Jurnal Skripsi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 29

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN

PENAPISAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SUMBER WARAS
KOTA LUBUKLINGGAU

Debby Putri Natalia, Sanisahhuri,SE,M.Kes, Yulita Elvira Silviani,SST,M.Kes


Program Studi DIV Kebidanan
Email : [email protected]
082217444508

Abstrak :Delivery screening is an initial assessment that must be done by a


midwife whether delivery can be assisted by a midwife independently or
collaborative action with doctor. The study found out the relationship between
knowledge and tenure of midwives with labor screening in the work area of the
Sumber Waras Health Center, Lubuklinggau City, and the researchers used the
Cross Sectional. The population is 65 midwives. The sampling technique used
was Total Sampling. Collecting data using a questionnaire. Data analysis with Chi
Square.  The results of the study were 16 midwives with poor knowledge and 28
midwives with good knowledge, 14 midwives with a new long service period and
28 midwives with a long working period of labor screening in the work area of
Sumber Waras Public Health Center, Lubuk Linggau City. did not do labor
screening 44 people with those who did labor screening there was a relationship
between the knowledge of the midwife and the labor screening with a value of
p=0,000 (p<a0,05) and the relationship between the tenure of the midwife and the
labor screening with a value of p=0,000 (p<a0,05) ), It is expected that midwives
at the Sumber Waras Health Center, Lubuklinggau City can perform labor
screening so as to minimize the number of events that can harm the baby and
mother later during delivery 
Keywords: Screening, Knowledge, Period of Work

Abstrak : Penapisan persalinan adalah penilaian awal yang harus di lakukan oleh
seorang bidan apakah persalinan dapat ditolong oleh bidan secara mandiri atau
harus di lakukan tindakan kolaborasi dengan dokter.
Penelitian mngetahui hubungan pengetahuan dan masa kerja bidan dengan
penapisan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber waras Kota
Lubuklinggau peneliti menggunakan metode Cross Sectional. Populasi berjumlah
65 bidan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dengan Chi Square.
Hasil penelitian adalah 16 orang bidan dengan pengetahuan kurang dan 28 orang
bidan dengan pengetahuan baik, 14 orang bidan dengan masa kerja lama baru dan
28 orang bidan dengan masa kerja lama penapisan persalinan di wilaya kerja
puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau adalah 21 orang bidan dengan
yang tidak melakukan penapisan persalinan 44 orang dengan yang melakukan
penapisan persalinan ada hubungan pengetahuan bidan dengan penapisan
persalinan dengan nilai p=0,000 (p<a0,05) dan hubungan masa kerja bidan dengan
penapisan persalinan dengan nilai p=0,000 (p<a 0,05), Diharapkan kepada Bidan
di Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau dapat melakukan penapisan
persalinan sehingga dapat meminimalisir angka kejadian yang dapat
membahayakan bayi dan ibu nantinya saat dilakukan persalinan
Kata Kunci : Penapisan, Pengetahuan,Masa Kerja

A. PENDAHULUAN
Secara global, pada tahun 2017 diperkirakan 810 wanita meninggal setiap

harinya karna komplikasi kehamilan dan persalinan, mayoritas kematian

terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diantara tahun 2000-

2017, terjadi penurunan angka kematian ibu yaitu rata-rata 2,9% dimana

angka penurunan ini masi jauh dari target tujuan pembangunan berkelanjutan

atau sering disebut SDGs (Sustainable Development Goals) SDGs

memperioritaskan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target rata-

rata kematian kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup dan target nasional

sebesar 140 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Faktor utama yang

menghambat wanita dalam menerimah perawatan selama kehamilan dan

persalinan sehingga dapat menimbulkan kematian diantaranya yaitu

kemiskinan, jarak kepasilitas kesehatan, informasi layanan yang kurang

memadai dan berkualitas buruk, serta kepercayaan dan praktek budaya (World

Health Organization., 2021).

AKI di Indonesia masih merupakan yang tertinggi di asia tenggara serta

masih jauh dari target global SDGs, untuk menurunkan AKI menjadi 183 per

1000.000 KH pada tahun 2024 dan kurang dari 70 per 100.000 KH pada

tahun 2030. Kondisi ini mengisyaratkan perlunya upaya yang lebih strategis

dan komprehensif, karna untuk mencapai target AKI turun menjadi 183 per
100.000 KH tahun 2024 diperlukan paling tidak penurunan angka kematian

ibu sebesar 5,5% per tahun, penyebab langsung kematian ibu adalah ganguan

hipertensi dalam kehamilan (33,1%) perdarahan obstetric (27,03%),

komplikasi non-obstetrik (15,7%) (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 jumlah AKI di Indonesia adalah 359/100.000 KH di propinsi Sumatra

selatan pada tahun 2020 terjadi penurunan dari15/1000 menjadi 13/1000

kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sumatera Selatan, 2020).

Upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang

berkualitas seperti pelayanan kesehatan ibu hamil dan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan oleh karna itu, rencana

strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan mulai tahun

2017 persalinan ditolong tenaga kesehatan di pasilitas pelayanan kesehatan

(PF)sebgai salah indicator upaya kesehatan keluarga, menggantikan indicator

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Kementrian Kesehatan RI,

2021).

Cakupan pelayanan oleh tenaga terlatih adalah kunci dari perbaikan

status kesehatan ibu, bayi dan anak. Tenaga kesehatan terampil adalah pelaku

yang mampu menjaga dan menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir dari

kematian atau kesakitan yang seharusnya dapat dicegah atau dihindarkan

melalui upaya dan pertolongan tepat waktu dan adekuat. Untuk tujuan
tersebut di atas, salah satu upaya yang dilakukan adalah

meningkatkan kompetensi bidan yaitu peningkatan pengetahuan dan

keterampilan perilaku profesionalisme bidan sebagai petugas kesehatan

dalam menolong persalinan. Pergeseran paradigma dari menunggu

terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan

komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi

selama dan pasca persalinan. Paradigma baru (aktif) tersebut, terbukti

dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini

memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan

angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar

persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan

kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana

kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis

bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong

persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan

atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang

mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat

waktu dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam

kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna

menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Astuti,

2018).

Bidan memegang peranan penting untuk memberikan asuhan

kebidanan kepada pasien/klien, kewenangan merupakan unsur yang sangat


penting dalam memberikan pelayanan kebidanan dalam kewenangan maka

aka nada tangung jawab dan akuntabilitas tangung jawab adalah suatu

kewajiban untuk menangung atau memikul tugas dengan segalah akibat dari

tindakan yang baik ataupun buruk (Astuti, 2018).

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan merupakan cakupaan ibu bersalin yang mendapat pertolongan

persalinan sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan di fasilitas kesehatan, Cakupan ini perbandingan jumlah persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten di fasilitas kesehatandengan

jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang ada di wilayah

kabupaten/kota. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di Propinsi Sumatra Selatan adalah

88,4% (Dinkes Propinsi Sumatera Selatan, 2020).

Dari data profil kesehatan kota Lubuklinggau pada tahun 2020 secara

absolut jumlah kematian ibu yaitu sebanyak 57 orang, yang terdiri dari

kematian ibu hamil sebanyak 7 orang, kematian ibu bersalin sebanyak 8

orang dan kematian ibu nifas sebanyak 42 orang maka dengan demikian

maka angka kematian ibu di kota Lubuklinggau pada tahun 2020 yaitu

sebanyak 57 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Lubuklinggau, 2020).

Sebagai bidan profesional, dalam melaksanakan prakteknya harus

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang berlaku bidan dalam sistem

pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu, anak dan

keluarga berencana dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan


masyarakat. Persalinan dengan penapisan memerlukan penanganan di fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi yaitu Rumah Sakit, sehingga Bidan penolong

persalinan diharuskan melakukan rujukan dini ke fasilitas kesehatan yang

lebih tinggi yaitu Rumah Sakit. Tetapi masih ada kendala dari kegiatan

rujukan ini yaitu terbentur masalah biaya sehingga adakalanya rencana

rujukan dini tidak berhasil (APN, 2020).

Penapisan persalinan adalah penilaian awal yang harus dilakukan oleh

seorang bidan apakah persalinan dapat ditolong oleh bidan secara mandiri

atau harus dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter atau ditolong oleh

tenaga profesional dan terlatih. Pada saat memberikan asuhan bagi ibu

bersalin, bidan di Puskesmas Sumber Waras 48 dan bidan praktek mandiri

sebanyak 17 orang harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya

masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan

kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan

bayi baru lahir (APN, 2020).

Penapisan faktor tersebut ialah penapisan faktor resiko dengan

pendekatan kartu skor mengambarkan tiga faktor resiko yang digunakan

sebagai acuan dalam membuat keputusan rujukan faktor tersebut adalah

faktor 1 ada fopensi gawat darurat seperti tinggi badan ibu kurang dari

145cm, riwayat persalinanan secar ada gawat obstertik seperti ibu

hamildengan riwayat penyakit diabetes (Nilakesuma et al., 2019).

Berdasarkan hasil Survei awal yang dilakukan peneliti pada beberapa

Praktik Mandiri Bidan (PMB) dan di Puskesmas Sumber Waras Kota


Lubuklinggau, data jumlah bidan adalah sebanyak 48 orang bidan dan

sebanyak 17 orang bidan yang melakukan Praktik Mandiri Bidan (PMB).

