Jurnal Vini Alvionita D1A117363
Jurnal Vini Alvionita D1A117363
Jurnal Vini Alvionita D1A117363
SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DAN RISIKO USAHA PADA MASA PANDEMI COVID-19
(Studi Kasus Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan)
Vini Alvionita’1), Bahari 2) dan Surni3)
I. Penulis Pertama :
1. Nama : Vini Alvionita’
2. Afiliasi : JurusanAgribisnis
3. Email : [email protected]
4. No Hp/Wa : 082258541381
II. Penulis Kedua :
1. Nama : Bahari
2. Afiliasi : JurusanAgribisnis
3. Email : [email protected]
4. No Hp/Wa : 08124287858
III. Penulis Ketiga :
1. Nama : Surni
2. Afiliasi : JurusanAgribisnis
3. Email : [email protected]
4. No Hp/Wa : 085230417805
* Corresponding Author :
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kekayaan alam yang luar biasa banyaknya.
Luas laut Indonesia dua pertiga dari daratannya. Total luas laut Indonesia adalah 3,544 juta km2. Indonesia
memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia setelah Kanada dengan panjang 104 ribu km. Selain garis pantai
yang panjang, Indonesia memiliki jumlah pulau terbanyak yaitu 17.504 pulau yang tersebar dari sabang sampai
merauke. Maka, dengan gambaran sumberdaya alam yang melimpah di laut dan pesisir sudah selayaknya
Nama Penulis et al. e-ISSN: XXXX-XXXX
Jurnal Ilmiah Inovasi dan Komunikasi Pembangunan Pertanian 2
pembangunan Indonesia berorientasi pada maritim salah satunya adalah di sektor perikanan. Dalam sector
perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi sumberdaya perikanan baik perikanan
tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi
perikanan tangkap mencapai US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per
tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar
per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan
sebesar US$ 4 miliar per tahun (KKP, 2011).
Budidaya ikan air tawar di Indonesia merupakan sektor usaha yang sangat potensial, sehingga
memberikan peranan yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan ikan konsumsi dalam negri. Satu dari beberapa
jenis ikan yang bernilai ekonomis dan mudah untuk dibudidayakan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah
satu komoditas perikanan yang saat ini sedang marak diusahakan oleh masyarakat baik dalam skala besar
maupun sekala kecil rumah tangga. Ikan lele merupakan komoditas yang sangat disukai masyarakat demikian
juga dengan produk olahannya sangat digemari, hal ini dibuktikan dengan semakin berkembangnya usaha-
usaha pengelolaan makanan atau kuliner oleh masyarakat yang berasal dari produk ikanlele baik dalam dalam
skala besar dan kecil maupun pengolahan dalam bentuk yang lain (Kesuma et al., 2019).
Ikan air tawar sebagai komoditas budidaya memang sangat bernilai ekonomis. Hal ini dikarenakan
kandungan gizi pada ikan yang dapat memenuhi kebutuhan protein sehari-hari sehingga tidak mengherankan
budidaya sebagai industri yang menguntungkan. Maka dari itu, budidaya menjadi sektor penting dalam
meninkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu budidaya yang telah lama berkembang di masyarakat
adalah budidaya ikan. Perikanan budidaya disebut juga dengan akuakultur, yakni suatu kegiatan perikanan yang
memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol yang bertujuan mendapat keuntungan
(Goimawan,2012).
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang unggul di
pasaran selain mujair, patin, nila dan gurami (Lingga dan Kurniawan, 2013). Ikan lele memiliki keunggulan
dibandingkan dengan jenis ikan lain yaitu pertumbuhannya tergolong cepat, toleran terhadap kualitas air yang
kurang baik, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua wadah budi daya (Nasrudin,
2010) Pengembangan komoditas budidaya ikan lele tidak terlepas dari aspek budidaya. Aspek - aspek dalam
budidaya ikan lele adalah aspek teknis, aspek finansial, aspek pemasaran, dan aspek kelembagaan usaha..
