Jurnal Saya

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:

Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id


ISSN: 2355-5564

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN TELUK LHOK RIGAH SEBAGAI


LOKASI BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DENGAN
SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA)

ANALYSIS of SUITABILITY WATER of the BAY LHOK RIGAH WATERS as


the LOCATION of THE CULTIVATION of GROUPER DUCK(Cromileptes
altivelis) with FLOATING NET CAGE SYSTEM

Ika Kusumawati1, Muhammad Arif Nasution1, Riska Diana2


1
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
2
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
Korespondensi : [email protected]

abstract
Humpback grouper requires suitable water quality for life whether physics,
biology, or chemistry aspect. The purpose of this study is to determine the physical
indicators, chemical parameters, and the appropriateness level of waters for potentially
conducting fish farming activities of Humpback grouper by employing floating cage in
waters of Bay Rigaih, Aceh Jaya District. Researcher conducted the study from August
to September 2016 and employed survey approach. Determining the location of the
sampling point is by using purposive sampling. The sampling coordinates recorded with
the Global Positioning System (GPS). Based on data from research sampling, The
results show mean value for each physical parameters such as: a). The depth is 9.5 m;
b). the brightness is 3.7 m; c). water temperature is27,66 oc; d). The current speed is
20.25 cm/sec. Samples of some stations show mean values of chemical parameters such
as: a). DO is 7.65 mg / l; b). pH is 7.59; c). salinity is 38.75 ppt. The High level of
appropriatenessfor humpback grouper farming was shown at station 4 for every physical
and chemical parameter, so itconcludesthat station 4 meet the criteria of quality waters
for the development.

Keywords : Analysis of suitability, Lhok Rigaih, Humpback grouper, floating net cage
system

I. Pendahuluan
Perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan
hidup telah mendorong masyarakat budidaya untuk memenuhi permintaan pasar untuk
kesedian ikan khususnya ikan kerapu melalui usaha budidaya. Tingginya harga
komoditas ini juga karena ketersediaannya di alam mulai berkurang (ReizaJ et al.,2014).
Permintaan terus meningkat, baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Peluang budidaya
terbuka luas karena lahan usaha budidaya cukup tersedia dan keuntungannya besar.
Perairan Teluk Rigaih adalah salah satu wilayah di Aceh Jaya yang memiliki
potensi untuk budidaya keramba jaring apung, seperti ikan nila, kerapu, kakap, lobter.
Pengembangan budidaya kerapu bebek perlu didukung oleh kondisi kawasan yang
sesuai untuk kelangsungan dan keberhasilan budidaya. Perairan Rigaih merupakan
daerah yang berada di kawasan pesisir dan terdapat pemukiman penduduk, pelabuhan
kapal nelayan di sekitarnya. Beberapa model dan metode pembudidayaan ikan kerapu