Terdapat sebnayak 10 orang bidan dengan masa kerjanya < 5 tahun dan

belum mengikuti pelatihan APN dan melakukan penapisan persalinan, dan 25

orang bidan yang masa kerjanya > 5 tahun yang sudah mengikuti pelatihan

APN sehingga bidan tahu dan melakukan penapisan persalinan lebih efektif.

Hasil survey awal didapatkan bahwa bidan tidak melakukan pertolongan

perslinan pada ibu hami riwayat anemia, gemelli, dan riwayat sectio caesarea

tidak pernah ditolong oleh bidan.

Berdasarkan dari uraian hal-hal diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Masa Kerja Bidan

Dengan Penapisan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Waras Kota

Lubuklinggau.

B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan jenis metode penelitian survey analitik

dengan pendekatan secara cross sectional yaitu dengan melakukan

pengukuran variabel pada waktu bersamaan, untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan masa kerja bidan dengan penapisan persalinan. Pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan yang di dapat

langsung dengan memberikan kuesioner pada bidan puskesmas di wilayah

puskesmas Sumber Waras. Adapun cara pengambilan sampel pada penelitian

ini secara tehknik total sampling yaitu seluruh jumlah populasi yang
berjumlah 65 orang. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan Uji

Chi-Square.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis data ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (

pengetahuan, masa kerja dan penapisan persalinan). Dari analisis univariat

dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1

Ditribusi Frekuensi Penapisan Persalinan di Wilayah Kerja


Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau

Penapisan Persalinan Frekuensi Persentae (%)


Tidak Melakukan 21 32,3
Melakukan 44 67,7
Total 65 100.0

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi

penapisan persalinan adalah hampir sebagian responden 21 orang

(32,3%) dengan yang tidak melakukan penapisan persalinan dan sebagian

besar responden 44 orang Bidan dengan yang melakukan penapisan

persalinan.
Tabel 2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Wilayah Kerja Puskesmas


Sumber Waras Kota Lubuklinggau

Pengetahuan Frekuensi Persentae (%)


Pengetahuan Kurang 16 24,6
Pengetahuan Cukup 21 32,3
Pengetahuan Baik 28 43,1
Total 65 100.0

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi

pengetahuan adalah sebagian kecil responden 16 orang (24,6%) dengan

pengetahuan kurang dan hampir sebagian responden 28 orang (43,1%)

dengan pengetahuan baik.

Tabel. 3
Ditribusi Frekuensi Mas Kerja Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumber Waras Kota Lubuklinggau

Masa Kerja Frekuensi Persentae (%)


Baru 14 21,5
Sedang 23 35,4
Lama 28 43,1
Total 65 100.0

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi masa kerja

adalah sebagian kecil responden 14 orang (21,5%) dengan masa kerja baru

dan hampir sebagian responden 28 orang (43,1%) dengan


2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menganalisis sebab akibat antara

variabel independen dan dependen yaitu hubungan pengetahuan dan

masa kerja bidan dengan penapisan persalinan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau. Data dianalisis dengan uji

chi square dengan tingkat kepercayaan 95% atau  = 0,05. Berikut

adalah hasil uji kenormalan data setiap variabel.

Tabel 4
Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penapisan Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras
Kota Lubuklinggau

Penapisan Persalinan
Penget ρ
Tidak C χ2

ahuan Melakukan Total value


Melakukan
Bidan
f % F % N %

Kurang 13 81,3 3 18,8 16 100


0,000 0,514 23,317
Cukup 3 14,3 18 85,7 21 100

Baik 5 32,3 23 82,1 28 100

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan tabulasi silang anatra

variabel pengetahuan bidan dengan penapisan persalinan bahwa dari 16

orang responden dengan pengetahuan kurang yang melakukan penapisan

persalinan sebanyak 3 orang dan yang tidak melakukan penapisan

persalinan adalah sebanyak 13 orang Hasil uji statistik didapatkan ρ =

0,000 (ρ < α 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan


pengetahuan bidan dengan penapisan persalinan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau.

Tabel 5
Hubungan MasaKerja Bidan Dengan Penapisan Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras
Kota Lubuklinggau

Penapisan Persalinan
ρ
Masa Kerja Tidak C χ2
Melakukan Total value
Bidan Melakukan

f % f % N %

Baru 5 35,7 9 64,3 14 100


0,126 2,45 4,146
Sedang 14 60,9 9 39,1 23 100

Lama 2 7,1 26 92.9 28 100

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan tabulasi silang anatra

variabel masa kerja bidan dengan penapisan persalinan bahwa dari 14

orang bidan dengan masa kerja baru yang melakukan penapisan

persalinan sebanyak 9 orang dan yang tidak melakukan penapisan

persalinan adalah sebanyak 5 orang Hasil uji statistik didapatkan ρ =

0,000 (ρ < α 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan masa kerja

bidan dengan penapisan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber

Waras Kota Lubuklinggau.

