Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.

2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS)


di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur

Implementation of The Cattle Harvesting Corn Planting Program (TJPS)


in Malaka Regency East Nusa Tenggara Province

Egidius Taek*)
Ni Wayan Sri Astiti
I Gede Setiawan Adi Putra

Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia


*)
Email: [email protected]

ABSTRACT

This research is entitled Implementation of Cattle Harvesting Corn Planting Program (TJPS)
in Malacca Regency, East Nusa Tenggara Province. The research objectives were to
determine the implementation of the CSR program in Malacca Regency, to identify internal
and external factors that influence the implementation of the CSR program in Makala
Regency and to formulate a strategy for improving the CSR program improvement in
Malacca Regency. The location of the research was determined purposively with some
special considerations. Determination of the number of samples and sampling techniques for
farmers who are beneficiaries of the CSR program are determined by purposive sampling.
The analytical method used in this research is Likert interval scale analysis and IFAS, EFAS,
SWOT and QSPM analysis. Based on the results of the intervals for the implementation of
the CSR program, the nine indikators for implementing the CSR program are in the high
category as indicated by a scale of 4.2 and an average score of 405. The factors that influence
the implementation of the CSR program are internal factors with a score of 3.45 and external
get a score of 3.64. The results of the QSPM analysis are recommendations for improving
program improvement strategies (1) Increasing product quality and quantity with a TAS
value of 6,435, (2) Establishing and strengthening an institutional system with a TAS 6,208,
(3) Improving the quality of human resources with a value of TAS 6,068, and (4) Creating
and develop a productive business with a value of 5,959 TAS. Local governments through
AIAT are expected to supervise the involvement of the private sector in efforts to strengthen
and increase production results where the institutional function is as a facilitator and
coordinator.

Keywords : Implementation, CSR Program, SWOT, QSPM


ABSTRAK

Penelitan ini berjudul Implementasi Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Di
Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian adalah Menentukan

Taek, et al.,…|714
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

implementasi program TJPS Kabupaten Malaka, Mengidentifikasi faktor internal dan


eksternal yang mempengaruhi penerapan program TJPS di Kabupaten Makala dan
Memformulasikan strategi penyempurnaan peningkatan program TJPS di Kabupaten
Malaka. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan beberapa
pertimbangan khusus. Penentuan jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel untuk
petani peserta penerima manfaat program TJPS yaitu ditentukan dengan purposive
sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis skala likert
interval dan analisis IFAS, EFAS, SWOT dan QSPM. Berdasarkan hasil interval
implementasi program TJPS untuk sembilan indikator pelaksanaan program TJPS berada
pada kategori tinggi yang ditunjukkan dengan skala 4,2 dan skor rata-rata 405. Faktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi program TJPS yakni faktor internal dengan perolehan
nilai skor 3,45 dan faktor eksternal peroleh skor 3,64. Hasil analisis QSPM di rekomendasi
penyempurnaan strategi peningkatan program (1) Peningkatan kualitas dan kuantitas
produk dengan nilai TAS 6,435, (2) Pembentukan dan penguatan sistem kelembagaan
dengan TAS 6,208, (3) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia nilai TAS 6,068, dan
(4) Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif nilai TAS 5,959. Pemerintah daerah
lewat BPTP diharapkan melakukan pengawasan terhadap keterlibatan pihak swasta dalam
upaya penguatan dan peningkatan hasil Produksi dimana fungsi kelembagaan tersebut
sebagai fasilitator dan koordinator.

Kata kunci : Implementasi, Program TJPS, SWOT, QSPM

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian sangat erat kaitannya dengan kehidupan petani di daerah pedesaan.
Pemerintah dalam hal ini terus mengupayakan pembangunan dan pengembangan sumber
daya manusia dan sumber daya alam guna mendukung rencana strategis dalam mewujudkan
ketahanan pangan dan kemandirian pangan lokal. Lewat rencana strategis Kementerian
Pertanian menyusun dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian
untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan
lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3) pengembangan dan perluasan
logistic benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan petani, (5) pengembangan dan penguatan
pembiayaan, (6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergy serta (7) penguatan
jaringan pasar produk pertanian (Kementrian Pertanian RI, 2015).
Pelaku pembangunan pertanian meliputi departemen teknis terkait, pemerintah daerah,
petani, pihak swasta, masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.
Koordinasi diantara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka mendasar yang
harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Pencapaian tujuanya
itu kegiatan pembangunan pertanian menginginkan termanfaatnya semua potensi yang ada
di masyarakat, baik potensi manusia, sumber daya alam, teknologi, dan juga sumber daya
institusi secara optimal, menguntungkan dengan selalu menjaga kelestarian yang ada
dilingkungan (Kementerian Pertanian RI, 2014).

Taek, et al.,…|715
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Jagung merupakan salah satu komoditi pangan yang bernilai ekonomis dan memiliki peran
strategis setelah beras. Tanaman jagung di Indonesia merupakan sala satu komoditas pangan
prioritas pertanian andalan selain padi, kedelai dan ubi kayu (Kementerian Pertanian RI,
2011). Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan
peningkatan ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya
peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan
lahan maupun potensi hasil dan teknologi.
Tanaman jagung memiliki peran penting dalam pembangunan sektor pertanian. Kebutuhan
jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering pertahun.
Konsumsi jagung terbesar adalah untuk pangan dan industri pakan ternak, karena sebanyak
51% bahan baku pakan ternak adalah jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri
peternakan yang pada akhirnya meningkatkan permintaan jagung sebagai bahan pakan
ternak, berkembang pula produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung. Produk
tersebut banyak dijadikan untuk pembuatan produk pangan (Budiman, 2012).
Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat terbuka baik melalui
peningkatan produktivitas maupun pemanfaatan potensi lahan yang masih luas. Namun
peningkatan produkstifitas dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan pasar sehingga
masih menginport dari luar negeri. Masalah mendasar yang sering muncul dipermukaan
adalah pemasaran jagung yang mengalami kesenjangan antara permintaan dan penawaran.
Di satu sisi, petani sulit memasarkan jagung dengan harga yang layak, disisi lain pabrik pakan
sering kesulitan memperoleh jagung dari dalam negeri (Swastika, 2011).
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam sektor
pertanian yaitu Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang merupakan program
pengembangan lahan kering yang harapannya dapat meningkatkan produktivitas usaha tani
jagung di wilayah tersebut (Basuki, 2018). Kabupaten Malaka merupakan salah satu wilayah
di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mayoritas penduduknya adalah petani. Komoditas
utama pada wilayah tersebut adalah jagung dan diikuti dengan komoditas lain seperti padi,
ubi jalar dan kacang-kacangan (BPS Kabupaten Malaka, 2019). Kabupaten Malaka memiliki
potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk pengembangan jagung, baik pada lahan sawah
maupun lahan kering (Badan Litbang Pertanian, 2008). Dalam pelaksanaan program
pengembangan jagung, Kabupaten Malaka merupakan wilayah yang memiliki luas lahan
jagung terbesar kedua setelah Kabupaten Kupang yakni sebesar 1.550 ha lahan tambahan
untuk tahun 2020 (Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan NTT, 2020). Luas lahan tersebut
menjadi potensi terbesar dalam meningkatkan produktifitas sehingga ketahanan pangan
dapat tercapai.
Kegiatan usahatani jagung sudah menjadi budaya masyarakat di Kabupaten Malaka. Namun
implementasi pelaksanaan program tanam jagung panen sapi (TJPS) dan keberhasilanakan
program tersebut belum mendapatkan dampak positif bagi masyarakat petani jagung serta
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pelaksanaan program tersebut belum di
analisis, Dengan demikian sangat relevan untuk di kaji lebih lanjut“ implementasi program
tanam jagung panen sapi (TJPS) di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur”.
Penelitian perlu dilakukan guna mencari dan menemukan hasil yang maksimal untuk
kesejahteraan petani dan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program. Namun
dalam pelaksanaan TJPS sejak tahun 2018 masih ditemukan produksi yang rendah akibat

