Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Egidius Taek*)
Ni Wayan Sri Astiti
I Gede Setiawan Adi Putra
ABSTRACT
This research is entitled Implementation of Cattle Harvesting Corn Planting Program (TJPS)
in Malacca Regency, East Nusa Tenggara Province. The research objectives were to
determine the implementation of the CSR program in Malacca Regency, to identify internal
and external factors that influence the implementation of the CSR program in Makala
Regency and to formulate a strategy for improving the CSR program improvement in
Malacca Regency. The location of the research was determined purposively with some
special considerations. Determination of the number of samples and sampling techniques for
farmers who are beneficiaries of the CSR program are determined by purposive sampling.
The analytical method used in this research is Likert interval scale analysis and IFAS, EFAS,
SWOT and QSPM analysis. Based on the results of the intervals for the implementation of
the CSR program, the nine indikators for implementing the CSR program are in the high
category as indicated by a scale of 4.2 and an average score of 405. The factors that influence
the implementation of the CSR program are internal factors with a score of 3.45 and external
get a score of 3.64. The results of the QSPM analysis are recommendations for improving
program improvement strategies (1) Increasing product quality and quantity with a TAS
value of 6,435, (2) Establishing and strengthening an institutional system with a TAS 6,208,
(3) Improving the quality of human resources with a value of TAS 6,068, and (4) Creating
and develop a productive business with a value of 5,959 TAS. Local governments through
AIAT are expected to supervise the involvement of the private sector in efforts to strengthen
and increase production results where the institutional function is as a facilitator and
coordinator.
Penelitan ini berjudul Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Di
Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian adalah Menentukan
Taek, et al.,…|714
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian sangat erat kaitannya dengan kehidupan petani di daerah pedesaan.
Pemerintah dalam hal ini terus mengupayakan pembangunan dan pengembangan sumber
daya manusia dan sumber daya alam guna mendukung rencana strategis dalam mewujudkan
ketahanan pangan dan kemandirian pangan lokal. Lewat rencana strategis Kementerian
Pertanian menyusun dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian
untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan
lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3) pengembangan dan perluasan
logistic benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan petani, (5) pengembangan dan penguatan
pembiayaan, (6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergy serta (7) penguatan
jaringan pasar produk pertanian (Kementrian Pertanian RI, 2015).
Pelaku pembangunan pertanian meliputi departemen teknis terkait, pemerintah daerah,
petani, pihak swasta, masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.
Koordinasi diantara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka mendasar yang
harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Pencapaian tujuanya
itu kegiatan pembangunan pertanian menginginkan termanfaatnya semua potensi yang ada
di masyarakat, baik potensi manusia, sumber daya alam, teknologi, dan juga sumber daya
institusi secara optimal, menguntungkan dengan selalu menjaga kelestarian yang ada
dilingkungan (Kementerian Pertanian RI, 2014).
Taek, et al.,…|715
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
Jagung merupakan salah satu komoditi pangan yang bernilai ekonomis dan memiliki peran
strategis setelah beras. Tanaman jagung di Indonesia merupakan sala satu komoditas pangan
prioritas pertanian andalan selain padi, kedelai dan ubi kayu (Kementerian Pertanian RI,
2011). Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan
peningkatan ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya
peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan
lahan maupun potensi hasil dan teknologi.
Tanaman jagung memiliki peran penting dalam pembangunan sektor pertanian. Kebutuhan
jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering pertahun.
Konsumsi jagung terbesar adalah untuk pangan dan industri pakan ternak, karena sebanyak
51% bahan baku pakan ternak adalah jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri
peternakan yang pada akhirnya meningkatkan permintaan jagung sebagai bahan pakan
ternak, berkembang pula produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung. Produk
tersebut banyak dijadikan untuk pembuatan produk pangan (Budiman, 2012).
Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat terbuka baik melalui
peningkatan produktivitas maupun pemanfaatan potensi lahan yang masih luas. Namun
peningkatan produkstifitas dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan pasar sehingga
masih menginport dari luar negeri. Masalah mendasar yang sering muncul dipermukaan
adalah pemasaran jagung yang mengalami kesenjangan antara permintaan dan penawaran.
Di satu sisi, petani sulit memasarkan jagung dengan harga yang layak, disisi lain pabrik pakan
sering kesulitan memperoleh jagung dari dalam negeri (Swastika, 2011).