Dari hasil analisis keeratan hubungan dengan metode contingency

coefficient didapat C -245 hal ini menunjukan bahwa keeratan hubungan


masa kerja bidan dengan penapisan persalinan dengan katagori rendah

0,20-0,399.
D. PEMBAHASAN

1. Pengetahuan bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras

Kota Lubuklinggau

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa distribusi

frekuensi penapisan persalinan terdapat 21 orang bidan yang tidak

melakukan penapisan persalinan, hal ini dikarenakan pengetahuan yang

kurang tentang penapisan persalinan dan masa kerja yang baru yaitu <5

tahun, bidan tidak pernah dan jarang mengikuti pelatihan Asuhan

Persalinan Normal (APN) sehingga membuat bidan tidak melakukan

penapisan persalinan pada pasien dan berdampak pada ibu dan bayi.

Terdapat 44 orang bidan yang melakukan penapisan persalinan, hal

ini karena jenjang pendidikan bidan D3 dan D4. Dengan pengalaman masa

kerja diatas 10 tahun sehingga Bidan dapat melakukan penapisan

persalinan dengan baik pada setiap ibu bersalin untuk menghindari

terjadinya kegawat daruratan obstetri yang dapat meningkatkatkan risiko

kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir.

Persalinan dengan penapisan memerlukan penanganan di fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi yaitu rumah sakit. Ibu yang akan melahirkan

harus memenuhi beberapa persyaratan yang disebut penapisan awal.

Tujuan dari penapisan awal adalah untuk menentukan apakah ibu tersebut

boleh bersalin di PKD/BPM (bidan praktek mandiri) atau harus dirujuk

(Ikatan Bidan Indonesia (IBI), 2018).


Sementara ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong

oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 88,75%.

Dengan demikian masih terdapat sekitar 2,2% persalinan yang ditolong

tenaga kesehatan namun tidak dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan

(Nur Zanah, 2021).

1. Masa kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras Kota

Lubuklinggau

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa distribusi

frekuensi pengetahuan terdapat 16 orang (24,6%) dengan pengetahuan

kurang, hal ini dipengaruhi oleh masa kerja yang baru dan status bidan

sebagai tenaga kerja sukarela di Puskesmas sehingga pengalaman yang

dimiliki bidan masih tergolong sedikit menyebabkan bidan menganggap

bahwa pengisian partograf tidak begitu penting. Terdapat 21 orang

(32,3%) dengan pengetahuan cukup, mayoritas pendidikan Bidan dengan

D3. ditunjukkan dengan tidak melengkapi pengisian partograph

persalinan. Terdapat 28 orang bidan dengan pengetahuan baik, jika dilihat

dari hasil penelitian bidan telah mengisi partograf secara lengkap sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP).

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada

akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya,

jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai–


nilai yang baru diperkenalkan. Pengetahuan responden sangat

mempengaruhi dalam pelaksanaan penapisan persalinan pada Ibu yang

akan melakukan persalinan. Pengetahuan merupakan kemampuan

intelektual dan tingkat pemahaman bidan terutama kompetensi bidan

terhadap penerpaan penapisan persalinan.

Pengetahuan merupakan faktor yang dominan dan berhubungan

dengan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu

hamil dan anak, pengetahuan juga menjadi dasar penting dalam

mengurangi AKI di suatu wilayah. Pengetahuan yang baik akan menjadi

modal utama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga

bidan akan lebih dipercaya oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan

kesehatan, hal ini juga akan mempengaruhi kinerja bidan dan sebaiknya

diikuti dengan keterampilan/skill yang tinggi. Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, keyakinan, dan norma-norma yang

dianut. Dengan konsep tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan akan

mempengaruhi kinerja seseorang (Simanjuntak, 2021)

2. Hubungan pengetahuan dan masa kerja bidan dengan penapisan

persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras Kota

Lubuklinggau

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa distribusi

frekuensi masa kerja terdapat 14 orang bidan dengan masa kerja baru.

Bidan dalam menerapkan pengisian patograf kurang lengkap karena bidan


kurang mengerti dalam mengisi patograf, bidan hanya berfokus pada

proses pertolongan persalinan.

