JKIKT Vol 1 No 2 2019 A

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.

php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

AKTIVITAS FRAKSI NONPOLAR DARI EKSTRAK ETANOL AKAR


DADANGKAK (Hydrolea spinosa L) TERHADAP PENURUNAN
KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS JANTAN YANG DIINDUKSI
ALOKSAN
Activity of Nonpolar Fraction From Ethanol Extract of Dadangkak
Root (Hydrolea spinosa L) to Decrease Blood Glucose Levels of
Male Rat Induced By Aloxan

Muhammad Zaini1, Jhudi Bonosari Soediono1, Vivi Shofia2, Amalia Ajrina2


1
Program Studi D-III Farmasi Politeknik Unggulan Kalimantan
2
Program Studi D-III Analis Kesehatan Politeknik Unggulan Kalimantan
Email: [email protected]

ABSTRACT

The roots of Dadangkak (Hydrolea spinosa L.) empirically have been used by Kalimantan
people to cure diabetes. The purpose of this research is to examine the effect of fractions
ratio from ethanol extract. The research started from extraction of the roots of Dadangkak
(250 grams) by materation using ethanol. From that extraction yielded 16.62 grams of
ethanol extract. Ethanol extract had been fractionated with n-hexane and petroleum ether.
The antidiabetic assay using 20 Wistar mice that had been divided into 4 groups : Aquadest
2 ml/200 grams of weight is given to the first group, Glibencalmide 0.45 mg/kg BW is given
to the second group, n-hexane fraction 100 mg/kg BW is given to the third group and
petroleum eter 100 mg/kg BW is given to the forth group. Before all of groups had been
given treatments, the mice had been induced by Aloxan 150 mg/kg BW intraperitoneally.
The forth day after being induced, mice also given control and fractions treatments for 7
days perorally. The measurement of blood glucose level had been done at the first, forth,
and twelfth day after being induced using Gluco-DR. The blood glucose level had been
tested by SPSS with 95% confidence level. The result of this research showed the average
of blood glucose level by the n-hexane fraction is 189,8 ± 13,59 mg/dL and petroleum ether
is 437,6 ± 8,98 mg/dL. n-hexane fraction could decrease the blood glucose level of mice
significantly (sig<0.05) compared to the control group. On the other side, the giving of
petroleum ether fraction is not showing the decrease of blood glucose level significantly
(sig>0.05).

Keywords : dadangkak roots, n-hexane fraction, petroleum ether fraction, antidiabetic,


aloxan

ABSTRAK

Akar Dadangkak (Hydrolea spinosa L) secara empiris digunakan oleh masyarakat


Kalimantan Selatan sebagai obat antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efek antidiabetes fraksi nonpolar dari ekstrak etanol akar dadangkak. Penelitian dimulai
dengan ekstraksi akar dadangkak (250 gram) secara maserasi dengan etanol, diperoleh
ekstrak etanol (16,62 g). Ekstrak etanol difraksinasi dengan n-Heksan dan Petroleum Eter.
Uji antidiabetes menggunakan tikus wistar jantan 20 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok
Perlakuan. Kelompok I diberi akuades 2 mL/200 g BB ; kelompok II diberi Glibenklamid 0,45
mg/kgBB ; Kelompok III diberi fraksi n-heksan 100 mg/kg BB dan kelompok IV diberi fraksi
Petroleum eter 100 mg/kg BB. Sebelum diberi perlakuan, tikus diinduksi Aloksan dengan

1
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal. Hari ke-4 setelah induksi, tikus diberi perlakuan
kontrol dan fraksi-fraksi selama 7 hari secara peroral. Pengukuran kadar glukosa darah
dilakukan pada hari ke-1, 4 dan 12 menggunakan Gluco-DR. Kadar glukosa darah diuji
dengan SPSS taraf kepercayaan 95 %. Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata penurunan
glukosa darah oleh fraksi n-heksan adalah 189,8 ± 13,59 mg/dL dan fraksi petroleum eter
adalah 437,6 ± 8,98 mg/dL. Fraksi n-heksan mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus
secara signifikan (sig<0.05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol. Sedangkan
pemberian fraksi Petroleum eter tidak menujukkan penurunan glukosa darah yang
signifikan (sig>0.05).

