Jurnal Kromatografi Kertas
Jurnal Kromatografi Kertas
Jurnal Kromatografi Kertas
ABSTRACT
Banana is one of Indonesian food which has many pharmacological activities. Pisang kapas (Musa
paradisiaca L.), one of Indonesian banana, is well known empirically as laxative, so it can be used in the
treatment of constipation. It has been reported that both of chloroformic and ethanolic extract of pisang
kapas have antidiabetic activities. However, fractination of those are not yet performed and report about
their antidiabetic activities are not yet available. Here we investigated the effect of water-dissolved fraction
of ethanolic extract of cotton banana to reduce the blood glucose level in rat model and identified its active
ingredient. The oral glucose tolerance method with 60 min glucose loading time was used to induce
hyperglicemic condition in rats, either in control group or treatment group. Glibenclamid (positive control),
sodium carboxymethyl cellulose (negative control) and the fraction were orally given to the rats in a single
dose. To measure blood glucose level photometrically, enzimatic reaction by using diagnostic reagent Glucose
GOD FS is applied. Paper chromatography was utilized to identify the ingredient of the fraction qualitatively.
The fraction in dose of 0.25 g/kg reduced blood glucose level by 22.28 ± 0.76 %. The fraction contained
reductants in addition to glucose, amino acids, and the acids in plants.
Keywords: pisang kapas, Musa paradisiaca, L., antidiabetic, ethanolic extract, oral glucose tolerance method
ABSTRAK
Buah pisang merupakan salah satu pangan Indonesia yang memiliki berbagai khasiat. Dalam
masyarakat, pisang kapas (Musa paradisiaca L.) dikenal sebagai pencahar atau laksan sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan sembelit. Sebuah penelitian melaporkan bahwa ekstrak kloroformik dan
ekstrak etanolik pisang kapas dapat berkhasiat sebagai antidiabetes. Namun, belum dilakukan fraksinasi
terhadap ekstrak kloroformik dan ekstrak etanolik pisang kapas serta uji aktivitasnya sebagai antidiabetes.
Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas sebagai
antidiabetes pada tikus serta pelacakan senyawa aktifnya. Penelitian ini menggunakan metode uji toleransi
glukosa oral yaitu dengan tikus normal yang dibebani glukosa. Waktu pembebanan glukosa adalah 60
menit, baik pada kelompok kontrol (CMC Na) maupun pada kelompok perlakuan. Semua perlakuan
diberikan secara peroral dan dosis tunggal. Kadar glukosa darah ditetapkan secara enzimatis dengan
reagen GOD-PAP. Kromatografi kertas digunakan untuk pemeriksaan kualitatif senyawa yang terkandung di
dalam fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas. Pemberian fraksi larut air ekstrak etanolik pisang
kapas dosis 0,25 g/kgBB menurunkan kadar glukosa darah sebesar 22,28 ± 0,76 %. Senyawa yang terdapat
dalam fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas adalah senyawa pereduksi, asam-asam amino, atau
reduktor lain, seperti sakarida selain glukosa dan asam-asam tanaman.
Kata kunci: pisang kapas, Musa paradisiaca, L., antidiabetes, ekstrak etanolik, uji toleransi glukosa oral
CH2OH
CH2OH
H O OH H HO
H GOD
H + O2 + H2O OHH H O + H2O2
OH
OH H OH
H OH H OH
Asam-O-glukonat
D-glukosa
O
OH H3C NH2
H3C N
N O
H3C N Peroksidase N O + 2 H2O
H2O2 + + H3C N
Fenol
4-aminoantipirin
Kuinonimin
Gambar 1. Pembentukan senyawa kuinonimin pada reaksi glukosa dengan reagen GOD PAP
Gambar 2. Kurva kadar glukosa darah tikus akibat pembebanan glukosa 2 g/kgBB.