Taek, et al.,…|716
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

hama dan curah hujan yang tidak menentuh yang mengakibatkan petani kesulitan dalam
berusahatani sehingga perlu mengevaluasi dan merumuskan strategi baru guna meningkatkan
produk sijagung di Kabupaten Malaka. Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah sebagai berikut: Menentukan implementasi program TJPS Kabupaten Malaka,
Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penerapan program TJPS
di Kabupaten Makala. dan Memformulasikan strategi penyempurnaan peningkatan program
TJPS di Kabupaten Malaka. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat
tentang implementasi program tanam jagung panen sapi (TJPS) serta dapat dijadikan
referensi untuk menambah pengetahuan terkait dengan pengembangan program.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran yaitu deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Lokasi penelitian di Kelompok Tani Sinar Molos Oan, Desa Molos
Oan, Kecamatan, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus Tahun 2021.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani Sinar Molos Oan yang
melaksanakan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang berjumlah 25 petani. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh atau sensus.
Dalam penelitian ini informan yang maksudkan adalah subyek yang diharapkan dapat
memberikan keterangan dan informasi mengenai fokus penelitian. Informan dalam penelitian
ini adalah (1) Ketua kelompok tani Sinar Molos Oan (2) Penyuluh lapangan (3) Badan
pengkajian Teknologi Pertanian.
Sumber data primer diperoleh dari (1) Kelompok Tani Sinar Molos Oan meliputi: partisipasi
petani dalam pelaksanaan program, pengetahuan petani terhadap program, kemampuan
petani dalam memasarkan hasil usahatani, dan pendapatan usahatani. (2) PT Flobamora
Kupang meliputi: harga jagung, ketepatan dalam membayar hasil penjualan petani,
kemapuan perusahan dalam menampung hasil usahatani, kecepatan informasi harga kepada
petani serta penjaminan harga disaat mengalami fluktuasi harga dan hasil panen petani. Data
sekunder diperoleh dari studi pustaka yang bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian meliputi perencanaan kerja, anggaran program, fasilitas penunjang lapangan,
ketersediaan sumber daya manusia, kompetensi dan kontrol yang dilakukan. Serta jurnal dan
penelitian lain yang relevan dengan implementasi program TJPS.

Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Adapun alat pengumpulan
datanya adalah kuesioner dan alat untuk ujinya yaitu software SPSS 23.0 kalau data yang
didapat tidak valid selanjutnya akan dilakukan kembali penyusunan kuesioner.

Taek, et al.,…|717
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Tabel 1. Hasil Uji Validitas variabel implementasi program TJPS

Pertanyaan r hitung r tabel 5% (23) Kriteria


1 0,746 0,396 Valid
2 0,465 0,396 Valid
3 0,669 0,396 Valid
4 0,725 0,396 Valid
5 0,801 0,396 Valid
6 0,703 0,396 Valid
7 0,680 0,396 Valid
8 0,513 0,396 Valid
9 0,620 0,396 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2022

Dari data diatas dapat dilihat bahwa r hitung> tabel (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan item instrument variable implementasi program tanam jagung panen sapi
dinyatakan valid hal ini sesuai dengan pernyataan Kuncoro (2013) yang mengatakan bahwa
apabila r hitung> r tabel maka instrument tersebut valid untuk digunakan.

1. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability, pengukuran yang memiliki


reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Meskipun reliabilitas
mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterhandalan, keajegan, kestabilan,
konsistensi, dan sebagainya namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Metode yang digunakan untuk
pengujian reliabilitas dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan nilai cronbach alpha yang
didapat dengan bantuan software SPSS 23.0. Angka reliabilitas (alpha) berkisar dari 0
sampai dengan 1, sehingga semakin mendekati nilai 1 maka tingkat reliabelnya akan semakin
baik.

Tabel 2. Uji Reliabilitas variabel implementasi program tanam jagung panen sapi

Nomor Soal r tabel Cronbach Alpha Kriteria


1 0,396 0,788 Reliabel
2 0,396 0,821 Reliabel
3 0,396 0,800 Reliabel
4 0,396 0,791 Reliabel
5 0,396 0,784 Reliabel
6 0,396 0,794 Reliabel
7 0,396 0,797 Reliabel
8 0,396 0,843 Reliabel
9 0,396 0,807 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2022

Taek, et al.,…|718
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Hasil perhitungan uji reliabilitas metode Cronbach’s Alpha (r hitung) dapat dilihat pada
kolom Cronbach’s Alpha, yaitu 0,821 dengan N of Items menunjukkan bahwa jumlah dari
items atau jumlah pertanyaan yang di input pada variable view adalah 9. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil Cronbach’s Alpha untuk 9 data dari items atau 9 pertanyaan, yaitu
0,821. Kemudian, untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipercaya atau tidak, maka
apabila perhitungan r hitung > r tabel 5%, dimana r hitung dilihat dari tabel hasil perhitungan
yang di dapatkan pada SPSS, sedangkan r tabel diperoleh dari distribusi r tabel pada
signifikansi 5 %.
Setelah itu, lihat nilai N sesuai dengan jumlah responden dari data jumlah responden atau
nilai N, yaitu 25. Maka diketahui bahwa r tabel untuk data tersebut adalah 0,396. Shingga
dapat disimpulkan, bahwa r hitung > r tabel 5%, yaitu 0,821 > 0,396, sehingga data tersebut
adalah reliabel atau dapat dipercaya dan konsisten.