33
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

bebek terus di gali dan diteliti untuk mendapatkan salah satu model pembudidayaan
yang paling efisien. Salah satunya model yang sudah diterapkan adalah metode
Keramba Jaring Apung (KJA). Model ini dirasakan paling cocok untuk diterapkan di
daerah Aceh jaya , mengingat kondisi spesifik alam yang mendukung.
Ikan kerapu bebek (Cromileptis altivelis) merupakan ikan laut yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk di kembangkan. Namun budidaya kerapu
masih mengalami masalah, diantaranya pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan
dengan jenis kerapu lainnya (Usman et al., 2006). Selain itu dalam pemeliharaan
keramba jaring apung (KJA), ikan mudah mengalami stres akibat perubahan kondisi
lingkungan dan penanganan yang berakibat pada rentannya ikan terserang penyakit
bahkan mengalami kematian.
Ikan kerapu bebek membutuhkan kualitas air yang sesuai bagi kehidupannya, baik,
fisika air, biologi air, maupun kimia air. Oleh karena itu perlu di lakukan penelitian
mengenai kualitas air dan tingkat kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu bebek
sistem keramba jaring apung di Perairan rigaih dan Bagaimana tingkat kesesuaian
perairan teluk Rigaih untuk budidaya ikan kerapu bebek dengan KJA.
Dalam usaha budidaya ikan kerapu bebek melalui keramba jaring apung, kualitas
air merupakan faktor pendukung yang sangat berperan dalam keberhasilan budidaya.
Kualitas air yang berperan terhadap kelangsungan hidup pada pertumbuhan ikan kerapu
bebek meliputi: suhu air, oksigen terlarut, Ph air, salinitas dan ammonia (Akbar dan
Sudaryanto, 2001). Guna menyelamatkan dan mendayagunakan sumber kekayaan alam,
maka pengembangan budidaya ikan kerapu bebek harus dilakukan secara serius dan
usaha pembesarannya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung di laut
diharapkan dapat menjadi prioritas utama dalam memenuhi permintaan pasar. Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian tentang analisis kesesuaian tentang kualitas air di
perairan Lhok Rigah sebagai syarat penentuan lokasi budidaya ikan keramba jaring
apung secara maksimal, dan untuk menunjang kegiatan ini perlu diadakan analisis
kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya ditinjau dari parameter fisika dan kimia
perairan. Semoga dengan adanya penelitian saya ini bisa memberi informasi tentang
kesesuaian perairan Teluk Rigaih bagi masyarakat Aceh Jaya khususnya masyarakat
Suka Bakti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai parameter fisika dan kimia oseanografi di perairan Rigaih.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian perairan yang berpotensi untuk melakukan kegiatan
budidaya kerapu bebek dengan unit keramba jaring apung di Perairan teluk Rigaih
Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kegiatan budidaya ikan kerapu
bebek di lokasi Perairan teluk Rigaih.
2. Sebagaibahan acuan oleh masyarakat atau pemerintah daerah dalam pengembangan
kegiatan budidaya ikan kerapu bebek di lokasi tersebut.

34
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

II. Metode Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan juli 2016. Tahapan yang dilakukan dalam
penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada bulan Januari 2016,
pengambilan data primer dan sekunder, dan analisis data. Lokasi penelitian terletak di
Perairan teluk Rigaih yang berada di Kabupaten Aceh Jaya (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Stastiun pertama terletak pada lokasi yang berdekatan dengan dermaga Rigah.
Statiun kedua terletak pada lokasi ditengah perairan Rigah dan berjarak sekitar ± 100 m
dari daratan. Statiun tiga terletak di sebelah barat pulau Resam, dan berjerak ± 100
meter dari bibir pantai pulau resam. Lokasi stasiun empat berada di sisi barat perairan
lhok rigah, dimana statiun ini berdekatan bibir pantai calang, stastiun empat berjarak
sekitar ± 150 meter dari bibir pantai calang. Titik koordinat masing-masing stasiun
dapat di lihat pada tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 1. Koordinat stasiun pengambilan sampel


NO Nama titik E N
1 Stasiun 1 95° 33' 40" 4° 39' 47"
2 Stasiun 2 95° 33' 40" 4° 38' 49"
3 Stasiun 3 95° 34' 44" 4° 39' 25"
4 Stasiun 4 95° 34' 44" 4° 38' 42"

35
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

2.1. Alat dan Bahan


Tabel 2.Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian
Variabel Satuan Alat Keterangan
Kedalaman meter Tali berskala In situ
Kecerahan meter Secchi Disk In situ
Suhu oC Termometer In situ
Kecepatan Arus m/s Pengukur Arus Manual, In situ
Stopwatch
Oksigen Terlarut mg/l DO Meter In situ
(DO)
Salinitas ppt Refractometer In situ
Derajat Keasaman pH Meter In situ
(pH)
Koordinat lapangan GPS GPS In situ

