Dampak Penggunaan Keramba Jaring Apung Pada Pembudidaya Ikan Kerapu Berdasarkan Perspektif Sosial Ekonomi)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Kirana 2020 Vol.

1(1): 12-18

Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian


Journal of Communication and Agricultural Extension
email: [email protected]
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/jkrn

Dampak Penggunaan Keramba Jaring Apung pada Pembudidaya


Ikan Kerapu Berdasarkan Perspektif Sosial Ekonomi)

Impact of Using Floating Net Cages on Grouper Farmers


Based on Socio-Economic Perspective

Lenny Widjayanthi1 🖂 dan Yeni Anggun Widayanti2

1 Program Studi Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember


2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

INFO ARTIKEL ABSTRACT


Grouper fish is a type of reef fish that is exported as a commodity to
Diterima 31 Agu 2020 various countries such as Hong Kong, Japan, Singapore and China.
Direvisi 22 Sep 2020 Grouper fish can be cultivated using floating net cages and have a high
Diterbitkan 27 Okt 2020 selling price (high profit) but also have a high risk (high risk), thus
affecting the market and the number of grouper aquaculture. The
purpose of this research is to determine the socioeconomic impact of the
use of floating net on grouper farmers. The determination of the
e-ISSN 2747-2264 research area was carried out deliberately in Situbondo Regency. The
p-ISSN 2746-4628 study was conducted with a qualitative approach. Data collection is
done by observation and depth interview. The informants of the
DOI
research were determined intentionally, namely grouper fish farmers
who do aquaculture with floating net cages. The data analysis method
doi.org/10.19184/jkr
uses Milles and Huberman. The results showed that the use of floating
n.v1i1.20310
nets for grouper culture had social and economic impacts. The social
impact on grouper farmers is the formation of grouper farmers, thus
creating a social network in the form of interaction between farmers;
construction of supporting facilities for the development of aquaculture
businesses but also raises social prejudices between farmers because
of frequent theft of fish in floating nets. While the economic impact is
based on increasing grouper production which has a direct impact on
the income of grouper farmers.

Keywords:
Floating net, grouper
fish farmers, socio-
economic impacts

🖂 Penulis Koresponden :
E-mail : [email protected]

JURNAL KIRANA | 12
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

ABSTRAK
Ikan Kerapu adalah salah satu jenis ikan karang yang telah menjadi
komoditas ekspor penting ke berbagai negara seperti misalnya
Hongkong, Jepang, Singapura dan Cina. Ikan kerapu dapat
dibudidaya dengan menggunakan keramba jaring apung dan memiliki
harga jual tinggi (high profit) tetapi juga memiliki resiko yang tinggi
(high risk), sehingga berdampak pada pasar dan perkembangan
budidaya ikan kerapu. Tujuan penelituan untuk menegetahui dampak
social ekonomi penggunaan jarring apung terhadap pembudidaya ikan
kerapu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja di
desa Klataka, Kabupaten Situbondo. Penelitian dilakukan dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan,
observasi dan depth interview. Informan penelitian ditentukan secara
sengaja yaitu pembudidaya ikan kerapu yang menggunakan keramba
jarring apung. Metode analisis data menggunakan Milles dan
Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jarring
apung untuk budidaya ikan kerapu memberikan dampak social dan
ekonomi. Dampak social pada pembudidaya ikan kerapu adalah
terbentuknya kelompok pembudidaya ikan kerapu sehingga
menciptakan jaringan social berupa interaksi antar pembudidaya,
dibangunnya fasilitas penunjang untuk perkembangan usaha
budidaya tetapi juga memunculkan prasangka social antar
pembudaya karena seringnya terjadi pencurian ikan di tambak.
Sedangkan dampak ekonomi didasarkan pada peningkatan produksi
Kata kunci: ikan kerapu yang berdampak langsung terhadap pendapatan
Keramba jarring pembudidaya ikan kerapu.
apung, pembudidaya
ikan kerapu, dampak © 2020, PS Penyuluhan Pertanian UNEJ
Sosial ekonomi

PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki potensi budidaya perikanan tambak dan laut
yang sangat besar. Beberapa jenis spesies yang berpotensi menjadi komoditas
budidaya adalah udang, ikan, teripang, kerang dan rumput laut. Beberapa
jenis ikan laut seperti ikan kerapu macan, ikan kerapu bebek atau tikus, ikan
kerapu cantang, ikan kerapu lumpur merupakan ikan laut yang mempunyai
prospek pengembangan yang cukup cerah baik di pasar nasional maupun
internasional (Langkosono, 2007; Triana, 2010). Ikan kerapu diketahui
merupakan salah satu komoditas yang penting karena bersifat Export Oriented
sehingga nilai jualnya makin tinggi ketika nilai tukar dollar makin menguat
(Rahmaningsih & Ari, 2013). Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas
perikanan unggulan ekspor Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
(Loekman, Satyantini, & Mukti, 2018).
Di Indonesia permintaan konsumen dalam negeri terhadap ikan kerapu
hidup dan segar cukup besar terutama oleh restoran-restoran makanan laut
(sea food) dan hotel-hotel berbintang. Sedangkan permintaan ekspor juga
cenderung meningkat setiap tahunnya, terutama ekspor ikan kerapu hidup
dan segar ke Singapura dan Hongkong. Selain itu, ekspor ikan kerapu dalam
bentuk fillet memiliki pangsa pasar yang juga cukup tinggi (Gunarto, 2003).
Wilayah penyebaran ikan kerapu meliputi daerah tropic dan sub tropic
(Paruntu, 2019). Budidaya kerapu di Indonesia tersebar dari Sumatera Utara,
Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur dan Bali (Renanti, 2015).

JURNAL KIRANA | 13
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

Komoditas ikan kerapu merupakan salah satu komoditas utama ekspor


ikan Indonesia yang diperdagangkan dalam bentuk hidup dan mati (segar dan
beku). Data BPS menyebutkan ikan kerapu hidup masuk dalam 20 jenis
komoditas utama ekspor ikan Indonesia tahun 2016. Total nilai ekspor ikan
kerapu hidup tahun 2016 mencapai 32,18 Juta US $ (Suhana, 2017). Kegiatan
perikanan ikan kerapu semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya
permintaan. Ikan kerapu diperdagangkan dalam bentuk hidup untuk memenuhi
kebutuhan pasar Hongkong, China, Taiwan, Singapura, Malaysia dan negara
lainnya (Ismi, 2013).
Budidaya ikan kerapu meningkatkan pendapatan masyarakat desa,
meningkatkan pengetahuan di bidang budidaya perikanan dan membuka peluang
diversifikasi usaha perikanan, sehingga hal tersebut berimplikasi terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan (Bian, 2010). Dampak positif
budidaya ikan kerapu yaitu terjadinya peningkatan usaha dan terbukanya
kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar,
dimana hal ini akan berpengaruh pada pendapatan (Adhyaksa, 2008).
Keramba jaring apung merupakan salah satu teknik budidaya yang
memerlukan biaya tidak sedikit, sehingga masyarakat yang ingin melakukan
budidaya butuh berpikir panjang untuk memulai usaha tersebut dan masalah
seperti fluktuasi harga ikan dikarenakan tingkat ketahanan ikan (survival rate)
yang mulai menurun, serta berkurangnya intensitas pengiriman ikan khususnya
untuk pengiriman ekspor menjadi salah satu kendala yang cukup berpengaruh
bagi masyarakat, sehingga hal ini menyebabkan jumlah pembudidaya ikan
kerapu yang tidak tetap atau fluktuatif. Oleh karena itu, peneliti inigin
mengetahui bagaimana dampak social ekonomi penggunaan keramba jarring
apung pada pembudidaya ikan kerapu di Desa Klatakan.

METODE PENELITIAN
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja yaitu Desa Klatakan
Kabupaten Situbondo. Metode penelitian menggunakanparadigma penelitian
kualitatif. Metode penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu Pembudidaya
Ikan Keramba Jaring Apung. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan
Huberman. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber (Moleong, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dampak Sosial Ekonomi Pembudidaya Ikan Kerapu Malam Menggunakan
Keramba Jaring Apung. Setiap kehidupan masyarakat, senantiasa mengalami
perubahan. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat merupakan
fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan
yang tak terbatas. Kegiatan budidaya ikan kerapu cukup berpengaruh terhadap
kondisi sosial ekonomi pelaku usaha atau pembudidaya.
1. Dampak Sosial
Dampak sosial adalah sebuah bentuk akibat atau pengaruh yang terjadi
karena adanya sesuatu hal. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang terjadi
pada masyarakat, baik karena suatu kejadian itu mempengaruhi masyarakat atau
hal lainnya didalam masyarakat. Dampak sosial penggunaan keramba jaring apung
JURNAL KIRANA | 14
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