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel merupakan suatu cara tertentu mengolah atau menghitung data agar
dapat memperoleh tujuan hasil penelitian. Untuk menjawab tujuan penelitian satu adalah
dalam penelitian ini digunakan analisis interval kelas yang ditunjukkan dengan skala likert
yang bergerak dari angka 1 sampai dengan 5. Kemudian di deskripsikan agar pembaca dapat
muda mengerti hasil analisis tersebut. Dengan demikian penilaian jawaban responden
sebagai berikut:
a. Sangat taat/sangat baik/sangat tinggi/ sangat memenuhi, dengan skor= 5
b. Taat/baik/tinggi/ memenuhi, dengan skor = 4
c. Ragu-ragu/sedang/kurang memenuhi, dengan skor = 3
d. Tidak taat/ tidak baik/ tidak tinggi/ tidak memenuhi, dengan skor = 2
e. Sangat tidak taat/sangat tidak baik/sangat tidak tinggi/sangat tidak memenuhi, dengan
skor =1

Tabel 3. Kriteria untuk masing-masing indikator

No Skor Kriteria Indikator


1 1,0-1,8 Sangat Tidak Tinggi
2 1,9-2,6 Tidak Tinggi
3 2,7-3,4 Sedang
4 3,5-4,2 Tinggi
5 4,3-5,0 Sangat Tinggi
Untuk memformulasikan strategi penyempurnaan program TJPS digunakan analisis IFAS,
EFAS, SWOT dan QSPM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Program TJPS di Kabupaten Malaka

Implementasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan


kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka

Taek, et al.,…|719
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

penyempurnaan suatu program. Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-norma
tertentu mencapai tujuan program.
Analisis implementasi program tanam jagung panen sapi pada Kelompok Tani Molos Oan
menunjukkan kinerja yang baik. Dari penelitian dilapangan dengan instrumen yang telah
diuji diperoleh jawaban dari responden untuk Sembilan indikator pengukuran pada Tabel 4
sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi jawaban responden terhadap program (TJPS)

Frekuensi Total
No Indikator Skala Keterangan
ST T S R SR skor
1 Ketaatan anggota kelompok
terhadap komitmen bersama 9 12 2 2 0 103 4.12 Tinggi
dalam kelompok
2 Penyusunan Rencana Kerja di
11 12 2 0 0 109 4.36 Sangat Tinggi
Tingkat Kelompok Tani
3 Produktivitas jagung 13 7 5 0 0 108 4.32 Sangat Tinggi
4 Persentase anggota kelompok tani
13 9 3 0 0 110 4.40 Sangat Tinggi
yang memperoleh ternak sapi
5 Pengelolaan by product jagung
(anggota kelompok mengelola 6 16 3 0 0 103 4.12 Tinggi
limbah jagung)
6 Pengelolaan by product ternak
(anggota kelompok mengelola 12 10 3 0 0 109 4.36 Sangat Tinggi
limbah ternak)
7 Keberlanjutan usaha integrasi
jagung-ternaksecaraswadaya
7 14 4 0 0 103 4.12 Tinggi
(anggota melanjutkan usaha
secara swadaya)
8 Keuntungan yang diperoleh
12 8 3 1 1 104 4.16 Tinggi
petani
9 Tingkat adopsi pola integrasi
6 9 10 0 0 96 3.84 Tinggi
jagung-ternak secara swadaya
Rata-rata 4,20 Tinggi
Sumber: Data primer diolah, 2022

Analisis implementasi program tanam jagung panen sapi pada Kelompok Tani Molos Oan
menunjukkan kinerja yang baik. Melalui perhitungan Tabel 4 diperoleh rata-rata jawaban
responden berada pada skala 4,20 yang berarti kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa implementasi program tanam jagung panen sapi di Kelompok Tani Molos Oan,
Kecamatan Koba Lima, Kabupaten Malaka terlaksana dengan baik.
Ketaatan Anggota Kelompok Terhadap Komitmen Bersama

Menurut Mathis dan Jackson (2006) komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana
karyawan yakin dan memahami tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal
bersama dalam organisasi. Komitmen organisasi berhubungan dengan perasaan dan
keyakinan anggota tentang organisasi tempat dia bekerja secara keseluruhan. Dengan
demikian ketaatan anggota kelompok terhadap komitmen bersama dalam suatu kelompok

Taek, et al.,…|720
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

merupakan suatu indikator yang menunjukkan sikap petani terhadap keberhasilan program
artinya ketika anggota dalam suatu kelompok memiliki komintmen dan tujuan yang sama,
maka sudah pasti program dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Selanjutnya bahwa ketaatan petani sebagai anggota kelompok justru merupakan indikator
penentu dalam membangun komitmen bersama dan kerena itu dirancang sebagai salah satu
instrument pendorong sekaligus dalam keberhasilan program tanam jagung panen sapi di
Desa Rai Nawe, Kabupaten Malaka. Dari jawaban responden tersebut dapat digambarkan
bahwa petani memiliki persepsi yang sama yaitu rata-rata anggota Kelompok Tani Molos
Oan mempunyai ketaatan yang baik terhadap komitmen bersama dalam kelompok, hal
terbukti pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa indikator pertama berada pada ketegori
tinggi. Sesuai dengan harapan terlaksananya suatu program dan semua anggota kelompok
tani rata-rata memiliki komitmen dalam mengusahakan maupun taat terhadap aturan yang
ada di kelompok. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan Jennifer dan Gareth (2012) yang
mengemukakan bahwa dimensi komitmen organisasi adalah komitmen afektif, yaitu
komitmen pada saat karyawan tersebut masuk menjadi anggota suatu organisasi, senang,
percaya, dan merasa baik. Komitmen merupakan suatu ikatan yang memberikan nilai tambah
dalam anggota kelompok ketika semua element kelompok memiliki ketaatan dan mempunyai
tujuan yang sama dalam melaksanakan program.
Selanjutnya petani yang tergabung dalam kelompok tani Sinar Molos Oan, merupakan
keluarga besar sehingga dalam melaksanakan kegiatan bertani juga diluar dari kegiatan lain
selalu kompak tidak ada masalah, semua berjalan lancar pada peraturan program TJPS.
Komitmen dalam kelompok adalah saling motivasi untuk menuju kesuksesan bersama dalam
program TJPS. Dalam fungsi tugas dalam berkelompok segala sesuatu harus dilakukan oleh
kelompok agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat
tercapai (Tuyuwale, 1990). Begitupun Soedijanto (1981), fungsi tugas adalah segala hal yang
harus dilakukan kelompok yang berorientasi pada pencapaian tujuan.

