01 28 Abdur Rohim

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 28

JUSTNESS

Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas


Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah Mencapai Daluwarsa
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)

Abdur Rohim
Dosen Ilmu Hukum, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Zainul Hasan Probolinggo
[email protected]

As’ad Romadhoni
Mahasiswa Ilmu Hukum, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Zainul Hasan Probolinggo
[email protected]

Abstract
An unlawful act is an act that causes harm to another person, and requires the person who caused
the loss to compensate for the loss. The fact shows that almost all cases related to land are an act
against the law, namely by controlling land belonging to other people without rights. The control or
ownership of a plot of land can be done in several ways, one of which is by expiry (past time).
The problems studied in this research and its objectives are first to find out, examine, and analyze
the provisions or legal rules governing unlawful acts over the control of a plot of land that has
reached expiration according to the provisions of the Civil Code, Second to find out, examine and
analyze the legal considerations of the decision. Kraksaan District Court case no.
19/Pdt.G/2019/PN.Krs.
Based on the formulation of the problem and research objectives, the type of research used is
juridical-normatl by using the statute approach and case approach.
The results of the research in the preparation of this thesis, firstly Acts against the Law (PMH) are
regulated in Article 1365 to Article 1380 of the Civil Code, Land Control / Property Rights are
regulated in Article 20 paragraph 1 of Law no. 5 of 1960 Jo. Article 32 paragraph 1 of PP Number
24 of 1997 and Expiration are regulated in Article 1946-1993 of the Civil Code, the two decisions of
the Judges of the Kraksaan District Court with Case Number 19/Pdt.G/2019/P N.Krs have been
through appropriate legal considerations based on the facts of the trial .

Keyword: Unlawful Acts, Land Tenure, Daluwama

Abstrak
Perbuatan Melawan Hukum adalah perbuatan yang menimbulkan kerugian pada orang Iain, dan
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian tersebut, untuk mengganti kerugiannya. Kenyataan
menunjukkan bahwa hampir semua kasus yang berkaitan dengan pertanahan merupakan suatu
perbuatan melawan hukum yaitu dengan menguasai tanah milik orang lain secara tanpa hak.
Penguasaan atau kepemilikan sebidang tanah dapat melalui beberapa cara yang mana salah satunya
adalah dengan cara daluwarsa (lewat waktu).

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 1
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini beserta tujuannya adalah pertama untuk mengetahui,
mengkaji, dan menganalisis ketentuan atau aturan hukum yang mengatur tentang perbuatan melawan
hukum atas penguasaan sebidang tanah yang telah mencapai daluwarsa menurut ketentuan
KUHPerdata, Kedua untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis pertimbangan hukum atas
putusan Pengadilan Negeri Kraksaan perkara No. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs.
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah
yuridis-normatl dengan menggunaka n metode Pendekatan Perundang-Undangan (statute approach),
dan Pendekatan kasus (case approach).
Hasil penelitian dalam penyusunan Skripsi ini, pertama Perbuatan melawan Hukum (PMH) diatur
dalam pasal 1365 s/d Pasal 1380 KUHPerdata, Penguasaan Tanah/Hak Milik diatur dalam Pasal 20
ayat 1 UU No. 5 Tahun 1960 Jo. Pasal 32 ayat 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 dan Daluwarsa diatur
dalam Pasal 1946-1993 KUHPerdata, kedua Putusan Hakim Pengadilan Negeri Kraksaan dengan
Nomor Perkara 19/Pdt.G/2019/P N.Krs adalah telah melalui pertimbangan hukum yang tepat
berdasarkan fakta persidangan.

Kata Kunci: Perbuatan Melawan Hukum, Penguasaan Tanah, Daluwama

A. Pendahuluan
Negara Indonesia adalah negara yang meletakkan hukum sebagai supremasi kekuasaan
tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Konsep Negara hukum dalam berbangsa dan
bernegara membawa keharusan untuk mencerminkan sendi-sendi kehidupan atas dasar hukum yang
adil dan baik.
Manusia sebagai makhluk social mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam.
Kebutuhan hidup tersebut hanya dapat dipenuhi secara wajar apabila orang mengadakan hubungan
antara satu sama lain dalam hidup bermasyarakat. Hubungan tersebut menimbulkan hak dan
kewajiban timbal balik yang wajib dipenuhi oleh masing-masing pihak.1
Hukum perdata (Burgerlijkrecht) yang merupakan rangkaian peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan hukum antar individu atau mengatur hubungan hukum orang yang satu dengan
orang lainnya, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Dalam prakteknya hubungan atau kepentingan antar perorangan yang menimbulkan hubungan
hukum tersebut seringkali terjadi konflik atau pertentangan yang terjadi apabila salah satu pihak ada
yang merasa dirugikan. Dan yang sering terjadi dalam masyarakat yakni mengenai sengketa tanah.
Dalam kehidupan manusia, keberadaan tanah tidak akan terlepas dari segala tindak tanduk
manusia itu sendiri, sebab tanah merupakan tempat bagi manusia untuk menjalani dan melanjutkan

1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti,2017, h.9

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
Justness 2 |
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

kehidupannya. Oleh karena itu, tanah sangat dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat sehingga
sering terjadi sengketa diantara sesamanya, terutama yang menyangkut tanah.2
Tanah merupakan harta yang sangat bernilai dimana setiap tahunnya selalu memiliki nilai jual
yang tidak pernah surut. Tanah memiliki peran yang sangat penting dalam setiap kehidupan dan
kegiatan usaha manusia, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk terjadi konflik khususnya
mengenai hak atas tanah.
Penguasaan atau kepemilikan sebidang tanah dapat melalui beberapa cara yang kita ketahui
pada umumnya, diantaranya :
1. Dapat melalui jual-beli
2. Melalui sewa-menyewa
3. Memalui pewarisan
4. Melalui hibah
5. Daluwarsa
Kenyataan menunjukkan bahwa hampir semua kasus yang berkaitan dengan pertanahan
merupakan suatu perbuatan melawan hukum yaitu dengan menguasai tanah milik orang lain secara
tanpa hak. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menimbulkan suatu sengketa tanah di dalam
masyarakat.3
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan “perbuatan melawan hukum” (onrechtmatige
daad), Dalam pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan bahwa: Tiap perbuatan yang menimbulkan
kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
Penguasaan tanah tanpa hak merupakan suatu penguasaan tanah yang dilakukan oleh seseorang
atau badan hukum untuk menikmati atau menggunakan tanah tersebut yang bukan tanah miliknya
tanpa alas hak yang sah dan juga secara melawan.
Penguasaan atas sebidang tanah yang dilakukan oleh seseorang yang bukan hak miliknya
namun mendudukinya dengan itikad baik dan selama dalam kurun waktu tertentu tidak ada yang
mengganggu gugat atau keberatan atas penguasaan itu, maka tanah tersebut dapat menjadi hak. 4

2
Adrian Sutedi, Peralihan Hak atas Tanah Dan Pendaftarannya, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, h. 31
3
Vanesa Inkha Zefanya Uway, Kajian Terhadap Hak Milik Atas Tanah Yang Diduduki Secara Melawan Huku,
Jurnal Lex Administratum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017,h.132
4
http://dimarzuliaskimsah.wordpress.com.,pendapathukum-tentang-pendudukan-tanah-oleh-pihak-yangtidak-
berhak-dan-daluwarsa-perolehan-hak-atas-tanah.Diunduh Pada pukul 15.00 WIB Tanggal 10 Maret 2021