Kata kunci : akar dadangkak, fraksi n-heksan, fraksi petroleum eter, antidiabetes,
aloksan

PENDAHULUAN

Penyakit Diabetes mellitus diperkiarakan pada tahun 2030 menempati pertingkat ke-7
penyebab kematian dunia dan di Indonesia diperikarakan tahun 2030 akan memiliki
penderita Diabetes mellitus sebanyak 21,3 juta jiwa (DepKes RI, 2011). Prevalensi kejadian
Diabetes mellitus yang tinggi membuat penyakit ini menjadi perhatian khusus terutama
dalam mencari solusi pengobatan yang tepat.
Kalimantan Selatan yang terkenal melimpahnya kawasan lahan basah, dengan kawasan
hutan mencapai 1.659.003 ha (Portal Nasional RI, 2010) sangat potensial untuk
dikembangkan tanaman herbal berbasis kearifan lokal. Akar tumbuhan Dadangkak adalah
contoh tumbuhan obat yang terbukti secara empiris berhasil menyembuhkan kasus Diabetes
Mellitus warga Kalimantan Selatan yang sampai saat ini belum pernah dikaji secara ilmiah.
Kajian ilmiah mengenai aktivitas akar Dadangkak (Hydrolea spinosa L) dilakukan untuk
membuktikan khasiat yang terkandung dari akar dadangkak sebagai antidiabetes.
Penggunaan pelarut nonpolar telah diteliti sebelumnya mampu menarik kandungan kimia
berpotensi antidiabetes dengan baik. Penelitian oleh Muhammad et al (2015) menguji fraksi
n-heksan dan kloroform dari daun Ceiba pentandra menunjukkan efek yang sangat potensial
sebagai agen hipoglikemik dan hipolipidemik pada tikus putih. Penggunaan fraksi PE
Phaeranthus indicus Linn mampu mereduksi secara signifikan kadar glukosa darah tikus
yang diinduksi aloksan (Jha et al, 2010).
Akar dadangkak diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 70 % sehingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak etanol kemudian difraksinasi dengan pelarut nonpolar
secara bertingkat yaitu dengan n-heksan dan petroleum eter (PE). Fraksi kental yang
diperoleh diujikan terhadap tikus jantan galur wistar yang dibuat diabetes dengan aloksan
150 mg/kgBB (i.p). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
fraksi n-heksan dan PE terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus jantan yang diinduksi
aloksan sehingga diketahui efektivitas fraksi nonpolar akar dadangkak sebagai antidiabetes.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus jantan galur wistar, akar
dadangkak, Aloksan, akuades, etanol 70 %, etil asetat teknis, n-heksan teknis, metanol,
pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, asam sulfat, asam asetat anhidrat, FeCl3.

2
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

Alat
Alat-alat yang digunakan adalah beaker glass (pyrex), tabung reaksi, rak tabung reaksi,
bunsen, kaki tiga, neraca analitik, Gluco-DR, strip Gluco-DR, bejana maserasi, Vortex,
Waterbath, Corong pisah, Spuit injeksi 1 mL dan 3 mL, sonde oral, Vacum Rotary
Evaporator, pipet volume, pipet tetes dan kandang tikus.

Pengolahan Simplisa
Tumbuhan dadangkak diperoleh dari Kota Marabahan, Kalimantan Selatan. Pengambilan
sampel adalah seluruh bagian tumbuhan dadangkak, kemudian dipisahkan antara akar dan
bagian lainnya. Akar dadangkak berwarna coklat dengan tekstur lembek dicuci bersih
dengan air mengalir. Pencucuian ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang
menempel pada bagian akar.
Sampel dipotong kecil dengan alat pemotong dan dikeringkan dengan cara dikering
anginkan. Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dan mengurangi risiko
kerusakan bahan akibat kontaminasi bakteri. Sampel kering dikecilkan menjadi ukuran
serbuk kasar dengan blender. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi.
Simplisia serbuk kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Ekstraksi dan Fraksinasi


Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstraksi dingin yaitu secara
maserasi. Serbuk simplisa ditimbang sebanyak 250 gram dan dimasukkan dalam wadah
maserasi. Ekstraksi dilakukan selama 3 hari menggunakan pelarut etanol 70 % dengan
sesekali dilakukan pengadukan. Ekstrak kemudian dikentalkan dengan Vacum Rotary
Evaporator yang mampu menguapkan ekstrak dibawah titik didih dari pelarut sehingga
diperoleh ekstrak kental akar dadangkak.
Hasil maerasi kemudian dilakukan fraksinasi bertingkat dengan pelarut n-heksan dan PE.
Fraksi kemudian dikentalkan dengan Vacum Rotary Evaporator dan dipektakan dengan
waterbath.

