6371 25231 1 SP

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ANALYSIS OF AGE, NUTRITION STATUS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME,

AND HEALTH EDUCATION ON THE KNOWLEDGE OF ADOLESCENTS AT TRI


GUNA BHAKTI JUNIOR HIGH SCHOOL, SURABAYA

Siti Alfiah1*, Ani Media Harumi2


1,2
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT : PERCEIVED BENEFIT AND PERCEIVED BARRIER OF MATERNAL


BEHAVIOR IN STUNTING PREVENTION BASED ON HEALTH BELIEF MODEL
Introduction: Women in their lives do not escape the existence of menstrual
cycles that occur periodically and will feel disturbed if they experience a
change. Disorders commonly experienced by women before menstruation is
called premenstrual syndrome
Purpose: Analyze the relationship between age at menarche, nutritional status
with premenstrual syndrome and explain the effect of health education on
adolescent knowledge
Methods: This study uses quasi-experimental research with one group pretest
and posttest-only design. The number of samples in the study was 50
respondents with a simple random sampling technique. This research was
conducted at Tri Guna Bhakti Junior High School, Surabaya.
Results: Most respondents (62%) experienced menarche at the age of 12-14
years, most respondents also had normal nutritional status (50%). The incidence
of Premenstrual Syndrome was experienced by most of the respondents (70%).
The results of statistical tests showed that there was a relationship between
nutritional status and the incidence of PMS, but there was no relationship
between age and the incidence of PMS. Health education also influences
students' knowledge about PMS
Discussion: There is no relationship between the age of menarche and the
incidence of premenstrual syndrome, but on the contrary, there is a
relationship between nutritional status and the incidence of premenstrual
syndrome. The role of midwives in providing education and counseling about
PMS to young women throughout the school is to increase knowledge about PMS
and to improve diet, lifestyle, and physical activity (exercise) so that they can
anticipate the occurrence of PMS and can compensate when experiencing PMS
symptoms..

Keywords: Premenstrual Syndrome, Student, Nutritional Status, Age

INTISARI : ANALISIS USIA, STATUS GIZI DENGAN PREMENSTRUASI SYNDROME


SERTA PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUANREMAJA DI SMP TRI
GUNA BHAKTI KOTA SURABAYA

Pendahuluan: Perempuan dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus


haid yang terjadi secara periodik, dan akan merasa terganggu bila mengalami
suatu perubahan. Gangguan yang biasa dialami wanita sebelum menstruasi
disebut sindrom pramenstruasi.
Tujuan: Menganalisis hubungan usia menarche, status gizi dengan
premenstrual syndrome serta mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan remaja.

Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experiment dengan


rancangan one grup prestest and postetst only. Jumlah sampel dalam penelitian
sejumlah 50 responden dengan Teknik simple random sampling.Penelitian ini
dilakukan di SMP Tri Guna Bhakti Kota Surabaya.

Hasil: Sebagian besar responden ( 62 %) mengalami menarche di usia 12-14


tahun, sebagian besar responden juga memiliki status gizi yang normal (50%).
Kejadian Premenstrual Syndrome dialami oleh sebagian besar responden (70%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi
dengan kejadian PMS, namun tidak terdapat hubungan antara usia dengan
kejadian PMS. Pendidikan kesehatan juga memiliki pengaruh terhadap
pengetahuan siswi tentang PMS.

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara usia menarche dengan kejadian


premenstrual syndrome, Namun sebaliknya, terdapat hubungan antara status
gizi dengan kejadian premenstrual syndrome. Peran bidan dalam memberikan
edukasi dan konseling tentang PMS kepada remaja putri di seluruh sekolah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang PMS dan dapat memperbaiki pola
makan, gaya hidup dan aktivitas fisik (olahraga) agar dapat mengantisipasi
terjadinya PMS dan dapat mengkompensasi saat mengalami gejala-gejala PMS.
Kata kunci : Premenstrual Syndrome, Siswi, Status Gizi, Usia.