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
Justness 3|
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Namun yang marak terjadi permasalahan sekarang ini adalah penguasaan atas tanah tersebut
mendudukinya dengan itikad buruk, melawan hukum dan tanpa suatu alas hak yang sah.
Perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan pihak-pihak
tersebut untuk penggunaan dan penguasaan tanah dalam penyelesainnya harus dengan musyawarah.
Namun jika dengan musyawarah tetap tidak menemukan jalan keluar, maka penyelesaian terakhir
adalah melalui jalur hukum yakni dengan mengajukan gugatan ke pengadilan.
Hakim memegang peranan penting dari awal sampai akhir pemeriksaan di Pengadilan.
Berdasarkan Pasal 119 HIR atau 143 RBg Hakim berwenang untuk memberikan petunjuk kepada
pihak yang mengajukan gugatannya ke Pengadilan dengan maksud agar sengketa tersebut menjadi
jelas duduk sengketanya dan memudahkan Hakim memeriksa sengketa itu. Dalam pemeriksaan
sengketa, Hakim betul-betul harus bersikap bebas dan tidak memihak siapapun. Di dalam
persidangan, Hakim juga harus mendengar keterangan kedua belah pihak dengan pembuktian
masing-masing sehingga Hakim dapat menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Pertimbangan Hakim sangat dibutuhkan dalam menjatuhkan sebuah putusan diharapkan dapat
menjadi solusi atas sebuah sengketa antara para pihak yang bersangkutan, sehingga terwujud tujuan
hukum yakni keadilan, kepastian, dan mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang kami uraikan diatas, maka dalam penelitian ini
penulis tertarik untuk mengambil judul “ANALISIS YURIDIS TENTANG PERBUATAN
MELAWAN HUKUM ATAS PENGUASAAN SEBIDANG TANAH YANG TELAH MENCAPAI
DALUWARSA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (Study Putusan
Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs)”
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai ruang
lingkup pembahasan di dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ketentuan hukum yang mengatur tentang perbuatan melawan hukum atas
penguasaan sebidang tanah yang telah mencapai daluwarsa menurut ketentuan
KUHPerdata?
2. Bagaimanakah pertimbangan hukum atas putusan Pengadilan Negeri Kraksaan Perkara
Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs ?

B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 4
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis-normatif dengan
menggunakan metode Pendekatan per-undang-undangan (statute approach), dan
Pendekatan kasus (case approach), Pendekatan ini bertujuan untuk mempelajari penerapan
norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum. Terutama mengenai
kasus-kasus yang telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi
terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian.5 Dan Pendekatan ini dilakukan
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang
dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap.
2. Sumber Bahan Hukum
Dalam penelitian ini, sumber bahan hukum yang di perlukan pada penulisan ini yaitu : bahan
hukum Primer, Sekunder serta Tersier.
a. Sumber Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari peraturan
perundang-undangan, antara lain:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (Herziene
Indonesisch Reglement / HIR)
3) Putusan Pengadilan Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs
4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman
5) Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah
7) Permen Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan
b. Sumber Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum,
dan media cetak dan elektronik)6 dan berbagai literatur maupun sumber-sumber

5
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Cet. Ke-1, Mataram-NTB: Mataram University Press, 2020, h. 58
6
Ibid, h. 64

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
Justness 5 |
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

lain seperti skripsi, tesis, disertasi serta artikel-artikel lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
c. Bahan Hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, seperti kamus
7
hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, ensiklopedia hukum, dan internet dengan
menyebut nama situsnya dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan keberhasilan sebuah penelitian, karena jenis penelitian ini adalah jenis
penelitian normatif maka teknik pengumpulan bahan hukumnya menggunakan teknik
dokumentasi yaitu dengan mencari bahan hukum primer yang berupa putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap serta undang-undang yang berkaitan dengan penelitian
ini dan bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku teks yang berkenaan dengan
penelitian ini.
4. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis bahan hukum yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan
dua teknik analisis, pertam teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara menggambarkan
struktur putusan, dictum yang terdapat pada putusan tersebut. Setelah itu penulis akan
menjabarkan racio decidendi dari putusan tersebut inilah yang dinamakan ilmu hukum
sebagai ilmu preskriptif dan penulis juga menggunakan peraturan perundang-undangan yang
berkenaan dengan isu hukum yang dibahas serta akan menganalisis melalui konsep-konsep
ilmu hukum yang relevan dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian ini.

C. Pembahasan
1. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Perbuatan Melawan Hukum atas
Penguasaan Sebidang Tanah yang telah Mencapai Daluwarsa Menurut Ketentuan
KUHPerdata
a. Ketentuan Hukum Mengenai Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

7
Ibid, h. 62

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 6
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Perbuatan melawan Hukum (PMH) diatur dalam pasal 1365 s/d Pasal 1380 KUHPerdata.
Pasal 1365 menyatakan, bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum dan menimbulkan
suatu kerugian terhadap orang lain, karena kesalahannya harus mengganti kerugian
tersebut.
Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi :
“Tiap perbuatan melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut”8
Ketentuan dalam Pasal 1365 BW kemudian dipertegas kembali dalam Pasal 1366 BW
yaitu : “Setiap orang bertanggung jawab tidak hanya untuk kerugian yang ditimbulkan
oleh perbuatannya tetapi juga disebabkan oleh kelalaiannya.”
Kedua pasal tersebut di atas menegaskan bahwa perbuatan melawan hukum tidak saja
mencakup suatu perbuatan, tetapi juga mencakup tidak berbuat. Pasal 1365 BW
mengatur tentang “perbuatan” dan Pasal 1366 BW mengatur tentang “tidak berbuat atau
karena kelalaian”. Dan dalam pasal 1367 mengatur tentang “ tanpa adanya kesalahan”. 9
Perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengajukan ganti kerugian atas perbuatan yang dianggap
melawan hukum dalam sengketa tanah, baik dilakukan melalui penyelesaian sengketa
secara litigasi atau melalui pengadilan dengan mengajukan gugatan, maupun
penyelesaian sengketa secara non litigasi atau di luar pengadilan.
b. Ketentuan Hukum Mengenai Penguasaan Sebidang Tanah
Ketentuan hukum mengenai penguasaan sebidang tanah dalam penelitian ini berkenaan
dengan hak atas tanah atau hak milik (eigendom). Eigendom adalah hak yang paling
sempurna atas suatu benda.10
Menurut pasal 584 KUHPerdata (Burgerlijk Wetboek), eigendom hanyalah dapat
diperoleh dengan jalan :
a. Pengambilan, (contoh: membuka tanah, memancing ikan).

8
Tim Mahardika, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Yogyakarta: Pustaka
Mahardika, 2016, h.305
9
http://sugalilawyer.com/gugatan-perdata-perbuatan-melawan-hukum/ Diunduh pada pukul 11;00 tanggal 10
Juni 2021.
10
Subekti, Op.Cit, h.69

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
Justness 7|
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

b. “Natrekking”, yaitu jika suatu benda bertambah besar atau berlipat karena perbuatan
alam, (contoh: tanah bertambah besar sebagai akibat gempa bumi, kuda beranak,
pohon berbuah).
c. Lewat waktu (verjaring)
d. Pewarisan
e. Penyerahan (“overdracht” atau “levering”) berdasarkan suatu titel pemindahan hak
yang berasal dari seorang yang berhak memindahkan eigendom.11
Hak milik diatur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-undang Pokok Agraria (Undang-Undang
No. 5 Tahun 1960) bahwa “Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh
yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6
(Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial)”.
Dalam membuktikan bahwa seseorang mempunyai hak atas tanah atau hak milik diatur
dalam Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah, bahwa :
“Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepajang data fisik
dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah
hak yang bersangkutan.”
Jadi apabila seseorang merasa bahwa dirinya yang menguasai sebidang tanah harus
dibuktikan atau didasarkan suatu alas hak yang sah.
c. Ketentuan Hukum menganai Daluwarsa
Daluwarsa diatur dalam Pasal 1946-1993 KUHPerdata. Menurut pasal 1946 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu
atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang. Tak diperkenankanlah seseorang
melepaskan daluwarsa, sebelum tiba waktunya, namun ia boleh melepaskan suatu
daluwarsa yang sudah diperolehnya.
Pasal 1963 KUHPerdata merumuskan daluwarsa sebagai suatu cara dalam memperoleh
sesuatu yaitu, “Siapa yang dengan itikad baik, dan berdasarkan suatu alas hak yang sah,
memperoleh suatu benda tak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak

