutuhkan waktu
menandakan adanya gas metana (CH4) yang selama 17 menit 2 detik. Perbedaan waktu
terkandung dari campuran kotoran sapi dan yang didapatkan dari penggunaan energi
kulit durian, sedangkan untuk warna kuning biogas dengan listrik sebesar 9 menit 32 detik.
menandakan adanya gas karbon dioksida Hal ini disebabkan karena energi yang
(CO2). Lama nyala api untuk mendidihkan air digunakan dari rice cooker biogas
sebanyak 1000 ml membutuhkan waktu menggunakan sumber energi dari api biogas
selama 9 menit 49 detik dengan titik didih 100 sehingga waktunya lebih baik dari pada
o
C sedangkan jika menggunakan sumber menggunakan listrik. Jadi penggunaan energi
energi dari gas LPG maka didapatkan waktu biogas ini dapat digunakan sebagai energi
selama 8 menit 7 detik dengan titik didih 100 alternatif khususnya digunakan untuk menanak
o
C. Dari hasil yang pengujian ini penggunaan nasi.
LPG masih lebih baik daripada menggunakan
biogas dari campuran kotoran sapi dan kulit 4. Kesimpulan
durian, dimana terdapat perbedaan waktu Pemanfaatan biogas dari campuran
sebanyak 1 menit 42 detik. Ini menandakan kotoran sapi dan kulit durian memiliki potensi
bahwa energi biogas ini dapat digunakan untuk digunakan sebagai energi alternatif. Dari
sebagai energi alternatif untuk menggantikan hasil penelitian untuk ketiga variasi campuran.
energi fosil. Variasi campuran 70:30 memiliki energi
biogas yang paling baik, dimana tekanan
3.5 Rice Cooker Biogas dimana tekanan yang paling tinggi dihasilkan
Pengujian hasil biogas dilakukan pada sebesar 0,15 Bar pada hari ke 15 dengan
rice cooker biogas untuk mengetahui volume sebanyak 0,088 m3 dan volume gas
kemampuan dari gas biogas campuran kotoran yang dihasilkan selama 30 hari sebanyak
sapi dan kulit durian. Pengujian ini dilakukan 1,2605 m3. Warna nyala api yang dihasilkan
dengan menanak nasi sebanyak 100 gr beras memiliki warna kebiru – biruan dan ada
dengan menggunakan produksi gas biogas terdapat percikan warna kemerahan sedangkan
yang terbaik pada variasi campuran 70:30. lama nyala api untuk mendidihkan air
Pengujian biogas ini ditunjukkan pada Gambar sebanyak 1000 ml membutuhkan waktu
7 berikut ini selama 9 menit 49 detik. Sedangkan
penggunaan pada rice cooker didapatkan
waktu yang digunakan untuk menanak nasi
sebanyak 100 gr selama 7 menit 30 detik.
Penggunaan teknologi biogas dari hasil
penelitian ini sangat cocok untuk diaplikasikan
di daerah yang memiliki perkebunan durian
dan ternak sapi.
5. Saran
Gambar 7. Pengujian Energi Biogas pada Rice Cooker Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut
dengan menambahkan pengaduk yang berputar
Rice cooker yang menggunakan gas terus menerus selama proses fermentasi dan
biogas memiliki prinsip yang sama dengan penambahan bahan kimia EM4 ke bahan baku
kompor biogas, dimana sumber panas yang biogas sehingga dapat menghasilkan gas
digunakan berasal dari nyala api gas biogas. biogas yang lebih optimal lagi.
Dari hasil pengujian didapatkan waktu yang
digunakan untuk menanak nasi selama 7 menit
30 detik. Sedangkan pengujian yang dilakukan
untuk menanak nasi pada rice cooker yang
124
JURNAL TEKNOLOGI TERPADU. 8 VOL. 2 OKTOBER 2020 ISSN : 2338 - 66649
7. Daftar Pustaka
[1] Wahyuni S., Panduan Praktis Biogas.
Jakarta: Penebar Swadaya, 2015.
[2] N. B. D. Thi, C. Y. Lin, and G. Kumar,
Waste-to-wealth for valorization of food
waste to hydrogen and methane towards
creating a sustainable ideal source of
bioenergy, vol. 122. Elsevier Ltd, 2016.
[3] H. Roubík, J. Mazancová, P. Le Dinh, D.
Dinh Van, and J. Banout, “Biogas quality
across small-scale biogas plants: A case of
central vietnam,” Energies, vol. 11, no. 7,
pp. 1–12, 2018, doi: 10.3390/en11071794.
[4] F. A. Prihutama et al., “Pemanfaatan
Biogas Sebagai Energi Alternatif Ramah
Lingkungan Daerah Desa Monggol,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta,” in
SNITT, 2017, pp. 87–94.
[5] J. E. Siswanto and A. Susanto, “Analisa
Biogas Berbahan Baku Enceng Gondok dan
Kotoran Sapi,” Chempublish J., vol. 3, no.
1, pp. 11–20, 2018, doi:
10.22437/chp.v3i1.4806.
[6] D. A. A, H. Pampang, and L. Yunita,
“Potensi Limbah Kulit Durian Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Energi Alternatif,”
Senatek, pp. 843–850, 2015.
[7] M. R. Manshor et al., “Mechanical, thermal
and morphological properties of durian skin
fibre reinforced PLA biocomposites,”
Mater. Des., vol. 59, pp. 279–286, 2014,
doi: 10.1016/j.matdes.2014.02.062.
[8] A. T. R. Anoop Johnny, Y.Tarun Kumar,
“Investigation Study Of Biogas Production
Using Catalyst,” Int. J. Pure Appl. Math.,
vol. 119, no. 12, pp. 15829–15839, 2018,
[Online]. Available: http://www.ijpam.eu.
[9] C. Afrian, A. Haryanto, U. Hasanudin, and
I. Zulkarnain, “Produksi Biogas Dari
Campuran Kotoran Sapi Dengan Rumput
Gajah (Pennisetum Purpureum),” J. Tek.
Pertan. Lampung, vol. 6, no. 1, pp. 21–32,
2017.
[10] B. K. Ahring, “Perspectives for anaerobic
digestion.,” Adv. Biochem. Eng.
Biotechnol., vol. 81, pp. 1–30, 2003, doi:
125