Dampak Penggunaan Keramba Jaring Apung Pada Pembudidaya Ikan Kerapu Berdasarkan Perspektif Sosial Ekonomi)
Dampak Penggunaan Keramba Jaring Apung Pada Pembudidaya Ikan Kerapu Berdasarkan Perspektif Sosial Ekonomi)
Dampak Penggunaan Keramba Jaring Apung Pada Pembudidaya Ikan Kerapu Berdasarkan Perspektif Sosial Ekonomi)
1(1): 12-18
Keywords:
Floating net, grouper
fish farmers, socio-
economic impacts
🖂 Penulis Koresponden :
E-mail : [email protected]
JURNAL KIRANA | 12
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
ABSTRAK
Ikan Kerapu adalah salah satu jenis ikan karang yang telah menjadi
komoditas ekspor penting ke berbagai negara seperti misalnya
Hongkong, Jepang, Singapura dan Cina. Ikan kerapu dapat
dibudidaya dengan menggunakan keramba jaring apung dan memiliki
harga jual tinggi (high profit) tetapi juga memiliki resiko yang tinggi
(high risk), sehingga berdampak pada pasar dan perkembangan
budidaya ikan kerapu. Tujuan penelituan untuk menegetahui dampak
social ekonomi penggunaan jarring apung terhadap pembudidaya ikan
kerapu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja di
desa Klataka, Kabupaten Situbondo. Penelitian dilakukan dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan,
observasi dan depth interview. Informan penelitian ditentukan secara
sengaja yaitu pembudidaya ikan kerapu yang menggunakan keramba
jarring apung. Metode analisis data menggunakan Milles dan
Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jarring
apung untuk budidaya ikan kerapu memberikan dampak social dan
ekonomi. Dampak social pada pembudidaya ikan kerapu adalah
terbentuknya kelompok pembudidaya ikan kerapu sehingga
menciptakan jaringan social berupa interaksi antar pembudidaya,
dibangunnya fasilitas penunjang untuk perkembangan usaha
budidaya tetapi juga memunculkan prasangka social antar
pembudaya karena seringnya terjadi pencurian ikan di tambak.
Sedangkan dampak ekonomi didasarkan pada peningkatan produksi
Kata kunci: ikan kerapu yang berdampak langsung terhadap pendapatan
Keramba jarring pembudidaya ikan kerapu.
apung, pembudidaya
ikan kerapu, dampak © 2020, PS Penyuluhan Pertanian UNEJ
Sosial ekonomi
PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki potensi budidaya perikanan tambak dan laut
yang sangat besar. Beberapa jenis spesies yang berpotensi menjadi komoditas
budidaya adalah udang, ikan, teripang, kerang dan rumput laut. Beberapa
jenis ikan laut seperti ikan kerapu macan, ikan kerapu bebek atau tikus, ikan
kerapu cantang, ikan kerapu lumpur merupakan ikan laut yang mempunyai
prospek pengembangan yang cukup cerah baik di pasar nasional maupun
internasional (Langkosono, 2007; Triana, 2010). Ikan kerapu diketahui
merupakan salah satu komoditas yang penting karena bersifat Export Oriented
sehingga nilai jualnya makin tinggi ketika nilai tukar dollar makin menguat
(Rahmaningsih & Ari, 2013). Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas
perikanan unggulan ekspor Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
(Loekman, Satyantini, & Mukti, 2018).
Di Indonesia permintaan konsumen dalam negeri terhadap ikan kerapu
hidup dan segar cukup besar terutama oleh restoran-restoran makanan laut
(sea food) dan hotel-hotel berbintang. Sedangkan permintaan ekspor juga
cenderung meningkat setiap tahunnya, terutama ekspor ikan kerapu hidup
dan segar ke Singapura dan Hongkong. Selain itu, ekspor ikan kerapu dalam
bentuk fillet memiliki pangsa pasar yang juga cukup tinggi (Gunarto, 2003).
Wilayah penyebaran ikan kerapu meliputi daerah tropic dan sub tropic
(Paruntu, 2019). Budidaya kerapu di Indonesia tersebar dari Sumatera Utara,
Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur dan Bali (Renanti, 2015).
JURNAL KIRANA | 13
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
METODE PENELITIAN
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja yaitu Desa Klatakan
Kabupaten Situbondo. Metode penelitian menggunakanparadigma penelitian
kualitatif. Metode penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu Pembudidaya
Ikan Keramba Jaring Apung. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan
Huberman. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber (Moleong, 2010).
2. Dampak Ekonomi
Selain dampak sosial, pembudidaya juga mengalami perubahan setelah
adanya pengembangan usaha budidaya ikan kerapu keramba jaring apung.