Penetapan waktu pembebanan glukosa AUC0-240 yang paling kecil, seperti tampak pada
Penetapan waktu pembebanan glukosa Gambar 2. Grafik AUC0-240 tiap kelompok tikus
dimaksudkan untuk melihat pengaruh waktu dapat dilihat pada Gambar 2. Jadi, waktu
pemberian glukosa terhadap efek hipoglikemik pembebanan glukosa yang diacu adalah pada
glibenklamid dan fraksi larut air ekstrak etanolik menit ke-60.
pisang kapas. Waktu pembebanan untuk
senyawa uji fraksi larut air ekstrak etanolik Pemeriksaan kualitatif dengan kromatografi
pisang kapas mengacu pada waktu pembebanan kertas
glukosa untuk glibenklamid. Dari data ini Metode kromatografi kertas pada penelitian
dapat ditentukan rentang waktu antara ini adalah kramatografi kertas menaik, di mana
pemberian glukosa dengan pemberian fraksi ujung bawah kertas dicelupkan ke dalam fase
dan diharapkan fraksi dapat mulai berefek gerak (eluen) sehingga eluen bergerak merambat
pada saat kadar glukosa darah naik sehingga ke atas (Anonim, 2002). Eluen yang digunakan n-
efek hipoglikemik akan tercapai maksimal. butanol-asam asetat-air (BAA) (3:1:1) adalah
Besarnya penurunan kadar glukosa darah merupakan suatu pengembang umum untuk
didasarkan pada nilai AUC0-240. Glibenklamid dapat banyak golongan kandungan tanaman yang polar,
dikatakan memberikan efek maksimal terhadap juga biasa digunakan untuk memisahkan senyawa
penurunan glukosa darah pada kurva dengan fenol dan glikosida tanaman (Harborne dkk., 1996).
Tabel II. Komposisi volume pada sampel/standar/blangko menggunakan Glucose GOD FS kit
Tabel II. Hasil pemeriksaan kualitatif fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas
Deteksi
Sebelum Sesudah
Pereaksi Senyawa uji Rf Senyawa aktif
UV UV Sinar
254nm 366nm tampak
Fraksi larut air 0,42 Hijau Fluoresensi Putih
Senyawa pereduksi
0,81 - - Putih
KMnO4
D-glukosa 0,55 - - Putih
D-glukosa
monohidrat 1%
LB Fraksi larut air - Hijau Fluoresensi - Saponin steroid,
saponin triterpen (-
)
FeCl3 Fraksi larut air - Hijau Fluoresensi - Fenol, tanin (-)
Uap amoniak Fraksi larut air - Hijau Fluoresensi - Flavonoid (-)
Supaya senyawa mudah dideteksi, baik Pereaksi FeCl3 digunakan untuk mendeteksi
sebagai bercak berwarna maupun bercak fenol dan tanin. Uji FeCl3 pada fenol akan
berfluoresensi pada UV maka digunakan pereaksi menghasilkan warna biru kehitaman, hijau atau
semprot. Pereaksi Liebermann-Burchard (LB) hijau kebiruan, sedangkan uji FeCl3 pada tanin
digunakan untuk mendeteksi saponin triterpen akan menghasilkan warna ungu kehitaman atau
dan saponin steroid. Uji LB pada saponin steroid ungu. Uap amoniak digunakan untuk mendeteksi
akan menghasilkan warna biru atau hijau biru adanya flavonoid dengan timbulnya warna kuning.
sedangkan uji LB pada saponin triterpen akan Pereaksi KMnO4 digunakan untuk mendeteksi
menghasilkan warna merah, merah jambu, ungu, adanya senyawa pereduksi, yaitu timbulnya warna
ungu kebiruan (violet). Uji LB pada triterpen putih (pemudaran warna) pada kertas Toyo
bebas dan sterol akan menghasilkan warna merah, dengan latar belakang coklat (Wagner dkk., 1984).