Keberhasilan pengembangan budidaya lele disokong oleh manajemen usaha yang baik agar mendapatkan hasil
produksi yang optimal (Pasaribu, 2012).
Bumi kita sedang dilanda penyakit yang sangat berbahaya yaitu Virus Covid-19, dimana penyakit ini
menular dan menyerang kebagian pernafasan manusia,awal mula terjadi nya virus ini pada bulan Desember
2019, Wuhan China.Dugaan awal hal ini terkait dengan pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan
berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020 penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya
yaitu virus corona baru. Pada masa pandemik Covid-19, untuk mencegah dampak yang lebih besar terhadap
kehidupan bermasyarakat, pemerintah Indonesia menyiapkan beragam langkah untuk menjalankan protokol
kesehatan Covid-19.Wabah virus Corona berdampak pada pemasaran perikanan, dimana harga ikan mengalami
penurunan hingga 50%. Penurunan harga ini dikarenakan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
yang menyebabkan mata rantai dari pelaku usaha perikanan mengalami keterpurukan. (Setiyaningsih et al.,
2020)
Penelitian tentang Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Lele di Desa Rasau Jaya 1 Kecamatan
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya” dengan menggunakan metode survei (Apriono et al.,2012). (Perdana 2017)
Analisis Saluran Dan marjin Pemasaran Kerbau (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaetn Garut)
dengan menggunakan analisis Marjin Pemasran, Farmer Share’s, untuk mengetahui besarnya marjin pemasaran
yang ada di daerah tersebut.
Dampak pandemi Covid-19 yang paling dirasakan oleh pelaku usaha perikanan seperti nelayandan
pemasar produk perikanan yaitu harga ikan yang mengalami penurunan, biaya operasional yang semakin tinggi,
hasil perikanan yang sulit untuk dijual karena terbatasnya akses transportasi dan physical distancing serta
karantina wilayah di beberapa daerah sehingga banyak pasar dan restoran-restoran yang tutupatau membatasi
waktu operasionalnya, yang mengakibatkan turunnya permintaan produk perikanan tangkap.
Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya berwirausaha
ikan lele karena memiliki wilayah yang cocok untuk budidaya ikan lele, akan tetapi mengalami kesulitan untuk
memasarkan ikan lelenya khususnya pada masa pandemi Covid-19 yang serba dibatasi untuk berinteraksi
sehingga juga berakibat pada risiko usaha. Dari segi pemasaran masalah yang timbul seperti proses pemasaran
ikan lele.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu
perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Wijoyo et al.,
2020). Menurut Tjiptono dan Chandra (2012) menyatakan bahwa dalam saluran pemasaran distribusi dikenal
tiga komponen utama yaitu perantara,agen dan fasilitator. Lembaga pemasaran adalah badan badan usaha atau
individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen keoada konsumen
akhir (Sudiyono 2014).Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk
suatu produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama (Rp/Kg). Margin pemasaran
dapat dihitung untuk setiap tingkatan pada saluran pemasaran (Bahari, 2017). Marjin pemasaran termasuk
semua ongkos yang menggerakkan produk tersebut mulai dari pintu gerbang petani sampai di tangan konsumen
akhir (Surni, 2015). Untuk mengetahui efisiensi pemasaran digunakan dua alat pengukuran yaitu, efisiensi harga
(pricing efficiency) dan efisiensi operasional (operational efficiency) (Anindita 2004).
Efisiensi harga adalah bentuk kedua dari efisiensi pemasaran. Efisiensi ini menekankan kepada
kemampuan dari sisitem pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sasaran dari efisiensi harga
adalah efisien alokal sumberdaya dan maksimum output (ekonomi)(Kusnadi et al 2018). Risiko pada umumnya
dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya (Lokobal et al,.
