Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi P
Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi P
Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi P
net/publication/338453821
CITATIONS READS
2 402
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Nunung Kusnadi on 03 June 2020.
ABSTRACT
This study aims to determine the socio-economic factors that affect production on organic rice
farming in Tasikmalaya Regency. Cisayong and Salawu subdistricts were chosen purposively
because they were the area that had the most organic rice farmers that had been certified and
had been used as demonstration plot areas. The number of farmers used as the study sample was
50 farmers. The type of data used is primary data in 2015. Analysis of data using multiple linear
regression with OLS (Ordinary Least Square) method. The results of model estimation shown
that the coefficient of determination (R2) is 0.987. The results of the F test produce a p-value of
0.00 <α = 0.1, which means that age, farmer's formal education, experience, land size, farmer
activity in farmer groups, intensity of counseling, and the level of application of organic based
SNI have significant effect on production organic rice. The results of the t-test analysis found
that factors that significantly influence organic rice production are farmers' formal education
(average elementary school level), organic farming experience (average 7.5 years) and land size
(average 0.33 hectares). The resources of farmers need to be further enhanced not only through
formal education but can also be done through non-formal education such as courses, and
development of field school programs. Intensive counseling is expected to motivate farmers to
continue to develop organic rice farming. Increasing the area of organic land needs to be
considered in an effort to increase organic rice production.
Keywords: production, organic rice farming, socio economic factor
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempegaruhi produksi
pada usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya. Kecamatan Cisayong dan Kecamatan
Salawu dipilih secara sengaja (purposive) karena merupakan wilayah yang paling banyak
memiliki petani padi organik yang telah disertifikasi serta telah dijadikan wilayah demplot.
Jumlah petani yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 50 petani. Jenis data yang digunakan
adalah data primer tahun 2015. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary least square). Dari hasil pendugaan model ditunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0.987. Hasil uji F menghasilkan nilai p-value sebesar 0,00 <
α = 0.1 artinya bahwa faktor umur, pendidikan formal petani, pengalaman petani, luas lahan,
keaktifan petani dalam kelompok tani, intensitas mengikuti penyuluhan, dan tingkat penerapan
SNI organik berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik. Hasil analisis uji-t diperoleh
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2019.003.04.8
Nurlela Machmuddin – Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produksi Padi ........................ 731
bahwa faktor yang signifikan berpengaruh terhadap produksi padi organik yaitu faktor
pendidikan formal petani (rata-rata SD), pengalaman berusahatani secara organik (rata-rata 7.5
tahun) dan luas lahan petani (rata-rata 0.33 Hektar). Sumberdaya petani perlu lebih ditingkatkan
lagi bukan saja melalui pendidikan formal tapi juga dapat dilakukan melalui pendidikan non
formal seperti kursus-kursus, dan pengembangan program sekolah lapang. Penyuluhan yang
intensif diharapkan dapat memotivasi petani untuk terus mengembangkan usahatani padi
organik. Peningkatan luas areal lahan organik perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan
produksi padi organik.
Kata kunci: produksi, usahatani padi organik, faktor sosial ekonomi
PENDAHULUAN
petani, pendidikan, partisipasi dalam kelompok tani (Haryani 2009); (Prayoga 2010), (Fauziah
2010) termasuk juga pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga, status kepemilikan
lahan, serta komunikasi dengan penyuluh (Rukka 2006); (Nurrani 2014); (Yasin 2014); (Gultom
2014); (Kusnadi et.al 2011). Fauziah (2010) dalam penelitiannya menambahkan variabel teknik
budidaya sebagai sumber-sumber penyebab terjadinya perbedaan produksi atau efisiensi teknis
pada usahatani tembakau.