11
Ibid, h. 70

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 8
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

harus dibayar atas tunjuk, memperoleh hak milik atasnya, dengan jalan daluwarsa, dengan
suatu penguasaan selama dua puluh tahun. Siapa yang dengan itikad baik menguasainya
selama tigapuluh tahun, memperoleh hak milik, dengan tidak dapat dipaksa untuk
mempertunjukkan alas haknya.”12
Kemudian mengenai sebab-sebab yang mencegah daluwarsa dipertegas dalam Pasal 1979
KUHPerdata bahwa:
“Lewat waktu itu dicegah pula oleh suatu peringatan, suatu gugatan, dan tiap perbuatan-
perbuatan berupa tuntutan hukum masing-masing dengan pemberitahuan dalam bentuk
yang telah ditentukan, ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dalam hal itu atas
nama pihak yang berhak dan disampaikan kepada orang yang berhak dicegah
memperoleh lewat waktu itu”.13

Jadi, perolehan hak melalui daluwarsa memperoleh (acquisitif) yang diatur dalam Pasal
1963 KUHPerdata hanya dapat terjadi dengan itikad baik, dan tindakan menagih atau
menggugat termasuk dalam pencegahan daluwarsa menurut doktrin berdasarkan konsep
yang diatur dalam Pasal 1979 KUHPerdata.

2. Pertimbangan Hukum Atas Putusan Pengadilan Negeri Kraksaan Perkara Nomor.


19/Pdt.G/2019/PN.Krs
Putusan Pengadilan Negeri Kraksaan Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs merupakan putusan
terhadap perkara perdata yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kraksaan pada
tanggal 6 Mei 2019.
MT, S.H., dan M.HS, S.H., Advokat, sebagai kuasa hukum dari Sh, Mt, As, Ns, Mn, Ej,
St, Ts, Sp, Tn, dan Mk (Para Penggugat) menggugat Sr dan Sm dalam hal ini memilih
kuasa kepada S.HR, S.H., dan S.WI, S.H., M.H. yang selanjutnya digantikan oleh Mw, S.H.,
(Para Tergugat).
1. Duduk Perkara

12
Putri Gracia Lempoy, Kajian Hukum Hak Atas Tanah Tanpa Sertifikat Yang Diduduki Seseorang Menurut
Pasal 1963 Kuhperdata, Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017, h. 103
13
Tim Mahardika, Op. Cit. h. 438

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
Justness 9|
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

a. Bahwa pada tahun 1988 telah meninggal dunia seorang perempuan bernama B.MS
yang semasa hidupnya telah kawin dengan seorang laki-laki bernama : P.M
(meninggal dunia pada 1970) dengan meninggalkan keturunan atau anak kandung 3
orang, yaitu : 14
1) TW, meninggal dunia pada tahun 2000, meninggalkan 6 orang anak, yakni : Sh
(Penggugat 1), Mt (Penggugat 2), Be (meninggalkan 1 orang anak yakni : As/
Penggugat 3), Ns (Penggugat 4), Mn(Penggugat 5), Dan Ej (Penggugat 6)
2) B.M, meninggal dunia pada tahun 1960, meninggalkan 3 orang anak, yakni : St
(Penggugat 7), Ts (Penggugat 8), dan Ms (meninggalkan 1 orang anak yakni Sp
(Penggugat 9)
3) B.E, meninggal dunia pada tahun 1965, meninggalkan 2 orang anak yakni : Tn
(Penggugat 10), dan Mk(Penggugat 11).
b. Bahwa dengan demikian yang menjadi Ahli Waris dari Almh. B.MS adalah para
penggugat dan dengan sendirinya karena hukum para penggugat berhak mewarisi
harta peninggalan dan semua piutang Almh. B.MS
c. Bahwa selain meninggalkan ahli waris yang sah sebagaimana diuraikan pada
posita poin (a) di atas Almh. B.MS juga meninggalkan harta peninggalan berupa
bidang tanah persil nomor 20 seluas 2558 da, dengan alas hak letter C No 152 atas
nama B.MS, yang terletak di desa Pohsangit Lor Kecamatan Wonomerto
Kabupaten Probolinggo, dengan batas-batas tanah :
- Sebelah Utara : Jalan Desa
- Sebelah Timur : Tanah milik B.M al. SS dan tanah milik B.M
- Sebelah Selatan : Jalan Desa
- Sebelah Barat : Jalan Kecil
d. Bahwa sebelum Almh. B.MS meninggal dunia, di saat Almh. B.MS
terbaring sakit sekira tahun 1988, sebagian tanah milik Almh. B.MS
tanpa alasan yang sah dan tanpa seizin Almh. B.MS dikuasai oleh
Tergugat 1 dan Alm. SP (saat ini penguasaan oleh Alm. SP dilanjutkan
penguasaannya oleh anak Alm. SP yakni Tergugat 2);
e. Bahwa tanah yang dimaksud sebagaimana posita Poin (d) adalah :

14
Putusan Pengadilan Negeri Kraksaan Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN. Krs

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 10
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

1) Penguasaan oleh Tergugat 1


Tanah persil Nomor 20 seluas kurang lebih 450 m2 berbatasan tanah dengan :
- Sebelah Utara : Tanah milik Almh. B.MS/Ej
- Sebelah Timur : Tanah milik B. Aj
- Sebelah Selatan : Jalan Desa
- Sebelah Barat :Tanah milik B.MS/St
Dikuasai oleh Sr al SLP
Selanjutnya dalam perkara ini disebut Tanah sengketa 1
2) Penguasaan oleh Tergugat 2
Tanah persil Nomor 20 seluas kurang lebih 200 m2 berbatasan tanah dengan :
- Sebelah Utara : Jalan Desa
- Sebelah Timur : Tanah milik B. LIM
- Sebelah Selatan : Tanah milik B.MS/Ns
- Sebelah Barat : Tanah milik B.MS/My
Dahulu dikuasai oleh SP, setelah SP meninggal dunia penguasaan dilanjutnkan oleh anaknya
yakni Tergugat 2. Selanjutnya dalam perkara ini disebut Tanah Sengketa 2
f. Bahwa atas penguasaan oleh Para Tergugat tersebut, Para Penggugat telah
memintanya dengan baik-baik kepada Para Tergugat, namun Para Tergugat tidak
menghiraukannya;
g. Bahwa Para Penggugat telah berusaha menyelesaikan masalah ini secara
musyawarah dan kekeluargaan baik melalui Pemerintah Desa maupun melalui
Pemerintah Tingkat Kecamatan namun tidak ada tanggapan yang positif dari Para
Tergugat sehingga dengan terpaksa gugatan ini diajukan.
h. Bahwa penguasaan tanah Sengketa 1 oleh Tergugat 1 dan Tanah Sengketa 2 oleh
Tergugat 2 sampai dengan sekarang dengan tanpa izin dari Almh. B.MS dan atau
Ahli Warisnya yaitu Para Penggugat adalah merupakan perbuatan melawan hak dan
melawan hukum.
i. Bahwa oleh karena perbuatan Tergugat 1 dalam menguasai tanah Sengketa 1 dan
perbuatan Tergugat 2 menguasai tanah Sengketa 2 adalah merupakan perbuatan
melawan hak dan melawan hukum, maka kepada Para Tergugat atau siapapun juga
yang memperoleh hak dari padanya untuk segera mengosongkan Tanah Sengketa 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 11
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