2.2. Tahap Persiapan


Penjajakan lapangan untuk mengidentifikasi kemungkinan penempatan stasiun
dalam mengambil sampel penelitian dan mengetahui lebih jelas tentang kondisi
lapangan.Pengumpulan referensi/literatur berupa buku-buku, hasil penelitian maupun
peta lokasi penelitian yang mendukung pelaksanaan dan dalam menganalisis objek
penelitianPenentuan titik-titik stasiun berdasarkan pengamatan maka ditetapkan 3
stasiun pengamatan di perairan rigaih yang didasarkan pada arah mata angin dan jarak
dari stasiun satu ke stasiun berikutnya sekitar 100 meter sampai 1 km, jarak dari garis
pantai rigaih sekitar 100 meter.

2.3. Pengambilan Data


Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey. Penentuan titik
lokasi sampling dengan metode purposive sampling yaitu dengan cara acak yang
mengacu pada fisiografi lokasi. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan
Global Positioning System (GPS). Metode penelitian ini meliputi dua tahapan yaitu
pengumpulan data dan analisa data. Berdasarkan perhitungan selang kelas klasifikasi
kesesuaian budidaya keramba dibagi ke dalam 3 kelas yaitu sangat sesuai, sesuai, dan
tidak sesuai (Hasnawiya, 2012).
a. Analisis kesesuaian perairan dilakukan dengan menitikberatkan berdasarkan kualitas
air sesuai dengan kultivan yang dibudidayakan dengan analisis metode matching dan
scoring.
b. Pengukuran kualitas air berdasarkan dua parameter sampel yang akan di ambil, yaitu
parameter fisika, dan kimia.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
sekunder.Pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi, peta laut, data citra, dan
data sekunder lainnya. Sedangkan penentuan lokasi titik pengamatan dirancang dengan
menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi
4 stasiun yang mewakili semua kondisi perairan yang ada di sekitar lokasi penelitian.
Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan menggunakan Global Positioning System

36
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

(GPS) dengan format: latitude; longitude. Sampel yang diukur secara langsung
dilakukan secara in situ.Pengambilan data lapangan berupa pengambilan data kimia
fisika oseanografi.Pengambilan data meliputi pengukuran kedalaman, kecerahan,
salinitas, pH, arus, ombak, suhu, kisaran pasang surut.

2.4. Parameter Fisika Air


Terdapat beberapa variabel yang diukur pada parameter fisika di perairan, Semua
parameter fisika yang disebutkan diukur secara langsung (in situ) pada tiap titik
sampling di perairan rigaih, kemudian dicatat hasil yang didapatkan dari
pengukuran.adapun beberapa parameter fisika tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kedalaman perairan diukur dengan menggunakan Tali berskala
b. Kecerahan atau transparasi air diukur dengan menggunakan secchi disk.
c. Pengukuran suhu perairan dengan menggunakan termometer.
d. Pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan pengukur arus manual
danstopwatch.

2.5. Parameter Kimia Air


Pengukuran oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH) dan salinitas yang ada di
perairan dilakukan pada tiap titik sampling secara in situ. Alat-alat yang digunakan
dalam pengukuran ketiga parameter tersebut adalah:
a. Oksigen terlarut (DO) diukur dengan DO Meter
b. Derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan pH meter.
c. Salinitas diukur dengan menggunakan Refractometer.

2.6. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Kerapu Bebek


Matrik kesesuaian perairan disusun berdasarkan dari analisis keruangan melalui
skoring dan faktor pembobot.Hasil skoring dan pembobotan dievaluasi sehingga didapat
kelas kesesuaian yang menggambarkan tingkat kelayakan dari suatu bidang untuk
penggunaan tertentu.Matrik kesesuaian perairan disusun dengan sistem penilaian atau
skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan perairan untuk budidaya ikan kerapu bebek
yang disajikan pada Tabel 2.
Menurut Trisakti (2003) tingkat dari kesesuaian perairan dibagi menjadi empat
kelas, yaitu:
1) Kelas S1: Sangat Sesuai (Highly Suitable) Nilai 85 - 100%
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang
diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh
secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikan masukan atau tingkat
perlakuan yang diberikan.
2) Kelas S2: Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75 - 84% Daerah ini mempunyai
pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakukan
yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat
perlakuan yang diperlukan.