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam sektor
pertanian yaitu Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang merupakan program
pengembangan lahan kering yang harapannya dapat meningkatkan produktivitas usaha tani
jagung di wilayah tersebut (Basuki, 2018). Kabupaten Malaka merupakan salah satu wilayah
di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mayoritas penduduknya adalah petani. Komoditas
utama pada wilayah tersebut adalah jagung dan diikuti dengan komoditas lain seperti padi,
ubi jalar dan kacang-kacangan (BPS Kabupaten Malaka, 2019). Kabupaten Malaka memiliki
potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk pengembangan jagung, baik pada lahan sawah
maupun lahan kering (Badan Litbang Pertanian, 2008). Dalam pelaksanaan program
pengembangan jagung, Kabupaten Malaka merupakan wilayah yang memiliki luas lahan
jagung terbesar kedua setelah Kabupaten Kupang yakni sebesar 1.550 ha lahan tambahan
untuk tahun 2020 (Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan NTT, 2020). Luas lahan tersebut
menjadi potensi terbesar dalam meningkatkan produktifitas sehingga ketahanan pangan
dapat tercapai.
Kegiatan usahatani jagung sudah menjadi budaya masyarakat di Kabupaten Malaka. Namun
implementasi pelaksanaan program tanam jagung panen sapi (TJPS) dan keberhasilanakan
program tersebut belum mendapatkan dampak positif bagi masyarakat petani jagung serta
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pelaksanaan program tersebut belum di
analisis, Dengan demikian sangat relevan untuk di kaji lebih lanjut“ implementasi program
tanam jagung panen sapi (TJPS) di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur”.
Penelitian perlu dilakukan guna mencari dan menemukan hasil yang maksimal untuk
kesejahteraan petani dan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program. Namun
dalam pelaksanaan TJPS sejak tahun 2018 masih ditemukan produksi yang rendah akibat
Taek, et al.,…|716
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
hama dan curah hujan yang tidak menentuh yang mengakibatkan petani kesulitan dalam
berusahatani sehingga perlu mengevaluasi dan merumuskan strategi baru guna meningkatkan
produk sijagung di Kabupaten Malaka. Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah sebagai berikut: Menentukan implementasi program TJPS Kabupaten Malaka,
Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penerapan program TJPS
di Kabupaten Makala. dan Memformulasikan strategi penyempurnaan peningkatan program
TJPS di Kabupaten Malaka. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat
tentang implementasi program tanam jagung panen sapi (TJPS) serta dapat dijadikan
referensi untuk menambah pengetahuan terkait dengan pengembangan program.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran yaitu deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Lokasi penelitian di Kelompok Tani Sinar Molos Oan, Desa Molos
Oan, Kecamatan, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus Tahun 2021.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani Sinar Molos Oan yang
melaksanakan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang berjumlah 25 petani. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh atau sensus.
Dalam penelitian ini informan yang maksudkan adalah subyek yang diharapkan dapat
memberikan keterangan dan informasi mengenai fokus penelitian. Informan dalam penelitian
ini adalah (1) Ketua kelompok tani Sinar Molos Oan (2) Penyuluh lapangan (3) Badan
pengkajian Teknologi Pertanian.
Sumber data primer diperoleh dari (1) Kelompok Tani Sinar Molos Oan meliputi: partisipasi
petani dalam pelaksanaan program, pengetahuan petani terhadap program, kemampuan
petani dalam memasarkan hasil usahatani, dan pendapatan usahatani. (2) PT Flobamora
Kupang meliputi: harga jagung, ketepatan dalam membayar hasil penjualan petani,
kemapuan perusahan dalam menampung hasil usahatani, kecepatan informasi harga kepada
petani serta penjaminan harga disaat mengalami fluktuasi harga dan hasil panen petani. Data
sekunder diperoleh dari studi pustaka yang bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian meliputi perencanaan kerja, anggaran program, fasilitas penunjang lapangan,
ketersediaan sumber daya manusia, kompetensi dan kontrol yang dilakukan. Serta jurnal dan
penelitian lain yang relevan dengan implementasi program TJPS.
Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Adapun alat pengumpulan
datanya adalah kuesioner dan alat untuk ujinya yaitu software SPSS 23.0 kalau data yang
didapat tidak valid selanjutnya akan dilakukan kembali penyusunan kuesioner.
Taek, et al.,…|717
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
Dari data diatas dapat dilihat bahwa r hitung> tabel (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan item instrument variable implementasi program tanam jagung panen sapi
dinyatakan valid hal ini sesuai dengan pernyataan Kuncoro (2013) yang mengatakan bahwa
apabila r hitung> r tabel maka instrument tersebut valid untuk digunakan.