dan Tanah Sengketa 2 dari segala sesuatu yang ada di atasnya baik tumbuhan
maupun bangunan yang berdiri di atasnya dan selanjutnya menyerahkan Tanah
Sengketa 1 dan Tanah Sengketa 2 tersebut dalam keadaan kosong kepada Para
Penggugat selaku Ahli Waris dari Almh. B.MS dengan tanpa syarat apapun
pelaksanaannya dengan bantuan aparat Negara/Polisi.
j. Bahwa oleh karena Para Tergugat telah menguasai tanah sengketa dengan tanpa hak
dan melawan hukum, maka perbuatan Para Tergugat tersebut sangat merugikan Para
Penggugat secara materiil, dengan perhitungan dari hasil panen Jagung tiap tahun
ditaksir sebesar Rp.6.000.000,- (enam juta rupiah) x 32 tahun yakni sejak tahun 1987
s/d 2019 = Rp. 192.000.000,- (seratus Sembilan puluh dua juta rupiah).
k. Bahwa agar gugatan Para Penggugat tidak sia-sia jika nantinya Para Penggugat di
pihak yang dimenangkan, serta agar tanah sengketa tidak dialihkan, dioperkan atau
digadaikan pada pihak lain, juga karena besarnya tuntutan ganti rugi Para
Penggugat, maka mohon dengan hormat agar Ketua Pengadilan Negeri Kraksaan
melalui Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini berkenaan meletakkan sita
jaminan (CB) terhadap Tanah Sengketa 1 dan Tanah Sengketa 2
l. Bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat didukung dengan bukti-bukti otentik
yang kuat maka tidaklah berlebihan jika Para Penggugat mohon agar putusan ini
dapat dijalankan lebih dahulu meskipun timbul Verset, Banding ataupun Kasasi.

Analisis penulis tentang Duduk perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs


Menurut penulis, yang menarik dalam perkara No. 19/Pdt.G/2019/Pn.Krs ini, penggugat
mendalilkan bahwa para tergugat telah menguasai tanah sengketa dan melawan hukum selama
32 tahun, artinya jika mengacu pada pasal 1946 KUHPerdata maka penguasaan tersebut sudah
tergolong lewat waktu (Daluwarsa) yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.
Dalam perkara tersebut, penerapan pasal 1946 KUHPerdata hanya dapat diterapkan jika
tergugat menguasai tanah dengan itikad baik dan didasarkan suatu alas hak yang sah, sesuai
dengan Pasal 1963 KUHPerdata yang menegaskan bahwa:
”Seseorang yang dengan itikad baik memperoleh suatu barang tak bergerak, suatu bunga, atau
suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk, dengan suatu besit selama dua puluh
tahun, memperoleh hak milik atasnya dengan jalan lewat waktu. Seseorang yang dengan itikad

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 12
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

baik menguasai sesuatu selama tiga puluh tahun memperoleh hak milik tanpa dapat dipaksa
untuk menunjukkan alas haknya”.

3. Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Kraksaan Perkara Nomor.


19/Pdt.G/2019/PN.Krs
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
Menimbang, bahwa Tergugat I Konvensi mengajukan Eksepsi tambahan dalam Dupliknya
atas gugatan konvensi tertanggal 17 Juli 2019 pada pokoknya sebagai berikut:
1) Mengenai kewenangan absolut; dan
2) Gugatan Para Penggugat tersebut kurang pihak karena tidak menarik MN sebagai
pembeli;
Menimbang, bahwa eksepsi poin 1 mengenai kewenangan absolut telah diputus dalam
putusan sela tertanggal 7 Agustus 2019 dengan amar sebagai berikut:
1) Tentang kewenangan Absolut dari tergugat I;
2) Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Kraksaan berwenang untuk memeriksa dan
mengadili perkara ini;
3) Memerintahkan para pihak untuk melanjutkan pemeriksaan perkara ini;
4) Menangguhkan biaya perkara ini hingga putusan akhir.
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi poin 2 mengenai gugatan Para Penggugat tersebut kurang
pihak, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa berdasarkan Duplik yang diajukan oleh Tergugat 1 pihak yang menguasai
sebagian tanah objek sengketa adalah B.M sedangkan pada saat pemeriksaan setempat
tertanggal 27 September-2019 tidaklah ada pihak yang bernama MN yang menjadi pemilik dari
batas-batas tanah dengan objek sengketa;
Menimbang, bahwa berdasarkan Putusan MA No. 3909 K/Pdt/1994, Tanggal 19 April 1997
yang menyatakan bahwa “adalah hak penggugat untuk menentukan siapa-siapa yang akan
dijadikan atau ditarik menjadi pihak dalam perkara”. Oleh karena itu, Majelis Hakim
berpendapat terhadap eksepsi poin 2 Tergugat 1 dinyatakan ditolak.

DALAM POKOK PERKARA

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 13
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat Konvensi pada pokoknya adalah
mengenai penguasaan oleh para tergugat atas sebagian tanah persil Nomor 20 seluas 2558 da
dengan alas hak letter C nomor 152 atas nama B.MS yang terletak di Desa Pohsangit Lor
Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo, dengan batas-batas tanah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Jalan Desa
- Sebelah Timur : Tanah milik B.M al. SSdan tanah milik B.M
- Sebelah Selatan : Jalan Desa
- Sebelah Barat : Jalan Kecil
Menimbang, bahwa tergugat Konvensi dalam jawabannya telah mengemukakan hal-hal yang
pada pokoknya sebagai berikut :
1) Adanya ahli waris lain, selain yang dijelaskan para penggugat;
2) Penguasaan objek sengketa berdasarkan alas hak waris, meskipun belum Adanya
pembagian yang merata;
Menimbang, bahwa oleh karena telah diakui atau setidak-tidaknya tidak disangkal maka
menurut hukum harus dianggap terbukti hal-hal sebagai berikut:
1) Bahwa yang menjadi objek sengketa itu adalah tanah milik Almh B.MS yang terletak di
Desa Pohsangit Lor Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo;
Menimbang, bahwa yang menjadi pokok persengketaan antara kedua belah pihak adalah
sebagai berikut:
1) Apakah kepemilikan atas tanah persil Nomor 20 seluas 2558 da yang terletak di Desa
Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo dengan alas hak letter C
nomor 152 atas nama B.MS dengan batas-batas tanah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Jalan Desa
- Sebelah Timur : Tanah milik B.M al. SSdan tanah milik B.M
- Sebelah Selatan : Jalan Desa
- Sebelah Barat : Jalan Kecil
Adalah sah menurut hukum atas nama Almh B.MS ?
2) Apakah penguasaan oleh para tergugat atas sebagian tanah milik Almh B.MS diatas adalah
Perbuatan Melawan Hukum ?

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 14
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Menimbang, bahwa oleh karena dalil gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi


disangkal, maka berdasarkan pasal 163HIR/ Pasal 283 RBg, Penggugat Konvensi/ Tergugat
Rekonvensi berkewajiban untuk membuktikan dalil gugatannya, sebagai berikut :
Menimbang, bahwa walaupun tidak dibantah, para penggugat menguatkan dalil gugatannya
tersebut dengan mengajukan bukti berupa surat, tertanda bukti P-1 sampai dengan bukti P-4
dan keterangan empat orang saksi yaitu: 1. Saksi Sd, 2. Saksi Sa, 3. Saksi Mu, 4. Saksi Am.
Menimbang, bahwa terhadap alat bukti yang diajukan Para Penggugat melalui Kuasa
Hukumnya tersebut Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut :
1) Menimbang, bahwa dari alat-alat bukti yang diajukan oleh para penggugat yaitu bukti surat
tertanda P-2 berupa buku Desa (Krawangan) yang menunjukkan lokasi objek sengketa di
Persil Nomor 20 di kelas dl nomor 152 serta bukti surat P-3 berupa lembaran Buku Letter
C Desa atas sebidang tanah persil Nomor 20 seluas 2558 da yang terletak di desa Pohsangit
Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo dengan alas hak Letter C Nomor 152
atas nama B.MS. Setelah mencermati kedua bukti surat tersebut Majelis Hakim menilai
berdasarkan Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
1997 Tentang Pendaftaran Tanah maka Letter C merupakan salah satu bukti tertulis sebagai
bukti permulaan adanya tanda bukti kepemilikan hak atas tanah pengganti sertifikat yang
belum diterbitkan, namun Letter C dapat dijadikan bukti kepemilikan sepanjang dapat
dibuktikan kebenaran data fisik dan data yuridisnya serta adanya bukti-bukti tertulis
lainnya (Krawangan), keterangan saksi dan/atau pernyataan dari pada yang bersangkutan.
Hal tersebut sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 34/K/Sip/1960 tanggal
19 Februari 1960 yang berkaidah hukum bahwa Register Desa (Letter C) bukan tanda bukti
hak atas tanah;
2) Menimbang, bahwa selain bukti surat tertanda P-2 dan P3 berupa krawangan dan lembaran
Buku Letter C Desa sebagaimana Dalam pertimbangan di atas, para penggugat pun
mengajukan bukti surat tertanda P-4 berupa turunan bukti surat tertanda P-3 yang
menunjukkan tanah persil nomor 20 seluas 2558 da yang terletak di Desa Pohsangit Lor,
Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo dengan alas hak letter C nomor 152
adalah atas nama B.MS. serta didukung dengan bukti saksi: 1. Saksi Sd, 2. Saksi Sa, 3.
Saksi Mu, 4. Saksi Am yang keterangan para saksi tersebut saling berkesesuaian antara

