Jurnal Saya
Jurnal Saya
Jurnal Saya
abstract
Humpback grouper requires suitable water quality for life whether physics,
biology, or chemistry aspect. The purpose of this study is to determine the physical
indicators, chemical parameters, and the appropriateness level of waters for potentially
conducting fish farming activities of Humpback grouper by employing floating cage in
waters of Bay Rigaih, Aceh Jaya District. Researcher conducted the study from August
to September 2016 and employed survey approach. Determining the location of the
sampling point is by using purposive sampling. The sampling coordinates recorded with
the Global Positioning System (GPS). Based on data from research sampling, The
results show mean value for each physical parameters such as: a). The depth is 9.5 m;
b). the brightness is 3.7 m; c). water temperature is27,66 oc; d). The current speed is
20.25 cm/sec. Samples of some stations show mean values of chemical parameters such
as: a). DO is 7.65 mg / l; b). pH is 7.59; c). salinity is 38.75 ppt. The High level of
appropriatenessfor humpback grouper farming was shown at station 4 for every physical
and chemical parameter, so itconcludesthat station 4 meet the criteria of quality waters
for the development.
Keywords : Analysis of suitability, Lhok Rigaih, Humpback grouper, floating net cage
system
I. Pendahuluan
Perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan
hidup telah mendorong masyarakat budidaya untuk memenuhi permintaan pasar untuk
kesedian ikan khususnya ikan kerapu melalui usaha budidaya. Tingginya harga
komoditas ini juga karena ketersediaannya di alam mulai berkurang (ReizaJ et al.,2014).
Permintaan terus meningkat, baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Peluang budidaya
terbuka luas karena lahan usaha budidaya cukup tersedia dan keuntungannya besar.
Perairan Teluk Rigaih adalah salah satu wilayah di Aceh Jaya yang memiliki
potensi untuk budidaya keramba jaring apung, seperti ikan nila, kerapu, kakap, lobter.
Pengembangan budidaya kerapu bebek perlu didukung oleh kondisi kawasan yang
sesuai untuk kelangsungan dan keberhasilan budidaya. Perairan Rigaih merupakan
daerah yang berada di kawasan pesisir dan terdapat pemukiman penduduk, pelabuhan
kapal nelayan di sekitarnya. Beberapa model dan metode pembudidayaan ikan kerapu
33
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
bebek terus di gali dan diteliti untuk mendapatkan salah satu model pembudidayaan
yang paling efisien. Salah satunya model yang sudah diterapkan adalah metode
Keramba Jaring Apung (KJA). Model ini dirasakan paling cocok untuk diterapkan di
daerah Aceh jaya , mengingat kondisi spesifik alam yang mendukung.
Ikan kerapu bebek (Cromileptis altivelis) merupakan ikan laut yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk di kembangkan. Namun budidaya kerapu
masih mengalami masalah, diantaranya pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan
dengan jenis kerapu lainnya (Usman et al., 2006). Selain itu dalam pemeliharaan
keramba jaring apung (KJA), ikan mudah mengalami stres akibat perubahan kondisi
lingkungan dan penanganan yang berakibat pada rentannya ikan terserang penyakit
bahkan mengalami kematian.
Ikan kerapu bebek membutuhkan kualitas air yang sesuai bagi kehidupannya, baik,
fisika air, biologi air, maupun kimia air. Oleh karena itu perlu di lakukan penelitian
mengenai kualitas air dan tingkat kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu bebek
sistem keramba jaring apung di Perairan rigaih dan Bagaimana tingkat kesesuaian
perairan teluk Rigaih untuk budidaya ikan kerapu bebek dengan KJA.
Dalam usaha budidaya ikan kerapu bebek melalui keramba jaring apung, kualitas
air merupakan faktor pendukung yang sangat berperan dalam keberhasilan budidaya.