Penyusunan Rencana Kerja di Tingkat Kelompok Tani

Menurut Adisaputro (2010) “rencana kerja adalah hasil proses perencanaan berupa daftar
ketetapan tentang langkah tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa
pelaksananya, di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya yang akan digunakan, serta
berbagai keterangan mengenai tolak ukurnya, dalam rangka mencapai hasil. Rencana
digunakan manajemen untuk pedoman pengarahan kegiatan dan juga sebagai titik tolak
proses pengendalian.
Penyusunan Rencana Kerja merupakan pengimplementasian konsep perencanaan.
Pentingnya Perencanaan dalam pelaksanaan program TJPS perlu dilaksanakan mengingat
adanya ketidak pastian akibat pengaruh dinamika lingkungan yang dihadapi. Perencanaan
merupakan suatu proses yang terus menerus dengan melibatkan keputusan-keputusan atau
pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu dimasa
yang akan datang.
Kemampuan petani dapat diukur dengan maksimalnya rencana kerja yang di susun dan
dilaksanakan sesuai pedoman yang ada. Hal ini berarti bahwa anggota kelompok harus
berperan aktif dalam menyusun sendiri rencana kerjanya hal ini menjadi sala satu prioritas
dalam menjaga komunikasi agar sistem informasi dalam keberhasilan program dapat berjalan

Taek, et al.,…|721
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

dengan baik. Jika rencana kerja tidak tersusun dengan baik maka akan berdampak buruk
terhadap pelaksanaan program yang kemudian implemntasinya tidak terwujud.
Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa sejak penyuluh pertanian tidak melakukan
fungsinya dengan baik maka untuk keberlanjutan program dan usahatani jagung maka petani
dibawah kendali ketua kelompok dapat menyusun sendiri rencana kerja selama 3 tahun
terakhir. Indikator penyusunan rencana kerja di tingkat kelompok tani merupakan kelanjutan
dari ketaatan anggota dalam komitmen bersama mau mencapai tujuanya itu memperoleh
keuntungan dan manfaat yang baik sehingga rencana kerja sangat perlu sebagai penuntun
dalam melaksanakan kegiatan usahatani jagung. Hasil wawancara dengan ketua kelompok
menyatakan dalam susunan rencana kerja kelompok tani mengadakan rapat internal
kelompok tani terkait program TJPS, verifikasi lahan anggota kelompok (1 anggota
kelompok harus memiliki 1 hektar lahan). Bajak lahan atau balik tanah menggunakan traktor
tergantung di lapangan ada yang di bajak ada yang tidak akan dilihat dari postur tanah,
Saprodi Beni jagung, pupuk herbisida, insektisida dan distribusikan di sesuaikan di lapangan
bila dibutuhkan, melakukan pengawasan bersama penyuluh/ pendamping di setiap lahan
anggota kelompok tani, pascapanen, penjualan produk jagung berkoordinasi dengan
penyuluh/pendamping TJPS untuk siap dijual lalu melakukan evaluasi kerja bersama anggota
kelompok tani.

Produktivitas Jagung

Produktivitas jagung merupakan syarat keberlanjutan usahatani di Kabupaten Malaka.


Program dapak dikatakan berhasil jika produksi jagung yang dihasilkan meningkat setiap
tahun atau melebihi jumlah yang dipersyaratkan dalam usahatani tersebut. Tabel 4
menggambarkan bahwa produktivitas jagung di daerah penelitian menunjukkan pada
kategori baik. Petani memproduksi usahatani untuk memperoleh jagung kemudian menjual
90% dari total produksinya untuk membeli kebutuhan hidup dan selanjutnya membeli
bakalan sapi betina. Hal ini sesuai dengan tujuan program yang menjelaskan ketika petani
memproduksi jagung maka hasil produksi tersebut digunakan ketahan pangan rumah tangga
dan hasil produksi selanjutnya pergunakan untuk membeli sapi sehingga terjawablah maksud
dari nama program tanam jagung panen sapi.
Hasil survey menunjukkan perkembangan produktivitas jagung setiap tahun megalami
peningkatan. Dalam setiap musim rata-rata penghasilan setiap anggota yakni 2,1 ton
didapatkan dari hasil usahatani yaitu 1-2 ha. Menurut Seran dkk, (2019) peningkatan
produksi akan berpengaruh pada penerimaan, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian keluarga petani yang mana pada saat
mengikuti program tanam jagung panen sapi terbukti bahwa pendapatan rumah tangganya
meningkta dari tahun ketahun.

Persentase anggota kelompok tani yang memperoleh ternak sapi

Persentase perolehan sapi oleh petani mengalami peningkatan hal ini sesuai dengan temuan
di lapangan bahwa semua petani anggota telah memiliki ternak sapi. Persentase perolehan
sapi oleh petani di Kelompok Tani Molos Oan adalah 70% dengan total sebanyak 19 ekor
sapi betina. Pembelian sapi oleh petani disesuaikan dengan minat dan kondisi perekonomian

Taek, et al.,…|722
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

dalam keluarga petani mengingat banyak petani menggunakan hasil usahataninya dialihkan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan lebih cenderung untuk biaya pendidikan anak-anak
mereka.

Pengolahan by product jagung (anggota kelompok mengelola limbah jagung)

Mayoritas petani mengolah limbah jagung menjadi pakan ternak. Hal ini menunjukan bahwa
integrasi sapi dengan tanaman jagung dengan penggunaan pakan limbah tanaman jagung
dapat meningkatkan bobot badan harian ternak sapi lebih tinggi dibandingkan dengan
teknologi petani yang hanya memberikan rumput hijauan saja. Teknologi pemberian pakan
menggunakan jerami jagung yang di fermentasi maupun non fermentasi dapat mempercepat
pertumbuhan induk sapi Bali (Wulandari, 2015).
Hasil wawancara oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikulutra Kabupaten Malaka
menyatakan integrasi jagung-ternak adalah pemanfaatan limbah hijau tanaman jagung
sebagai sumber pakan ternak yang terutama disamping penggunaan pakan konsentrat yang
dianjurkan sebagai hasil sampingan dari produksi jagung yang dapat dimakan dan dijual.
Selain itu nilai tambah lain yang diperoleh yaitu bertambahnya pendapatan petani yang
diperoleh dari hasil penjualan kelebihan kotoran ternak tersebut kepada petani lain yang
membutuhkannya sebagai pupuk tanaman mereka. Kelemahan yang ditemukan dalam
pengolahan limbah jagung adalah kurangnya sarana pendukung seperti alat peluruh jagung
yang hanya berjumlah 1 (satu) unit untuk satu kelompok tani. Kurangnya sarana dan
prasarana membuat petani harus menunggu giliran dalam mengolah hasil panennya. Antusias
petani dalam hal tersebut cukup tinggi jika saja fasilitas memadai dapat dikatakan bahwa
program TJPS terlaksana dengan baik.