37
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

3) Kelas S3: Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65 - 74% Daerah ini
mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat
perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan atau
tingkatan perlakuan yang diperlukan.
4) Kelas N: Tidak Sesuai (Not Suitable) Nilai < 65% Daerah ini mempunyai pembatas
permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan
pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui perubah syarat yang dijadikan acuan
dalam pemberian bobot.Karena itu, perubah yang dianggap penting dan dominan
menjadi dasar yang kurang dominan.Untuk melihat keberadaan peubah diatas, maka
hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi terhadap perubah
syarat, diperlukan sebagai data penunjang. Hubungan tersebut dianalisis mengunakan
model matematika regresi berganda (multiple regression), yaitu persamaan regresi
dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen

Tabel 2.Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Ikan Kerapu
Bebek
Variabel Kisaran Batas nilai Bobot Skor Sumber
(a) (b) (axb)

Kedalaman 15 – 25 5 (Sesuai) 3 15 BBPBL (2001)


Perairan ;
(Meter) 5 - 15 3 (cukup 9 DKP (2002) ;
sesuai) Radiarta et al.,
(2003)
< 5 dan > 35 1 (Tidak 3
sesuai)
Kecerahan >5 5 (Sesuai) 2 10 DKP (2002) ;
Perairan 3- 5 3 (cukup 6 KLH (2004) ;
(meter) sesuai) Radiarta et al.,
<3 1 (Tidak 2 (2003)
sesuai)
Suhu 28 – 30 5(sesuai) 2 10 DKP (2002) ;
Perairan Gufron dan
(° C) 24 -27 dan 3(Cukup 6 Kordi (2005) ;
31 – 32 sesuai) Sunyoto (1994)
< 24 dan >32 1 (tidak 2
sesuai)
Kecepatan 20 – 50 5 (sesuai) 3 15 DKP (2002) ;
Arus 10-19 dan 3 (cukup 9 Gufron dan
(cm/detik) 51-75 sesuai) Kordi (2005) ;
Sunyoto (1994)
< 10 dan >75 1 (tidak 3
sesuai)
Oksigen > 5 (sesuai) 2 10 Evalawati et al.,
Terlarut 5 (2001) ;

38
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

(mg/l) 4 - 4,9 3 (cukup 6 Sunyoto (1994)


sesuai)
< 3,9 1 (tidak 2
sesuai)
pH (ppm) 7,8 - 8,2 5 (sesuai) 1 5 SNI, 2000
Brotowidjoyo et
al., 1995 ;
6,5 - 7,7 dan 3 (cukup 3 Romimohtarto
8,3 – 9,0 sesuai) (2003)
< 6,5 dan > 1 (tidak 1
9,0 sesuai)

Salinitas 30 - 33 5 (sesuai) 2 10 KLH (2004)


Perairan et al., (2003) ;
(ppt) 20 - 29 dan 3 (cukup 6 Sunyoto (1994)
34 – 35 sesuai)
< 20 dan > 1 (tidak 2
35 sesuai)
Total Skor Maksimal 63
Sumber: Putra (2014)
Keterangan:
5 : Baik
3 : Sedang
1 : Kurang

III. Hasil dan Pembahasan


3.1. Nilai Parameter Fisika Dan Kimia Oseonografi Di Perairan Rigah
a. Kedalaman
Hasil kedalaman pada lokasi penelitian berkisar antara 6,7 m – 13,7 m. Gambar 2
menunjukkan dimana kedalaman terendah berada di stasiun II yang merupakan stasiun
yang berada ditengah Teluk Lhok Rigaih dan kedalaman yang tertinggi berada di
stasiun IV.
16
14
12
Kedalaman (m)