antara lain adanya interaksi sosial, prasangka sosial, perkembangan aksesibilitas


dan terpenuhinya kebutuhan keluarga. Interaksi sosial diartikan sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis berupa hubungan antara individu yang
satu dengan individu lain, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya,
maupun antara kelompok dengan individu. Hal tersebut dilakukan untuk
menunjang produksi. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antar individu yaitu
komunikasi antara satu dengan lainnya, pembudidaya dengan pemodal besar dan
pembudaya dengan instansi.
Dampak sosial yang terjadi setelah adanya usaha budidaya ikan kerapu
keramba jaring apung:
a. Terbentuknya jejaring atau perkumpulan pembudidaya ikan kerapu
menggunakan keramba jaring apung
Interaksi antar individu khususnya pembudidaya ikan kerapu menghasilkan
sebuah perkumpulan yang juga ikut digagas oleh pemerintah di Kabupaten
Situbondo. Terbentuknya Perkumpulan Pembudidaya Ikan Keramba Jaring Apung
(PPIK) pada tahun 2014 dijadikan sebagai tempat sharing pembudidaya tentang
produksi dan pemasaran ikan kerapu. Terbentuknya suatu interaksi sosial dalam
sebuah perkumpulan atau kelompok masyarakat tertentu dilandaskan oleh norma
yang dibentuk dan disetujui oleh kelompok masyarakat dan pola interaksi yang
terjadi berbeda dengan pola interaksi di suatu perkumpulan atau kelompok
masyarakat lainnya. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2015),
bahwa interaksi sosial terjadi dalam berbagai bentuk antara lain kerjasama,
persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi. Salah satu bentuk
kerjasama yang dilakukan pembudidaya adalah dengan membentuk suatu
perkumpulan untuk mempermudah pembudidaya dalam akses informasi pasar,
selain itu juga sebagai penghubung antara instansi atau lembaga di Kabupaten
Situbondo dengan pembudidaya. Hubungan sosial antara pembudidaya satu dan
yang lain baik satu maupun beda desa cukup terintegrasi misalnya koordinasi
untuk penyebaran bantuan dan penyuluhan. Selain itu antar pembudidaya saling
bertukar ilmu dan informasi tentang permintaan pasar ikan kerapu.
b. Munculnya prasangka sosial antar pembudidaya
Pembudidaya ikan kerapu menyatakan ada persaingan dalam melakukan
usaha budidaya. Hal tersebut berupa kecurangan yang terjadi diantara mereka
seperti jumlah ikan di keramba yang tiba-tiba menyusut atau menghilang.
Pembudidaya menganggap ikan yang hilang karena dicuri. Mereka menyatakan
hanya bisa merelakan jika hal itu terjadi karena hal tersebut juga termasuk dalam
kelalaian. Antisipasi yang dilakukan adalah dengan melakukan penjagaan pada
keramba di malam hari, tapi hal itu tidak selalu dilakukan. Hal lain yang dilakukan
oleh pembudidaya adalah memastikan jumlah ikan dengan rutin melakukan
pengecekan jumlah ikan saat proses grading, terdapat pembukuan jumlah ikan
yang masih hidup, terkena penyakit, ikan mati dan hilang. Menurut (Ahmadi, 2004)
prasangka sosial adalah sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau
kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain. Prasangka sosial dapat
berkembang dikarenakan beberapa faktor salah satunya faktor kognisi sosial yaitu
dari bagaimana cara individu berfikir mengenai individu lain. Meskipun terjadi
prasangka sosial antar pembudidaya tapi tidak mengurangi tenggang rasa, kerja
sama dan rasa solidaritas antar pembudidaya satu dan yang lain.
JURNAL KIRANA | 15
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