1. Uji Reliabilitas
Tabel 2. Uji Reliabilitas variabel implementasi program tanam jagung panen sapi
Taek, et al.,…|718
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
Hasil perhitungan uji reliabilitas metode Cronbach’s Alpha (r hitung) dapat dilihat pada
kolom Cronbach’s Alpha, yaitu 0,821 dengan N of Items menunjukkan bahwa jumlah dari
items atau jumlah pertanyaan yang di input pada variable view adalah 9. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil Cronbach’s Alpha untuk 9 data dari items atau 9 pertanyaan, yaitu
0,821. Kemudian, untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipercaya atau tidak, maka
apabila perhitungan r hitung > r tabel 5%, dimana r hitung dilihat dari tabel hasil perhitungan
yang di dapatkan pada SPSS, sedangkan r tabel diperoleh dari distribusi r tabel pada
signifikansi 5 %.
Setelah itu, lihat nilai N sesuai dengan jumlah responden dari data jumlah responden atau
nilai N, yaitu 25. Maka diketahui bahwa r tabel untuk data tersebut adalah 0,396. Shingga
dapat disimpulkan, bahwa r hitung > r tabel 5%, yaitu 0,821 > 0,396, sehingga data tersebut
adalah reliabel atau dapat dipercaya dan konsisten.
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel merupakan suatu cara tertentu mengolah atau menghitung data agar
dapat memperoleh tujuan hasil penelitian. Untuk menjawab tujuan penelitian satu adalah
dalam penelitian ini digunakan analisis interval kelas yang ditunjukkan dengan skala likert
yang bergerak dari angka 1 sampai dengan 5. Kemudian di deskripsikan agar pembaca dapat
muda mengerti hasil analisis tersebut. Dengan demikian penilaian jawaban responden
sebagai berikut:
a. Sangat taat/sangat baik/sangat tinggi/ sangat memenuhi, dengan skor= 5
b. Taat/baik/tinggi/ memenuhi, dengan skor = 4
c. Ragu-ragu/sedang/kurang memenuhi, dengan skor = 3
d. Tidak taat/ tidak baik/ tidak tinggi/ tidak memenuhi, dengan skor = 2
e. Sangat tidak taat/sangat tidak baik/sangat tidak tinggi/sangat tidak memenuhi, dengan
skor =1
Taek, et al.,…|719
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
penyempurnaan suatu program. Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-norma
tertentu mencapai tujuan program.
Analisis implementasi program tanam jagung panen sapi pada Kelompok Tani Molos Oan
menunjukkan kinerja yang baik. Dari penelitian dilapangan dengan instrumen yang telah
diuji diperoleh jawaban dari responden untuk Sembilan indikator pengukuran pada Tabel 4
sebagai berikut:
Frekuensi Total
No Indikator Skala Keterangan
ST T S R SR skor
1 Ketaatan anggota kelompok
terhadap komitmen bersama 9 12 2 2 0 103 4.12 Tinggi
dalam kelompok
2 Penyusunan Rencana Kerja di
11 12 2 0 0 109 4.36 Sangat Tinggi
Tingkat Kelompok Tani
3 Produktivitas jagung 13 7 5 0 0 108 4.32 Sangat Tinggi
4 Persentase anggota kelompok tani
13 9 3 0 0 110 4.40 Sangat Tinggi
yang memperoleh ternak sapi
5 Pengelolaan by product jagung
(anggota kelompok mengelola 6 16 3 0 0 103 4.12 Tinggi
limbah jagung)
6 Pengelolaan by product ternak
(anggota kelompok mengelola 12 10 3 0 0 109 4.36 Sangat Tinggi
limbah ternak)
7 Keberlanjutan usaha integrasi
jagung-ternaksecaraswadaya
7 14 4 0 0 103 4.12 Tinggi
(anggota melanjutkan usaha
secara swadaya)
8 Keuntungan yang diperoleh
12 8 3 1 1 104 4.16 Tinggi
petani
9 Tingkat adopsi pola integrasi
6 9 10 0 0 96 3.84 Tinggi
jagung-ternak secara swadaya
Rata-rata 4,20 Tinggi
Sumber: Data primer diolah, 2022
Analisis implementasi program tanam jagung panen sapi pada Kelompok Tani Molos Oan
menunjukkan kinerja yang baik. Melalui perhitungan Tabel 4 diperoleh rata-rata jawaban
responden berada pada skala 4,20 yang berarti kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa implementasi program tanam jagung panen sapi di Kelompok Tani Molos Oan,
Kecamatan Koba Lima, Kabupaten Malaka terlaksana dengan baik.