Perubahan tidak hanya meliputi perubahan sosial tapi perubahan ekonomi justru
lebih dirasakan oleh pembudidaya karena dengan adanya usaha ikan kerapu sudah
dipastikan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung karena dapat memperbaiki keadaan perekonomian kepada
pembudidaya yang baru melakukan usaha budidaya maupun yang sudah lama
berkecimpung di dalamnya. Dampak langsung yang diterima pembudidaya adalah
jumlah pendapatan yang bertambah karena permintaan kerapu ekspor meningkat
dengan harga yang lebih tinggi dari harga domestik. Perekonomian jadi meningkat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Fluktuatisi
harga ikan sempat menyebabkan menurunnya produksi tapi pembudidaya masih
merasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tetap optimis harga
ikan akan kembali normal. Penjelasan komperhensif mengenai hal tersebut
diringkas dalam teori ekspektasi.
Menurut Robbins (2002), kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak
dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa
tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil
tersebut bagi individu yang bersangkutan. Pembudidaya tetap memiliki keinginan
untuk menambah dan mengembangkan usaha dan terus belajar agar produksi ikan
meningkat setiap panennya. Berbagai cara dilakukan agar usaha budidaya ikan
kerapu keramba jaring apung mendapat keuntungan dan kembali stabil, karena
harga ikan kerapu setiap jenisnya berbeda. Seperti saat pada bulan-bulan tertentu
ikan kerapu cantang memiliki harga yang lebih tinggi dari ikan kerapu cantik atau
komoditas ikan kerapu lainnya begitupun sebaliknya. Hal lain yang menyebabkan
tetap dilakukan usaha budidaya karena mempunyai usaha sampingan yang
berhubungan dengan perikanan seperti usaha pembenihan ikan dan
penggelondongan.
KESIMPULAN
Keberadaan usaha budidaya ikan kerapu dengan menggunakan keramba
jarring apung memberikan dampak dari segi sosial dan ekonomi. Dampak
sosial yaitu terbentuknya Perkumpulan Pembudidaya Ikan Keramba Jaring
Apung (PPIK) yang menciptakan jaringan sosial melalui interaksi yang terjalin
antar pembudidaya. Munculnya prasangka sosial sesama pembudidaya karena
persaingan usaha serta kebijakan dari pemerintah. Berkembangnya
aksesibilitas berupa pembangunan fasilitas yang ikut menunjang sarana
prasana serta pendapatan pembudidaya. Sedangkan dampak ekonomi yang
terbentuk yaitu meningkatnya pendapatan dan perekonomian keluarga.
Pembudidaya ikan kerapu di mempunyai penghasilan yang memadai sehingga
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun fasilitas kehidupan seperti
tabungan, kendaraan bermotor dan peralatan elektronik.
JURNAL KIRANA | 17
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Adhyaksa, D. (2008). Pemuda dan Kelautan. Jakarta: Pustaka Cidesindo.
Ahmadi, A. dan S. W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, B. (2015). Psikologi Sosial (B. Saebani, Ed.). Bandung: CV Pustaka Setia.
Bian, R. (2010). Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Pembudidaya Ikan Kerapu Dalam
Keramba Jaring Apung Di Desa Posi-Posi Kabupaten Halmahera Selatan.
Universitas Terbuka Jakarta.
Farida, U. (2013). Pengaruh Aksesibilitas terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi
Masyarakat Pedesaan Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Jurnal Wilayah
Dan Lingkungan, 1(1), 49–66. https://doi.org/10.14710/jwl.1.1.49-66
Gunarto, A. (2003). Pengembangan Sea Farming Budidaya Keramba Jaring Apung
(Kja) Kerapu (Ephinephelus Sp.) di Indonesia. Jurnal Matematika Sains Dan
Teknologi, 4(1), 35–44.
Ismi, S. (2013). Lama Waktu dan Kepadatan Telur dalam Upaya Perbaikan Teknologi
Transportasi Tertutup pada Telur Kerapu. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis, 5(1), 54–59.
Langkosono. (2007). Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perairan.
Neptunus, 14(1), 61–67.
Loekman, N. A., Satyantini, W. H., & Mukti, A. T. (2018). Penambahan Asam Amino
Taurin pada Pakan Buatan terhadap Peningkatan Pertumbuhan dan Sintasan
Benih Ikan Kerapu Cantik (Epinephelus fuscoguttatus × Epinephelus
microdon) [Addition of Amino Taurine Acid to Artificial Feed on Increased
Growth and Surv. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 10(2), 112–118.
https://doi.org/10.20473/jipk.v10i2.10504
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Paruntu, C. P. (2019). Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina Forsskal, 1775)
dan Ikan Beronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) dalam Karamba Jaring
Apung dengan Sistim Polikultur. E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.35800/bdp.3.1.2015.6924
Rahmaningsih, S., & Ari, A. I. (2013). Pakan dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang
(Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus). Jurnal Ekologia, 13(2), 25–30.
Renanti, H. F. (2015). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Hatchery Skala Rumah
Tangga (HSTR) Kerapu di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo.
Universitas Jember.
Robbins, P. S. (2002). Prinsip Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S., & Meinarno, E. A. (2015). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Suhana. (2017). Ekonomi Perikanan Budidaya Kerapu.
Taneko, S. B. (1984). Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: Rajawali.
Triana, H. (2010). Analisis Fragmen DNA Ikan Kerapu Macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ) yang Tahan dan Rentan terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus.
Jurnal Ilmu Dasar, 11(1), 8–16.
JURNAL KIRANA | 18