Pengelolaan by product ternak (anggota kelompok mengelola limbah ternak)

Pengelolahan produk limbah dari ternak sapi pada penelitian ini tergolong baik. Pemerintah
terus mengupayakan untuk meningkatkan produksi ternak dan usahatani jagung melalui
pemanfaatan limbah hijauan dan kotoran ternak dalam rangka meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani dipedesaan. Temuan di lapangan dimana para petani menggunakan
limbah ternak sapi dijadikan pupuk organic sehingga pupuk yang telah diolah bias dipakai
untuk pemupukan tanaman yang dibudidayakan disamping itu mengurangi biaya tambahan
dalam pembelian pupuk sehingga biaya usahatani dapat ditekan dan diperuntukan untuk
kebutuhan lain selain usahatani.

Keberlanjutan usaha integrasi jagung-ternak secara swadaya

Eksistensi suatu program dapat ditinjau dari terintergrasinya tanaman jagung dan ternak sapi
yang kelolah secara swadaya. Hasil survey menunjukkan bahwa program dapat dikatakan
berlanjut ketika petani melakukan kegiatan usahatani dengan mengikuti pedoman budidaya
tanpa pendampingan dari penyuluh pertanian.
Hal ini dapat menggambarkan ketika penyuluh pertanian melepaskan petani mengolah
usahataninya tanpa bantuan penyuluh rata-rata petani menaggapinya dengan baik artinya
anggota kelompok tani tidak merasa keberatan meskipun dalam mengolah usahatani tanpa

Taek, et al.,…|723
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

arahan dari penyuluh karena petani dapat mengatasi segala persoalan dengan sendiri dan
dengan kelompok. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani
bahwa penyuluh hanya mendampingi petani pada tahun pertama sedangkan tahun
selanjutnya dalam pelaksanaan program tanam jagung panen sapi petani mengolah sendiri
dan bantuan untuk kelompok TJPS tetap disalurkan kepada kelompok tani.

Keuntungan yang diperoleh petani

Suatu program dapat dikatakan berhasil apa bila memberikan manfaat dan keuntungan bagi
petani sebagai penerima manfaat. Keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan finansial
dan ternak sapi. Program ini di rencanakan dan di susun untuk membantu membangkitkan
perekonomian petani dan dapat mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Jika di bandingkan
dengan keadaan yang ada di lokasi penelitian memang benar masih ada petani yang belum
puas dengan hasil usahataninya imbas dari kekurangan informasi pasar dan harga sehingga
mengakibatkan petani tidak memperoleh keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan petani lain. Hal ini juga menjadi perhatian serius bagi penyuluh yang kurang
maksimal dalam mengedukasi petani, ketika petani mengalami masalah penerimaan tidak
baik selanjutnya penyuluh dapat mengatasi denga baik.

Tingkat adopsi pola integrasi jagung-ternak secara swadaya

Menurut Seran dkk. (2019) pada usaha tani jagung, petani juga mengalami perubahan dalam
hal jenis inovasi teknologi yang di introdusir, sarana produksi pertanian, dan pola
pendampingan. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pada pola pikir, wawasan, dan sikap
petani terhadap teknologi. Hal ini mengindikasikan perlu adanya bimbingan kembali dari
penyuluh. Hasil survey menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap pola integrasi
jagung ternak secara swadaya mengalami peningkatan. Hasil wawancara kepada ketua
Kelompok Tani Molos Oan menerangkan bahwa pada tahun pertama dan kedua dalam
pelaksanaan kegiatan TJPS didampingi oleh penyuluh, selanjutnya ketika suatu kelompok
mengalami perubahan dan perkembangan maka penyuluh pendamping memberikan
kewenangan kepada ketua kelompok tani dan anggotanya untuk mengelolah usahataninya
secara berkelanjutan.
Meskipun anggota kelompok tani dapat mengusahakan sendiri usahataninya namum tidak
dipungkiri bahwa mayoritas petani berpendidikan rendah sehingga pada indikator tingkat
adopsi pola integrasi jagung sapi mayoritas responden menjawab cukup baik dan baik.
Sehingga pemerintah merasa perlu melakukan evaluasi kepada pelaksanaan program bukan
saja pada awal pelaksanaan namun juga pada tahun-tahun berikutnya. Mengingat program
tanam jagung panen sapi merupakan program jangka panjang sehingga perlu di kaji kembali
terkait dengan keberlanjutan program.

Taek, et al.,…|724
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi TJPS

1. Internal Faktor Analisys Sistem (IFAS)

Analisis IFAS merupakan suatu instrumen yang dapat mengindentifikasi berbagai factor yang
terbentuk sistematis yang digunakan untuk merumuskan strategi pelaksanaan program.

Tabel 5. Matriks IFAS program tanam jagung panen sapi

Kekuatan Bobot Rating Skor


No
1 2 3 4(2x3)
Sikap petani terhadap pelaksanaan program TJPS sangat baik guna
1 0,08 3,8 0,30
mendukung keberhasilan program
Pengetahuan dan kemampuan petani terhadap pelaksanaan program
2 0,06 3,5 0,20
TJPS sangat baik
Budaya kerja masyarakat petani yang sangat terbuka terhadap perubahan
3 0,06 3,2 0,19
dan perkembangan guna menuju pada pertanian modern
Komonikasi antar lembaga terkait seperti bptp dengan kelompok tani
4 dan pihak swasta terjalin dengan baik guna peningkatan penyerapan 0,08 3,8 0,32
program
5 Tersedianya sarana dan prasrana dalam mendukung program TJPS 0,08 3,5 0,28
Tersedianya lahan pertanian yang unggul dalam mendukung program
6 0,08 3,6 0,28
TJPS
7 Sistem pasar yang terbuka dalam mendukung program TJPS 0,08 3,6 0,28
Subtotal 0,51 25,0 1,85
Kelemahan Bobot Rating Skor
No
1 2 3 4(2x3)
1 Petani menghadapi perubahan iklim tidak menentu 0,08 3,7 0,28
2 Petani mengalami gagal panen akibat dari serangan hama
0,05 2,9 0,15
Kurangnya informasi/ pengawasan dari petugas peyulu dalam budidaya
3
jagung TJPS 0,13 3,1 0,39
4 Minimnya pasar untuk menjual jagung
0,06 3,3 0,19
5 Harga jagung yang tidak menentu 0,06 3,3 0,18
6 Akses transportasi yang kurang memadai
0,06 3,4 0,21
Minimnya niat petani dalam budidaya tanaman jagung dalam
7
mendukung program TJPS 0,06 3,4 0,19
Subtotal 0,49 23 1,60
Total 1,00 3,45
Sumber: Data primer diolah, 2021

External Faktor Analisys Strategy (EFAS)

Analisis EFAS merupakan suatu instrumen yang dapat mengindentifikasi berbagai faktor
yang terbentuk sistematis yang digunakan untuk merumuskan startegi pelaksanaan
program. Pendekatan analisis ini berdasarkan peluang (oportunity), dan ancaman (threats).