Ketaatan Anggota Kelompok Terhadap Komitmen Bersama
Menurut Mathis dan Jackson (2006) komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana
karyawan yakin dan memahami tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal
bersama dalam organisasi. Komitmen organisasi berhubungan dengan perasaan dan
keyakinan anggota tentang organisasi tempat dia bekerja secara keseluruhan. Dengan
demikian ketaatan anggota kelompok terhadap komitmen bersama dalam suatu kelompok
Taek, et al.,…|720
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
merupakan suatu indikator yang menunjukkan sikap petani terhadap keberhasilan program
artinya ketika anggota dalam suatu kelompok memiliki komintmen dan tujuan yang sama,
maka sudah pasti program dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Selanjutnya bahwa ketaatan petani sebagai anggota kelompok justru merupakan indikator
penentu dalam membangun komitmen bersama dan kerena itu dirancang sebagai salah satu
instrument pendorong sekaligus dalam keberhasilan program tanam jagung panen sapi di
Desa Rai Nawe, Kabupaten Malaka. Dari jawaban responden tersebut dapat digambarkan
bahwa petani memiliki persepsi yang sama yaitu rata-rata anggota Kelompok Tani Molos
Oan mempunyai ketaatan yang baik terhadap komitmen bersama dalam kelompok, hal
terbukti pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa indikator pertama berada pada ketegori
tinggi. Sesuai dengan harapan terlaksananya suatu program dan semua anggota kelompok
tani rata-rata memiliki komitmen dalam mengusahakan maupun taat terhadap aturan yang
ada di kelompok. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan Jennifer dan Gareth (2012) yang
mengemukakan bahwa dimensi komitmen organisasi adalah komitmen afektif, yaitu
komitmen pada saat karyawan tersebut masuk menjadi anggota suatu organisasi, senang,
percaya, dan merasa baik. Komitmen merupakan suatu ikatan yang memberikan nilai tambah
dalam anggota kelompok ketika semua element kelompok memiliki ketaatan dan mempunyai
tujuan yang sama dalam melaksanakan program.
Selanjutnya petani yang tergabung dalam kelompok tani Sinar Molos Oan, merupakan
keluarga besar sehingga dalam melaksanakan kegiatan bertani juga diluar dari kegiatan lain
selalu kompak tidak ada masalah, semua berjalan lancar pada peraturan program TJPS.
Komitmen dalam kelompok adalah saling motivasi untuk menuju kesuksesan bersama dalam
program TJPS. Dalam fungsi tugas dalam berkelompok segala sesuatu harus dilakukan oleh
kelompok agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat
tercapai (Tuyuwale, 1990). Begitupun Soedijanto (1981), fungsi tugas adalah segala hal yang
harus dilakukan kelompok yang berorientasi pada pencapaian tujuan.
Menurut Adisaputro (2010) “rencana kerja adalah hasil proses perencanaan berupa daftar
ketetapan tentang langkah tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa
pelaksananya, di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya yang akan digunakan, serta
berbagai keterangan mengenai tolak ukurnya, dalam rangka mencapai hasil. Rencana
digunakan manajemen untuk pedoman pengarahan kegiatan dan juga sebagai titik tolak
proses pengendalian.
Penyusunan Rencana Kerja merupakan pengimplementasian konsep perencanaan.
Pentingnya Perencanaan dalam pelaksanaan program TJPS perlu dilaksanakan mengingat
adanya ketidak pastian akibat pengaruh dinamika lingkungan yang dihadapi. Perencanaan
merupakan suatu proses yang terus menerus dengan melibatkan keputusan-keputusan atau
pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu dimasa
yang akan datang.
Kemampuan petani dapat diukur dengan maksimalnya rencana kerja yang di susun dan
dilaksanakan sesuai pedoman yang ada. Hal ini berarti bahwa anggota kelompok harus
berperan aktif dalam menyusun sendiri rencana kerjanya hal ini menjadi sala satu prioritas
dalam menjaga komunikasi agar sistem informasi dalam keberhasilan program dapat berjalan
Taek, et al.,…|721
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
dengan baik. Jika rencana kerja tidak tersusun dengan baik maka akan berdampak buruk
terhadap pelaksanaan program yang kemudian implemntasinya tidak terwujud.
Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa sejak penyuluh pertanian tidak melakukan
fungsinya dengan baik maka untuk keberlanjutan program dan usahatani jagung maka petani
dibawah kendali ketua kelompok dapat menyusun sendiri rencana kerja selama 3 tahun
terakhir. Indikator penyusunan rencana kerja di tingkat kelompok tani merupakan kelanjutan
dari ketaatan anggota dalam komitmen bersama mau mencapai tujuanya itu memperoleh
keuntungan dan manfaat yang baik sehingga rencana kerja sangat perlu sebagai penuntun
dalam melaksanakan kegiatan usahatani jagung. Hasil wawancara dengan ketua kelompok
menyatakan dalam susunan rencana kerja kelompok tani mengadakan rapat internal
kelompok tani terkait program TJPS, verifikasi lahan anggota kelompok (1 anggota
kelompok harus memiliki 1 hektar lahan). Bajak lahan atau balik tanah menggunakan traktor
tergantung di lapangan ada yang di bajak ada yang tidak akan dilihat dari postur tanah,
Saprodi Beni jagung, pupuk herbisida, insektisida dan distribusikan di sesuaikan di lapangan
bila dibutuhkan, melakukan pengawasan bersama penyuluh/ pendamping di setiap lahan
anggota kelompok tani, pascapanen, penjualan produk jagung berkoordinasi dengan
penyuluh/pendamping TJPS untuk siap dijual lalu melakukan evaluasi kerja bersama anggota
kelompok tani.
Produktivitas Jagung
Persentase perolehan sapi oleh petani mengalami peningkatan hal ini sesuai dengan temuan
di lapangan bahwa semua petani anggota telah memiliki ternak sapi. Persentase perolehan
sapi oleh petani di Kelompok Tani Molos Oan adalah 70% dengan total sebanyak 19 ekor
sapi betina. Pembelian sapi oleh petani disesuaikan dengan minat dan kondisi perekonomian
Taek, et al.,…|722
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
dalam keluarga petani mengingat banyak petani menggunakan hasil usahataninya dialihkan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan lebih cenderung untuk biaya pendidikan anak-anak
mereka.
Mayoritas petani mengolah limbah jagung menjadi pakan ternak. Hal ini menunjukan bahwa
integrasi sapi dengan tanaman jagung dengan penggunaan pakan limbah tanaman jagung
dapat meningkatkan bobot badan harian ternak sapi lebih tinggi dibandingkan dengan
teknologi petani yang hanya memberikan rumput hijauan saja. Teknologi pemberian pakan
menggunakan jerami jagung yang di fermentasi maupun non fermentasi dapat mempercepat
pertumbuhan induk sapi Bali (Wulandari, 2015).
Hasil wawancara oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikulutra Kabupaten Malaka
menyatakan integrasi jagung-ternak adalah pemanfaatan limbah hijau tanaman jagung
sebagai sumber pakan ternak yang terutama disamping penggunaan pakan konsentrat yang
dianjurkan sebagai hasil sampingan dari produksi jagung yang dapat dimakan dan dijual.
Selain itu nilai tambah lain yang diperoleh yaitu bertambahnya pendapatan petani yang
diperoleh dari hasil penjualan kelebihan kotoran ternak tersebut kepada petani lain yang
membutuhkannya sebagai pupuk tanaman mereka. Kelemahan yang ditemukan dalam
pengolahan limbah jagung adalah kurangnya sarana pendukung seperti alat peluruh jagung
yang hanya berjumlah 1 (satu) unit untuk satu kelompok tani. Kurangnya sarana dan
prasarana membuat petani harus menunggu giliran dalam mengolah hasil panennya. Antusias
petani dalam hal tersebut cukup tinggi jika saja fasilitas memadai dapat dikatakan bahwa
program TJPS terlaksana dengan baik.
Pengelolahan produk limbah dari ternak sapi pada penelitian ini tergolong baik. Pemerintah
terus mengupayakan untuk meningkatkan produksi ternak dan usahatani jagung melalui
pemanfaatan limbah hijauan dan kotoran ternak dalam rangka meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani dipedesaan. Temuan di lapangan dimana para petani menggunakan
limbah ternak sapi dijadikan pupuk organic sehingga pupuk yang telah diolah bias dipakai
untuk pemupukan tanaman yang dibudidayakan disamping itu mengurangi biaya tambahan
dalam pembelian pupuk sehingga biaya usahatani dapat ditekan dan diperuntukan untuk
kebutuhan lain selain usahatani.
