154 424 1 PB
154 424 1 PB
154 424 1 PB
net/publication/360008414
Article in Irsyad Jurnal Bimbingan Penyuluhan Konseling dan Psikoterapi Islam · April 2022
CITATIONS READS
0 658
3 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Afaf Wafiqoh Nusaibah on 18 April 2022.
Abstract
Guidance and counseling is a place to improve certain objects, namely humans who
have problems with themselves. There are two objects that exist in guidance and
counseling, namely, a counselor and counselee. The simple explanation is that the
counselor is an expert who handles problems that are being experienced by the counselee
or client, while the counselee is someone who needs therapy for his problems and is also
known as the client. The purpose of this study is to discuss humanistic therapy in an
existential perspective and Islamic counseling. The research carried out in writing this
article uses the library research method, the research process carried out by collecting
various data collection literature and information related to the themes taken in this
study. Documents used as a source of research data by using some scientific literature in
the form of books, journals and websites that support it. Existential in humanism is
something that is very close to even related to existing Islamic values, in existentialism it
assumes that a person has the right to act and make any decisions, this is also in
accordance with existing Islamic values which assume that a person's personality has the
rights of each, while Allah is the God who wills. The existence of knowledge about
mental health can help a person to be able to run his life well, one of which is to make it
easier for someone to socialize with their environment, for example having a good
socialization attitude, that is, if there are new people, we will easily adapt ourselves, if
there is a problem. What happens in our environment, we can contribute in addressing
the existing problems, and if there is someone who humiliates or destroys us mentally,
we can easily fortify ourselves.
Abstrak
Bimbingan dan konseling merupakan wadah untuk memperbaiki objek
tertentu yaitu manusia yang memiliki permasalahan-permasalahan pada
dirinya. Terdapat dua objek yang ada dalam bimbingan dan konseling
77
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
Pendahuluan
Bimbingan dan konseling merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bisa
terbilang sebagai ilmu pengetahuan yang sifatnya dpat menyeseuaikan dengan
suatu zaman. Ilmu pengetahuan bimbingan dan konseling ini sangat berguna bagi
berbagai aspek lembaga maupun individu dari seseorang. Lembaga yang sangat
membutuhkan suatu pengajaran maupun aspek bimbingan dan konseling adalah
lembaga pendidikan, bahkan secara langsung sekolah memberikan kesempatan
kepada setiap siswanya untuk mendapatkan pengetahuan maupun layanan
bimbingan konseling. Dikarenakan dengan adanya bimbingan dan konseling ini
membentuk seseorang untuk bisa berfikir secara masuk akal dalam memenuhi
suatu keinginan yang diinginkannya tersebut (Alfaiz, 2018).
78
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
79
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
80
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
81
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
menganalisis dari berbagai sumber yang ada, untuk menghasilkan penelitian yang
utuh dan baru. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membahas subtansial-
subtansial pembahasan eksistensial humanistik dalam bimbingan dan konseling
Islam secara komprehensif dan mudah dipahami oleh pembaca. Perpaduan teori
esksistensial humanistik dengan sumber ajaran Islam, menjadikan artikel ini
menarik untuk dikaji oleh pembaca, karena adanya pengintegrasian antara
keduanya. Hasil paradigma ini, penulis berharap dapat menambah wawasan
keilmuan bagi pembaca khususnya dalam melakukan suatu bimbingan dan
koseling perspektif Islam generasi muslim maupun cendekiawan muslim.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan artikel ini menggunakan metode
library research (riset kepustakaan) dimana proses penenelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan berbagai literatur pengumpulan data dan informasi yang
berkaitan denga tema yang diambil dalam penelitian ini. Dokumen yang dijadikan
sebagai sumber data penelitian dengan menggunakan beberapa literatur ilmiah baik
berupa buku, jurnal, dan website yang mendukung. Penulis dalam penyusunannya
dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu menjabarkan secara kritis dan
dianalisis pada sumber data dengan teori yang telah ada dalam penelitian
terdahulu. Pada teknik pengumpulan daya, penelitian yang dilakukan yaitu dengan
mengidentifikasi sumber-sumber yang mendukung dalam penelitian ini berupa
artikel jurnal, website, maupun sumber lainnya yang terdapat kaitan dengan tema
yang diangkat oleh peneliti. Peneliti selanjutnya mengkaji dari sumber-sumber
tersebut dan melakukan analisis agar diperoleh pengkajian terhadap permasalahan
dalam penelitian ini (Labiba et al., 2021)
82
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
83
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
jika dalam hati seorang muslim terdapat keimanan dimana dengan selalu
mengingat Allah SWT, maka Allah SWT akan memeberikan kepada hambanya
sebuah ketentraman jiwa. Hal tersebut sangat perlu kita pahami bahwa sebagai
manusia mengerti peranan agama dapat menjadi terapi kesehatan terhadap mental
manusia, dapat mengelola stress dengan baik dan mencegah dari penyakit jiwa.