Terdapat 28 orang bidan dengan masa kerja lama. Semakin lama

masa kerja seseorang, maka pengetahuan seseorang akan bertambah dan

terampil dalam praktiknya sehari-hari dalam pelaksanaan pertolongan

persalinan. Bidan dengan masa kerja yang lama, akan memiliki

pengalaman yang lebih banyak dibandingkan bidan yang masih baru

dalam menolong persalinan, sehingga dalam pengisian lembar partograf

sudah lengkap dan sesuai dengan SOP. Bidan yang lebih banyak

pengalamannya dalam menolong persalinan menjadikan bidan tersebut

dapat memperkirakan jalannya persalinan. Bidan dengan masa kerja baru

lebih banyak mengisi lembar partograf lengkap, hal ini disebabkan bidan

dengan masa kerja baru memiliki semangat kerja yang lebih tinggi dan

masih belum banyak pengalamannya dalam menolong persalinan sehingga

melakukan pendokumentasian partograf dengan lengkap untuk mendeteksi

kegawatdaruratan yang mungkin terjadi.

Masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai

aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan

yang muncul secara otomatis dalam tindakan yang dilakukan

karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Masa kerja seseorang

berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Bidan yang telah lama bekerja

mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan dengan pertolongan


persalinan. Bidan menerima input mengenai pelaksanaan pertolongan

persalinan sehingga bisa mengurangi resiko saat persalinan.

Satrianegara (2019), mengatakan bahwa semakin bertambah

pengalaman kerja seseorang semakin bertambah wawasan, ketrampilan

yang akan menunjang perilaku petugas. Hasil penelitian ini didapatkan

bahwa lama kerja responden rata-rata kurang dari 6 tahun yaitu 70,7.

Pada awal masa bakti pertama bidan masih mempunyai motivasi

yang tinggi dan menganggap pekerjaannya merupakan suatu yang baru,

pengabdian dan penuh tantangan, namun berjalannya waktu motivasi

tersebut mulai menurun, dengan tidak ada motivasi untuk terus menambah

wawasan perkembangan ilmu, ketrampilan dan teori-teori yang baru

sedangkan ilmu terus berkembang terutama ilmu dan teori tentang masalah

kebidanan (Asmarani D, 2015).

Penelitian Nawangsari, Sunjaya dan Wirakusumah (2019) yang

menunjukkan kompetensi bidan (pengetahuan dan masa kerja) pasca

APN berpengaruh secara bermakna terhadap pelaksanaan pertolongan

persalinan normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik

pengetahuan, semakin baik sikap dan semakin lama masa kerja maka

akan berhubungan dengan penerapan pelayanan APN yang menjadi

semakin baik puladengan hasil (F=9,414).


3. Hubungan pengetahuan bidan dengan penapisan persalinan di Wilayah

Kerja Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau

Berdasarkan hasil penelitian dari 16 orang bidan dipengaruhi masa kerja

yang baru dan status bidan sebagai tenaga kerja sukarela di puskesmas sehingga

pengalaman yang dimiliki bidan masih tergolong dengan pengetahuan kurang

terdapat 13 orang bidan yang tidak melakukan penapisan persalinan dan 3 orang

melakukan penapisan persalinan dilihat dari kuesioner bahwa bidan tidak

lengkap mengisi lembar penapisan di register pasien dan 3 orang bidan yang

melakukan penapisan persalinan dikarenakan bidan sudah senior dari 21 orang

bidan dengan pengetahuan cukup mayoritas pendidikan dengan D III terdapat 3

oran bidan yang tidak melakukan penapisan persalinan dan 18 orang bidan

cukup melakukan penapisan persalinan. Dari 28 orang bidan dengan

pengetahuan baik terdapat 5 orang bidan yang tidak melakukan penapisan

persalinan dan 23 orang bidan melakukan penapisan persalinan Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan dengan penapisan

persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau.

Dalam penelitian ini bidan dengan pengetahuan kurang terdapat 16

orang namun terdapat 3 orang yang melakukan penapisan persalinan. 34

orang bidan dengan masa kerja 12 tahun, 44 orang bidan dengan masa

kerja 11 tahun dan 51orang bidan dengan masa kerja 12 tahun, bidan

dengan masa kerja lama telah terlatih dan terbiasa saat melaksanakan

pertolongan persalinan selalu memperhatikan SOP yang ada. Bidan

dengan pengetahuan cukup terdapat 21 orang yang melakukan penapisan


persalinan sebanyak 18 orang, dengan pengetahuan yang cukup tentu

dapat mendukung bidan dalam mengaplikasikan dengan baik antara ilmu

dan kompetensi dengan praktik dilapangan.

Bidan dengan pengetahuan baik terdapat 28 orang yang tidak

melakukan penapisan persalinan sebanyak 5 orang, terdapat 1 responden

dengan masa kerja baru beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini yaitu

bidan yang baru bekerja belum mampu untuk beradaptasi dengan

lingkungan bekerja, tekanan dalam pekerjaan juga menjadi faktor yang

dapat memicu kinerja bidan meskipun bidan telah memiliki pengetahuan

baik, 2 responden dengan masa kerja sedang dan 2 responden dengan

masa kerja lama seharusnya kinerja semakin meningkat apalagi bidan

telah memiliki pengetahuan baik tentang penapisan persalinan, tetapi

dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kejenuhan dan lingkungan

kerja serta tidak menutup kemungkinan ada bidan yang bekerja hanya

sebatas menjalankan rutinitas saja sehingga bidan tidak melakukan

penapisan persalinan.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir bidan,

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Semakin dewasa semakin bijaksana, semakin banyak

informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuannya.