Umur petani dikatakan mempunyai efek terhadap tingkat produksi usahatani karena
umumnya dipercaya bahwa umur petani terkait dengan pengelolaan dan produktifitas tenaga
kerja. Umur produktif sangat berpengaruh dengan kemampuan fisik petani untuk bekerja secara
optimal (Rukka 2006). Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima
informasi dan menerima perubahan teknologi mengenai pengelolaan usahataninya (Kusnadi et
al. 2011). Rukka (2006) menambahkan bahwa tingkat pendidikan formal petani sangat
berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam merespon suatu inovasi. Makin tinggi tingkat
pendidikan formal petani diharapkan makin rasional dalam pola pikir dan juga daya nalarnya.
Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, petani akan mampu mengambil keputusan yang
rasional untuk usahataninya sehingga akan berdampak pada efisiensi usahatani (Nurani 2014).
Pengalaman berusahatani diperoleh dari “learning by doing” (Akhilomen et al 2015).
Keanggotaan dalam kelompok tani merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam mempengaruhi petani. Diduga petani yang tergabung dalam kelompok akan lebih cepat
mendapatkan informasi yang terkait dengan teknologi baru, peningkatan produktivitas tanaman,
atau informasi pasar dibanding dengan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani.
Penyuluhan dapat mengatasi kesenjangan teknologi antar petani misalnya, penggunaan varietas
unggul atau mesin baru serta kesenjangan manajemen antar petani (Anderson and Feder 2003).
Pengetahuan mengenai teknik budidaya mulai dari pengolahan tanah sampai dengan
penanganan pasca panen yang sesuai dengan rekomendasi akan menghasilkan tingkat efisiensi
produksi yang cukup tinggi (Fauziah 2010). Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikaji
mengenai faktor-faktor sosial ekonomi yang mempegaruhi produksi pada usahatani padi organik
di Kabupaten Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Analisis data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi
terhadap produksi usahatani padi organik menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary least square). Penggunaan metode ini berdasarkan pertimbangan bahwa
analisis regresi merupakan metode statistik yang dipergunakan untuk menentukan kemungkinan
bentuk hubungan antara variabel-variabel dan tujuannya adalah untuk memperkirakan nilai dari
suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang diketahui. Hubungan beberapa
karakteristik sosial ekonomi petani dengan produksi padi organik secara matematis dirumuskan
sebagai berikut :
Yi = β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + e
Keterangan :
Yi = Produksi padi organik (kg)
X1 = Umur petani (tahun)
X2 = Pendidikan formal (tahun)
X3 = Pengalaman usahatani padi (tahun)
X4 = Pengalaman usahatani padi secara organik (tahun)
X5 = Luas lahan (Ha)
X6 = Keaktifan dalam kelompoktani (dummy, 1 = aktif; 0 = tidak aktif)
X7 = Intensitas mengikuti penyuluhan padi organic (kali)
X8 = Tingkat penerapan SNI organik (persen)
β i = koefisien regresi
e = disturbance eror
Pengujian terhadap parameter regresi dilakukan secara tunggal dan bersama- sama.
Pengujian secara tunggal dengan menggunakan uji t-student. Adapun pengujian secara
bersama-sama dengan mengunakan uji F (Gujarati, 1979).
kisaran umur 45 sampai 54 tahun (52 persen). Umur petani responden rata-rata masih berada
pada umur produktif jika mengacu pada batasan usia produktif menurut BPS, dan BKKBN yaitu
berada pada kisaran 15 sampai 64 tahun. Lama pendidikan formal rata-rata yang telah ditempuh
petani yakni 6 tahun atau setingkat SD (66 persen). Rata-rata pengalaman petani responden
dalam membudidayakan padi sawah baik secara organik maupun konvensional adalah 19 tahun
sedangkan rata-rata pengalaman petani dalam usahatani secara organik adalah 7.5 tahun. Rata-
rata petani responden menerapkan usahatani padi secara konvensional sebelum beralih ke
usahatani padi organik.
Luas lahan berdampak pada upaya transfer dan penerapan teknologi. Lahan yang cukup
luas akan memudahkan petani jagung hibrida menerapkan teknologi tanpa rasa takut akan resiko
kegagalan, hal ini terkait pula dengan biaya yang dihasilkan serta pendapatan yang diperoleh
petani ( Falo M,dkk 2011). Luas rata-rata lahan yang digarap oleh petani padi organik tergolong
sempit yakni 0,33 hektar (< 0,5 hektar). Salah satu aspek yang mempengaruhi petani dalam
mengelolah usahataninya adalah status petani (Soeharjo dan Patong 1973). Rata-rata lahan yang
dikelolah oleh petani organik adalah lahan milik sendiri.