Eksistensi suatu program dapat ditinjau dari terintergrasinya tanaman jagung dan ternak sapi
yang kelolah secara swadaya. Hasil survey menunjukkan bahwa program dapat dikatakan
berlanjut ketika petani melakukan kegiatan usahatani dengan mengikuti pedoman budidaya
tanpa pendampingan dari penyuluh pertanian.
Hal ini dapat menggambarkan ketika penyuluh pertanian melepaskan petani mengolah
usahataninya tanpa bantuan penyuluh rata-rata petani menaggapinya dengan baik artinya
anggota kelompok tani tidak merasa keberatan meskipun dalam mengolah usahatani tanpa
Taek, et al.,…|723
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
arahan dari penyuluh karena petani dapat mengatasi segala persoalan dengan sendiri dan
dengan kelompok. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani
bahwa penyuluh hanya mendampingi petani pada tahun pertama sedangkan tahun
selanjutnya dalam pelaksanaan program tanam jagung panen sapi petani mengolah sendiri
dan bantuan untuk kelompok TJPS tetap disalurkan kepada kelompok tani.
Suatu program dapat dikatakan berhasil apa bila memberikan manfaat dan keuntungan bagi
petani sebagai penerima manfaat. Keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan finansial
dan ternak sapi. Program ini di rencanakan dan di susun untuk membantu membangkitkan
perekonomian petani dan dapat mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Jika di bandingkan
dengan keadaan yang ada di lokasi penelitian memang benar masih ada petani yang belum
puas dengan hasil usahataninya imbas dari kekurangan informasi pasar dan harga sehingga
mengakibatkan petani tidak memperoleh keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan petani lain. Hal ini juga menjadi perhatian serius bagi penyuluh yang kurang
maksimal dalam mengedukasi petani, ketika petani mengalami masalah penerimaan tidak
baik selanjutnya penyuluh dapat mengatasi denga baik.
Menurut Seran dkk. (2019) pada usaha tani jagung, petani juga mengalami perubahan dalam
hal jenis inovasi teknologi yang di introdusir, sarana produksi pertanian, dan pola
pendampingan. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pada pola pikir, wawasan, dan sikap
petani terhadap teknologi. Hal ini mengindikasikan perlu adanya bimbingan kembali dari
penyuluh. Hasil survey menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap pola integrasi
jagung ternak secara swadaya mengalami peningkatan. Hasil wawancara kepada ketua
Kelompok Tani Molos Oan menerangkan bahwa pada tahun pertama dan kedua dalam
pelaksanaan kegiatan TJPS didampingi oleh penyuluh, selanjutnya ketika suatu kelompok
mengalami perubahan dan perkembangan maka penyuluh pendamping memberikan
kewenangan kepada ketua kelompok tani dan anggotanya untuk mengelolah usahataninya
secara berkelanjutan.
Meskipun anggota kelompok tani dapat mengusahakan sendiri usahataninya namum tidak
dipungkiri bahwa mayoritas petani berpendidikan rendah sehingga pada indikator tingkat
adopsi pola integrasi jagung sapi mayoritas responden menjawab cukup baik dan baik.
Sehingga pemerintah merasa perlu melakukan evaluasi kepada pelaksanaan program bukan
saja pada awal pelaksanaan namun juga pada tahun-tahun berikutnya. Mengingat program
tanam jagung panen sapi merupakan program jangka panjang sehingga perlu di kaji kembali
terkait dengan keberlanjutan program.
Taek, et al.,…|724
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
Analisis IFAS merupakan suatu instrumen yang dapat mengindentifikasi berbagai factor yang
terbentuk sistematis yang digunakan untuk merumuskan strategi pelaksanaan program.
Analisis EFAS merupakan suatu instrumen yang dapat mengindentifikasi berbagai faktor
yang terbentuk sistematis yang digunakan untuk merumuskan startegi pelaksanaan
program. Pendekatan analisis ini berdasarkan peluang (oportunity), dan ancaman (threats).