Dalam melaksanakan tugas pelayanan kebidanan yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, seorang bidan

harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki seorang bidan

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kualitas pelayanan

kebidanan yang diberikan juga dalam pelayanan persalinan normal ibu.

Kompetensi yang dimiliki seorang bidan harus meliputi pengetahuan,

keterampilan dan perilaku dalam melaksanakan pelayanan kebidanan

secara aman dan bertangungjawab dalam berbagai tatanan pelayanan

kesehatan.

Menurut (Notoatmodjo, 2018) menyatakan bahwa salah satu domain

perilaku manusia adalah kognitif sedangkan ranah kognitif adalah

pengetahuan. Tingkat kedua dari pengetahuan adalah memahami, orang

yang telah paham terhadap suatu obyek atau materi dapat menyimpulkan,

meramalkan dan menerapkannya. Demikian juga dengan bidan, dengan

memahami komplikasi kehamilan maka bidan dapat mendeteksi secara

dini adanya faktor-faktor risiko pada saat melakukan pemeriksaan

kehamilan, sehingga dapat melakukan tindakan sedini mungkin maupun

merujuk secara dini dan faktor penyebab kematian ibu tidak langsung 3T

(terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk, terlambat mendapat

pelayanan ) dapat ditekan.

Pendapat ini didukung pula hasil penelitian Umar (2017) yang

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan bidan di

desa dengan kinerja bidan di Kabupaten Batang Hari (p = 0,010), Begitu


juga dengan penelitian Sutantini (2018) yang menyatakan ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan bidan dengan kinerja bidan di desa

Kabupaten Lampung Barat (p = 0,01).

4. Hubungan masa kerja bidan dengan penapisan

persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber

Waras Kota Lubuklinggau

Penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Sumber

Waras Kota Lubuklinggau dari 14 orang bidan dengan masa kerja baru

terdapat 5 responden yang tidak melakukan penapisan dan 9 oran bidan

melakukan persalinan. Dari 23 orang bidan dengan masa kerja sedang

terdapat 14 responden yang tidak melakukan penapisan dan 9 orang

bidan melakukan penapisan. Dari 28 orang bidan dengan masa kerja lama

terdapat 2 orang bidan yang tidak melakukan penapisan dan 26 orang

bidan melakukan penapisan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada

hubungan antara masa kerja dengan penapisan persalinan di Wilayah

Kerja Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau.

Dalam penelitian ini dari 14 orang bidan dengan masa kerja baru

terdapat 9 orang yang melakukan penapisan. Jika dilihat dari hasil

penelitian bidan dengan kinerja baru telah memiliki pengetahuan yang

baik tentang penapisan persalinan sehingga mendukung responden untuk

melakukan penapisan persalinan. Masa kerja Bidan sedang sebanyak 23

orang yang melakukan penapisan persalinan sebanyak 9 orang jika dilihat

dari hasil penelitian responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang


penapisan persalinan, sehingga sangat membantu bidan dalam

melaksanakan kinerja nya sesuai dengan standar operasional prosedur

dengan melakukan penapisan persalinan. Masa kerja Bidan lama

sebanyak 28 orang yang tidak melakukan penapisan persalinan sebanyak

2 orang, jika dilihat dari hasil penelitian terdapat 1 responden dengan

pengetahuan yang kurang tentang penapisan persalinan sehingga bidan

tidak dapat mengaplikasikan dengan baik sesuai dengan standar

operasionl prosedur, dilihat dari kuesioner ada 33 orang bidan puskesmas

yang kurang mengerti tentang proplaps funikuli atau sering disebut tali

pusat menumbung dan pertanyaan yang banyak benar pada kuesioner

nomor 20 tentang pemeriksaan dalam untuk setiap ibu bersalin setiap ibu

bersalin dilakukan berapa jam sekali.