Taek, et al.,…|725
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Tabel 6. Matriks EFAS program tanam jagung panen sapi

Peluang Bobot Rating Skor


No
1 2 3 4(2x3)
System birokrasi di BPTP dalam rangka mendukung pelaksanaan program
1 0,08 3,9 0,33
TJPS
Kualitas dan kuantitas SDM di BPTP dalam rangka peningkatan
2 0,08 3,7 0,30
pelaksanaan program
Program TJPS memberikan manfaat ekonomi, memberikan lapangan
3 pekerjaan bagi masyarakat tani serta memberikan dampak positif terhadap 0,08 3,8 0,31
perilaku masyarakat
Kelengkapan sarana dan prasarana yaitu bibit unggul, pestisida, alsintan
4 0,08 4,0 0,34
sangat memadai guna mendukung pelaksanaan program TJPS
Kabupaten Malaka sebagai daerah pertanian lahan kering dalam rangka
5 mendukung keberhasilan program TJPS 0,08 3,9 0,32
Kondisi social politik di tingkat daerah dalam rangka menyukseskan
6 pelaksanaan program TJPS 0,07 3,7 0,27

Upaya mensosialisasikan keberhasilan program TJPS kepada masyarakat


7 luar dalam upaya menarik minat petani 0,08 3,6 0,30

Subtotal 0,57 26,6 2,17


Ancaman Bobot Rating Skor
No
1 2 3 4(2x3)
Sosialisasi program TJPS kepada masyarakat yang dilakukan oleh
1 penyuluh pertanian masih kurang 0,06 3,2 0,18

Orientasi pelaksanaan program TJPS dalam rangka peningkatan


2 0,07 3,9 0,29
kemandirian pangan
Struktur birokrasi yang tergolong rumit dalam kepengurusan administrasi
3 klaim hasil usahatani jagung oleh petani 0,06 3,3 0,18

Daya tanggap pegawai BPTP terhadap penyelesaian administrasi


4 pengurusan program TJPS serta kurangnya motivasi dalam pelaksanaan 0,06 3,4 0,21
program
Ketersediaan infrastruktur dalam rangka mendukung distribusi alat mesin
5 pertanian yang kurang memadai 0,06 3,3 0,20

Mekanisme pelaksanaan program yang sering tidak sesuai dengan


6 prosedur yang berlaku 0,06 3,3 0,19

7 Adanya kebijakan politis imbas dari pergantian kepeminpinan 0,07 3,5 0,23
Subtotal 0,43 23,9 1,48
Total 1,00 3,64
Sumber: Data primer diolah, 2021

Strategi Penyempurnaan Implementasi Program TJPS

Strategi Umum Matrik IE

Menurut Rangkuti dalam Maulama (2019) matriks IE (internal eksternal) merupakan


pemetaan skor matriks EFAS yang telah dihasilkan dari tahap input dan memposisikan
lembaga dalam tampilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor

Taek, et al.,…|726
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

pembobotan IFAS pada sumbu horizontal dan total skor pembobotan EFAS pada sumbu
vertikal. Pada sumbu horizontal dari matriks IE, total skor bobot dari 1,0 hingga 1,99
menunjukkan posisi internal lemah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah sedang; dan nilai dari
3,0 hingga 4,0 adalah posisi internal yang kuat. Pada sumbu vertical dari matriks IE, total
skor bobot dari 1,0 hingga 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang lemah; nilai dari 2,0
hingga 2,99 menunjukkan pengaruh eksternal sedang; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah
pengaruh eksternal yang kuat. Penentuan prioritas strategi program dengan Menggunakan
Metode matriks IE menunjukkan kolaborasi faktor internal dengan factor eksternal berada
pada sel I (pertama) yaitu menunjukkan bahwa program berada pada pertumbuhan dan
membangun.
Setelah hasil dari sumbu (X, Y) maka akan dibuat kuadran untuk menentukan posisi kuadran
program. Ahmad (2020) menjelaskan bahwa terdapat 4 sel kuadran SWOT yang dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut:
a. Kuadran I (positif, positif). Posisi ini menandakan sebuah perusahaan yang kuata dan
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi. Memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
b. Kuadaran II (Positif, Negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat
namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomenadasi strategi yang diberikan
adalah diversifikasi startegi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
mengahadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisai akan
mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada startegi
sebelumnya. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam
strategi taktiknya.
c. Kuadran III (Negatif, Positif). Posisi ini menandaka sebuah organisasi yang lemah
namun sangat berpeluang. Rekomendasi startegi yang diberikan adalah ubah startegi
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi
yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menagkap peluang yang ada sekaligus
memperbaik kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (Negatif, Negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah startegi
bertahan. Artinya, kondisi internal organisasi disarankan untuk menggunakan startegi
bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
Hasil perhitungan dari koordinat diagram SWOT bernilai positif kedua sumbu tersebut
dengan sumbu X didapat nilai dan nilai sumbu Y dengan nilai X = 1,83 dan Y = 2,17. Hasil
kedua nilai tersebut sama-sama positif hal ini menandakan posisi pengembangn program
TJPS berada pada posisi kuadaran I.

Taek, et al.,…|727
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Peluang
Mendukung Strategi Agresif
Kuadran III (1,83 : 2,17)
Kudran I

Kelemahan Kekuatan
Kuaadran IV
Kuadran II

Ancaman
Gambar 1. Penentuan prioritas strategi program TJPS

Berdasarkan Gambar 1 hasil analisis diagram SWOT pada penentuan prioritas strategi
program dengan menggunakan Metode Matrix Internal Ekternal menunjukkan kolaborasi
faktor internal dengan factor eksternal. Garis lurus pada diagram diatas menunjukkan titik
koordinat pada posisi kuadran I ialah situasi yang menguntungkan dimana program TJPS
memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sehingga cocok menggunakan
strategi SO atau strength opportuniti untuk meningkatkan pengembangan program terebut
dan didukung dengan strategi pertumbuhan agresif atau growth oriented strategy.

Strategi Alternatif Matrik SWOT

Matriks SWOT merupakan kombinasi antara faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan
dengan factor eksternal yaitu peluang dan ancaman sehingga akan membentu kempat
alternaif strategi dari kombinasi keduanya.