Taek, et al.,…|725
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
7 Adanya kebijakan politis imbas dari pergantian kepeminpinan 0,07 3,5 0,23
Subtotal 0,43 23,9 1,48
Total 1,00 3,64
Sumber: Data primer diolah, 2021
Taek, et al.,…|726
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
pembobotan IFAS pada sumbu horizontal dan total skor pembobotan EFAS pada sumbu
vertikal. Pada sumbu horizontal dari matriks IE, total skor bobot dari 1,0 hingga 1,99
menunjukkan posisi internal lemah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah sedang; dan nilai dari
3,0 hingga 4,0 adalah posisi internal yang kuat. Pada sumbu vertical dari matriks IE, total
skor bobot dari 1,0 hingga 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang lemah; nilai dari 2,0
hingga 2,99 menunjukkan pengaruh eksternal sedang; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah
pengaruh eksternal yang kuat. Penentuan prioritas strategi program dengan Menggunakan
Metode matriks IE menunjukkan kolaborasi faktor internal dengan factor eksternal berada
pada sel I (pertama) yaitu menunjukkan bahwa program berada pada pertumbuhan dan
membangun.
Setelah hasil dari sumbu (X, Y) maka akan dibuat kuadran untuk menentukan posisi kuadran
program. Ahmad (2020) menjelaskan bahwa terdapat 4 sel kuadran SWOT yang dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut:
a. Kuadran I (positif, positif). Posisi ini menandakan sebuah perusahaan yang kuata dan
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi. Memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
b. Kuadaran II (Positif, Negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat
namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomenadasi strategi yang diberikan
adalah diversifikasi startegi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
mengahadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisai akan
mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada startegi
sebelumnya. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam
strategi taktiknya.
c. Kuadran III (Negatif, Positif). Posisi ini menandaka sebuah organisasi yang lemah
namun sangat berpeluang. Rekomendasi startegi yang diberikan adalah ubah startegi
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi
yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menagkap peluang yang ada sekaligus
memperbaik kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (Negatif, Negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah startegi
bertahan. Artinya, kondisi internal organisasi disarankan untuk menggunakan startegi
bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
Hasil perhitungan dari koordinat diagram SWOT bernilai positif kedua sumbu tersebut
dengan sumbu X didapat nilai dan nilai sumbu Y dengan nilai X = 1,83 dan Y = 2,17. Hasil
kedua nilai tersebut sama-sama positif hal ini menandakan posisi pengembangn program
TJPS berada pada posisi kuadaran I.
Taek, et al.,…|727
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
Peluang
Mendukung Strategi Agresif
Kuadran III (1,83 : 2,17)
Kudran I
Kelemahan Kekuatan
Kuaadran IV
Kuadran II
Ancaman
Gambar 1. Penentuan prioritas strategi program TJPS
Berdasarkan Gambar 1 hasil analisis diagram SWOT pada penentuan prioritas strategi
program dengan menggunakan Metode Matrix Internal Ekternal menunjukkan kolaborasi
faktor internal dengan factor eksternal. Garis lurus pada diagram diatas menunjukkan titik
koordinat pada posisi kuadran I ialah situasi yang menguntungkan dimana program TJPS
memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sehingga cocok menggunakan
strategi SO atau strength opportuniti untuk meningkatkan pengembangan program terebut
dan didukung dengan strategi pertumbuhan agresif atau growth oriented strategy.
Matriks SWOT merupakan kombinasi antara faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan
dengan factor eksternal yaitu peluang dan ancaman sehingga akan membentu kempat
alternaif strategi dari kombinasi keduanya.
Taek, et al.,…|728
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
4. Orientasi pelaksanaan program 3. Mendorong petani agar orientasinya 3. Melakukan koordinasi antara
TJPS dalam rangka peningkatan tertuju pada peningkatan kemandirian pemerintah, BPTP dan pihak
kemandirian pangan pangan. swasta dalam membina
5. Kabupaten Malaka sebagai 4. Memaksimalkan dan menjadikan kegiatan ekonomi masyarakat.
daerah pertanian lahan kering. Kabupaten Malaka sebagai sumber
produk jagung dan memperluas pasar
hasil pertanian hingga keluar daerah.