Kualitas air yang berperan terhadap kelangsungan hidup pada pertumbuhan ikan kerapu
bebek meliputi: suhu air, oksigen terlarut, Ph air, salinitas dan ammonia (Akbar dan
Sudaryanto, 2001). Guna menyelamatkan dan mendayagunakan sumber kekayaan alam,
maka pengembangan budidaya ikan kerapu bebek harus dilakukan secara serius dan
usaha pembesarannya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung di laut
diharapkan dapat menjadi prioritas utama dalam memenuhi permintaan pasar. Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian tentang analisis kesesuaian tentang kualitas air di
perairan Lhok Rigah sebagai syarat penentuan lokasi budidaya ikan keramba jaring
apung secara maksimal, dan untuk menunjang kegiatan ini perlu diadakan analisis
kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya ditinjau dari parameter fisika dan kimia
perairan. Semoga dengan adanya penelitian saya ini bisa memberi informasi tentang
kesesuaian perairan Teluk Rigaih bagi masyarakat Aceh Jaya khususnya masyarakat
Suka Bakti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai parameter fisika dan kimia oseanografi di perairan Rigaih.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian perairan yang berpotensi untuk melakukan kegiatan
budidaya kerapu bebek dengan unit keramba jaring apung di Perairan teluk Rigaih
Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kegiatan budidaya ikan kerapu
bebek di lokasi Perairan teluk Rigaih.
2. Sebagaibahan acuan oleh masyarakat atau pemerintah daerah dalam pengembangan
kegiatan budidaya ikan kerapu bebek di lokasi tersebut.
34
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
Stastiun pertama terletak pada lokasi yang berdekatan dengan dermaga Rigah.
Statiun kedua terletak pada lokasi ditengah perairan Rigah dan berjarak sekitar ± 100 m
dari daratan. Statiun tiga terletak di sebelah barat pulau Resam, dan berjerak ± 100
meter dari bibir pantai pulau resam. Lokasi stasiun empat berada di sisi barat perairan
lhok rigah, dimana statiun ini berdekatan bibir pantai calang, stastiun empat berjarak
sekitar ± 150 meter dari bibir pantai calang. Titik koordinat masing-masing stasiun
dapat di lihat pada tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
35
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
36
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
(GPS) dengan format: latitude; longitude. Sampel yang diukur secara langsung
dilakukan secara in situ.Pengambilan data lapangan berupa pengambilan data kimia
fisika oseanografi.Pengambilan data meliputi pengukuran kedalaman, kecerahan,
salinitas, pH, arus, ombak, suhu, kisaran pasang surut.
37
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
3) Kelas S3: Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65 - 74% Daerah ini
mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat
perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan atau
tingkatan perlakuan yang diperlukan.
4) Kelas N: Tidak Sesuai (Not Suitable) Nilai < 65% Daerah ini mempunyai pembatas
permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan
pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui perubah syarat yang dijadikan acuan
dalam pemberian bobot.Karena itu, perubah yang dianggap penting dan dominan
menjadi dasar yang kurang dominan.Untuk melihat keberadaan peubah diatas, maka
hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi terhadap perubah
syarat, diperlukan sebagai data penunjang. Hubungan tersebut dianalisis mengunakan
model matematika regresi berganda (multiple regression), yaitu persamaan regresi
dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen
Tabel 2.Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Ikan Kerapu
Bebek
Variabel Kisaran Batas nilai Bobot Skor Sumber
(a) (b) (axb)
38
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
10
8
6 13.7
10.6
4 7.62 6.7
2
0
I II III IV
Stasiun
39
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
b. Kecerahan
Kecerahan pada perairan rigaih berkisar antara 3,4-3,9 meter. Gambar 3
menunjukkan dimana nilai kecerahan tertinggi berada di stasiun III yang merupakan
stasiun yang berada ditengah Teluk Lhok Rigaih dan kedalaman yang tertinggi berada
di stasiun IV.
Semakin cerah perairan tersebut akan semakin dalam cahaya yang menembus ke
dalam perairan. Pengamatan dan analisis data dari seluruh stasiun di perairan Teluk
Lhok Rigaih dimana kecerahan pada perairan rigaih bekisar antara di setiap stastiun
berkisar 3,4 - 3,9 meter. Kecerahan tertinggi berada padastastiun IV, tinggi nilai
kecerahan pada stasiun ini bisa disebabkan oleh Pendugaan lain dari peneliti adalah
adanya pemantulan cahaya intensitas yang bervariasi menurut sudut datang cahaya.
Effendi (2003) mengatakan bahwa, pemantulan cahaya mempunyai intensitas yang
bervariasi menurut sudut datang cahaya. dan Kecerahan terendah berada pada stastiun
III, rendahnya kecerahan pada stastiun III di sebabkan oleh kecepatan arus yang sangat
tinggi. kecepatan arus yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kemampuan badan air
untuk membawa dan mengangkut bahan pencemar.