PENDAHULUAN terganggu bila mengalami suatu


perubahan. Gangguan yang biasa
Sindrom pramenstruasi dialami wanita sebelum menstruasi
(Premenstrual Syndrome, PMS) disebut sindrom pramenstruasi.
adalah kumpulan gejala fisik, Angka kejadian PMS di
psikologis, dan emosi yang terkait Indonesia berkisar 80%. Sedangkan
dengan siklus menstruasi wanita. menurut hasil penelitian terhadap
Sekitar 40% wanita usia 14-50 tahun siswi SMA di Semarang didapatkan
mengalami sindrom pramenstruasi . bahwa dari 79 siswi, sebanyak
Menurut hasil penelitian di (51,9%) mengalami PMS dan (48,1%)
lapangan, sebagian besar remaja tidak mengalami PMS. Dari
putri mengalami PMS. Tingginya penelitian Moghadam et al (2016)
angka kejadian PMS dipengaruhi angka kejadian PMS tertinggi terjadi
oleh berbagai faktor, salah satunya di Iran dengan 98% dan terendah di
yaitu kurangnya edukasi dan Perancis sekitar 12%. Sedangkan
konseling tentang sindrom hasil penelitian ACOG yang
pramenstruasi. Perempuan dalam dilakukan di Sri Lanka tahun 2012,
kehidupannya tidak luput dari menunjukkan bahwa 65,7% remaja
adanya siklus haid yang terjadi putri mengalami PMS. Sementara di
secara periodik, dan akan merasa Indonesia angka prevalensi ini dapat
mencapai 85% dari seluruh populasi gangguan kesehatan yang dapat
wanita usia reproduksi. Menurut menghambat kemampuan menjalani
hasil penelitian yang dilakukan oleh kesehatan reproduksi secara sehat
American College of Obstetricians diperlukan pengetahuan tentang
and Gynecologis (ACOG) dalam kesehatan reproduksi. Kesehatan
Saryono (2009) bahwa sedikitnya reproduksi pada remaja salah
85% dari wanita menstruasi satunya menyangkut pemerolehan
mengalami minimal satu dari gejala informasi, edukasi, dan konselin
PMS dan umumnya terjadi pada mengenai kesehatan reproduksi
wanita usia 14-50 tahun. yang benar dan dapat
Saat PMS, remaja dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
mengalami gejala-gejala seperti diberikan penyuluhan, remaja dapat
payudara nyeri, bengkak, sakit mengantisipasi terjadinya PMS.
kepala, mudah tersinggung, dll. Berdasarkan masalah tersebut maka
Pada remaja, gangguan ini dapat penulis perlu melakukan penelitian
menurunkan produktivitas tentang analisis usia, status gizi
pendidikan (prestasi akademik), dengan Premenstrual Syndrome,
meningkatkan ketidakhadiran di serta Pendidikan Kesehatan
sekolah maupun kampus, terhadap Pengetahuan Remaja.
mengganggu hubungan dengan
keluarga dan aktivitas sosial serta METODOLOGI PENELITIAN
meningkatkan penggunaan fasilitas
kesehatan. Remaja yang menderita Jenis Penelitian Quasi
PMS dapat diprediksi setelah Eksperiment (Kuasi Eksperimen).
bekerja akan absen secara periodik Quasi eksperiment didefinisikan
di tempat kerja dan dapat sebagai eksperimen yang memiliki
menurunkan produktivitas perlakuan, pengukuran dampak,
kerjanya . Penyebab yang pasti dari unit eksperimen. Pada penelitian
sindrom premenstruasi belum lapangan biasanya menggunakan
diketahui. Namun dapat rancangan eksperiment semu (kuasi
dimungkinkan berhubungan dengan eksperimen). Desain tidak
faktor-faktor hormonal, kimia, mempunyai pembatasan yang ketat
genetik, psikologis, dan gaya hidup. terhadap randomisasi, dan pada
PMS juga berdampak pada saat yang sama dapat mengontrol
terganggunya hubungan sosial atau validitas. Desain penelitian yang
pribadinya terutama hubungan akan digunakan adalah rancangan
dengan pasangan, keluarga, teman, One Group Pretest Posttest.
dan lingkungan sosial. Remaja putri Rancangan ini tidak ada kelompok
membutuhkan informasi atau pembanding (kontrol), tetapi paling
pendidikan tentang proses dan tidak sudah dilakukan observasi
kesehatan selama menstruasi, pertama (pretest) yang
terutama sindrom pramenstruasi memungkinkan menguji perubahan-
beserta penanganannya. perubahan yang terjadi setelah
Remaja putri akan adanya eksperiment. Populasi
mengalami kesulitan menghadapi dalam penelitian ini adalah seluruh
menstruasi seperti halnya PMS jika siswi kelas VII dan VIII SMP Tri Guna
sebelumnya mereka belum pernah Bhakti Kota Surabaya yang
mengetahui atau membicarakannya berjumlah 204 orang siswi. Jumlah
baik dengan teman sebaya, ibu, sampel yang digunakan dalam
ataupun keluarga. Sebagai upaya penelitian ini sejumlah 50 siswi,
pemeliharaan kesehatan remaja yang diambil dengan teknik simple
puteri agar terbebas dari berbagai random sampling.
Variabel bebas dalam tentang premenstrual syndrome,
penelitian ini adalah pengetahuan, baik yang didapat secara formal
usia menarche, dan status gizi. maupun informal. Variabel terikat
Variabel usia Menarche didefinisikan dalam penelitian ini adalah pre
sebagai Umur dari subyek penelitian menstrual syindrom yang
saat pertama kali mengalami didefinisikan sebagai Perubahan
menstruasi. Variabel Pengetahuan fisik maupun psikis yang dapat
didefinisikan kondisi tubuh bermula sekitar 7-10 hari sebelum
seseorang yang dilihat dari makanan menstruasi dan akan berakhir saat
yang dikonsumsi. Variabel menstruasi tiba. Data dianalisis
Pengetahuan merupakan Segala menggunakan uji Wilcoxon signed
sesuatu yang diketahui oleh siswi rank test.