Tabel 7. Strategi Alternatif Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)


1. Sikap petani terhadap pelaksanaan 1. Petani menghadapi perubahan
Faktor Internal program TJPS sangat baik. iklim tidak menentu
2. Kelembagaankelompoktani yang kuat 2. Minimnya pengetahuan petani
3. Tersedianya sarana dan prasrana terhadap program TJPS
pendukung program TJPS 3. Akses transportasi yang kurang
Faktor Eksternal 4. Tersedianya lahan pertanian yang memadai
unggul
5. Sistem pasar yang terbuka dalam
mendukung program TJPS
Opportunity (O) Strategi (S+O) Strategi (W+0)
1. System birokrasi di BPTP 1. Membimbing dan memotivasi petani 1. Memberikan metode
dalam rangka mendukung guna memperkuat kelembagaan yang pengedalian risiko gagal panen
pelaksanaan program TJPS ada dalam rangka pencapaian tujuan dengan cara mengarahkan
2. Kualitas dan kuantitas SDM di program TJPS. petani untuk mengikuti
BPTP yang mumpuni. 2. Memanfaatkan dan memaksimalkan asuransi pertanian.
3. Program TJPS memberikan sarana dan prasarana guna 2. Memberikan pelatihan dan
manfaat ekonomi dan meningkatkan kehidupan ekonomi dan pembinaan terhadap petani
memberikan dampak positif social masyarakat petani. terkait pelaksanaan program
terhadap perilaku masyarakat TJPS.

Taek, et al.,…|728
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

4. Orientasi pelaksanaan program 3. Mendorong petani agar orientasinya 3. Melakukan koordinasi antara
TJPS dalam rangka peningkatan tertuju pada peningkatan kemandirian pemerintah, BPTP dan pihak
kemandirian pangan pangan. swasta dalam membina
5. Kabupaten Malaka sebagai 4. Memaksimalkan dan menjadikan kegiatan ekonomi masyarakat.
daerah pertanian lahan kering. Kabupaten Malaka sebagai sumber
produk jagung dan memperluas pasar
hasil pertanian hingga keluar daerah.
5. Membuat standar harga produk jagung
Threats (T) Strategi (S+T) Strategi (W+T)
1. Kurangnya pengawasan 1. Meningkatkan peran penyuluh dalam 1. Pemerintah Kabupaten Malaka
terhadap pelaksanaan program mengawasi pelaksanaan program agar perlu meningkatkan sosialisasi
2. Daya tanggap pegawai BPTP terlaksana sesuai prosedur. program kepada masyarakat.
terhadap penyelesaian 2. Mendorong pemerintah melakukan 2. Mendorong pemerintah daerah
administrasi pengurusan kebijakan pengadaan infrastruktur guna agar dapat membuat kebijakan
program TJPS mendukung mobilitas distribusi alat dan menarik minat pihak
3. Ketersediaan infrastruktur mesin pertanian kepada petani maupun swasta untuk berinvestasi
dalam rangka mendukung distribusi hasil usahatani. didaerah tersebut.
distribusi alat mesin pertanian 3. Membuat peraturan daerah yang tidak
yang kurang memadai merugikan petani
4. Adanya kebijakan politis imbas
dari pergantian kepeminpinan

Sumber: Data primer diolah, 2019

Strategi Prioritas QSPM

Strategi QSPM adalah suatu alat yang memungkinkan para penyusun stategi untuk
mengevaluasi strategi-strategi alternative secara obyektif berdasarkan pada faktor-faktor
kesuksesan internal dan eksternal utama yang telah di identifikasi sebelumnya.

Tabel 8. Hasil analisis matriks QSPM pengembangan program TJPS

No Strategi Prioritas Nilai TAS Urutan Prioritas


1 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produk 6,435 I
2 Pembentukan dan Penguatan Sistem Kelembagaan 6,208 II
3 Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia 6,068 III
4 Menciptakan dan Mengembangkan Usaha Produktif 5,959 IV
Sumber: Data primer diolah, 2022
Dari hasil perhitungan matrik QSPM (Tabel 8), maka diperoleh alternatif strategi yang paling
menarik dan diprioritaskan untuk dilakukan dalam peningkatan pengembangan program
TJPS yaitu.

1. Strategi Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produk

Menurut Badudu (1996) peningkatan adalah menambah kemampuan, mempertinggi, cara


hasil, proses kerja meningkatkan atau peningkatan adalah proses, cara perubahan
meningkatkan dengan cara usaha. Strategi peningkatan dalam pengembangan program TJPS
adalah untuk meningkatkan kualitas produk dan dalam jumlah yang besar agar tujuan
program dapat tercapai. Produk dalam program TJPS adalah jagung, sapi dan produk turunan
limbah jagung maupun sapi. Kualitas produk dalam program TJPS maksud kualitas produk
dalam kajian ini adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi

Taek, et al.,…|729
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

daya tahan keandalan, kegunaan, dan memiliki nilai tambah lainnya agar mampu bersaing
dan bertahan dengan produk saingannya di pasaran. Dapat diketahui bahwa road map
pengembangan program TJPS pada saat di rancang adalah untuk meningkatkan taraf hidup
petani yang artinya ketika petani memproduksi jagung maka minimal 70% dari ussaha tani
tersebut harus dijual untuk memenuhi pasar dan 10% untuk pangan rumah tangga dan 10%
untuk membeli bakalan sapi.
Strategi ini menjadi suatu keharusan bagi petani di Kabupaten Malaka dengan
mempertimbangkan kondisi lapangan dan hasil survey bahwa untuk memberikan dampak
ekonomi yang besar adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk melalui
inovasi, kreativitas maupun dengan pemberdayaan lingkungan sekitar.