2014). Ikan lele merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki berbagai kelebihan, diantaranya
adalah pertumbuhan cepat dan memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Menurut
Soares (2011) permintaan ikan lele mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan produksi
ikan lele juga mengalami peningkatan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, pada
bulan Oktober 2021 sampai Juni 2022. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive. Objek
penelitian ini menggunakan studi kasus dengan mengamati usaha ikan lele sangkuriang yang berada di Desa
Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabuaten Konawe Selatan. Jenis data yang digunakan dalam adalah data
kualitatif dan kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah identitas responden: umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga; efisiensi pemasaran yang terdiri dari biaya, harga ecer, harga pedagang, volume
pembelian, volume penjualan; dan risiko usaha. Analisis data yang digunakan yaitu saluran pemasaran ikan lele
di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dianalisis menggunakan metode deskriptif.
Besarnya margin pemasaran yan diperoleh dihitung dengan rumus sebagai berikut :
M = Hp – Hb
Keterangan:
M = Margin pemasaran
Hp = Harga ditingkat konsumen (per kg)
Hb = Harga ditingkat produsen (per kg)
Indikator yang berguna dalam melihat efisiensi pemasaran adalah dengan membandingkan harga yang
diterima produsen terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (farmer’s share). Menurut Apriono dalam
Sarwanto (2014) rumus yangdigunakan untuk menghitung farmer’s share adalah sebagai berikut:
Pf
FS= ×100 %
Pr
Keterangan:
Fs = Persentase yang diterima pembudidaya/kg
Pf = Harga ditingkat pembudidaya R/ kg
Pr = Harga ditingkat konsumen Rp/ kg
Risiko usaha ikan lele menggunakan analisis koefisien variasi (CV). Pengukuran risiko di ukur
V
CV ¿
E
Keterangan:
CV : Coefisien Variasi
V : Standar Deviasi (Simpangan Baku)
E : Rata-rata produksi/keuntungan (Rp/Kg)
Nilai koefisien variasi/coefficient variation (CV) yang lebih dari 0,5 berarti risiko yang dialami suatu
usaha ikan lele adalah tinggi, sedangkan nilai (CV) yang kurang dari 0,5 berarti risiko yang dialami suatu usaha
ikan lele adalah rendah, artinya jika nilai CV diketahui, maka dapat diketahui besarnya risiko.
Pada saluran pemasaran I, Bapak Liusman memasarkan produknya melalui pedagang besar lalu
menjualnya ke konsumen industri.Pedagang besar pada penelitian ini berjumlah 3 orang.Untuk lebih jelasnya
mengenai pola saluran I dapat di lihat pada gambar (1.)
Pada saluran pemasaran II, Bapak Liusman memasarkan produknya melalui pedagang pengumpul
yang berada di daerah masing-masing dengan jumlah pedagang pengumpul sebanyak 3 orang.Kemudian
pedagang pengumpul menjualnya kepada pedagang kecil yang kemudian pedagang kecil menjualnya kembali
ke konsumen akhir. Pada penelitian ini sebanyak 1 orang tiap daerah pedagang pengumpul sehingga jumlah
total pedagang kecil sebanyak 2 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai pola pemasaran II dapat dilihat pada
gambar 2.
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa lembaga yang terlibat dalam pemasaran usaha budidaya ikan
lele Bapak Liusman di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, yaitu :
1. Produsen
Produsen dalam penelitian ini adalah usaha budidaya ikan lele Bapak Liusman. Produsen membeli bibit
ikan lele dari Jawa bibit ikan lele tersebut kemudian dibudidaya oleh produsen melalui beberapa proses yaitu,
penyiapan kolam, bibit, pemeliharaan, panen dan penimbangan.
2. Pedagang Besar
Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli ikan lele dengan jumlah yang besar dari Bapak
Liusman sebesar 240kg per panen dengan harga beli Rp20.000/kg. Pedagang besar memeperdagangkan ikan
lele kepada konsumen industri seperti rumah makan sari laut. Pedagang besar membeli ikan lele sesuai dengan
permintaan konsumen industri dan dijual dengan harga Rp25.000/kg. Dalam kegiatan pemasaran, pedagang
besar melakukan fungsi pasar di mana pedagang besar membeli ikan lele dari produsen dan menjual kepada
konsumen.
3. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang membeli langsung hasil panen ikan lele Bapak
Liusman. Fungsi pemasaran pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
Hampir semua kegiatan dalam fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh pedagang pengumpul. Fungsi pertukaran
yang dilakukan adalah pembelian dari produsen dan penjualan kepada pedagang pengecer. Fungsi pembelian
yang dilakukan pedagang pengumpul ketika membeli ikan lele kepada produsen yang akan melakukan panen.
Fungsi fisik yang dilakukan ialah pengangkutan atau transportasi. Kegiatan penganggkutan dilakukan oleh
pedagang pengumpul saat menjual ikan lele kepedagang eceran menggunakan pickup yang berkapasitas 500kg
untuk satu kali penggangkutan untuk daerah Kendari dan Konawe.
4. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang menjual prodak langsung kepada
konsumen. Pada pemasaran ikan lele Bapak Liusman, sumber pembelian pedagang pengecer berasal dari
pedagang pengumpul. Pedagang pengecer melakukan semua fungsi pemasaran diantaranya, fungsi pertukaran,
fungsi fisik, fungsi fasilitas
Marjin Pemasaran
Saluran pemasaran I, produsen memasarkan ikan lele kepada pedagang besar, kemudian pedang
besar memasarkannya langsung kepada konsumen industri. Berikut rata-rata biaya marjin dan keuntungan ikan
lele pada saluran pemasaran I di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Biaya dan Margin Pemasaran Saluran Pemasaran I PerPanen
Saluran Pemasran I
No Uraian
Harga (Rp/Kg) Biaya (Rp/Kg) Share %
1 Harga Jual Tingkat Pembudidaya 20000 66,67
Pemanenan
2 Harga Jual Pedagang Pengepul 30000 100
Biaya Angkut 417 1,39
Ember 210 15,12
Biaya Tenaga Kerja 208 0,69
Margin Pemasaran 10000
Keuntungan 9,165
3 Konsumen 30000 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Tabel 1. menunjukkan bahwa saluran pemasaran I lembaga yang terkait yaitu hanya pedagang besar.
Nilai marjin pemasran ikan lele pada saluran pemasaran I ikan lele Rp5.000/Kg. Nilai marjin pemasaran ini
didapat dari selisih antara harga yang dijual pedagang besar sebesar Rp25.000/Kg dengan harga yang dibeli
sebesar Rp20.000/Kg. Nilai untuk Farmer’s Share pada saluran ini sebanyak 80%. Pada saluran pemasaran I
jumlah keuntungan yang diperoleh pedagang besar sebesar Rp4.160.
Biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan lele pada saluran pemasaran I terdiri dari biaya tenaga
kerja yang meliputi kegiatan sortasi dan biaya tenaga kerja yang melakukan pengiriman. Biaya transportasini
berupa biaya pick up yang digunakan dalam biaya pengiriman diusaha ikan lele Bapak Liusman.
Selain saluran pemasaran I terdapat saluran pemasaran II. Saluran pemasaran II pada pola saluran
ikan lele ini melibatkan dua lembaga saluran pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang eceran
hingga sampai pada rumah makan sari laut di Kendari dan Konawe. Berikut ini tentang biaya, keuntungan,
marjin pemasaran dan farmer’s share ikan lele pada saluran pemasaran II dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Biaya dan Margin Pemasaran Saluran Pemasaran II Per Panen
Tabel 3. Presentase Bagian Harga Yang Di Terima Produsen Dari Saluran Pemasaean Ikan Lele
Efisiensi Pemasaran
No. Saluran Pemasaran
Persentase(%) Kriteria
1. Saluran Pemasaran I 66 Efisien
2. Saluran Pemasaran II 83 Efisien
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Tabel 3. menunjukkan bahwa dalam pemasaran ikan lele oleh Bapak Liusman dari II saluran
pemasaran tersebut semua memiliki kriteria efisien, dimana saluran pemasaran I memiliki presentase 80%
sedangkan pada saluran pemasaran II memeliki presentase 76,42% berdasarkan nilai presentase yang
diperoleh dapat dikatakan bahwa pemasran pada saluran I ini esisien karena lebih besar dari 50% sesuai
dengan pendapat Hamid (1997) menyatakan bahwa jika harga yang diterima oleh produsen lebih besar dari
50%, maka pemasaran tersebut dinyatakan efisien.