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 15
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

yang satu dengan yang lainnya yang pada pokoknya mengenai kepemilikan tanah objek
sengketa batas-batasnya serta riwayat tanah objek sengketa dalam perkara a quo;
3) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka telah di dapatkan
fakta hukum mengenai status kepemilikan atas sebidang tanah persil Nomor 20 seluas 2558
da tersebut adalah atas nama B.MS yang sekarang menjadi tanah objek sengketa;
4) Menimbang, bahwa adanya bukti surat tertanda P-1 berupa Surat Keterangan Waris Nomor
470/12/422.08/2019 tertanggal 2 Agustus 2019 yang disaksikan dan dibenarkan oleh
Kepala Desa Pohsangit Lor serta dikuatkan oleh Camat Wonomerto yang kebenaran
keterangannya di sangkal oleh Tergugat 1 dalam Jawabannya, serta walaupun para saksi
dari para penggugat menerangkan silsilah keluarga Almh B.MS maka Majelis Hakim
menilai bukti surat tersebut termasuk akta di bawah tangan yang kekuatan pembuktian
materiil tidak sempurna, oleh karena itu dikesampingkan;
5) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka
para tergugat tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia berhak atas tanah yang
disengketakan.
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan tiap-tiap petitum
gugatan Para Penggugat sebagaimana terurai dibawah ini, yaitu:
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas petitum gugatan konvensi nomor
2 beralasan hukum untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Konvensi nomor 3 yang pada pokoknya
penguasaan oleh para tergugat atas sebagian tanah persil nomor 20 (objek sengketa) adalah
perbuatan melawan hak dan melawan hukum, maka majelis hakim mempertimbangkan sebagai
berikut:
1) Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige
daad) adalah berdasarkan pasal 1365 kuhperdata, yaitu tiap perbuatan melanggar hukum
yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang itu karena kesalahannya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut;
2) Menimbang, bahwa tanah objek sengketa merupakan tanah milik Almh B.MS yang
menjadi harta peninggalan bagi para ahli warisnya serta didukung bukti saksi 1. Saksi Sd,
2. Saksi Sa, 3. Saksi Mu, 4. Saksi Am yang pada pokoknya menerangkan tentang silsilah
keluarga Almh B.MS sedangkan dalam hal ini para tergugat bukanlah ahli warisnya maka

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 16
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

penguasaan oleh para tergugat terhadap tanah objek sengketa adalah merupakan perbuatan
yang melanggar hak subjektif orang lain, dalam hal ini para penggugat, dengan demikian
majelis hakim berpendapat terhadap petitum gugatan para penggugat nomor 2 adalah
beralasan menurut hukum untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Konvensi nomor 4 yaitu “Menghukum para
tergugat atau siapapun juga yang memperoleh hak dari padanya untuk segera mengosongkan
tanah sengketa 1 dan tanah sengketa 2 dari apapun yang berdiri di atasnya dan selanjutnya
menyerahkan tanah sengketa 1 dan tanah sengketa 2 dalam keadaan kosong kepada para
penggugat selaku ahli waris dari Almh B.MS tanpa syarat apapun, Jika perlu dengan bantuan
aparat Negara/Polisi.” Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, oleh karena tanah objek sengketa merupakan kepemilikan atas nama Almh B.MS
atas tanah persil nomor 20 seluas 2558 da dan terletak di Desa Pohsangit Lor, Kecamatan
Wonomerto, Kabupaten Probolinggo dengan alas hak Letter C nomor 152 maka untuk
kepastian hukum dan agar para penggugat dapat menikmati apa yang menjadi haknya, oleh
karena itu setiap pihak yang tidak berhak terhadap objek sengketa tersebut harus mengosongkan
dan menyerahkannya kepada pihak yang berhak yaitu para penggugat, dengan demikian
majelis hakim berpendapat terhadap petitum gugatan penggugat nomor 4 adalah beralasan
menurut hukum untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan konvensi nomor 5 yang pada pokoknya meminta
menghukum Para Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada Para- Penggugat selaku
ahli waris dari Almh B.MS secara tanggung renteng, tunai, dan sekaligus sebesar Rp.
192.000.000,00 (seratus sembilan puluh dua juta rupiah) dengan perincian sebagaimana
tersebut pada posita No 10, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:
1) Menimbang, bahwa selama persidangan Para Penggugat tidak pernah mengajukan bukti-
bukti surat maupun saksi untuk dapat dijadikan dasar untuk menghukum Para Tergugat
membayar ganti rugi materiil;
2) Menimbang, bahwa terhadap gugatan ganti rugi berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah
Agung dalam Putusan Perkara Peninjauan Kembali No.650/PK/Pdt/1994 menerbitkan
pedoman yang isinya “Berdasarkan pasal 1370, 1371, dan 1372 KUHPerdata ganti
kerugian immaterial/moril hanya dapat diberikan dalam hal-hal tertentu saja, seperti

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 17
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

perkara kematian, luka berat dan penghinaan”, sehingga terhadap petitum nomor 5 haruslah
dinyatakan ditolak;
3) Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan konvensi nomor 6 yang pada pokoknya
menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara ini yakni “atas
tanah sengketa.“Oleh karena selama persidangan tidak pernah ada peletakan sita jaminan,
dengan demikian Majelis Hakim berpendapat terhadap petitum gugatan No 6 adalah tidak
beralasan menurut hukum dan oleh karenanya harus ditolak;
4) Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan konvensi No 7 yang pada pokoknya agar
menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan lebih dahulu (Uitvoorbaar Bijvoorraad)
walau ada Verzet, Banding atau Kasasi, Majelis Hakim berpendapat oleh karena tidak
memenuhi ketentuan pasal 180 ayat (1) HIR, dan Surat Edaran Mahkamah Agung RI
Nomor 3 Tahun 2000 maka adalah beralasan hukum untuk ditolak;
5) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas
gugatan Para Penggugat hanya dikabulkan sebagian, dengan demikian terhadap petitum
gugatan konvensi nomor 2 yang pada pokoknya mengabulkan Gugatan Penggugat untuk
seluruhnya, maka Majelis Hakim berpendapat terhadap petitum gugatan konvensi nomor
2 adalah tidak beralasan menurut hukum tetapi terhadap gugatan penggugat harus
dinyatakan dikabulkan sebagian dan ditolak untuk selain dan selebihnya.
DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi 1
yang pada pokoknya adalah penguasaan sebagian tanah Almh. B.MS atas tanah persil Nomor
20 yang terletak di Desa Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo
dengan alas hak letter C Nomor 152 dengan alas hak waris, namun belum pernah dibagi waris
secara merata;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan rekonvensi Para Tergugat Rekonvensi menjawab dalam
repliknya yang pada pokoknya:
1) Almh B.MS hanya meninggalkan 3 (tiga) ahli waris, yaitu 1. B.TW, 2. B.M, 3. B.E;
2) Harta peninggalan Almh B.MS berdasarkan alas hak Buku C Desa Nomor 152 atas nama
B.MS telah beralih kebuku C nomor 795;