4
3.9 3.9
3.8 3.83
Kecerahan (m)
3.7 3.7
3.6
3.5
3.4 3.4
3.3
3.2
3.1
I II III IV
Stasiun
40
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
c. Suhu Perairan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dilapangan suhu rata-rata setiap stasiun dapat
dilihat pada Gambar 4 yang berkisar antara 26,6 – 29,5°C dimana stasiun 3 memiliki
suhu yang tinggi yaitu 29,5°C selanjutnya diikuti stasiun 4 yaitu 29,3°C, kemudian
stasiun 3 yaitu 27,6°CDan stasiun 1yaitu 26,6°C.
Menurut Putra (2014) suhu 28 - 30°C sanagt sesuai untuk budidaya kerapu bebek.
Hasil pengamatan dan analisis data parameter suhu di perairan Teluk Lhok Rigaih
Kecamatan Suka Bakti Kabupaten Aceh Jayaberkisar antara 26,6°C - 29,5°C. Suhu
tertinggi terdapat pada stastiun III dan VI. Tinggi suhu pada lokasi III dan VI,
tingginya suhu pada setiap stastiun di perairan lhok rigah disebabkan oleh adanya
perbedaan waktu saat pengambilan sampel yang berpengaruh pada proses penguapan.
Menurut (Nontji, 1993) Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi
seperti curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya matahari. Hasil pengukuran suhu perairan pada lokasi penelitian menunjukan
pada stasiun III (29,5°C) dan stasiun IV 29,3°C) termasuk kedalam kriteria sangat
sesuai. Sedangkan stasiun II (27,6°C) dan stasiun I (26,6°C) masuk dalam kriteria
cukup sesuai untuk lokasi budidaya ikan kerapu bebek.
d. Kecepatan Arus
Kecepatan arus permukaan hasil pengukuran pada lokasi pengamatan berkisar
antara 18,66 - 27,77 cm/det.Sebaran kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar 6. Dari
hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata kecepatan arus yaitu stasiun I berkisar antara
18,66 cm/det, stasiun II berkisar antara 19,66 cm/det, stasiun III berkisar antara 27,33
cm/det, dan stasiun IV berkisar antara 20,66 cm/det.
41
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
Menurut Evalawati et al. (2001) bahwa kecepatan arus permukaan yang baik untuk
usaha budidaya ikan dalam KJA berkisar antara 0.15 – 0.30 m/s. Kecepatan arus dari
hasil pengukuran pada lokasi pengamatan berkisar antara 18,66 - 27,77 cm/det. Arus
tertinggi berada di stasiun IV, Tingginya nilai arus pada setiap stastiun III di sebab kan
oleh pasang surut dan lokasi berdekatan dengan daratan pulau rigah. MenurutJumadi
(2011) Arus permanen secara faktual tidak dapat diketahui, sehingga disimpulkan
bahwa arus yang terjadi merupakan arus lokal akibat pasang-surut pada perairan
tersebut. Hasil pengamatan dan analisis data dari seluruh stasiun di perairan Teluk Lhok
Rigah Kecamatan Suka Bakti Kabupaten Aceh Jaya menunjukan pada stasiun I dan II
lokasi masuk dalam kriteria cukup sesuai. Dan pada stasiun III dan VI masuk dalam
kriteria sangat sesuai untuk lokasi budidaya ikan kerapu bebek.
7.7
7.68
7.66 7.66 7.66
7.64
7.63
7.62
7.6
7.58
I II III IV
Stasiun
42
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
Menurut Evalawati et al. (2001), ikan Kerapu dapat hidup layak dalam Karamba
Jaring Apung dengan konsentrasi oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l. Sedangkan Pada
perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 mg/l ikan masih mampu bertahan hidup,
akan tetapi nafsu makan ikan mulai menurun (Ghufran, 2010). Dari 4 stasiun
pengamatan diperoleh konsentrasi DO rata-rata setiap stasiun yang berkisar antara 7,63
mg/l – 7,73 mg/l, tingginya oksigen terlarut pada setiap stasiun dikarenakan oleh arus
yang tinggi , suhu air, salinitas dan tekanan udara di perairan Lhok Rigah. (Effendi,
2003) mengatakankadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian, musiman,
pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah
yang masuk ke badan air.