Masa kerja menunjukkan bidan dengan masa kerja bidan yang lama

lebih banyak menggunakan partograf untuk memantau persalinan

dibandingkan dengan kelompok masa kerja bidan yang masa kerjanya

baru, hal ini kaitannya dengan pengalaman masa kerja bidan yang kurang

sehingga sangat perlu memantau persalinan secara dini usia dan masa

kerja yang bertambah menyebabkan bertambah-nya juga pengalaman

bidan dalam menolong persalinan sehingga mempengaruhi aktivitas

bidan dalam beraktivitas sehari-hari, bidan dengan masa kerja yang

sudah lama merasa sudah terbiasa dan cepat membaca situasi yang akan

terjadi selama persalinan, bidan melakukan Persalinan harus dapat

memantau dan mengevaluasi serta membuat keputusan klinik pada


persalinan normal ataupun persalinan dengan penyulit dengan cepat dan

tepat (Tasnim Mahmud & Muslimin, 2022).

Penelitian Zaim (2017) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara lama kerja bidan PTT di desa dalam pertolongan

persalinan di Kabupaten Sanggam Kalimantan Barat. Penelitian ini juga

selaras dengan penelitian Eulisa Fajriani (2018) dalam penelitiannya

didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara bidan yang

masa kerjanya lebih dari 3 (tiga) tahun mempunyai peluang kinerja lebih

baik sebesar 1,364 kali dibanding yang masa kerjanya kurang dari tiga

tahun. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya

dimungkinkan karena penelitian ini dilakukan ditempat dan waktu

penelitian yang berbeda.

Dalam melakukan pertolongan persalinan, bidan sebaiknya tetap

menerapkan APN (asuhan persalinan normal) pada setiap kasus yang

dihadapi ibu. Lakukan penapisan awal sebelum melakukan APN agar

asuhan yang diberikan sesuai. Segera lakukan rujukan apabila ditemukan

ketidaknormalan ( Kurniarum, 2016).

Menurut Asumsi peneliti pengetahuan yang baik akan menjadi modal

utama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga bidan

akan lebih dipercaya oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan

kesehatan, hal ini juga akan mempengaruhi kinerja bidan dan sebaiknya

diikuti dengan keterampilan/skill yang tinggi. Begitupun dengan masa

kerja, bidan dengan masa kerja yang lama memiliki kinerja yang baik
dalam hal melakukan penapisan persalinan karena telah memiliki

pengalaman kerja yang cukup dibandingkan dengan bidan dengan masa

kerja yang baru hal ini bisa dipengaruhi oleh bidan dengan jumlah

pelatihan yang kurang lengkap karena bidan baru selesai dari

pendidikannya, sehingga belum banyak mengikuti pelatihan-pelatihan

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan dan masa kerja

bidan di wilaya kerja puskesmas Sumber waras Kota Lubuklinggau, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 65 sampel terdapat 44 orang bidan yang melakukan penapisan

persalinan dan 21 orang bidan yang tidak melakukan penapisan persalinan

2. Dari 65 sampelterdapat pengetahuan kurang 16 orang bidan, 21 orang

pengetahuan cukup dan 28 orang pengetahuan baik

3. Dari 65 sampel terdapat 14 orang bidan masa kerja baru 23 orang bidan

dengan masa kerja sedang dan 28 orang bidan masa kerja lama

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara penapisan persalinan di wilaya

kerja Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau 21 orang bidan tidak

melakukan penapisan persalinan.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan di wilaya kerja

Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau, 16 orang bidan dengan

pengetahuan kurang 21 orang bidan dengan pengetahuan cukup dan 28

orang biidan dengan pengetahuan baik


A. Saran

1. Bagi Puskesmas Sumber Waras Kota Lubuklinggau

Hasil penelitian ini diharapkan kepada Bidan di Puskesmas Sumber

Waras Kota Lubuklinggau, dapat melakukan penapisan persalinan

sehingga dapat meminimalisir angka kejadian yang dapat membahayakan

bayi dan ibu nantinya saat dilakukan persalinan

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi bagi pendidikan khususnya bagi perpustakaan tentang hubungan

pengetahuan dan masa kerja bidan dengan penapisan persalinan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hsil penelitian ini dapat memberikan bahan-bahan

referensi dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam

mengembangkan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan masa kerja

bidan dengan penapisan persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

APN. (2020). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Arikunto. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.


Asmarani, D. (2015). Hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi
asuhan keperawatan di instalasi rawat inap RSU ST. Elisabeth. Proram Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto: Skripsi
dipublikasikan. Diambil kembali dari repository.ump.ac.id/5812/3/Dian
%20Asmarani%20BAB%20II.pdf

Astuti. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I Kehamilan. Yogyakarta:


Rohima Press.

Budiman, & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan.


Sikap dalam Penelitian Kesehatan. jakarta: Salemba Medika.Cangara.

Depdikbud. (2015). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen. Cetakan ke 2. Jakarta: Sinar Grafika.

Dinkes Lubuklinggau. (2020). Profil Dinkes Kota Lubuklinggau. Dinas Kesehatan


Lubuklinggau.

Dinkes Propinsi Sumatera Selatan. (2020). SumSel. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Selatan 2010. Pusat data dan Informasi Kesehatan : Palembang.