HASIL

Distribusi Frekuensi Usia Menarche pada siswi SMP Triguna Bhakti Kota
Surabaya
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Menarche pada siswi SMP Triguna Bhakti Kota
Surabaya.
Usia Menarche Total
n %
Usia < 12 Tahun 16 32
Usia 12 -14 Tahun 31 62
Usia > 14 Tahun 3 6
Total 50 100
Berdasarkan tabel 1 %) mengalami menarche di usia 12-
diketahui bahwa sebagian besar ( 62 14 tahun

Distribusi Frekuensi Status Gizi pada siswi SMP Triguna Bhakti Kota Surabaya
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status gizi pada siswi SMP Triguna Bhakti Kota
Surabaya.
Status Gizi Total
n %
Status Gizi Kurang 12 24
Status gizi Normal 25 50
Status Gizi Lebih 13 26
Total 50 100

Berdasarkan tabel 2 responden (50%) memiliki status


diketahui bahwa sebagian besar gizi yang normal.

Distribusi Frekuensi Kejadian Premenstrual Syndrome pada siswi SMP


Triguna Bhakti Kota Surabaya
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Premenstrual Syndrome pada siswi SMP
Triguna Bhakti Kota Surabaya.
Total
Kejadian Premenstrual Syndrome
n %
Mengalami PMS 35 70
Tidak Mengalami PMS 15 30
Total 50 100

Berdasarkan tabel 3 pernah mengalami kejadian


diketahui bahwa sebagian besar Premenstrual Syndrome.
responden (70%) menyatakan

Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Premenstrual Syndrome


Tabel 4 Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Premenstrual Syndrome
Kejadian PMS
Usia Jumlah
Mengalami PMS Tidak Mengalami PMS
Menarche
f % f % f %
< 12 tahun 8 53.3 7 46.7 15 100
12 – 14 23 76.7 7 23.3 30 100
tahun
> 14 tahun 4 80 1 20 5 100
Jumlah 35 70 15 30 50 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan
dari 35 siswi yang mengalami PMS, menggunakan uji chi-square
hampir seluruhnya (76,7%) dengan didapatkan ρ 0,140 yang berarti
usia menarche 12-14 tahun dan dari tidak terdapat hubungan antara usia
15 siswi yang tidak mengalami PMS, menarche dengan kejadian
sebagian kecil (20,0%) dengan usia Premenstrual Syndrome.
menarche > 14 tahun. Berdasarkan