2. Pembentukan dan Penguatan Sistem Kelembagaan

Strategi kedua adalah pembentukan dan penguatan kelembagaan petani, jaringan


kelembagaan lokal dan kebijakan pembangunan daerah. Prinsip kemitraan berbagai pihak
merupakan sebuah kunci keberhasilan dalam membangun kerjasama. Akan tetapi menurut
kenyataan di lapangan, petani sebagai mitra program berada pada posisi paling lemah
sehingga diperlukan pemberdayaan dan pembinaan yang masif. Melalui kegiatan
pendampingan dan pengawasan yang diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan
petani, sehingga pada saat mereka melaksanakan program secara mandiri dapat memiliki
peran yang sebanding dengan mitra lainnya. Melalui kegiatan kelompok diharapkan dapat
ditemukan ide-ide atau gagasan yang selanjutnya akan dikembangkan secara bertahap
sebagai proses pembelajaran partisipatif demi kemajuan petaninya. Antar kelompok tani juga
dapat membentuk jaringan baik di bidang kegiatan usaha produktif, sharing pengetahuan
dan pengalaman, informasi dan yang lebih penting adalah dalam rangka menghimpun
kekuatan bersama sehingga mereka memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lebih
kuat dalam menghadapi pasar.
Penguatan peran kelembagaan petani dalam meningkatkan kemampuan inovasi dan peran
pada dasarnya dimaksudkan untuk mengatasi masalah ketergantungan petani pada saluran
informasi formal (pemerintah), efektivitas layanan informasi bagi petani serta menjembatani
petani yang aksesnya rendah, realisasi UU No. 16/2006 (Sistem Penyuluhan Pertanian), No.
19/2013 (Pemberdayaan Perlindungan Petani), Peraturan Menteri Pertanian No. 82/
Permentan /OT.140/8/2013 (Pedoman Pengembangan Kelompok Tani dan Asosiasi Petani)
dan No.14 tahun 2008 (Pengungkapan Informasi Publik). Secara khusus, memperkuat peran
kelembagaan petani sangat penting dalam menghadapi kompleksitas peluang dan tantangan
pembangunan pertanian di masa depan, kemajuan dalam teknologi informasi, konvergensi
komunikasi, inovasi perbatasan, akses pasar dan sumber daya lainnya, dan daya saing
kelembagaan petani.

3. Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia

Peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan,


belajar bersama, diklat, studi banding dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilakukan oleh
pihak pemeritah, BPTP dan instansi terkait lainnya yang dapat juga bekerjasama dengan
perguruan tinggi. Strategi ini ditujukan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan

Taek, et al.,…|730
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

petani dalam pelaksanaan program TJPS di Kabupaten Malaka. Pada era sekarang ini,
pengembangan sumberdaya manusia menjadi hal yang penting dan krusial. Pasalnya, di
dalam pengembangan SDM tersebut terdapat pembentukan personal yang kualitasnya baik
dalam hal keterampilan, loyalitas kerja, hingga kemampuan individu dalam bekerja.
Petani yang memiliki kualitas SDM yang baik, maka akan berdampak pada performa dan
kemajuan dalam mengusahakan usahataninya. Sehingga pengembangan SDM menjadi
sangat penting untuk dilakukan dan diprioritaskan. Hal ini juga di sampaikan oleh Menteri
Pertanian Republic Indonesia Syahrul Yasin Limpo bahwa pengembangan kapasitas SDM
pertanian menjadi sala satu tugas pokok BPPSDMP dalam pembangunan pertanian. Ia
mengatakan bahwa peningkatan kualitas SDM menjadi sala satu focus kementerian
pertanian. Selanjutnya terdapat tiga pilar dalam peningkatan SDM pertanian. Pilar pertama
adalah penyuluhan pilar kedua adalah pelatihan dan ketiga adalah pendidikan semua harus
berjalan bersama dan seimbang sehingga akan berdampak pada peningkatan produktivitas.

4. Menciptakan dan Mengembangkan Usaha Produktif

Kegiatan usaha produktif diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani yang berarti
penguatan masyarakat dibidang ekonomi. Jenis kegiatannya berupa pengembangan usaha
integrasi jagung sapi yang sudah ada, atau membuka bidang usaha baru. Penguatan
masyarakat melalui pendekatan ekonomi akan dapat meningkatkan motivasi anggota
kelompok tani dalam berkelompok karena sebagian kepentingan mereka dapat terpenuhi. Di
pihak lain, keberhasilan dalam peningkatan ekonomi petanidapat memotivasi petani lain
untuk ikut dalam program TJPS. Sehingga keberhasilan kegiatan pendampingan memiliki
peran yang sangat penting dalam menunjang kegiatan-kegiatan selanjutnya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Hasil analisis interval pada implementasi program tanam jagung panen sapi pada
Kelompok Tani Molos Oan, Kabupaten Malaka menunjukkan pada kategori tinggi/baik
dengan skala 4,20 yang menjelaskan bahwa program tersebut terlaksana sesuai dengan
harapan bersama.
2. Faktor internal dan eksternal yang mempenagruhi keberhasilan implememtasi program
tanam jagung panen sapi adalah factor kekuatan dengan total skor 1,85 dan factor
peluang dengan perolehan skor 2,17 yang berarti bahwa factor kekuatan lebih besar dari
kelemahan dan peluang lebih besar dari pada ancaman dan berada diposisi yang sangat
menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan
dengan maksimal.
3. Strategi penyempurnaan peningkatan yang ditawarkan pada program TJPS Petani
maupun BPTP harus mendukung kebijakan pertumbuhan secara integrasi yaitu (1)
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produk, (2) Pembentukan dan Penguatan Sistem
Kelembagaan, (3) Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia, dan (4) Menciptakan
dan Mengembangkan Usaha Produktif.

Taek, et al.,…|731
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.10, No.2, Oktober 2022 E- ISSN: 2684-7728

Saran

Pemerintah daerah lewat BPTP diharapkan melakukan pengawasan terhadap keterlibatan


pihak swasta dalam upaya penguatan dan peningkatan hasil Produksi dimana fungsi
kelembagaan tersebut sebagai fasilitator dan koordinator. Selain itu, diharapkan juga dapat
memfasilitasi peningkatan akses masyarakat kepada informasi pasar dan teknologi melalui
revitalisasi pelayanan, penyuluhan, maupun menjalin kemitraan dengan lembaga- lembaga
jasa pengembangan bisnis. Selanjutnya diperlukan penelitian lanjutan yang mengkaji
implementasi program dalam skala lingkup provinsi secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. 2015. Potret Jagung


Indonesia: Menuju Swasembada Tahun 2017. Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia.

Basuki, T. 2018. Suatu Manajemen Usahatani Mengawali Implementasi Integrated Farming


System (IFS) di Kawasan Lahan Kering Kepulauan. Materi Pelatihan disampaikan
pada Pelatihan Teknis Pengelolaan Lahan Kering Bagi Pendamping Lapangan
Tanggal 9 sampai 14 Desember 2018 di Hotel Ilive Kupang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malaka. 2019. PDRB atas Harga Konstan Tahun
2015-2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Malaka.

Budiman, H. 2012. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang Kian Diburu. Pustaka
Baru Putra. Yogyakarta.

Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan NTT. 2020. Petunjuk Pelaksanaan Program Integrasi
Jagung – Ternak “Model Tanam Jagung Panen Sapi” Periode April – September
Tahun 2020 Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang.
Swastika, D.K.S. 2011. Membangun Kemandirian Dan Kedaulatan Panganuntuk
Mengentaskan Petanidari Kemiskinan. Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(2): 103-
117

Taek, et al.,…|732

You might also like