5. Membuat standar harga produk jagung
Threats (T) Strategi (S+T) Strategi (W+T)
1. Kurangnya pengawasan 1. Meningkatkan peran penyuluh dalam 1. Pemerintah Kabupaten Malaka
terhadap pelaksanaan program mengawasi pelaksanaan program agar perlu meningkatkan sosialisasi
2. Daya tanggap pegawai BPTP terlaksana sesuai prosedur. program kepada masyarakat.
terhadap penyelesaian 2. Mendorong pemerintah melakukan 2. Mendorong pemerintah daerah
administrasi pengurusan kebijakan pengadaan infrastruktur guna agar dapat membuat kebijakan
program TJPS mendukung mobilitas distribusi alat dan menarik minat pihak
3. Ketersediaan infrastruktur mesin pertanian kepada petani maupun swasta untuk berinvestasi
dalam rangka mendukung distribusi hasil usahatani. didaerah tersebut.
distribusi alat mesin pertanian 3. Membuat peraturan daerah yang tidak
yang kurang memadai merugikan petani
4. Adanya kebijakan politis imbas
dari pergantian kepeminpinan
Strategi QSPM adalah suatu alat yang memungkinkan para penyusun stategi untuk
mengevaluasi strategi-strategi alternative secara obyektif berdasarkan pada faktor-faktor
kesuksesan internal dan eksternal utama yang telah di identifikasi sebelumnya.
Taek, et al.,…|729
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
daya tahan keandalan, kegunaan, dan memiliki nilai tambah lainnya agar mampu bersaing
dan bertahan dengan produk saingannya di pasaran. Dapat diketahui bahwa road map
pengembangan program TJPS pada saat di rancang adalah untuk meningkatkan taraf hidup
petani yang artinya ketika petani memproduksi jagung maka minimal 70% dari ussaha tani
tersebut harus dijual untuk memenuhi pasar dan 10% untuk pangan rumah tangga dan 10%
untuk membeli bakalan sapi.
Strategi ini menjadi suatu keharusan bagi petani di Kabupaten Malaka dengan
mempertimbangkan kondisi lapangan dan hasil survey bahwa untuk memberikan dampak
ekonomi yang besar adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk melalui
inovasi, kreativitas maupun dengan pemberdayaan lingkungan sekitar.
Taek, et al.,…|730
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
petani dalam pelaksanaan program TJPS di Kabupaten Malaka. Pada era sekarang ini,
pengembangan sumberdaya manusia menjadi hal yang penting dan krusial. Pasalnya, di
dalam pengembangan SDM tersebut terdapat pembentukan personal yang kualitasnya baik
dalam hal keterampilan, loyalitas kerja, hingga kemampuan individu dalam bekerja.
Petani yang memiliki kualitas SDM yang baik, maka akan berdampak pada performa dan
kemajuan dalam mengusahakan usahataninya. Sehingga pengembangan SDM menjadi
sangat penting untuk dilakukan dan diprioritaskan. Hal ini juga di sampaikan oleh Menteri
Pertanian Republic Indonesia Syahrul Yasin Limpo bahwa pengembangan kapasitas SDM
pertanian menjadi sala satu tugas pokok BPPSDMP dalam pembangunan pertanian. Ia
mengatakan bahwa peningkatan kualitas SDM menjadi sala satu focus kementerian
pertanian. Selanjutnya terdapat tiga pilar dalam peningkatan SDM pertanian. Pilar pertama
adalah penyuluhan pilar kedua adalah pelatihan dan ketiga adalah pendidikan semua harus
berjalan bersama dan seimbang sehingga akan berdampak pada peningkatan produktivitas.
Kegiatan usaha produktif diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani yang berarti
penguatan masyarakat dibidang ekonomi. Jenis kegiatannya berupa pengembangan usaha
integrasi jagung sapi yang sudah ada, atau membuka bidang usaha baru. Penguatan
masyarakat melalui pendekatan ekonomi akan dapat meningkatkan motivasi anggota
kelompok tani dalam berkelompok karena sebagian kepentingan mereka dapat terpenuhi. Di
pihak lain, keberhasilan dalam peningkatan ekonomi petanidapat memotivasi petani lain
untuk ikut dalam program TJPS. Sehingga keberhasilan kegiatan pendampingan memiliki
peran yang sangat penting dalam menunjang kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Kesimpulan
Taek, et al.,…|731
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malaka. 2019. PDRB atas Harga Konstan Tahun
2015-2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Malaka.
Budiman, H. 2012. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang Kian Diburu. Pustaka
Baru Putra. Yogyakarta.
Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan NTT. 2020. Petunjuk Pelaksanaan Program Integrasi
Jagung – Ternak “Model Tanam Jagung Panen Sapi” Periode April – September
Tahun 2020 Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang.
Swastika, D.K.S. 2011. Membangun Kemandirian Dan Kedaulatan Panganuntuk
Mengentaskan Petanidari Kemiskinan. Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(2): 103-
117
Taek, et al.,…|732