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome


Tabel 5 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome
Kejadian PMS
Usia Jumlah
Mengalami PMS Tidak Mengalami PMS
Menarche
f % f % f %
Kurang 8 66.7 4 33.3 12 100
Normal 15 60 10 40 25 100
Lebih 12 93.3 1 7.7 13 100
Jumlah 35 70 15 30 50 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa statistik dengan menggunakan uji
dari 35 siswi yang mengalami PMS, chi-square didapatkan hasil ρ 0,012
hampir seluruhnya (93,3%) dengan dimana nilai ρ < α maka H0 ditolak
status gizi lebih dan dari 15 siswi dan H1 diterima yang berarti
yang tidak mengalami PMS, hamper terdapat hubungan antara status
setengahnya (40%) dengan status gizi dengan kejadian premenstrual
gizi normal.Berdasarkan hasil uji syndrome
Pengetahuan Remaja sebelum dan sesudah diberikan Penyuluhan
Tabel 6 Hasil Analisa Data pengetahuan tentang Premenstrual Syndrome
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada sisqi SMP Triguna Bhakti Kota
Surabaya
Kejadian PMS
Pengetahua Jumlah
Pretest Posttest
n
f % f % f %
Baik 0 0 28 100 28 100
cukup 27 61.4 17 38.6 44 100
Kurang 23 82.1 5 17.9 28 100
Jumlah 50 100 50 100 100