7.7
7.65
7.6
7.6
7.55
7.5 7.5
7.5
7.45
7.4
I II III IV
Stasiun
43
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
g. Salinitas
Hasil penelitian pada lokasi pengamatan didapatkan nilai salinitas berkisar antara
34,33 - 38,33 ppt. Statiun ke III memiliki nilai salinitas tertinggi yaitu 38,33 ppt, dan
statiun ke IV memiliki nilai salinitas terendah yaitu 34,33 ppt. Dari hasil pengamatan
pada lokasi penelitian didapatkan nilai salinitas berkisar antara 34,33 - 38,33 ppt.
Salinitas tersebut sesuai dengan pernyataan Brotowidjoyo et al., (1995) Salinitas air
laut bebas mempunyai kisaran 30 - 36 ppt.
Pola sebaran nilai salinitas di lokasi pengamatan dapat dilihat pada. Konsentrasi
salinitas yang tinggi pada terdapat pada stasiun 3, tingginya salinitas pada stastiun III
dikarenakan oleh stasiun ini dekat dengan arah laut lepas, dan juga hal ini disebabkan
tidak adanya masukan air tawar (run off ) dari daratan. sedangkan pada lokasi I
dikarenakan tidak adanya masukan air tawar (run off ) dari daratan.
44
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
Suitable) Nilai 65 - 74% Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih
meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan. Sedangkan stasiun III
dan stasiun IV yaitu berkisar 87,3% termasuk kedalam kriteria sangat sesuai untuk
dilakukan kegiatan budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung dimana
hasil tersebut dukung oleh pernyataan Trisakti (2003) Kelas S1: Sangat Sesuai (Highly
Suitable) Nilai 85 - 100% Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk
menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak
akanmenaikan masukan atau tingkat perlakuan yang diberikan.
IV. Kesimpulan
Nilai rata-rata parameter fisika dan kimia pada semua stasiun yaitu didapatkan
tingkat kedalaman berkisar9,50 m, kecerahan berkisar 3,70 m, suhu perairan berkisar
27,66 oC, kecepatan arus berkisar 20,25 cm/det, DO berkisar 7,65 mg/l, pH berkisar
7,59 dan salinitas berkisar 38,75 ppt.Tingkat kesesuain yang tinggi untuk melakukan
budidaya ikan kerapu bebek didapatkan pada stasiun 4 dikarenakan pada setiap
parameter fisika dan kimia perairan pada stasiun tersebut sangat mendukung.
Daftar Pustaka
Akbar, S dan Sudaryanto.2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus.
Penebar Swadaya. Jakarta
Beveridge, M.C.M. 1996. Cage aquaculture (eds 2nd). Fishing News Books LTD.
Farnham,Surrey, England. 352 p.
Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan
Perairan dan Budidaya Air .Penerbit Liberty. Yogyakarta.
45
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564
Direktorat Jendral Perikanan .2002. Budidaya, Balai Budidaya Laut. Bandar Lampung.
Evalawati., M. Meiyana dan T. W. Aditya. 2001. Pembesaran Kerapu Macan
(Epinephelus fuscogutattus) Dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Keramba
Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hasnawiya, 2012. Studi Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Kerapu Dalam Karamba
Jaring Apung Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Teluk Raya Pulau
Singkep, Kepulauan Riau.Universitas Diponegoro Semarang.Journal Of
Aquaculture Management and Technology Vol 1, No 1, Tahun 2012, Halaman
87-101
Jumadi. W. 2011. Penentuan Kesesuaian Lahan Keramba Jaring Apung Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscogutattus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor.
Reiza A.J, et al.,2014. http://www.academia.edu/7155517/ Budidaya Laut Ikan Kerapu
Bebek.
SNI Bidang Pekerjaan umum Mengenai KUALITAS AIR Edisi 1990 SK SNI M – 49-
1990 03. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Trisakti, B. 2003.Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai.Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta
Usman, rachmansyah, kamaruddin.2006. Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Keong
Mas (Pomacao sp.) Dan Pakan Pembesaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). Jurnal Riset Akuakultul 1:143-150
46