Eulisa Fajriani. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja bidan di


desa Dalam Pelayanan ANC Kabupaten Agam Sumatera Barat, Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta

Fatonah. (2016). Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI). (2018). Modul Midwifery Update. Pengurus Ikatan
Bidan Indonesia

Jannah. (2017). Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Ar-Ruz Media.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia


2019. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf.

Kementrian Kesehatan RI. (2021). Pedoman Pelayanan Anternatal, Persalinan,


Nifas dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta :
Kemenkes R.I.

Kenneth J. Leveno. (2020). Obstetri Williams: Panduan ringkas edisi 21. Jakarta:
EGC.

Kurniarum. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Kemenkes RI

Metti, E., & Ilda, Z. A. (2019). Pengaruh manajemen laktasi paket breast terhadap
masalah laktasi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang.
MENARA Ilmu, XIII(9), 30–36.

Ni, et al. (2018). Cesarean birth – What’s in a name? International Journal of


Obstetric Anesthesia. Journal of Obstetric Anesthesia, 34, 5–9, 34, 5–9.

Nilakesuma, N. F., Susilawati, D., & Safitri, K. (2019). Studi Kasus: Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Menggunakan Kartu Skor
Poedji Rochjati. SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery, 5(2),
74–78. https://doi.org/10.36749/seajom.v5i2.72

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nur Zanah. (2021). Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Di Desa Tanjung Mulia
Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. FJK, Vol. 1 No. 1

Rahman, S. A., Handayani, A., Sumarni, S., & Mallongi, A. (2017). Penurunan
Nyeri Persalinan Dengan Kompres Hangat Dan Massage Effleurage. Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(2), 147.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i2.1986

Siagian Sondang. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke-24.


Jakarta: Bumi Aksara.

Simanjuntak. (2021). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan


Dalam Hubungannya Terhadap Angka Kematian Ibu Di Kabupaten
Labuhanbatu. Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 7 No. 2.

Sudarmin. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Masa Kerja Dengan Sikap Bidan
Tentang Partogaf Di Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun
2018. Hubungan Pengetahuan Dan Masa Kerja Dengan Sikap Bidan
Tentang Patogeraf Di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia
Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2018, 53(9), 1689–1699.

Sunjaya, H., D.K., N., & Wirakusumah, F. F. (2009). Hubungan penguasaan


kompetensi Asuhan Persalinan Normal ( APN ) dengan pengetahuan dan
sikap bidan dalam pelaksanaan pertolongan persalinan normal di Kabupaten
Jombang , Jawa Timur. | Kompetensi APN Dalam Pertolongan Persalinan 3,
33(1), 3–7.

Suryawinata, A., Islamy, N., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Obstetri, B., &
Kedokteran, F. (2019). Komplikasi pada Kehamilan dengan Riwayat
Caesarian Section Complications on Pregnancy with Previous Caesarian
Section. 6, 364–369.

Sutantini, E. Sri Haryati. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja


bidan di desa dalam pelayanan kesehatan ibu dan neonatal Kabupaten
Lampung Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Tasnim Mahmud, T., & Muslimin, D. (2022). Hubungan Masa Kerja dan
Motivasi Bidan terhadap Kelengkapan Pengisian Partograf di Wilayah Kerja
Puskesmas Poso Pesisir Tahun 2021. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan,
5(4), 1246–1249. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i4.552

Tarwaka. (2017). Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. II ed.


Surakarta: Harapan Press Surakarta.

Tlus, M. . (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Tuti Meihartati. (2016). Persalinan Premature Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu
Dan Anak Paradise Tahun 2015. Jurnal Darul Azhar, Agustus 20, 66–70.

Wahyuni, S. (2018). Kepatuhan ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas
dalam pelaksanaan program pencegahan penularan HIV. Jurnal Kebidanan
Dan Keperawatan Aisyiyah, 12(1), 38–45. https://doi.org/10.31101/jkk.123

Wariyaka, M. R. (2021). Model Nomenklatur Diagnosa Kebidanan Dalam


Kehamilan Melinda Rosita Wariyaka. 12(April), 140–143.

Whittaker D.N, and R. D. . (2015). Subsidence Occurence, Prediction and


Control”, DME Univ of Notthingham. Elsiver, New York, p 359-376.

Wijayanti, A., Margawati, A., & Wijayanti, H. S. (2019). Hubungan Stres,


Perilaku Makan, Dan Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir. Journal of Nutrition College, 8(1), 1.
https://doi.org/10.14710/jnc.v8i1.23807
World Health Organization. (2021). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. World Bank

Zaim, A. (1999). Faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan PTT di
desa dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Sanggau Kalimantan
Barat Tahun 1999. 44, 2000.

You might also like