Uji Aktivitas Antidiabetes


Uji aktivitas antidiabetes menggunakan tikus jantan galur wistar, berumur 2 – 3 bulan
dengan berat badan 200 – 250 gram. Hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok masing-
masing 5 ekor yaitu Kelompok I : akuades 2 mL/200 gBB ; Kelompok II : glibenklamid 0,4525
mg/kg BB ; Kelompok III : fraksi PE akar dadangkak 100 mg/kgBB dan Kelompok IV : fraksi
n-heksan akar dadangkak 100 mg/kgBB peroral. Sebelum dilakukan pengukuran kadar
glukosa darah, hewan coba dipuasakan selama 16 jam. Selama dipuasakan, sekam
dikeluarkan dari kandang, agar tidak dimakan oleh hewan coba.
Semua kelompok diberi aloksan 150 mg/kgBB pada hari pertama perlakuan untuk
menaikkan kadar glukosa darah. Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan
menggunakan Gluco-DR. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan lagi pada hari ke -4
dimaksudkan untuk mengetahui apakah kadar glukosa darah sudah naik. Pengambilan
darah dilakukan pada pembuluh darah ekor hewan coba Jika kadar glukosa darah sudah
naik (rentang DM) pada hari ke-4 Pemberian sediaan uji pada hewan coba diberikan pada
hari ke-5 sampai dengan hari ke-11. Pengukuran glukosa darah selanjutnya dilakukan pada
hari ke-12. Kadar glukosa darah yang telah diperoleh masing-masing fraksi dibandingkan
dan di analisis dengan SPSS taraf kepercayaan 95 % sehingga diperoleh fraksi yang
memberikan efek terbesar sebagai antidiabetes.

3
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Akar dadangkak diperoleh dari Kota Marabahan, provinsi Kalimantan Selatan. Serbuk
akar dadangkak 250 gram diekstraksi secara maserasi dengan etanol 70 % diperoleh
ekstrak kental 16,62 gram dengan rendemen 6,6 %. Hasil fraksinasi terhadap ekstrak etanol
10 gram diperoleh rendemen fraksi n-heksan sebesar 15,5 % dan fraksi PE 14,4 %. Uji
kualitatif terhadap fraksi n-heksan dan PE diperoleh fraksi n-heksan positif mengandung
saponin dan tanin, sedangkan fraksi PE positif terhadap keberadaan saponin.

Hasil Aktivitas Antidiabetes


Pengujian efek antidiabetes dilakukan dengan alat Gluco-Dr untuk menilai kadar glukosa
darah tikus. Induksi DM menggunakan Aloksan yang diberikan secara intraperitoneal
dengan dosis 150 mg/kgBB. Penelitian ini merupakan permodelan Diabetes tipe I dimana
terjadi kerusakan pankeras akibat senyawa diabetogenik. Aloksan mampu merusak sel β
Langerhans yang menyebabkan limfosit dapat merembes ke Langerhans pankreas. Hal itu
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses autoimun yang biasa terjadi pada kasus
diabetes tipe I (Nugroho, 2006).
Perlakuan pada tikus dilakukan pada 5 kelompok dengan jumlah per kelompok adalah 5
tikus. Pengujian dilakukan terhadap akuades 2 mL/200 gBB sebagai kontrol negatif,
glibenklamid 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif, fraksi n-heksan dan PE 100 mg/kgBB
sebagai kelompok uji. Dosis fraksi akar dadangkak yang digunakan dalam penelitian adalah
berdasarkan dosis empiris manusia sebanyak 1 genggam serbuk kering yaitu ± 8 gram.
Dosis untuk tikus diperoleh dengan melakukan konversi dosis dengan faktor konversi adalah
sebesar 0,72 g/kgBB. Mengacu pada rendemen fraksi rata-rata adalah 15 %, maka
diperoleh dosis fraksi sebesar 108,6 mg/kgBB. Dosis fraksi 100 mg/kgBB ditetapkan
sebagai dosis uji.
Data yang diperoleh berupa kadar glukosa darah tikus pada hari ke-1, 4 dan 12.
Pemberian kelompok kontrol dan uji dilakukan secara peroral dengan dosis yang
disesuaikan dengan berat badan tikus diberikan pada hari ke-5 sampai hari ke-11. Hasil uji
antidiabetes berupa rata-rata kadar glukosa darah tikus disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Kadar rata-rata glukosa darah tikus