10
8
6 13.7
10.6
4 7.62 6.7
2
0
I II III IV
Stasiun

Gambar 2. Kedalaman di Perairan Teluk Rigaih

39
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

Hasil penengukuran di lokasi penelitian adalah 6,7m – 13,7 m. Kedalaman yang


dianjurkan adalah berkisar 5 - 25 meter (Direktorat Jenderal Perikanan, 2002).Beveridge
(1996) menyebutkan bahwa kedalaman optimal saat surut antara dasar keramba dengan
dasar perairan adalah 4 – 5 m.Kedalaman di bawah 5 meter, dapat mempengaruhi
kualitas air, seperti kotoran ikan yang membusuk, amoniak yang berasal dari sisa-sisa
pakan.Di perairan yang terlalu dangkal sering terjadi serangan ikan buntal yang merusak
jarring.Kedalaman perairan merupakan faktor yang sangat penting untuk kemudahan
pemasangan dan penempatan keramba jaring apung yang akan dilakukan. Kedalaman
lebih dari 25 meter membutuhkan tali jangkar yang terlalu panjang.Kedalaman perairan
sangat penting bagi kelayakan budidaya ikan kerapu bebek di keramba jaring apung.
Hasil pengamatan di lokasi penelitian, dari seluruh stasiun di perairan Teluk Lhok
Rigaih Kecamatan Suka Bakti Kabupaten Aceh Jaya menunjukan parameter tingkat
kedalam di perairan tersebut masuk dalam kriteria cukup sesuai untuk lokasi budidaya
ikan kerapu bebek.

b. Kecerahan
Kecerahan pada perairan rigaih berkisar antara 3,4-3,9 meter. Gambar 3
menunjukkan dimana nilai kecerahan tertinggi berada di stasiun III yang merupakan
stasiun yang berada ditengah Teluk Lhok Rigaih dan kedalaman yang tertinggi berada
di stasiun IV.
Semakin cerah perairan tersebut akan semakin dalam cahaya yang menembus ke
dalam perairan. Pengamatan dan analisis data dari seluruh stasiun di perairan Teluk
Lhok Rigaih dimana kecerahan pada perairan rigaih bekisar antara di setiap stastiun
berkisar 3,4 - 3,9 meter. Kecerahan tertinggi berada padastastiun IV, tinggi nilai
kecerahan pada stasiun ini bisa disebabkan oleh Pendugaan lain dari peneliti adalah
adanya pemantulan cahaya intensitas yang bervariasi menurut sudut datang cahaya.
Effendi (2003) mengatakan bahwa, pemantulan cahaya mempunyai intensitas yang
bervariasi menurut sudut datang cahaya. dan Kecerahan terendah berada pada stastiun
III, rendahnya kecerahan pada stastiun III di sebabkan oleh kecepatan arus yang sangat
tinggi. kecepatan arus yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kemampuan badan air
untuk membawa dan mengangkut bahan pencemar.
4
3.9 3.9
3.8 3.83
Kecerahan (m)

3.7 3.7
3.6
3.5
3.4 3.4
3.3
3.2
3.1
I II III IV
Stasiun

Gambar 3. Kecerahan di Perairan Teluk Rigaih

40
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

c. Suhu Perairan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dilapangan suhu rata-rata setiap stasiun dapat
dilihat pada Gambar 4 yang berkisar antara 26,6 – 29,5°C dimana stasiun 3 memiliki
suhu yang tinggi yaitu 29,5°C selanjutnya diikuti stasiun 4 yaitu 29,3°C, kemudian
stasiun 3 yaitu 27,6°CDan stasiun 1yaitu 26,6°C.