c. Meningkatkan interaksi antara pembudidaya dengan pemerintah


Harga ikan yang fluktuatif memberikan dampak cukup besar bagi
pembudidaya ikan kerapu. Adanya kebijakan pemerintah tentang penghentian
sementara penerbitan izin kapal pengangkut ikan hidup, secara tidak langsung
berdampak pada pasar ekspor ikan kerapu di Kabupaten Situbondo. Dampak yang
timbul dari kebijakan tersebut adalah banyak pembudidaya yang mogok
melakukan usaha budidaya ikan kerapu karena harga ikan yang sebelumnya
bekisar Rp 150.000 hingga Rp 160.000 menjadi Rp 75.000 hingga Rp 80.000.
Bentuk interaksi pembudidaya dengan anggota PPIK lain menanggapi kebijakan
yang ada dengan melakukan protes tetapi tidak memicu konflik dengan
menyampaikan ususlan serta keluh-kesah yang dialami oleh pembudidaya. Sejalan
dengan penelitian Charles H. Coopley yang dikutip oleh Taneko (1984), apabila
seseorang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama, dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan, bentuk
pengendalian terhadap diri sendiri yang akan dilakukan untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut adalah melalui kerjasama. Protes yang
dilakukan pembudidaya cukup berdampak pada harga ikan yang sebelumnya
dalam range harga Rp 75.000 - Rp 80.000 menjadi Rp 80.000- Rp 100.000
meskipun tidak senormal tahun-tahun sebelumnya.
Langkah lain yang dilakukan oleh pembudidaya selain mengembangkan
pasar domestik khususnya Pulau Jawa juga dengan menambah komoditas ikan
lain dengan masa panen yang lebih singkat. Komoditas ikan yang dipilih adalah
ikan kakap yang merupakan rekomendasi dari Dinas Perikanan Kabupaten
Situbondo sambil menunggu harga ikan kerapu kembali normal agar tidak semakin
banyak SDM yang kehilangan mata pencaharian. Menurut Sarwono & Meinarno,
(2015), bentuk interaksi sosial antara pembudidaya dengan pemerintah adalah
mensejahterakan pembudidaya yang dilakukan dengan pertemuan dan negosiasi
tentang harga dan jenis ikan yang dibudidaya untuk mendapatkan solusi terbaik,
meskipun bagi pembudidaya hal tersebut masih dirasa kurang dan tetap
menyebabkan kerugian.
d. Meningkatnya aksesibilitas
Selain interaksi dan prasangka sosial antar pembudidaya, dampak sosial
lainnya adalah berkembangnya aksesbilitas yaitu berupa infrastruktur yang ikut
menunjang pembangunan dalam usaha budidaya ikan kerapu keramba jaring
apung, seperti dermaga dan taman kecil dan jalan setapak atau pedestrian yang
berguna sebagai salah satu cara untuk menarik dan mempermudah akses
konsumen kepada pembudidaya.
Dalam praktik pembangunan di beberapa daerah dengan ketersediaan
infrastruktur yang lebih memadai akan mempengaruhi aktivitas perekonomiannya pula.
Menurut Farida (2013), ketersediaan infrastruktur yang lebih memadai, aktivitas
perekonomian di kawasan perkotaan semakin berkembang, sedangkan kawasan
pedesaan yang minim akan infrastruktur mensjadi sedikit tertinggal dari ekonomi
perkotaan. Dalam kawasan pedesaan, aksesibilitas memiliki peranan yang penting karena
keberadaannya dapat merangsang tumbuhnya pasar dan produktivitas pertanian juga
akan meningkat, seperti yang dilakukan oleh pemerintah di Kabupaten Situbondo yang
melakukan pembangunan untuk menunjang kegiatan perekonomian khususnya untuk
pembudidaya ikan kerapu menggunakan keramba jaring apung.
JURNAL KIRANA | 16
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

2. Dampak Ekonomi
Selain dampak sosial, pembudidaya juga mengalami perubahan setelah
adanya pengembangan usaha budidaya ikan kerapu keramba jaring apung.
Perubahan tidak hanya meliputi perubahan sosial tapi perubahan ekonomi justru
lebih dirasakan oleh pembudidaya karena dengan adanya usaha ikan kerapu sudah
dipastikan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung karena dapat memperbaiki keadaan perekonomian kepada
pembudidaya yang baru melakukan usaha budidaya maupun yang sudah lama
berkecimpung di dalamnya. Dampak langsung yang diterima pembudidaya adalah
jumlah pendapatan yang bertambah karena permintaan kerapu ekspor meningkat
dengan harga yang lebih tinggi dari harga domestik. Perekonomian jadi meningkat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Fluktuatisi
harga ikan sempat menyebabkan menurunnya produksi tapi pembudidaya masih
merasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tetap optimis harga
ikan akan kembali normal. Penjelasan komperhensif mengenai hal tersebut
diringkas dalam teori ekspektasi.
Menurut Robbins (2002), kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak
dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa
tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil
tersebut bagi individu yang bersangkutan. Pembudidaya tetap memiliki keinginan
untuk menambah dan mengembangkan usaha dan terus belajar agar produksi ikan
meningkat setiap panennya. Berbagai cara dilakukan agar usaha budidaya ikan
kerapu keramba jaring apung mendapat keuntungan dan kembali stabil, karena
harga ikan kerapu setiap jenisnya berbeda. Seperti saat pada bulan-bulan tertentu
ikan kerapu cantang memiliki harga yang lebih tinggi dari ikan kerapu cantik atau
komoditas ikan kerapu lainnya begitupun sebaliknya. Hal lain yang menyebabkan
tetap dilakukan usaha budidaya karena mempunyai usaha sampingan yang
berhubungan dengan perikanan seperti usaha pembenihan ikan dan
penggelondongan.