Perlakuan Rata-Rata Kadar glukosa (mg/dL) Hari ke-
No
1 4 12
1 Kontrol Negatif 91 452.2 447.6
2 Kontrol Positif 82.4 485.6 140
3 Fraksi PE 100 mg/kgBB 83.6 430 437,6
4 Fraksi n-heksan 100 mg/kgBB 88.8 454.8 189,8

Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata
sebelum pemberian aloksan (hari ke-1) berada pada rentang normal. Pada hari ke-4 semua
kelompok menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah yang tinggi. Kelompok kontrol
negatif memperlihatkan kenaikan rata-rata kadar glukosa darah hingga hari ke-12 perlakuan.
Kontrol positif mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga 140 mg/dL pada hari ke-12.
Fraksi n-heksan menunjukkan penurunan kadar glukosa hingga 189,8 mg/dL dan fraksi PE
menunjukkan kadar glukosa darah yang tinggi dan stabil yaitu 437,6 mg/dL pada hari ke-12.

4
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

Kadar glukosa rata-rata tikus kemudian diolah dalam bentuk grafik untuk menunjukkan
perbedaan antar perlakuan. Perbandingan rata-rata kadar glukosa darah tikus dapat dilihat
pada gambar 1.

Waktu (hari)

Gambar 1. Grafik kadar glukosa darah rata-rata setiap kelompok

Hasil dari grafik kadar glukosa darah rata-rata setiap kelompok menunjukkan
kelompok kontrol negatif dan fraksi PE relatif tidak mengalami penurunan kadar glukosa
darah hingga hari ke-12 pengamatan. Rata-rata kadar glukosa darah kelompok kontrol
positif menunjukkan hasil penurunan terbesar yang diikuti oleh frkasi n-heksan. Hal ini
tergambar pada hasil plot data hari ke-12 pada gambar 2.

Gambar 2. Kadar glukosa rata-rata kelompok perlakuan hari ke-12

Analisis data menggunakan program SPSS versi 20 meliputi data kadar glukosa
darah pasca pemberilan perlakuan (hari ke-12) dengan uji normalitas Kolmorgov-Smirnov
menunjukkan data yang terdistribusi secara normal (sig>0,05) dan uji homogenitas Levene
data yang diujikan homogen (sig>0,05). Berdasarkan hasil uji tersebut, maka analisis
dilanjutkan menggunakan uji One way. Hasil Uji One way Avova menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan (sig<0,05). Uji dilanjutkan dengan
Tukey HSD untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan. Ringkasan hasil uji Tukey HSD
dapat dilihat pada tabel 2.

5
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

Tabel 2. Hasil uji Tukey HSD


Kelompok Rata-rata kadar Glukosa Darah (mg/dL)
Kontrol Negatif 447,6 ± 9,53c
Kontrol Positif 140,0 ± 13,76a
Fraksi PE 437,6 ± 8,98c
Fraksi n-Heksan 189,8 ± 13,59b
Ket : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata (p<0.05)