Semua petani responden tergabung dalam kelompok tani, namum terdapat beberapa
responden yang tergabung dalam kelompoktani tetapi tidak aktif dalam kegiatan kelompok tani
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82 persen petani responden aktif dalam kegiatan
kelompoktani. Petani yang tergabung dalam kelompoktani akan mengikuti kegiatan-kegiatan
yang terkait dengan kegiatan dalam pengelolaan usahatani padi yang biasanya dibina oleh
penyuluh-penyuluh terkait. Intensitas penyuluhan diukur melalui kuantitas dan kualitas
pertemuan yang dilakukan meliputi frekuensi penyuluhan yang diikuti oleh petani, frekuensi
petani menemui penyuluh jika ada masalah dalam berusahatani, kesesuaian materi yang dibahas
dalam penyuluhan dengan usahatani padi dan pemahaman petani terhadap materi yang
diberikan. Bentuk dukungan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya
dalam pengenalan dan pengembangan padi organik adalah berawal dari memberikan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis pengembangan usahatani padi sawah organik melalui
pertemuan-pertemuan dengan kelompoktani. Adapun jenis materi yang disampaikan berupa
teori dan praktek yang terdiri dari : proses pembelajaran ekologi tanah (PET), sifat biologi tanah,
sifat kimia tanah. Kajian mengenai usahatani organik merupakan hal yang penting dibandingkan
secara konvensional sebab praktek pertanian konvensional menganggap tanah sebagai mesin
produksi dan tidak diperlakukan sebagai sistem yang hidup, mengabaikan fungsi dan peran serta
bahan organik tanah. Sedangkan pada pertanian organik, bahan organik tanah merupakan bahan
esensial yang tidak tergantikan oleh bahan lain di dalam tanah.
Tingkat penerapan budidaya padi organik yang diacu sesuai dengan standar SNI organik
No-016729:2013. Tingkat penerapan sebagian besar atau rata-rata petani sesuai dengan standar
SNI organik adalah lebih dari 50 persen. Standar SNI yang dijadikan acuan tidak hanya
menjelaskan mengenai standar dalam penerapan budidaya padi (on farm) tapi juga standar
mengenai penggunaan alat, standar keamanan produk dari bahan kimia, perlakuan panen dan
pasca panen, dan lain-lain.
Hasil Analisis Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Padi Organik di
Kabupaten Tasikmalaya
Dari hasil pendugaan model ditunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) di dapat
sebesar 0.987 dengan nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2-adjudted) sebesar 0.984. Nilai
koefisien determinasi (R2) tersebut berarti bahwa sebesar 98.4 persen dari variasi produksi padi
organik dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor umur, pendidikan formal petani,
pengalaman petani, luas lahan, keaktifan petani dalam kelompok tani, intensitas mengikuti
penyuluhan, dan tingkat penerapan teknologi organik sesuai dengan standar SNI. Sedangkan
sebesar 1.6 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Hasil uji F atau uji ANOVA menghasilkan nilai p-value sebesar 0,00 < α = 0.1 atau 1
persen artinya bahwa variabel-variabel bebas atau faktor-faktor seperti umur, pendidikan formal
petani, pengalaman petani, luas lahan, keaktifan petani dalam kelompok tani, intensitas
mengikuti penyuluhan, dan tingkat penerapan teknologi organik sesuai dengan standar SNI
dalam model berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik. Sedangkan berdasarkan hasil
analisis uji-t diperoleh bahwa faktor pendidikan formal petani, pengalaman usahatani padi
organik, dan luas lahan merupakan faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap
produksi padi organik.