KESIMPULAN
Keberadaan usaha budidaya ikan kerapu dengan menggunakan keramba
jarring apung memberikan dampak dari segi sosial dan ekonomi. Dampak
sosial yaitu terbentuknya Perkumpulan Pembudidaya Ikan Keramba Jaring
Apung (PPIK) yang menciptakan jaringan sosial melalui interaksi yang terjalin
antar pembudidaya. Munculnya prasangka sosial sesama pembudidaya karena
persaingan usaha serta kebijakan dari pemerintah. Berkembangnya
aksesibilitas berupa pembangunan fasilitas yang ikut menunjang sarana
prasana serta pendapatan pembudidaya. Sedangkan dampak ekonomi yang
terbentuk yaitu meningkatnya pendapatan dan perekonomian keluarga.
Pembudidaya ikan kerapu di mempunyai penghasilan yang memadai sehingga
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun fasilitas kehidupan seperti
tabungan, kendaraan bermotor dan peralatan elektronik.

JURNAL KIRANA | 17
Vol 1(1): 12-18 KIRANA
Jurnal Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

DAFTAR PUSTAKA
Adhyaksa, D. (2008). Pemuda dan Kelautan. Jakarta: Pustaka Cidesindo.
Ahmadi, A. dan S. W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, B. (2015). Psikologi Sosial (B. Saebani, Ed.). Bandung: CV Pustaka Setia.
Bian, R. (2010). Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Pembudidaya Ikan Kerapu Dalam
Keramba Jaring Apung Di Desa Posi-Posi Kabupaten Halmahera Selatan.
Universitas Terbuka Jakarta.
Farida, U. (2013). Pengaruh Aksesibilitas terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi
Masyarakat Pedesaan Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Jurnal Wilayah
Dan Lingkungan, 1(1), 49–66. https://doi.org/10.14710/jwl.1.1.49-66
Gunarto, A. (2003). Pengembangan Sea Farming Budidaya Keramba Jaring Apung
(Kja) Kerapu (Ephinephelus Sp.) di Indonesia. Jurnal Matematika Sains Dan
Teknologi, 4(1), 35–44.
Ismi, S. (2013). Lama Waktu dan Kepadatan Telur dalam Upaya Perbaikan Teknologi
Transportasi Tertutup pada Telur Kerapu. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis, 5(1), 54–59.
Langkosono. (2007). Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perairan.
Neptunus, 14(1), 61–67.
Loekman, N. A., Satyantini, W. H., & Mukti, A. T. (2018). Penambahan Asam Amino
Taurin pada Pakan Buatan terhadap Peningkatan Pertumbuhan dan Sintasan
Benih Ikan Kerapu Cantik (Epinephelus fuscoguttatus × Epinephelus
microdon) [Addition of Amino Taurine Acid to Artificial Feed on Increased
Growth and Surv. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 10(2), 112–118.
https://doi.org/10.20473/jipk.v10i2.10504
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Paruntu, C. P. (2019). Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina Forsskal, 1775)
dan Ikan Beronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) dalam Karamba Jaring
Apung dengan Sistim Polikultur. E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.35800/bdp.3.1.2015.6924
Rahmaningsih, S., & Ari, A. I. (2013). Pakan dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang
(Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus). Jurnal Ekologia, 13(2), 25–30.
Renanti, H. F. (2015). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Hatchery Skala Rumah
Tangga (HSTR) Kerapu di Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo.
Universitas Jember.
Robbins, P. S. (2002). Prinsip Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S., & Meinarno, E. A. (2015). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Suhana. (2017). Ekonomi Perikanan Budidaya Kerapu.
Taneko, S. B. (1984). Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: Rajawali.
Triana, H. (2010). Analisis Fragmen DNA Ikan Kerapu Macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ) yang Tahan dan Rentan terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus.
Jurnal Ilmu Dasar, 11(1), 8–16.

JURNAL KIRANA | 18

You might also like