Berdasarkan hasil uji statistik terdapat pengaruh pendidikan


menggunakan uji Wilcoxon match kesehatan terhadap pengetahuan
pairs didapatkan hasil ρ 0,000 remaja tentang premenstrual
dimana nilai ρ < α maka H0 ditolak syndrome.
dan H1 diterima yang berarti
jawab atas hubungan
PEMBAHASAN tersebut.
Seiring bertambahnya
Hubungan Usia Menarche dengan usia, tingkat risiko
Kejadian Premenstrual Syndrome terjadinya PMS akan semakin
bertambah, terutama antara
Usia menarche usia 30-45 tahun. UMMC
dikaitkan dengan ovulasi (2013) juga mengemukakan
dini. Ketika usia menarche bahwa kejadian PMS akan
lebih muda dari 12 tahun, cenderung terjadi lebih
maka 50% dari siklus ovulasi parah pada wanita yang
terjadi saat satu tahun berada di akhir 20-an dan di
setelah menarche. Di awal 40-an. Menarche
samping itu, umumnya pada normal yaitu haid yang
remaja, PMS mulai dialami pertama terjadi pada
pada usia sekitar 14 tahun seorang wanita pada usia 12-
atau 2 tahun setelah 14 tahun. Pada menarche
menarche dan akan dini terjadi haid sebelum
berlanjut sampai umur 10 tahun. Hormon
menopause. Sehingga ketika gonadotropin diproduksi
menarche lebih cepat/dini, sebelum anak berumur 8
maka akan mengalami PMS tahun. Hormon ini
lebih cepat pula. Mekanisme merangsang ovarium,
antara usia menarche sehingga ciri- ciri kelamin
dengan kejadian sindrom sekunder, menarche dan
premenstruasi sebenarnya kemampuan reproduksi
masih belum jelas . Namun terdapat sebelum waktunya.
ada kemungkinan bahwa Menarche tarda adalah
proses pematangan dari sisi menarche yang baru datang
fisiologis dan psikologis yang setelah umur 14 tahun, yang
belum sepenuhnya sempurna disebabkan oleh faktor
pada awal fungsi ovariumlah herediter, gangguan
yang mungkin bertanggung kesehatan, dan kekurangan
gizi. Penelitian di MAN 4
Jakarta dengan sampel kejadian premenstrual
sejumlah 168 orang, syndrome kemungkinan
diketahui bahwa terdapat disebabkan oleh faktor yang
hubungan antara usia lain, seperti hormonal,
menarche dengan siswi kimia, genetik, endorphin,
dengan PMS. Hasil penelitian gaya hidup, diet/status gizi,
menunjukkan siswi dengan stress, dan kegiatan fisik.
usia menarche cepat (<12 Menurut pendapat peneliti
tahun) berisiko 2,3 kali lebih usia menarche tidak
besar untuk menderita PMS menunjukkan hubungan
dibandingkan dengan siswi karena disebabkan rata-rata
yang mengalami menarche (mean) usia menarche
lebih lambat. Dari hasil subyek penelitian adalah 12
penelitiannya, ditemukan tahun yaitu berada pada
bahwa wanita dengan rentang usia yang tidak
rentang usia 15-24 tahun berisiko terjadi PMS
sebagian besar mengalami sedikitnya 85% dari wanita
PMS dibandingkan dengan menstruasi mengalami
wanita yang memiliki minimal satu dari gejala PMS
rentang usia 25-34 tahun dan dan umumnya terjadi pada
35-45 tahun. wanita usia 14-50 tahun.
Penelitian di SMKN 3 Fokus sampel pada
dan SMAN 1 Purworejo penelitian ini hanya terbatas
dengan sampel sebanyak 749 pada populasi dan dengan
orang didapatkan bahwa menggunakan instrumen
gejala pramenstruasi tidak kuesioner sehingga tidak bisa
berhubungan dengan usia menjangkau keseluruhan
haid pertama kali usia reproduksi.
(menarche). Usia menarche
tidak menunjukkan Hubungan Status Gizi dengan
hubungan yang signifikan Kejadian Premenstrual Syndrome
karena disebabkan rata- rata
(mean) usia menarche Berat badan yang berlebihan
subyek penelitian adalah 13 dapat meningkatkan risiko
tahun yaitu berada pada menderita PMS. Siswi dengan status
rentang usia yang tidak gizi lebih dari normal cenderung
berisiko. Namun akan memproduksi hormon estrogen
keterbatasan usia menarche yang lebih tinggi dan terjadi
dalam penelitian ini adalah peningkatan kadar serotonin yang
tidak adanya sensor, dapat meningkatkan terjadinya
sehingga tidak peradangan (inflamasi) sehingga
memperhitungkan usia akan menimbulkan gejala-gejala
remaja yang belum PMS Hiperestrogenisme atau sebuah
menarche. Hal ini kondisi produksi estrogen diatas
dipengaruhi oleh estrogen normal pada perempuan yang
dan hubungan ini merupakan mengalami overweight, disebabkan