Allah SWT juga menajanjikan bahwa akan diberikan kebahagiaan kita di dunia
dan di akhirat. Agama Islam adalah agama yang diharuskan untuk menjaga
hubungan baik yaitu habluminallah dan habluminannas. Habluminallah dengan
menjaga hubungan baik dengan Tuhannya dan Habluminannas dengan menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia. Jika kedua hal tersebut dapat
terimplikasikan ke dalam diri manusia, maka peranan agama Islam sangat
membantu manusia untuk menjaga kesehatan jiwanya (Hasanah & Haziz, 2021).
84
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
85
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
86
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
konselor serta pelaku yang kedua adalah si klien. Konselor dalam membantu klien
yaitu dengan memberikan harapan yang baik serta sikap peduli yang tinggi kepada
klien sehingga klien bisa menumbuhkan rasa percaya kepada konselor, sehingga
jika seorang klien sudah memberikan suatu kepercayaan kepada si konselor maka si
klien akan sedikit demi sedikit menyampaikan dengan jujur bagaimana keadaan
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan permasalahan yang dialami oleh
klien, sehingga konselor akan sigap membantu harus bagaimana langkah dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang dialaminya.
Oleh karena itu, bimbingan dan konseling menyediakan pelayanan untuk
klien yang bermasalah, bertujuan supaya klien menemukan kembali jati diri
maupun potensi yang dimiliki, sehingga klien menjadi pribadi yang mandiri dan
mampu bertanggungjawab akan kehidupan dirinya sendiri. Kemudian, berkaitan
dengan bimbingan dan konseling Islam, memiliki definisi yang serupa, namun,
bimbingan dan konseling Islam tidak hanya bertujuan supaya klien dapat menjadi
pribadi mandiri dan bertanggungjawab pada dirinya, tetapi adanya penambahan
dari sisi definisi yaitu menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT,
menjalani kehidupan sesuai ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadits (Husni, 2021).
Adanya sebuah konseling dalam terapi humasistik dapat menolong klien
untuk memberikan pendalaman dalam memahami dirinya sendiri. Dalam hal ini,
konselor harus bisa memberikan sebuah layanan yang bisa disesuaikan dengan
kondisi dari klien itu sendiri (Khairani & Sulastri, 2016). Seorang konselor harus
bisa memahami dengan betul bagaimana kondisi dari klien yang ada agar konselor
bisa tahu harus bagaimana dirinya agar bisa bertindak dalam menyikapi
permasalah yang ada pada klien. Ada beberapa teknik dalam penerapan konseling
humanistik tetapi di dalam suatu teknik yang ada terdapat pula prinsip-prinsip
konseling humanistik menurut Pranajaya et al. (2020) yaitu diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Dapat menciptakan sebuah hubungan yang baik antara konselor dengan klien,
tujuannya agar klien bisa memberikan sebuah keterbukaan dirinya sendiri.
b. Dapat menjadikan klien menjadi seseorang yang dapat menerima dirinya
sendiri baik itu kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.