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 18
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

3) Seolah-olah dengan adanya peralihan tersebut ahli waris Almh B.MS tidak memiliki hak
atas seluruh tanah Nomor 20 seluas 2558 da yang terletak dengan alas hak letter C Nomor
152.
Menimbang, bahwa terhadap gugatan rekonvensi dari Para Penggugat Rekonvensi Majelis
Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa bukti surat tertanda T-1 sampai T-2 berupa surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2012 dan 2013 dengan objek pajak bumi
dan bangunan, luas 1.646 M2 kelas 089, atas nama dan alamat wajib pajak yaitu MS/SR serta
bukti surat tanda T-3 Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi Dan Bangunan
Tahun 2014 dengan objek pajak bumi dan bangunan, luas 283 M 2 kelas 091, atas nama dan
alamat wajib pajak yaitu MS/PN bukti kepemilikan sehingga tidak dapat dijadikan sebagai
dasar kepemilikan tanah objek sengketa serta adanya keterangan Saksi Mm, Saksi Sh, Dan
Saksi Al yang pada pokoknya itu tidak mengetahui secara jelas riwayat tanah dan kepemilikan
objek sengketa, hanya mengetahui dari “katanya”, sehingga hal tersebut dikualifikasikan saksi
yang mendengar dari kesaksian orang lain (testimony de auditu) maka alat bukti tertanda T-1,
T-2, dan bukti saksi-saksi tersebut dikesampingkan;
Menimbang, bahwa bukti surat tertanda T4 dan t 5 berupa surat undangan kepala desa pohsangit
Lor hanya menunjukkan pernah diupayakan musyawarah perdata di Desa;
Menimbang, bahwa bukti surat tertanda T-6 berupa Buku C Desa Pohsangit Lor, Kecamatan
Wonomerto, Kabupaten Probolinggo No. 152, persil 20 Klas d.I luas keseluruhan 2558 da atas
nama B.MS merupakan fotokopi dari fotokopi, kemudian adanya coretan yang menunjukkan
telah beralih karena adanya peristiwa hukum jual beli pada tanggal 28 Januari 1992 seluas 1680
da dan beralih ke Buku C Nomor 795, jadi luas tanah atas nama B.MS menjadi 2390 da yang
oleh Penggugat Rekonvensi dijadikan objek sengketa, kemudian Penggugat Rekonvensi I tidak
dapat menunjukkan akta aslinya, maka berdasarkan Pasal 302 Rbg dan Pasal 1889 KUHPerdata
Majelis Hakim menilai terhadap bukti surat tertanda T-6 tersebut tidak memiliki nilai
pembuktian sempurna, terlebih adanya sangkalan dari Tergugat Rekonvensi;
Menimbang, bahwa bukti tertanda T-7 berupa Tanda Pendaftaran Sementara Tanah Milik
Indonesia atas nama B.MS atas tanah No. 152, persil klas d.I luas keseluruhan 2558 kemudian
adanya coretan yang menunjukkan telah beralih karena adanya peristiwa hukum jual beli pada
tanggal 28 Januari 1992 seluas 1680 da dan beralih ke Buku C nomor 795, namun dalam fakta

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 19
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

persidangan tidak terungkap adanya jual beli, maka Majelis Hakim berpendapat terhadap bukti
T-7 tersebut haruslah ditolak;
Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan rekonvensi Penggugat Rekonvensi I itu nomor 1
yang pada pokoknya yang menjadi tanah objek sengketa bukanlah luas keseluruhan 2558 da
melainkan tanah peninggalan Almh. B.MS/objek lainnya/objek yang belum terjual dalam bukti
yang dimiliki Penggugat Rekonvensi I Dan II Buku C Desa nomor 152 persil 20 dl luas 2.390
da atas nama B.MS, maka tuntutan Penggugat Rekonvensi dalam konteks tanah peninggalan
Almh B.MS/objek lainnya/objek yang belum terjual adalah ketidak jelasan objek sengketa.
kemudian sebagai konsekuensi bukti T-7 ditolak serta keterangan saksi yang mendengar dari
kesaksian orang lain (testimony de auditu), lalu yang benar objek sengketa adalah terhadap luas
keseluruhan 2558 da, tidak pernah ada proses jual beli, apalagi adanya pewarisan, maka Majelis
Hakim berpendapat terhadap petitum gugatan rekonvensi Penggugat Rekonvensi I nomor 1
tidak beralasan hukum dan dinyatakan ditolak;
Menimbang, terhadap petitum gugatan rekonvensi Penggugat Rekonvensi I Nomor 2 yang pada
pokoknya harus segera adanya pengosongan terhadap objek sengketa, oleh karena Penggugat
Rekonvensi tidaklah memiliki alas hak terhadap objek sengketa, Maka Majelis Hakim
berpendapat petitum tersebut harus dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena petitum nomor 1 dan 2 gugatan rekonvensi Penggugat
Rekonvensi I dinyatakan ditolak, maka gugatan rekonvensi Penggugat Rekonvensi I harus
dinyatakan ditolak untuk seluruhnya.

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI


Menimbang, bahwa terhadap petititum gugatan Para Penggugat Konvensi nomor 8 yaitu :
”Menghukum Para Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini”,
karena gugatan Penggugat dikabulkan untuk sebagian dan Tergugat tidak dapat membuktikan
dalil saangkalannya, oleh karena itu Tergugat adalah pihak yang kalah dalam perkara ini, maka
sesuai dengan Pasal 181 HIR sudah tepat dan adil kalau biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini dibebankan kepada Tergugat Konvensi/Penggugat Rekovensi yang jumlahnya
sebagaimana dalam Amar Putusan ini, maka dengan demikian Majelis Hakim berpendapat

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 20
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

terhadap petitum gugatan Penggugat Konvensi/Penggugat Rekovensi pada nomor 8 adalah


beralasan menurut hukum untuk dikabulkan.
Mengingat bahwa Pasal 163 HIR, Pasal 180 HIR, Pasal 181 HIR, Pasal 1865 KUHPerdata,
Pasal 925 KUHPerdata, Pasal 1370 KUHPerdata, Pasal 1371 KUHPerdata, Pasal 1372
KUHPerdata, Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 3 tahun 2000, Putusan Mahkamah
Agung RI Nomor 3909 K/Pdt/1994, Putusan perkara Peninjauan Kembali No.650/PK/Pdt/1994
dan peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan perkara ini.
4. Amar Putusan
MENGADILI :
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
1. Menolak Eksepsi Tergugat I untuk seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA
1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan menurut hakim Almh. B.MSadalah pemilik yang sah atas tanah persil Nomor
20 seluas 2558 da yang terletak di Desa Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten
Probolinggo, dengan alas hak letter C No 152 atas nama B.MS, dengan batas batas tanah :
- Sebelah Utara : Jalan Desa
- Sebelah Timur : Tanah milik B.M al. SS dan tanah milik B.M;
- Sebelah Selatan : Jalan Desa;
- Sebelah Barat : Jalan Kecil;
3. Menyatakan menurut hukum penguasaan oleh Para Tergugat atas sebagian tanah persil
Nomor 20 sebagaimana yang diuraikan pada posita poin 3 atau dalam petitum poin 2 di
atas, antara lain sebagai berikut :
a. Penguasaan oleh Tergugat 1 : tanah persil Nomor 20 seluas kurang lebih 450 m 2 ,
dengan batas-batas tanah :
- Sebelah Utara : Tanah milik Almh, B.MS/ B. EJ
- Sebelah Timur : Tanah milik B. AJ
- Sebelah Selatan : Jalan Desa
- Sebelah Barat : Tanah milik almh. B.MS/B.ST
Adalah merupakan perbuatan melawan hak dan melawan hukum.