konsekuensi sintesis peningkatan persentase lemak di
prostaglandin yang dalam tubuh. Diketahui bahwa
distimulasi oleh estrogen lemak terutama kolesterol
Penelitian ini menunjukkan merupakan bahan dasar
tidak ada hubungan antara pembentukan estrogen.
usia menarche dengan
Masalah ini yang iritabiltas, perasaan lemah,
diakibatkan karena kehilangan kontrol diri, serta
rendahnya kadar serotonin peningkatan keinginan kuat
dalam tubuh. Padahal kadar mengonsumsi karbohidrat.
serotonin di otak akan GABA (Asam Gamma -
menurun jika IMT semakin aminobutirat) adalah suatu
tinggi. Serotonin ini asam amino yang dihasilkan
berhubungan dengan reaksi dalam otak dari asam amino
neurotransmitter yang lain yang disebut glutamat
mengendalikan akses dan Vitamin B6. GABA
rangsangan kepada dianggap neurotransmitter
Hipothalamus- Pituitary- inhibisi utama dalam tubuh.
Adrenal (HPA). Jika terjadi GABA dapat membantu
disfungsi pada aksis HPA ini, untuk menurunkan tingkat
maka melalui manifestasi stres dan kecemasan. GABA
tertentu akan muncul gejala juga dianggap oleh banyak
PMS. Hal ini dianggap ahli pembakar lemak alami.
sebagai sesuatu yang Daripada bertindak sebagai
terhubung dengan aktivitas stimulan bekerja untuk
serotonin di dalam otak. mendukung produksi hormon
Penderita PMS juga yang membangun otot
mempunyai keinginan yang massa. Beberapa studi telah
meningkat terhadap menunjukkan bahwa hampir
konsumsi karbohidrat akibat semua individu obesitas
rendahnya hormon mengalami peningkatan
serotonin. Mekanisme kadar leptin. Leptin yaitu
hormonal dan salah satu hormon yang
neurotransmiter yang berperan dalam regulasi
menjadi penyebab penurunan berat badan.
terjadinya sindroma Hormon tersebut diatur
premenstruasi melibatkan secara alami dalam
beberapa hormon seperti mengontrol berat normal
estrogen, progesteron, tubuh. Leptin membutuhkan
leptin, serotonin dan reseptor leptin agar dapat
neurotransmiter GABA bereaksi yaitu LEPR (Leptin-
(gammaaminobutyric acid). Receptor). Reseptor tersebut
Hipotalamus sebagai pusat diekspresikan di hipotalamus
dari pengaturan aktivitas dan serebelum. Leptin
tubuh termasuk dalam dikeluarkan ke dalam sitem
mengatur emosi dan sirkulasi oleh jaringan
perilaku. Estrogen dan adiposa. Serum dan plasma
progesteron telah terbukti leptin tertinggi terdapat
mampu memodulasi pada orang yang memiliki
neurotransmiter pada BMI (Body mass index)
beberapa tempat di jalur tertinggi dari total persen
serotonin, yang berperan lemak tubuh yang dimiliki.
sebagai salah satu agen Leptin juga dapat
penyeimbang afek di otak menyebrangi Blood brain
(perubahan suasana barrier (BBB) dan cairan
perasaan/mood swings), cerebral spinal (CSF) yang
menimbulkan efek depresi, juga dipengaruhi dari tingkat
kemarahan dan agresivitas, BMI. Setelah dikeluarkan
oleh jaringan adiposa, leptin PMS. Lemak tubuh
akan memberi sinyal ke otak mempengaruhi siklus
dan memberikan informasi menstruasi. Sel adipose
terkait status persediaan memproduksi estrogen pada
energi di dalam tubuh. wanita obesitas sirkulasi
Informasi ini yang dapat estrogen sangat besar
menyebabkan penurunan dibanding dengan wanita
nafsu makan dan normal. Pada penelitian ini
peningkatan pengeluaran didapatkan juga bahwa siswi
energi dari lemak yang dengan status gizi kurang
tersedia. Hormon leptin juga dan status gizi normal tetapi
mengatur reproduksi dan mengalami PMS. Hal ini
emosi sehingga berkaitan kemungkinan disebabkan
dengan terjadinya sindroma karena faktor genetik, faktor
premenstruasi. psikologis, stress dan
Penelitian di SMA kurangnya aktivitas fisik.
Wirausaha Bandungan Selain itu pada siswi yang
dengan sampel sejumlah 79 tidak mengalami PMS
orang didapatkan bahwa ada didapatkan bahwa sebagian
hubungan yang bermakna kecil (6,7%) dengan status
antara status gizi dengan gizi lebih yang tidak
kejadian sindrom mengalami sindrom
pramenstruasi dengan ρ = pramenstruasi. Hal ini dapat
0,027 < α = 0,05. Hasil disebabkan adanya faktor
penelitian dengan sampel lain yang lebih dominan
sejumlah 214 orang seperti faktor genetik dan