Risiko Usaha
Pada awal masa pandemi pembudidaya mulai mencari cara untuk mengurangi biaya produksi untuk
menekan angka kerugian yang dialami pembudidaya. Adapun produksi pembudidaya ikan lele di Desa Lebo
Jaya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Produksi Pembudidaya Ikan Lele Saat Pandemi Covid-19 di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan
No. Produksi Saat Pandemi (Kg)
1. 239
2. 217
3. 193
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Tabel 4. menunjukkan bahwa jumlah produksi pembudidaya ikan lele pada saat pandemi Covid-19
mengalami penurunan. Pada bulan pertama pada saat Covid-19 memperoleh hasil sebesar 239kg menurun
pada bulan kedua menjadi 217kg dan bulan ketiga 193kg. Menurunnya jumlah produksi secara terus menerus
yang dihasilkan oleh pembudidaya ikan lele mengakibatkan risiko kerugian akan semakin besar. Risiko kerugian
pembudidaya ikan lele dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (simpangan baku). Nilai resiko dapat
dilihat dari nilai koefisien variasi kemudian dilakukan perbandingan untuk mengetahui tingkat resiko yang mana
yang tertinggi atau yang mana yang lebih rendah. Adapun nilai dari risiko kerugian produksi pembudidaya ikan
lele sebelum pandemi dan saat pandemi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Simpangan Baku, Rata-Rata dan Koefisien Variasi dari Risiko Kerugian Produksi Pembudidaya
Ikan Lele Saat Pandemi Covid-19 di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan
Uraian Simpangan Baku / S Nilai Rata-rata / x bar Koefisien Variasi / KV
Produksi Saat Pandemi (Kg) 23,01 216,33 0,1
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat risiko usaha produksi ikan lele pada saat pandemi sebesar 0,1.
Berdasarkan nilai koefisien variasi dapat dilihat bahwa risiko produksi dialami pada saat pandemi adalah rendah
karena diperoleh nilai koefisien variasi yang lebih rendah dari 0,5. Semakin besar nilai koefisien variasi, maka
risiko yang diterima akan semakin besar. Begitupun sebaliknya, jika nilai koefisien variasi lebih kecil maka resiko
yang diterima semakin kecil. Hal ini terjadi karena pakan yang meningkat dan menurunnya serapan pasar
seiring dengan adanya peraturan pemerintah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan operasional
usaha. Masalah yang ditimbulkan yaitu meskipun harga ikan lele telah turun, minat beli masyarakat tetap rendah,
sehingga pembudidaya ikan lele ini tidak dapat menjualnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Istiani (2019)
bahwa jika nilai koefisien variasi semakin kecil menunjukkan bahwa suatu usaha memiliki risiko yang kecil dan
sebaliknya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Saluran Pemasaran Ikan Lele dan Risiko Usaha Pada Masa Pandemi
Covid-19 (Studi Kasus Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan) maka dapat disimpulkan
:
1. Saluran pemasaran ikan lele yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen ke konsumen yaitu:
a. Pembudidaya ikan lele Bapak Liusman menyalurkan hasil panen kepedagang pengepul dan membawa
hasil akhirnya ke konsumen.
b. Pembudidaya ikan lele Bapak Liusman menyalurkan kepedagang pengumpul lalu menyalurkan
kepedagang pengecer dan berakhir keonsumen.