Gambar 4. Suhu Perairan di Perairan Teluk Rigaih

Menurut Putra (2014) suhu 28 - 30°C sanagt sesuai untuk budidaya kerapu bebek.
Hasil pengamatan dan analisis data parameter suhu di perairan Teluk Lhok Rigaih
Kecamatan Suka Bakti Kabupaten Aceh Jayaberkisar antara 26,6°C - 29,5°C. Suhu
tertinggi terdapat pada stastiun III dan VI. Tinggi suhu pada lokasi III dan VI,
tingginya suhu pada setiap stastiun di perairan lhok rigah disebabkan oleh adanya
perbedaan waktu saat pengambilan sampel yang berpengaruh pada proses penguapan.
Menurut (Nontji, 1993) Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi
seperti curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya matahari. Hasil pengukuran suhu perairan pada lokasi penelitian menunjukan
pada stasiun III (29,5°C) dan stasiun IV 29,3°C) termasuk kedalam kriteria sangat
sesuai. Sedangkan stasiun II (27,6°C) dan stasiun I (26,6°C) masuk dalam kriteria
cukup sesuai untuk lokasi budidaya ikan kerapu bebek.

d. Kecepatan Arus
Kecepatan arus permukaan hasil pengukuran pada lokasi pengamatan berkisar
antara 18,66 - 27,77 cm/det.Sebaran kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar 6. Dari
hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata kecepatan arus yaitu stasiun I berkisar antara
18,66 cm/det, stasiun II berkisar antara 19,66 cm/det, stasiun III berkisar antara 27,33
cm/det, dan stasiun IV berkisar antara 20,66 cm/det.

41
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

Gambar 6. Kecepatan Arus di Perairan Teluk Rigaih

Menurut Evalawati et al. (2001) bahwa kecepatan arus permukaan yang baik untuk
usaha budidaya ikan dalam KJA berkisar antara 0.15 – 0.30 m/s. Kecepatan arus dari
hasil pengukuran pada lokasi pengamatan berkisar antara 18,66 - 27,77 cm/det. Arus
tertinggi berada di stasiun IV, Tingginya nilai arus pada setiap stastiun III di sebab kan
oleh pasang surut dan lokasi berdekatan dengan daratan pulau rigah. MenurutJumadi
(2011) Arus permanen secara faktual tidak dapat diketahui, sehingga disimpulkan
bahwa arus yang terjadi merupakan arus lokal akibat pasang-surut pada perairan
tersebut. Hasil pengamatan dan analisis data dari seluruh stasiun di perairan Teluk Lhok
Rigah Kecamatan Suka Bakti Kabupaten Aceh Jaya menunjukan pada stasiun I dan II
lokasi masuk dalam kriteria cukup sesuai. Dan pada stasiun III dan VI masuk dalam
kriteria sangat sesuai untuk lokasi budidaya ikan kerapu bebek.

e. Oksigen Terlarut (DO)


Dari 4 stasiun pengamatan diperoleh konsentrasi DO rata-rata setiap stasiun dapat
dilihat pada Gambar 7 yang berkisar antara 7,63 mg/l – 7,73 mg/l, dimana stasiun II
memiliki konsentrasi DO tertinggi yaitu 7,73 mg/l dan stasiun I dan 2 memiliki
konsentrasi yaitu 7,66 mg/l sedangkan stasiun III yaitu 7,63 mg/l.
7.74
7.73
7.72
Oksigen Terlarut (mg/l)

7.7
7.68
7.66 7.66 7.66
7.64
7.63
7.62
7.6
7.58
I II III IV
Stasiun

Gambar 7. Oksigen Terlarut di Perairan Teluk Rigaih

42
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

Menurut Evalawati et al. (2001), ikan Kerapu dapat hidup layak dalam Karamba
Jaring Apung dengan konsentrasi oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l. Sedangkan Pada
perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 mg/l ikan masih mampu bertahan hidup,
akan tetapi nafsu makan ikan mulai menurun (Ghufran, 2010). Dari 4 stasiun
pengamatan diperoleh konsentrasi DO rata-rata setiap stasiun yang berkisar antara 7,63
mg/l – 7,73 mg/l, tingginya oksigen terlarut pada setiap stasiun dikarenakan oleh arus
yang tinggi , suhu air, salinitas dan tekanan udara di perairan Lhok Rigah. (Effendi,
2003) mengatakankadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian, musiman,
pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah
yang masuk ke badan air.