Tabel 1. Fungsi dugaan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi produksi padi organik di
Kabupaten Tasilamaya
Variabel Koefisien t-hit P-Value
Regresi
Umur (X1) -6.083 -1.216 0.231
Pendidikan (X2) 50.500* 3.199 0.003
Pengalaman Usahatani Padi (X3) 10.086 1.451 0.154
Pengalaman usahatani padi organik (X4) 54.355* 2.063 0.045
Luas lahan (X5) 9.796* 51.411 0.000
Keaktifan Petani (X6) 0.976 0.009 0.993
Frekuensi ikut penyuluh(X7) 72.732 1.787 0.081
Tingkat SNI organik (X8) -4.270 -1.786 0.081
Konstanta -861.327 -2.763 0.009
R-Square 0.987
R-Square Adjusted 0.984
*: signifikan pada α = 5%
Pendidikan formal petani berpengaruh nyata pada signifikansi α = 0.05 (5%) terhadap
produksi padi organik. Nilai positif pada koefisien parameter artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan formal yang ditempuh petani maka akan mempengaruhi peningkatan produksi padi
organik. Hal ini dapat dikaitkan dengan semakin tingginya pengetahuan petani tentang
penerapan padi secara organik yang telah dibuktikan mempunyai produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan usahatani padi secara konvensional. Petani yang berpendidikan tinggi
akan lebih terbuka dalam menerima informasi dan menerima perubahan teknologi mengenai
pengelolaan usahataninya (Kusnadi et al. 2011). Sementara Rukka (2006) menambahkan bahwa
tingkat pendidikan formal petani sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam
merespon suatu inovasi. Makin tinggi tingkat pendidikan formal petani diharapkan makin
rasional dalam pola pikir dan juga daya nalarnya. Rata-rata tingkat pendidikan formal yang
ditempuh oleh petani padi di daerah penelitian yaitu sampai jenjang tamat SD (6 tahun). Dengan
rata-rata tingkat pendidikan tamat SD yang telah dicapai oleh petani, maka di simpulkan bahwa
tidak ada petani yang buta aksara lagi. Dengan demikian petani dapat meningkatkan
pengetahuannya melalui pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, dan mencari sumber-
sumber pengetahuan baru dari berbagai media, baik cetak, maupun elektronik.
Pengalaman usahatani secara organik berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik
pada signifikansi α = 0.05 (5%). Variabel pengalaman berusahatani yang berbanding lurus
dengan meningkatnya produksi padi organik. Hal ini diduga karena semakin lama petani
membudidayakan padi secara organik, maka pengetahuan dan pengalaman tentang teknik
membudidayakan tanaman padi semakin baik. Hal ini juga disebabkan karena rata-rata lahan
yang di garap oleh petani telah melewati masa transisi 2 tahun. Rata-rata pengalaman petani
responden dalam usahatani secara organik adalah 7.5 tahun. Lahan yang telah lama diusahakan
secara organik dalam jangka panjang akan meningkatkan produktivitas lahan tersebut. Hal ini
berhubungan dengan semakin membaiknya kesuburan tanah dengan adanya pengolahan lahan
yang baik. Nurani (2014) juga berkesimpulan bahwa pengalaman petani dalam berusahatani
padi organik berpengaruh positif terhadap tingkat efisiensi teknis produksi pada taraf α = 0,05
persen yang menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman petani berusahatani padi organik,
maka akan meningkatkan efisiensi produksinya seiring dengan semakin membaiknya kesuburan
tanah dengan adanya penggunaan pupuk organik.
Variabel luas lahan merupakan variabel yang paling memberikan respon terhadap
produksi padi organik. Rata-rata luas lahan yang digarap oleh petani respon adalah 0.33 hektar,
tergolong sempit (< 0.50 hektar). Hal ini menunjukkan bahwa upaya perluasan lahan padi
organik perlu untuk diperhatikan dalam upaya peningkatkan produksi padi organik.