didapatkan bahwa terdapat faktor psikologis. Dimana
hubungan antara status gizi faktor genetik memainkan
dengan kejadian sindrom peranan yaitu insidensi pre
premenstruasi karena menstruasi dua kali lebih
obesitas merupakan faktor tinggi pada kembar satu
risiko terjadinya telur (monozigot) dibanding
premenstrual syndrome, kembar dua telur, sedangkan
karena semakin faktor psikologis (psikis)
meningkatnya body mass yaitu stres sangat besar
index maka makin meningkat pengaruhnya terhadap
pula keluhan premenstrual kejadian pre menstruasi.
syndrome. Sama halnya Gejala- gejala pre
dengan penelitian ini pada menstruasi akan semakin
remaja yang mengalami menghebat jika didalam diri
PMS, sebagian besar dengan seorang wanita terus
status gizi lebih. menerus mengalami
Penelitian di SMKN 3 tekanan. Remaja yang
dan SMAN 1 Purworejo mengalami PMS hendaknya
dengan sampel sejumlah 749 melakukan modifikasi gaya
orang didapatkan bahwa ada hidup yaitu dengan
hubungan yang signifikan melakukan pola makan yang
antara berat badan dengan sehat dengan memperbanyak
gejala PMS. Beberapa teori karbohidrat, sayur-sayuran
menerangkan mengapa dan buah-buahan juga
wanita obesitas cenderung dengan melakukan olahraga
lebih banyak mengalami
Pengaruh Pendidikan Kesehatan penyuluhan yang diberikan
terhadap pengetahuan Remaja berisi tentang definisi,
tentang Premenstrual Syndrome penyebab, gejala, faktor
sebelum dan sesudah diberikan risiko, penanganan dan
penyuluhan pada siswi SMP upaya pencegahan PMS Hasil
Triguna Bhakti Kota Surabaya penelitian ini menjelaskan
bahwa pendidikan kesehatan
Pendidikan adalah (penyuluhan) tentang PMS
upaya persuasi atau dapat memberikan pengaruh
pembelajaran kepada terhadap pengetahuan
masyarakat agar masyarakat remaja tentang PMS.
mau melakukan tindakan- Pendidikan kesehatan dapat
tindakan (praktik) untuk mengubah nilai siswi yang
memelihara (mengatasi sebagian besar
masalah-masalah), dan berpengetahuan kurang saat
meningkatkan kesehatannya. sebelum dilakukan
Perubahan atau tindakan penyuluhan menjadi
pemeliharaan dan sebagian besar siswi
peningkatan kesehatan yang berpengetahuan baik setelah
dihasilkan oleh endidikan dilakukan penyuluhan.
kesehatan ini didasarkan Perubahan atau tindakan
kepada pengetahuan dan pemeliharaan dan
kesadarannya melalui proses peningkatan kesehatan yang
pembelajaran. Sehingga dihasilkan oleh pendidikan
perilaku tersebut diharapkan kesehatan ini didasarkan
akan berlangsung lama (long kepada pengetahuan dan
lasting) dan menetap kesadarannya melalui proses
(langgeng), karena didasari pembelajaran. Penelitian di
oleh kesadaran. SMP Mataram Kasihan Bantul
Pendidikan kesehatan dengan sampel sejumlah 36
ini dibutuhkan agar remaja orang didapatkan bahwa ada
tidak mengalami kesulitan pengaruh penyuluhan
menghadapi menstruasi terhadap pengetahuan
seperti halnya PMS jika remaja tentang sindrom
sebelumnya mereka belum premenstruasi yang
pernah mengetahui atau ditunjukkan hasil dengan
membicarakannya baik hasil pretest dan posttest
dengan teman sebaya, ibu, yang signifikan. Ini terjadi
ataupun keluarga. Kurangnya setelah responden diberi
pengetahuan tentang PMS penyuluhan tentang sindrom
mencerminkan kurangnya premenstruasi oleh peneliti
pengetahuan tentang risiko secara berkelompok dengan
yang berhubungan dengan metode ceramah tanya
tubuh mereka dan cara jawab menggunakan media
menghindarinya. Dengan dan alat bantu sederhana
adanya pendidikan yaitu leaflet dan powerpoint
kesehatan tentang PMS sehingga responden dapat
diharapkan remaja putri leluasa bertanya tentang
dapat mengantisipasi kesehatan khususnya pada
terjadinya PMS dan dapat kasus sindrom
mengkompensasi saat premenstruasi.
mengalami gejala-gejala PMS
. Pada penelitian ini, materi
Menurut hasil dapat mengganggu
penelitian pada siswa kelas konsentrasi mereka apalagi
VII salah satu SMP di Malang bagi para siswi yang pola
dengan sampel sejmlah 31 belajarnya harus dengan
siswi didapatkan bahwa situasi yang tenang dan
tingkat pengetahuan remaja waktu penyuluhan yang
sesudah mendapatkan mungkin kurang karena