f. Derajat Keasaman (pH)


Konsentrasi pH (derajat keasaman) perairan di lokasi pengamatan didapatkan
berkisar antara 7,5 – 7,7 pph. Dimana nilai pH terendah terdapat pada stastiun I dan III,
sedangkan nilai pH teringgi berada pada statiun di IV. Konsentrasi pH (derajat
keasaman) perairan di lokasi pengamatan didapatkan berkisar antara 7,5 – 7,7
pph.Menurut SNI (2000) konsentrasi pH yang baik untuk budidaya ikan kerapu kisaran
pH antara 7,8 - 8,2.
Dari Hasil setiap penelitian memperlihatkan, adanya perbedaan pH di setiap
stasiun pengambilan sampel, tetapi semua nilai rata-rata pH di perairan Teluk Rigah
berada dalam kisaran yang cukup mendukung kehidupan ikan kerapu bebek. Perairan
yang mengandung nilai pH yang terlalu basa atau terlalu asam, dapat menyebabkan
kematian pada ikan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa derajat keasaman (pH) nilai
rata-rata dari 4 stasiun pengamatan di perairan Teluk Lhok Rigaih Kecamatan Suka
Bakti Kabupaten Aceh Jaya masuk dalam kriteria kesesuaian yaitu cukup sesuai untuk
dijadikan lokasi budidaya keramba jaring apung ikan kerapu bebek. Hasil penelitian di
lapangan menunjukan cukup sesuai untuk lokasi budidaya kerapu bebek. Derajat
keasaman (pH) perairan lokasi pengamatan menunjukkan konsentrasi pH tertinggi
berada di stasiun 4, sedangkan konsentrasi pH terendah berada di stasiun I dan III.
7.75
7.7
Potential of Hydrogen (pH)

7.7
7.65
7.6
7.6
7.55
7.5 7.5
7.5
7.45
7.4
I II III IV
Stasiun

Gambar 8. Potential of Hydrogen(pH) di Perairan Teluk Rigaih

43
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

g. Salinitas
Hasil penelitian pada lokasi pengamatan didapatkan nilai salinitas berkisar antara
34,33 - 38,33 ppt. Statiun ke III memiliki nilai salinitas tertinggi yaitu 38,33 ppt, dan
statiun ke IV memiliki nilai salinitas terendah yaitu 34,33 ppt. Dari hasil pengamatan
pada lokasi penelitian didapatkan nilai salinitas berkisar antara 34,33 - 38,33 ppt.
Salinitas tersebut sesuai dengan pernyataan Brotowidjoyo et al., (1995) Salinitas air
laut bebas mempunyai kisaran 30 - 36 ppt.
Pola sebaran nilai salinitas di lokasi pengamatan dapat dilihat pada. Konsentrasi
salinitas yang tinggi pada terdapat pada stasiun 3, tingginya salinitas pada stastiun III
dikarenakan oleh stasiun ini dekat dengan arah laut lepas, dan juga hal ini disebabkan
tidak adanya masukan air tawar (run off ) dari daratan. sedangkan pada lokasi I
dikarenakan tidak adanya masukan air tawar (run off ) dari daratan.