merah jambu, ungu atau ungu kebiruan (Robinson, Dengan pereaksi KMnO4 untuk melihat suatu
1995; Wagner dkk., 1984). senyawa pereduksi ternyata fraksi larut air
ekstrak etanolik memberikan hasil positif. Bercak pembentukan glikogen; (2) senyawa mirip insulin
berwarna yang timbul kemudian ditentukan harga dan mempunyai aksi seperti insulin, sama halnya
Rf. Bahan uji memberikan Rf = 0,42 (hRf = 42) dan dengan mekanisme obat derivat sulfonilurea; dan
Rf = 0,81 (hRf = 81) dengan pereaksi KMnO4. (3) senyawa yang dapat menghambat absorpsi
Sakarida merupakan salah satu senyawa glukosa di usus. Untuk mengetahui senyawa aktif
pereduksi karena dapat mereduksi KMnO4 dan mekanisme aksi dari beberapa senyawa yang
sehingga memudarkan warna coklat pada kertas mungkin terdapat dalam fraksi larut air ekstrak
Toyo (mengalami reaksi reduksi-oksidasi). etanolik pisang kapas perlu dilakukan penelitian
Glukosa merupakan salah satu monosakarida yang lebih lanjut.
merupakan gula pereduksi, oleh karena itu
senyawa pembanding yang digunakan adalah D- Penetapan Kadar Glukosa Darah
glukosa monohidrat 1%. Senyawa pembanding Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
memberikan harga Rf = 0,55 (hRf = 55). Hasil pengaruh pemberian fraksi larut air ekstrak
pemeriksaan kualitatif fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas terhadap kadar glukosa
etanolik pisang kapas dapat dilihat pada Tabel 2. darah tikus. Metode penetapan yang digunakan
Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pada fraksi adalah uji toleransi glukosa oral, yaitu dengan
larut air ekstrak etanolik pisang kapas terdapat tikus normal yang dibebani glukosa. Fraksi larut
senyawa pereduksi selain glukosa. Penelitian air ekstrak etanolik diberikan secara p.o. pada
sebelumnya membuktikan bahwa pemberian tikus 60 menit sebelum pemberian glukosa
fruktosa 15% p.o. pada tikus dapat meningkatkan dengan asumsi dalam jangka waktu 60 menit
kadar insulin. Fruktosa memiliki efek pankreatik fraksi larut air tersebut telah diabsorbsi
seperti aktif pada perangsangan sel untuk sempurna. Dengan demikian zat aktif pada fraksi
mensekresi insulin. Oleh karena itu fruktosa diharapkan telah memulai aksinya pada saat
merupakan pemanis alternatif untuk penderita beban glukosa oral diberikan (Anonim, 1991).
diabetes mellitus (Maria, 1992). Walaupun Dari Gambar 3 diketahui bahwa kadar glukosa
demikian senyawa pereduksi yang terdapat dalam darah mencapai puncak pada menit ke-30 dan
fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas tidak pada menit berikutnya mulai mengalami
bisa dipastikan merupakan suatu fruktosa, hal ini penurunan kadar glukosa darah, yaitu pada menit
karena fruktosa tidak mempunyai mekanisme ke-60 sampai menit ke-180. Setelah itu mengalami
mereduksi berbeda dengan glukosa sebagai kenaikan lagi pada menit ke-240. Hal ini terjadi
standar. karena pada 120 menit pertama obat maupun
Glukosa mempunyai gugus aldehid bebas fraksi diasumsikan telah diabsorbsi sempurna dan
sehingga mempunyai sifat mereduksi. Aksi 180-240 menit berikutnya sebagian besar obat
mereduksi ini dibuktikan dengan terjadinya telah tereliminasi dari dalam tubuh sehingga efek
pemudaran warna dari latar belakang coklat pada penurunan kadar glukosa darah menjadi
uji dengan pereaksi KMnO4. Senyawa lain yang berkurang. Tetapi pada kurva fraksi larut air
mungkin terdapat dalam fraksi larut air ekstrak ekstrak etanolik pisang kapas 0,25 g/kgBB terlihat
etanolik pisang kapas adalah asam-asam amino bahwa penurunan kadar glukosa darah masih
atau reduktor lain, seperti sakarida lain dan asam- belum seefektif glibenklamid 1,89 mg/kgBB. Dari
asam tanaman. analisis statistika diketahui adanya perbedaan
Ros (2000) melaporkan bahwa aktifitas yang bermakna, antara kadar glukosa tikus
penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi kelompok CMC-Na 1% (kontrol negatif) dengan
karena keberadaan: (1) senyawa dalam fraksi atau glibenklamid (kontrol positif) atau dengan
ekstrak pisang yang dapat menstimulasi kelompok perlakuan fraksi larut air. Hal ini