pendidikan kesehatan penyuluhan dilakukan di
dengan metode pendidikan tengah-tengah jam pelajaran
sebaya tentang sindrom sehingga penyuluh harus
pramenstruasi, didapatkan menggunakan waktu
hasil 77,4% responden seefektif mungkin agar tidak
memiliki tingkat mengganggu jam istirahat
pengetahuan baik, 22,6% para siswi.
responden memiliki tingkat Dengan adanya
pengetahuan cukup dan pendidikan
tidak ada responden yang kesehatan/penyuluhan
memiliki tingkat tentang PMS diharapkan
pengetahuan kurang. remaja putri dapat mengerti
Berdasarkan uji statistik dan memahami tentang PMS
menunjukkan bahwa sehingga mereka bisa
terdapat pengaruh mengantisipasi terjadinya
pendidikan kesehatan PMS dan dapat
dengan metode pendidikan mengkompensasi saat
sebaya terhadap mengalami gejala-gejala
pengetahuan remaja PMS.
mengenai sindrom
pramenstruasi. Menurut
peneliti meningkatnya KESIMPULAN
pengetahuan siswi Tidak terdapat
disebabkan karena hubungan antara usia
bertambahnya pengetahuan menarche dengan kejadian
siswi setelah diberi premenstrual syndrome,
penyuluhan yang mencakup Namun sebaliknya, terdapat
dalam domain kognitif yang hubungan antara status gizi
berpengaruh dalam dengan kejadian
membentuk tindakan premenstrual syndrome.
seseorang. Masih adanya Peran bidan sebagai tenaga
siswi yang tetap kesehatan yaitu dapat
berpengetahuan cukup memberikan edukasi dan
mungkin dikarenakan konseling tentang PMS
kurangnya pemahaman kepada remaja putri di
terhadap materi meskipun seluruh sekolah untuk
sudah diberikan penyuluhan. meningkatkan pengetahuan
Selain itu masih ada siswi tentang PMS dan dapat
dengan pengetahuan kurang. memperbaiki pola makan,
Hal ini dapat disebabkan gaya hidup dan aktivitas fisik
karena adanya beberapa (olahraga) agar dapat
hambatan. Misalnya situasi mengantisipasi terjadinya
yang kurang kondusif karena PMS dan dapat
penyuluhan dilakukan di mengkompensasi saat
ruang terbuka sehingga mengalami gejala-gejala PMS
. Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Coryna Rizky. 2014. Irliana, Asri Hidayat. 2014.
Pendidikan Sebaya Meningkatkan Pengaruh Penyuluhan terhadap
Pengetahan Sindrom Pramenstruasi Tingkat PengetahuanRemaja
pada Remaja. Jurnal Kedokteran tentang Syndrom Premenstruasi di
Brawijaya Vol. 28 No. 2, Agustus SMP Mataram Kasihan\ Bantul.
2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta
Aminah, S., Rahmadani, S., dan
Munadhiroh. 2011. Hubungan status Kemenkes, 2014. Pedoman Gizi
gizi dengan kejadian premenstrual Seimbang. Jakarta: Direktorat
syndrome di madrasah aliyah Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Negeri (MAN) 4 jakarta tahun 2011. Ibu dan Anak
Health Quality jurnal Kesehatan.
Vol 2 No. 3. ISSN 1978-4325 Kemenkes 2010. Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi
Amjad, A., Kumar, R., dan mazher, Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal
S. B. 2014. Socio-demographic Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
factors and premenstrual syndrome Anak
among women attending a teaching
Hospital in Islamabad pakistan. J Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan
Pioneer med Sci, 4.4 Reproduksi Remaja Dan Wanita.
Jakarta: Salemba Medika
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan Machfoedz, Ircham. 2013. Metode
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Yogyakarta: Fitramaya.
Bungasari, Septa Ayu., Hermie M.
M. Tendean dan Eddy
Suparman.2015 Gambaran
Sindroma Prahaid Pada Remaja.
Jurnal E-Clinic. Vol.3 No.1 .
Christiany, Irine., M. Hakimi., Toto
Sudargo. 2009. Status gizi, aspan
zat gizi mikro (kalsium,
magnesium) hubungannya dengan
sindroma premenstruasi pada
remaja SMU Sejahtera di Surabaya.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. ,
No. 1, Juli 2009: 29-34
Galland, Leo. 2011. Leptin: How to
Make This Fat-Burning Hormone
Work for You.
https://www.huffingtonpost.com/l
eo-galland-md/leptin-how-to-
make-this-fatburning_
b_806529.html (diakses pada 3 Juli
2018)
Hidayat, A. A Alimul Hidayat. 2014.
Metode Penelitian Kebidanan dan

You might also like