Gambar 9. Salinitas di Perairan Teluk Rigaih

3.2. Analisis Perairan Kesesuain Budidaya Ikan Kerapu Bebek


Analisis kesesuaian perairan untuk pengembangan budidaya ikan kerapu bebek
didasarkan pada beberapa persyaratan menyangkutparameter fisika kimia di perairan
teluk Lhok Rigah, karena dapat menjadi faktor pembatas terhadap keberhasilan
budidaya ikan kerapu bebek. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika kimia yang
berhubungan dengan kriteria kelayakan untuk kesesuaian perairan budidaya ikan
kerapu bebek memperlihatkan karakteristik setiap perairan memiliki kelas kesesuaian
perairan yang beragam dapat dilihat pada Gambar 10.
Nilai hasil evaluasi kesesuaian perairan diperoleh dari hasil setiap parameter pada
stasiun yang berdasarkan pengukuran dan analisis sampel yang dilakukan di lapangan.
Hasil analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu Bebek di perairan Teluk Lhok Rigaih
Kecamatan Suka Bakti Kabupaten Aceh Jaya menunjukan hasil analisis pada stasiun I
dan stasiun II yaitu berkisar 71,42% yang artinya stasiun I dan II termasuk kedalam
kriteria sesuai marginal.Menurut Trisakti (2003) Kelas S3: Sesuai Marginal (Marginally

44
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

Suitable) Nilai 65 - 74% Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih
meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan. Sedangkan stasiun III
dan stasiun IV yaitu berkisar 87,3% termasuk kedalam kriteria sangat sesuai untuk
dilakukan kegiatan budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung dimana
hasil tersebut dukung oleh pernyataan Trisakti (2003) Kelas S1: Sangat Sesuai (Highly
Suitable) Nilai 85 - 100% Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk
menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak
akanmenaikan masukan atau tingkat perlakuan yang diberikan.

Ket: Sesuai Marginal (Nilai 65 - 74%)


Sangat Sesuai Nilai (85 - 100%)
Gambar 10. Analisis Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu Bebek

IV. Kesimpulan
Nilai rata-rata parameter fisika dan kimia pada semua stasiun yaitu didapatkan
tingkat kedalaman berkisar9,50 m, kecerahan berkisar 3,70 m, suhu perairan berkisar
27,66 oC, kecepatan arus berkisar 20,25 cm/det, DO berkisar 7,65 mg/l, pH berkisar
7,59 dan salinitas berkisar 38,75 ppt.Tingkat kesesuain yang tinggi untuk melakukan
budidaya ikan kerapu bebek didapatkan pada stasiun 4 dikarenakan pada setiap
parameter fisika dan kimia perairan pada stasiun tersebut sangat mendukung.

Daftar Pustaka
Akbar, S dan Sudaryanto.2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus.
Penebar Swadaya. Jakarta
Beveridge, M.C.M. 1996. Cage aquaculture (eds 2nd). Fishing News Books LTD.
Farnham,Surrey, England. 352 p.
Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan
Perairan dan Budidaya Air .Penerbit Liberty. Yogyakarta.

45
Jurnal Perikanan Tropis Available online at:
Volume 4, Nomor 1, 2017 http://jurnal.utu.ac.id
ISSN: 2355-5564

Direktorat Jendral Perikanan .2002. Budidaya, Balai Budidaya Laut. Bandar Lampung.
Evalawati., M. Meiyana dan T. W. Aditya. 2001. Pembesaran Kerapu Macan
(Epinephelus fuscogutattus) Dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Keramba
Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hasnawiya, 2012. Studi Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Kerapu Dalam Karamba
Jaring Apung Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Teluk Raya Pulau
Singkep, Kepulauan Riau.Universitas Diponegoro Semarang.Journal Of
Aquaculture Management and Technology Vol 1, No 1, Tahun 2012, Halaman
87-101
Jumadi. W. 2011. Penentuan Kesesuaian Lahan Keramba Jaring Apung Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscogutattus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di
Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor.
Reiza A.J, et al.,2014. http://www.academia.edu/7155517/ Budidaya Laut Ikan Kerapu
Bebek.
SNI Bidang Pekerjaan umum Mengenai KUALITAS AIR Edisi 1990 SK SNI M – 49-
1990 03. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Trisakti, B. 2003.Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai.Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta
Usman, rachmansyah, kamaruddin.2006. Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Keong
Mas (Pomacao sp.) Dan Pakan Pembesaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). Jurnal Riset Akuakultul 1:143-150

46

You might also like