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 21
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

b. Penguasaan oleh tergugat 2 : tanah nomor 20 seluas kurang lebih 450 m2 , dengan batas
batas tanah :
- Sebelah Utara : Jalan Desa
- Sebelah Timur : Tanah milik BL
- Sebelah Selatan : Tanah milik Almh. B.MS/N
- Sebelah Barat : Tanah milik Almh. B.MS/My
Adalah merupakan perbuatan melawan hak dan melawan hukum.
4. Menghukum Para Tergugat atau siapapun juga yang memperoleh hak dari padanya untuk
segera mengosongkan Tanah Sengketa 1 Dan Tanah Sengketa 2 dari segala sesuatu yang
ada di atasnya baik tumbuhan maupun bangunan yang berdiri di atasnya dan selanjutnya
menyerahkan Tanah Sengketa 1 Dan Tanah Sengketa 2 dalam keadaan kosong kepada Para
Penggugat selaku Ahli Waris dari Almh. B.MS tanpa syarat apapun, jika perlu
pelaksanannya dengan bantuan aparat Negara / polisi
5. Menolak gugatan Para Penggugat untuk selain dan selebihnya;
DALAM REKONVENSI
- Menolak gugatan rekonvensi Penggugat Rekonvensi / Tergugat Konvensi I untuk
seluruhnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
1. Menghukum Para Tergugat Konvensi/Para Penggugat Rekonvensi untuk membayar biaya
perkara yang hingga saat ini slah Rp. 2.837.000,00,- (dua juta delapan ratus tiga puluh ribu
rupiah).

Keterangan : Nama-nama yang tercantum dalam penelitian skripsi ini adalah nama yang
di inisialkan, karena menyangkut privasi seseorang yang tidak layak untuk di publikasikan
dalam penelitian skripsi maupun penelitian karya ilmiah lainnya.

Analisis Penulis Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Kraksaan


Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs
Analisis mengenai Pertimbangan hukum dalam perkara ini setelah meneliti secara saksama,
Putusan Pengadilan Negeri Kraksaan ternyata Judex Facti sudah tepat dan tidak salah
menerapkan hukum dengan analisis pertimbangan sebagai berikut:

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 22
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

1. Penggugat pada pokoknya mendalilkan bahwa tanah objek perkara Nomor 20 seluas 2558
da yang terletak di Desa Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo
dengan alas hak letter C nomor 152 adalah atas nama B.MS selaku pewaris dari Para
Penggugat.
2. Para Tergugat telah membantah dalil gugatan Penggugat tersebut, dengan mendalilkan pula
yang pada pokoknya bahwa tanah objek perkara merupakan harta peninggalan Almh B.MS
berdasarkan alas hak Buku C Desa Nomor 152 atas nama B.MS telah beralih ke Buku C
nomor 795, seolah-olah dengan adanya peralihan tersebut ahli waris Almh B.MS tidak
memiliki hak atas seluruh tanah Nomor 20 seluas 2558 da yang terletak dengan alas hak
letter C Nomor 152.
3. Dengan adanya alat-alat bukti dan keterangan saksi yang diajukan oleh Para Penggugat,
menguatkan dalil gugatannya tersebut dengan mengajukan bukti berupa surat, tertanda
bukti P-1 sampai dengan bukti P-4 dan keterangan empat orang saksi dengan analisa
sebagai berikut:
a. Para penggugat mampu membuktikan bahwa tanah sengketa tersebut merupakan atas
nama B.MS selaku pewaris dari para penggugat, Bahwa bukti yang diajukan oleh para
penggugat berupa Buku Desa (Krawangan) yang menunjukkan lokasi objek sengketa
di persil Nomor 20 kelas dl Nomor 152 serta berupa lembaran Buku C Desa atas bidang
tanah persil Nomor 20 seluas 2558 da.
b. Sesuai dengan pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang mana menegaskan bahwa Letter C
merupakan salah satu bukti tertulis sebagai bukti permulaan adanya tanda bukti
kepemilikan hak atas tanah pengganti sertifikat yang belum diterbitkan, namun Letter
C dapat dijadikan bukti kepemilikan sepanjang dapat dibuktikan kebenaran data fisik
dan data yuridisnya serta adanya bukti-bukti tertulis lainnya (krawangan)
c. Selain alat bukti surat yang diajukan oleh para penggugat tersebut didukung dengan
bukti lain yakni Bukti Saksi, yang mana Keterangan Para Saksi saling berkesesuaian
antara yang satu dengan yang lainnya mengenai kepemilikan tanah objek sengketa
tersebut. Sehingga mendapatkan fakta hukum mengenai status kepemilikan atas
sebidang tanah persil Nomor 20 seluas 2558 da tersebut adalah atas nama B.MS.

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 23
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

4. Adapun alat-alat bukti dan keterangan saksi yang diajukan oleh Para Tergugat tertanda T-
1 sampai T-7 dengan analisa sebagai berikut:
a. Para Tergugat mengajukan bukti surat tertanda T-1 sampai T-2 berupa surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2012 dan
2013 dengan objek pajak bumi dan bangunan, luas 1.646 M2 kelas 089, atas nama dan
alamat wajib pajak yaitu MS/SR serta bukti surat tanda T-3 Pemberitahuan Pajak
Terhutang (SPPT) Pajak Bumi Dan Bangunan Tahun 2014 dengan objek pajak bumi
dan bangunan, luas 283 M2 kelas 091, atas nama dan alamat wajib pajak yaitu MS/PN.
Akan tetapi bukti SPPT tersebut bukanlah merupakan dasar untuk menunjukkan suatu
hak milik, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar kepemilikan tanah objek
sengketa, dan bukti surat tertanda T-4 dan T-5 berupa Surat Undangan Kepala Desa
Pohsangit Lor yang hanya menunjukkan pernah diupayakan musyawarah perdata di
Desa.
b. Adapun bukti surat tertanda T-6 berupa Buku C Desa Pohsangit Lor, Kecamatan
Wonomerto, Kabupaten Probolinggo No. 152, persil 20 Klas d.I luas keseluruhan 2558
da atas nama B.MS merupakan fotokopi dari fotokopi, kemudian terdapat coretan yang
menunjukkan bahwa telah beralih karena adanya peristiwa hukum jual beli pada
tanggal 28 Januari 1992 seluas 1680 da dan beralih ke Buku C Nomor 795, jadi luas
tanah atas nama B.MS menjadi 2390 da yang oleh Penggugat Rekonvensi/Tergugat
dijadikan objek sengketa, akan tetapi Tergugat tidak dapat menunjukkan akta aslinya,
sehingga berdasarkan Pasal 302 Rbg dan Pasal 1889 KUHPerdata bukti surat tertanda
T-6 tersebut tidak memiliki nilai pembuktian sempurna, terlebih adanya sangkalan dari
Penggugat.
c. Kemudian bukti tertanda T-7 berupa Tanda Pendaftaran Sementara Tanah Milik
Indonesia atas nama B.MS atas tanah No. 152, persil klas d.I luas keseluruhan 2558
kemudian adanya coretan yang menunjukkan telah beralih karena adanya peristiwa
hukum jual beli pada tanggal 28 Januari 1992 seluas 1680 da dan beralih ke Buku C
nomor 795, namun dalam fakta persidangan tidak terungkap adanya jual beli.
d. Selain itu, keterangan saksi dari Para Tergugat yang pada pokoknya itu tidak
mengetahui secara jelas riwayat tanah dan kepemilikan objek sengketa, hanya