Penambahan luas lahan tanam padi organik hanya dapat ditingkatkan jika petani bisa menyewa
lahan lain. Kendala yang terjadi adalah bahwa lahan yang hendak disewa belum memperoleh
sertifikasi lahan organik dan juga belum melalui proses transisi lahan sesuai dengan standar SNI
organik yakni suatu lahan bisa dikategorikan organik jika telah melalui masa transisi selama dua
tahun.
Kesimpulan
Hasil analisis degan menggunakan regresi linier dengan metode OLS diperoleh bahwa
berdasarkan pengujian secara simultan (uji F), foktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap
produksi padi organik di Kabupaten Tasikmalaya yaitu umur, pendidikan formal petani,
pengalaman berusahatani padi, pengalaman berusahatani secara organik, luas lahan, keaktifan
petani dalam kelompok tani, intensitas mengikuti penyuluhan, dan tingkat penerapan teknologi
organik sesuai dengan standar SNI berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik. Diantara
beberapa faktor tersebut, berdasarkan uji t, maka diperoleh faktor yang paling berpengaruh
terhadap produksi padi organik di Kabupaten Tasikmalaya adalah faktor pendidikan formal
petani (rata-rata petani responden telah menempuh pendidikan SD, pengalaman berusahatani
secara organik (rata-rata 7.5 tahun) dan luas lahan petani (rata-rata 0.33 Hektar).
Saran
Peningkatan sumberdaya petani perlu lebih ditingkatkan lagi bukan saja melalui
pendidikan formal tapi juga dapat dilakukan melalui pendidikan non formal seperti kursus-
kursus, dan pengembangan program sekolah lapang. Penyuluhan yang intensif diharapkan dapat
memotivasi petani untuk terus mengembangkan usahatani padi organik. Dalam upaya untuk
meningkatkan produksi padi organik, sebaiknya Pemerintah lebih memperluas areal yang lahan
organik yang memang ditujukan untuk budidaya padi organik.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.R., and G. Feder. 2003. “Rural Extension Services.” World Bank Policy Research
Working Paper 2976, prepared for the Handbook of Agricultural Economics Vol. 3.
Washington, D.C.: World Bank.
[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. 2010. Beras organik berwarna warni
[internet]. Agustus 2010; [diunduh 27 Februari 2015]. Persedia pada :
http://www.diperta.jabarprov.go.id
Fauziyah, E. 2010. Pengaruh Perilaku Risiko Produksi Petani Terhadap Alokasi Input
Usahatani Tembakau : Pendekatan Fungsi Produksi Frontir Stokastik [Disertasi].
Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. McGraw-Hill, New York.
Gultom L.2014.Analisis efisiensi teknis usahatani padi semi organik di Kecamatan Cigombong
Kabupaten Bogor [tesis].IPB, Bogor.
Haryani.2009. Analisis efisiensi usahatani padi sawah pada program pengelolaan tanaman dan
sumberdaya terpadu di Kabupaten Serang Propinsi Banten [Tesis]. IPB, Bogor.
Kusnadi N, Tinaprilla N, Susilowati, dan Purwoto. 2011. Analisis efisiensi usahatani padi di
beberapa sentra produksi padi di Indonesia. JAE,29 (1):25-48.
Machmuddin N, Kusnadi N, Syaukat Y.2017.Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi
Organik dan Konvensional di Kabupaten Tasikmalaya. Forum Agribisnis, Vol 6 (2) :
145-160.
Mayrowani H.2012.Pengembangan pertanian organik di Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan
kebijakan Pertanian, Bogor.
Nurani L E. 2014. analisis efisiensi teknis padi organik di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor (ID)
: Institut Pertanian Bagor.
Prayoga, A. 2010. Produktivitas dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Organik Lahan Sawah.
JAE, 28(1): 1-16.
Rukka, H., Buhaerah dan Sunaryo. 2006. hubungan karakteristik petani dengan respon petani
terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah (Oryza sativa L.). Jurnal
Agrisistem, 2(2006): 23-31.
Yasin M, Ashfaq, Adil, and Bakhsh.2014.Profit efficiency of organic vs conventional wheat
production in rice-wheat zone of Punjab, Pakistan. J. Agric. Res.52(3):431-452.