87
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
c. Dapat memperkuat kerentanan emosi klien, yang dapat menyadarkan diri klien.
d. Dapat mencari sebuah solusi dari permasalahan yang dialami si klien, maksud
serta tujuannya adalah agar si klien bisa menjadi pribadi yang mandiri karena
dalam terapi ini klien diberikan suatu kebebasan untuk bisa menentukan pilihan
maupun tanggung jawabnya.
e. Dapat membangun sebuah emosi serta potensi yang positif pada diri klien, yaitu
dapat membantu klien untuk membangun sebuah potensi serta pilihan yang
dipilih klien sendiri.
Manusia dalam pandangan ajaran Islam adalah seorang khalifah atau
pemimpin di dunia ini. Allah SWT menganugerahkan segala potensi untuk
manusia sendiri, manusia diberikan potensi yang sempurna oleh Allah SWT karena
manusia adalah makhluk yang sangat sempurna. Allah SWT memberikan akal
untuk berfikir, suatu keimanan, alat panca indera, suatu perasaan untuk merasa ke
dalam diri seorang manusia. Manusia hidup di dunia ini juga diberi kebebasan oleh
Allah SWT untuk melakukan berbagai perbuatan sesuai dengan kehendak yang
dimilikinya, tetapi harus disertai pula dengan rasa tanggung jawab setelah
melakukan kehendaknya tersebut. Dalam hal tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pernyataan tersebut sejalan dengan adanya bimbingan konseling Islam
dalam memandang terapi humanistik. Dikatakan sejalan karena dalam proses
penerapan terapi humanistik di dalamnya memandang pada diri seorang manusia
itu sendiri, yaitu seperti diri sendiri harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik, diri
sendiri pasti memiliki potensi atau kemampuannya masing-masing dan melakukan
berbagai tindakan yang diinginkannya namun harus disertai dengan tanggung
jawab (Pranajaya et al., 2020).
Simpulan
Manusia yang mempunyai rasa sadar untuk mati mempunyai peran yang
penting dalam dirinya sendiri, sebab dengan kesadaran hal itu manusia dapat untuk
berfikir, bahwa dirinya mempunyai waktu yang terbatas dalam merealisasikan
potensi-potensi yang dimilikinya, penciptaan makna, manusia adalah sebagai
makhluk yang dapat menentukan tujuan kehidupan dan membuat nilai-nilai yang
88
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
bermakna bagi kehidupan, karena itu sering sekali manusia disebut sebagai
makhluk yang unik. Adanya pengetahuan mengenai kesehatan mental dapat
membantu seseorang untuk bisa menjalankan kehidupannya dengan baik salah
satunya yaitu dapat memudahkan seseorang bersosialisasi dengan lingkungannya.
Dalam terapi humanistik dalam persepktif eksistensial dan konseling, kedua
perspektif tersebut memiliki sebuah hubungan yang erat. Keduanya sama-sama
terapi yang bisa dijadikan acuan dalam terapi humanistik ini. Dalam terapi
humanistik eksistensial, seorang individu harus bias memahami dirinya sendiri
sehingga nantinya bias menumbuhkan suatu gagasan, perilaku dan lain
sebagainnya. Sedangkan dalam konseling Islam, terapi humanistik dibantu oleh
konselor untuk bisa menyelesaikan suatu permasalahan yang ada, serta melibatkan
pegangan Islam berupa Al-Qur’an Hadis dalam proses terapi yang ada.
Daftar Pustaka
Hayat, A. (2017). Bimbingan Konseling Qur’ani. Pustaka Pesantren.