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 24
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

mengetahui dari “katanya”, sehingga hal tersebut dikualifikasikan saksi yang


mendengar dari kesaksian orang lain (testimony de auditu).
5. Mengenai petitum gugatan para penggugat nomor 3 yang pada pokoknya penguasaan oleh
Para Tergugat atas sebagian tanah persil nomor 20 (objek sengketa) adalah perbuatan
melawan hak dan melawan hukum, dengan analisa sebagai berikut :
a. Bahwa yang dimaksud dengan Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige daad)
adalah berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata, yaitu tiap perbuatan melanggar hukum
yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang itu karena
kesalahannya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
b. Bahwa tanah objek sengketa merupakan tanah milik Almh B.MS yang menjadi harta
peninggalan bagi para ahli warisnya serta didukung bukti saksi 1. Saksi Sd, 2. Saksi
Sa, 3. Saksi Mu, 4. Saksi Am yang pada pokoknya menerangkan tentang silsilah
keluarga Almh. B.MS sedangkan dalam hal ini Para Tergugat bukanlah ahli warisnya
maka penguasaan yang dilakukan oleh Para Tergugat terhadap tanah objek sengketa
tersebut merupakan perbuatan yang melanggar hak subjektif orang lain.
Mengenai daluwarsa dalam perkara ini, menurut penulis tidak ada gejala hukum mengenai
dalwuarsa meskipun para tergugat telah menguasai tanah sengketa dan melawan hukum selama
32 tahun yang artinya jika mengacu pada pasal 1946 KUHPerdata maka penguasaan tersebut
sudah tergolong lewat waktu (Daluwarsa) yang telah ditentukan oleh Undang-Undang, akan
tetapi penerapan pasal 1946 KUHPerdata hanya dapat diterapkan jika tergugat menguasai tanah
dengan itikad baik dan didasarkan suatu alas hak yang sah.

D. Simpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang dapat penulis ambil dalam penelitian skrpsi ini adalah :
1. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Perbuatan Melawan Hukum atas Penguasaan
Sebidang Tanah yang telah Mencapai Daluwarsa menurut ketentuan KUHPerdata adalah
sebagai berikut :
a. Perbuatan melawan Hukum (PMH) diatur dalam pasal 1365 s/d Pasal 1380
KUHPerdata, khususnya dalam Pasal 1365 bahwa :

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 25
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

“Tiap perbuatan melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut”.
b. Penguasaan Tanah/Hak Atas Tanah/Hak Milik diatur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-
Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan dalam
membuktikan bahwa seseorang mempunyai hak atas tanah atau hak milik diatur dalam
Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah. Jadi apabila seseorang merasa bahwa dirinya yang
menguasai sebidang tanah maka harus dibuktikan atau didasarkan suatu alas hak yang
sah.
c. Daluwarsa diatur dalam Pasal 1946-1993 KUHPerdata. Yang pada intinya perolehan
hak melalui daluwarsa hanya dapat terjadi dengan itikad baik.
2. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Kraksaan dengan Nomor Perkara
19/Pdt.G/2019/PN.Krs adalah sudah melalui pertimbangan hukum yang tepat. Bahwa
berdasarkan fakta persidangan Para Penggugat mampu membuktikan bahwa tanah
sengketa tersebut merupakan atas nama B.MS selaku pewaris dari Para Penggugat, dan
bukti yang diajukan merupakan bukti yang kuat berupa Buku Desa (Krawangan) yang
menunjukkan lokasi objek sengketa di persil Nomor 20 kelas dl Nomor 152 serta berupa
lembaran Buku C Desa atas bidang tanah persil Nomor 20 seluas 2558 da. Oleh karena itu,
pada pokoknya penguasaan oleh Para Tergugat atas sebagian tanah objek sengketa adalah
perbuatan melawan hak dan melawan hukum dan menghukum Para Tergugat untuk
menyerahkan Tanah Sengketa 1 dan 2 dalam keadaan kosong kepada Para Penggugat
selaku Ahli Waris dari Almh. B.MS tanpa syarat apapun.
Mengenai daluwarsa dalam perkara ini, tidak ada gejala hukum mengenai daluwarsa meskipun
Para Tergugat telah menguasai tanah sengketa dan melawan hukum selama 32 tahun, karena
perolehan hak melalui daluwarsa hanya dapat terjadi dengan itikad baik, dan tindakan menagih
atau menggugat termasuk dalam pencegahan daluwarsa.

2. Saran

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 26
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Dari kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :


1. Dalam ketentuan hukum perlu dilakukan perubahan yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan sesuai dengan dinamika perkembangan hukum nasional Indonesia, mengingat
bahwa Peraturan Perundang-Undangan yang di pakai sebagai hukum positif di Indonesia
saat ini masih menggunakan hukum Kolonial Belanda.
Untuk pertimbangan hukum yang ditegaskan oleh hakim, hendaknya perlu ditelaah atau adanya
pengembangan kembali dalam menerapkan Peraturan Perundang-undangan yang dipakai dalam
perkara yang ditangani, dan perlu ditingkatkan juga pemahaman keilmuan hukum khususnya
ilmu kehakiman, sehingga dalam menegakkan atau memutus suatu perkara sesuai dengan
tujuannya yakni kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum.

E. Daftar Pustaka
1. Buku, Jurnal, Makalah
Gracia Lempoy, Putri. 2017. “Kajian Hukum Hak Atas Tanah Tanpa Sertifikat Yang Diduduki
Seseorang Menurut Pasal 1963 Kuhperdata”. Lex Crimen Vol. VI/No. 2.
Juli Moertiono, R. 2020. “Perbuatan Melawan Hukum Akibat Penguasaan Tanah Tanpa Hak”.
Jurnal Ilmiah METADATA, Volume 2 Nomor 1 Januari.
Mahardika, Tim. 2016. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),
Yogyakarta: Pustaka Mahardika.
Maru Hutagalung, Sophar. 2011. Praktik Peradilan Perdata. Ed.1, Cet.2. Jakarta: Sinar
Grafika.
Muhammad, Abdulkadir. 2017. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti.
Muhaimin. 2020. Metode Penelitian Hukum. Cet. Ke-1. Mataram-NTB: Mataram University
Press.
Rizqy, Fitrah dan Syahrizal. 2018. Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan Melawan Hukum
Dan Sanksinya, Jurnal Justicia, Vol 3, No 2.
Soeroso. 2011. Praktik Hukum Acara Perdata. Tata Cara dan Proses Persidangan. Jakarta:
Sinar Grafika.
Subekti. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.
Sutedi, Adrian. 2010. Peralihan Hak atas Tanah Dan Pendaftarannya. Jakarta : Sinar Grafika.
Uway, Vanesa Inkha Zefanya. 2017. “Kajian Terhadap Hak Milik Atas Tanah Yang Diduduki
Secara Melawan Huku”. Jurnal Lex Administratum Vol. V/No. 1.

2. Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (Herziene Indonesisch Reglement / HIR)

Putusan Pengadilan Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.Krs

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 27
Abdur Rohim
JUSTNESS
Jurnal Hukum Politik dan Agama, Vol. 01 No. 02, Desember 2021

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan

3. Sumber Lainnya
http://dimarzuliaskimsah.wordpress.com.,pendapathukum-tentang-pendudukan-tanah-oleh-
pihak-yangtidak-berhak-dan-daluwarsa-perolehan-hak-atas-tanah.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5142a15699512/perbuatan-melawan-
hukum-dalam-hukum-perdata-dan-hukum-pidana/.
https://kbbi.web.id/kuasa.
http://sugalilawyer.com/gugatan-perdata-perbuatan-melawan-hukum/
https://www.99.co/id/panduan/sengketa-tanah
Gianina Shannon http://lib.ui.ac.id/detail?id=20367790&lokasi=lokal
https://id.wikisource.org/wiki/Kitab_Undang-Undang Hukum Perdata/Buku Keempat
https://manplawyers.co/2019/09/13/hal-ihwal-daluwarsa-dalam-hukum-perdata/
http://sugalilawyer.com/gugatan-perdata-perbuatan-melawan-hukum/

Tinjauan Hukum Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Atas Penguasaan Sebidang Tanah Yang Telah
Mencapai Daluwarsa Menurut Kitab
(Studi Putusan Perkara Nomor. 19/Pdt.G/2019/PN.KRS)
Undang-Undang Hukum Perdata
|
Justness 28
Abdur Rohim

You might also like