Nama Penulis et al. e-ISSN: XXXX-XXXX
Jurnal Ilmiah Inovasi dan Komunikasi Pembangunan Pertanian 8
2. Saluran pemasaran ikan lele yang berjalan efisien adalah saluran pemasaran I dan II. Namun, persentase
bagian harga yang diterima oleh produsen (Farmer’s share) pada saluran pemasaran ikan lele pada saluran
pemasaran I sebesar 80%, sedangkan pada saluran pemasaran II sebesar 76,42% yang menunjukan
bahwa saluran pemasaran I lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran II dikarenakan pada
marjin pada saluran pemasaran II lebih rendah dibandingkan marjin saluran pemasaran I.
3. Risiko usaha ikan lele di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan adalah rendah.
Risiko yang paling dirasakan oleh pembudidaya ikan lele pada masa pandemi covid 19 yaitu dilihat dari
menurunnya permintaan yang diakibatkan oleh berkurangnya daya beli masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
A.Hamid Attamimi. 1997, Disertasi: Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara, Universitas Indonesia
Anindita, Ratya. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.
Amrullah, W.A., Istiyani, N & Muslihatiningsih, F. (2019). Analisis Determinan Tingkat Pengagguran Terbuka di
Pulau Jawa Tahun 2007-2016. Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntasi, 6(1), 43-49
Apriono, Dani, Dolorosa E, Imelda. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Lele Di Desa Rasau Jaya 1
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Social Economic Of Agriculture. 1(3)
Bahari. 2017. Pemasaran Produk Pertanian Analisis Grafik Dan Kuantitatif. Kendari: Universitas Halu Oleo
Ghufran M.H. Kordi ,2012, Pembesaran Lele Unggul Lily Publisher, Yogyakarta
Kesuma BW, Budiyanto, Brata B. 2019. Efektifitas Pemberian Probiotik Dalam Pakan Terhadap Kualitas Air Dan
Laju Pertumbuhan Pada Pemeliharaan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus)
Kusnadi N, Fariyanti A, Rachmina D, Jahroh S. 2018. Bungai Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. 20-22
Lokobal A, D.J M, Sumajouw, Sompie BF. 2014. Manajemen Risiko Pada Perusahaan Jasa Pelaksanaan
Kontruksi di Provinsi Papua (Study Kasus di Kabupaten Sarmi). Ilmiah Media Engineering. 4(2):109-
118)
Lingga N dan Kurniawan N. (2013). Pengaruh Pemberian Variasi Makanan terhadap Pertumbuhan Ikan Lele
(Clarias gariepinus). Jurnal Biotropika. 1 (3) : 114-118.
Nasrudin. (2010). Jurus Suskses Beternak Lele Sangkuariang.Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Pursetyo KT, Tjahjaningsih W, Pranomo H. 2015 Perbandingan Kerang Darah Di Perairan Kenjeran Dan
Perairan Sedati. Surabaya: Universitas Airlangga.
Pasaribu AM. 2012 Kewirausahaan Berbasis Agribisnis C.V Andi offset Yogyakarta
Papas JL, Hirschey M. 1995. Ekonomi Manajerial. Jakarta, Bina Rupa Aksara.
Perdana MIA. 2017. ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus Di Kecamatan
Bungbulang Kabupaten Garut). Students E-Journal. 6(1)
Sarwanto C, Wiyono ES, Nurani TW, Haluan J. 2014. Kajian Sistem Pemasaran Ikan Hasil Tangkap Nelayan
Dikabupaten Gunung Kidul, Provinsi Diy. Sosek KP. 9:207-217.
Setiyaningsih D, Bahar H, Iswan, Al-Mas’udi RAA. 2020. Penerapan Sistem Budikdamber dan Akuaponik
Sebagai Strategi dalam Memperkuat Ketahanan Pangan Di Tengah Pandemi Covid-19 Jurnal Umj.
3(4):1-10
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah, Malang.
Surni. 2015. Pemasaran Hasil Pertanian. Kendari: Universitas Halu Oleo.
Soares T. 2011 Kajian Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungreja, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya
Tjiptono, F dan Chandra G.2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta, Andi.
Wijoyo H, Sunarsih D, Cahyono Y, Indrawan I. 2020. Manajemen Pemasaran di Era Globalisasi.Riau: Penerbit
CV. Pena Persada