Achmat, Z., & Pramono, A. (2016). Intervensi Care Support Treatment Bersasaran
Anak dengan HIV/AIDS: Sebuah Model Pendekatan Humanistik Bagi
Anak dan Lingkungannya dalam Menghadapi Stigma. Jurnal Perempuan Dan
Anak, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.22219/jpa.v1i1.2746
Alfaiz, A. (2018). Guidance and Counseling Profession: A Philosophy and
Professional Challenges In the Future. COUNS-EDU: The International
Journal of Counseling and Education, 3(2), 41–47.
https://doi.org/10.23916/0020180313420
Amalia, R. (2016). Penerapan Konseling Eksistensial Humanistik Berbasis Nilai
Budaya Minangkabau dalam Kesetaraan Gender untuk Meningkatkan Self-
Esteem Pada Remaja Putri. Jurnal Bimbingan Konseling Ar-Rahman, 2(01), 1–
8.
Anwar, M. F. (2011). Terapi Eksistensial Humanistik Dalam Konseling Islam.
Jurnal Holistik, 12(1), 157–175.
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/holistik/article/view/81
Dharsana, I. K. (2017). Personal development counseling through superior
cognitive with modeling Vasudeva Krishna and glorious Bhisma. Bisma The
Journal of Counseling, 1(2), 60. https://doi.org/10.23887/128222017
Erlangga, E. (2017). Individual counseling to argue in social media. COUNS-EDU:
The International Journal of Counseling and Education, 2(1), 35.
https://doi.org/10.23916/002017023810
89
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
Fitri, Q., Mahmud, A., & Saman, A. (2019). Penerapan Pendekatan Konseling
Eksistensial Humanistik untuk Mengurangi Perilaku Hedonis Siswa di
SMAN 10 Makassar. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(1), 41–52.
https://doi.org/10.15575/psy.v6i1.3453
Hasanah, W. O., & Haziz, F. T. (2021). Implementasi Teori Humanistik Dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental. Jurnal Nosipakabelo, 2(2), 79–87.
Hasna, A. (2019). Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Eksistensial-
Humanistik Untuk Melatih Penyesuaian Diri Melalui Randai Dari
Minangkabau. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 15(1), 124–139.
Khairani, B. N. C., & Sulastri, N. M. (2016). Pengaruh Layanan Konseling
Humanistik Terhadap Perilaku Agresif Pada Siswa Kelas XI IPS-4 Di SMA
Negeri 7 Mataram. Jurnal Realita Bimbingan Dan Konseling, 6(July), 1–23.
Khoiriyah, Z. (2018). Pendekatan Eksistensial-Humanistik konsep diri perempuan
Jawa dalam menghadapi Coping Stress. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan
Dan Konseling, 2(1), 241–248.
Labiba, Z., Afifah, S., Tambak, H. N. (2021). Implementasi Pendekatan Psikologi dan
Pendekatan Sosiologi dalam Kajian Pendidikan Islam. 2(11), 2001–2012.
Husni, M. (2021). Landasan bimbingan dan konseling dalam Perspektif Islam.
Jurnal: Al-Ibrah, 6(1), 103–124.
Pranajaya, S. A., Firdaus, A., & Nurdin, N. (2020). Eksistensial Humanistik dalam
Perspektif Bimbingan Konseling Islam. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 3(1), 27. https://doi.org/10.24014/0.8710513
Prasetya, M. A. (2014). Korelasi Antara Bimbingan Konseling Islam dan Dakwah.
Addin, 8(2), 409–424.
Sa’adah, D. Z. (2020). Konseling Eksistensial Humanistik untuk Mengurangi
Kecemasan Terhadap Masa Depan. Procedia : Studi Kasus Dan Intervensi
Psikologi, 8(3), 112–118. https://doi.org/10.22219/procedia.v8i3.14303
Syahid, A., & Devianti, R. (2019). Terapi Stres Perspektif Pendidikan Islam. AL-
LIQO: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 43–53.
https://doi.org/10.46963/alliqo.v4i1.15
90