Rata-rata kadar glukosa darah tikus kelompok kontrol dapat dijadikan standar untuk
menentukan adanya peningkatan dan penurunan karena pengaruh perlakuan. Hasil uji
Tukey HSD menunjukkan terjadi perbedaan bermakna antara kelompok kontrol positif
dengan kelompok yang lain (sig<0,05). Kelompok kontrol negatif dinyatakan tidak berbeda
bermakna dengan kelompok fraksi PE (sig>0,05). Sedangkan kelompok fraksi n-heksan
menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif (sig<0,05).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok fraksi PE memberikan efek yang sama dengan
kontrol negatif dan tidak mampu menunjukkan aktivitas antidiabetes sedangkan fraksi n-
heksan mampu memberikan aktivitas antidiabetes yang ditunjukkan dengan nilai glukosa
darah rata-rata tikus yang mengalami penurunan dan dinyatakan berbeda dengan kontrol
negatif.
Kemampuan fraksi n-heksan dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes
diduga merupakan kontribusi senyawa kimia yang berhasil terekstraksi ke dalam fraksi
tersebut. Senyawa saponin dan tanin menunjukkan hasil positif pada uji kualitatif. Penelitian
sebelumnya menyebutkan bahwa senyawa saponin dari buah S. Anguivi mampu
menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik), hipolipidemik dan bersifat antioksidan
(Elekofehinti et al, 2013). Saponin dilaporkan pada berbagai penelitian memiliki mekanisme
meningkatkan kadar insulin plasma dengan menginduksi pelepasan insulin, inhibisi aktivitas
diasaccharide, penghambatan α-glucosidase dan menghambat ekspresi mRNA dari
glycogen phosphorylase dan glucose 6 phosphat (Lavle et al, 2016).
Tanin telah banyak diteliti aktivitasnya sebagai antidiabetes. Tanin mampu menurunkan
kadar glukosa darah dengan menghambat enzim α-amylase dan α-glucosidase dan bersifat
antioksidan (Kunyanga et al, 2011). Tanin bersifat sebagai antioksidan dengan menangkap
radikal bebas yang sangat potensial pada berbagai tumbuhan sebagaimana penelitian
Kumari & Jain (2012) tanin dapat memperbaiki keadaan stres oksidatif pada kondisi DM.
Tanin dan saponin diduga sebagai senyawa yang berpotensi menurukan kadar glukosa
darah dengan mekanisme antioksidan yang mana dapat menangkap radikal bebas
(hidroksil) yang diproduksi ketika terjadi kerusakan sel yang diprantarai oleh aloksan
(Studiawan & Santosa, 2005).

KESIMPULAN
Pemberian Fraksi n-heksan 100 mg/kgBB berpengaruh signifikan terhadap penurunan
kadar glukosa darah tikus (sig.<0.05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol dengan
kadar glukosa darah rata-rata 189,8 ± 13,59 mg/dL. Pemberian fraksi PE 100 mg/kgBB tidak
berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus (sig>0.05)
dibandingkan terhadap kelompok kontrol.

6
ISSN 2656-7733 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
Volume 1 No. 2 (September, 2019)

DAFTAR PUSTAKA
[Depes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe
2

Di
Indonesia 2011. Jakarta: Depkes RI
Elekofehinti OO, Kamdem JP, Kade IJ, Rocha JBT & Adanlawo IG. 2013. Hypoglycemic,
antiperoxidative and antihyperlipidemic effects of saponins from Solanum anguivi Lam.
fruits in alloxan-induced diabetic rats. South African journal of botany. 88:56-61.
Jha RK, Mangilal BA & Nema RK. 2010. Antidiabetic activity of flower head petroleum ether
extracts of Sphaeranthus indicus Linn. Asian J Pharm Clin Res. 3:9-16.
Kumar M & Jain S. 2012. Tannins: An antinutrient with positive effect to manage
diabetes. Research Journal of Recent Sciences. 1(12):1-8.
Kunyanga CN, Imungi JK, Okoth M, Momanyi C, Biesalski HK & Vadivel V. 2011.
Antioxidant and antidiabetic properties of condensed tannins in acetonic extract of
selected raw and processed indigenous food ingredients from Kenya. Journal of Food
Science. 76(4): C560–C567.
Lavle N, Shukla P & Panchal A. 2016. Role of flavonoids and saponins in the treatment of
diabetes mellitus. J.Pharm Sci Bioscientific Res. 6(4): 535-541.
Muhammad HL, Busari MB, Okonkwo US, & Abdullah AS. 2015. Biochemical effects of n-
hexane and chloroform fractions of ceiba pentandra leaf used in the folkloric treatment
of diabetes. British Journal of Pharmaceutical Research. 6(1): 44-60.
Nugroho AE. 2006. Animal models of diabetes mellitus: Pathology and mechanism of some
diabetogenics. Biodiversitas Journal of Biological Diversity. 7(4):378-382.
Portal Nasional Republik Indonesia. 2010. Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Selatan.
http://www.indonesia.go.id. [14 maret 2016].
Studiawan H & Santosa MH. 2005. Test pharmacological effect of ethanolic extract of
Eugenia polyantha leaves as for decreasing glucose level activity on mice induced by
alloxan. Media Kedokteran Hewan. 21(2):62-65.

You might also like