Tester
Tester
Tester
Husnul Khatimah
Akademi Kebidanan Tahirah Al Baeti Bulukumba
Sumarni
Akademi Kebidanan Tahirah Al Baeti Bulukumba
Kurniati Akhfar
Akademi Kebidanan Tahirah Al Baeti Bulukumba
Abstract. In Indonesia, there were 35,985 postpartum mothers who experienced ASI dams
or (15.60%) postpartum mothers, and in 2015 postpartum mothers who experienced ASI
dams were 77,231 or (37.12%). The increasing incidence of ASI dams is one of the health
problems in Indonesia. Where this greatly affects the postpartum period, namely the
failure to provide breast milk to infants and one of the failures to achieve coverage of
exclusive breastfeeding. This study aims to determine the determinants that influence the
occurrence of breast milk dams in postpartum mothers in Bulukumba Regency. This
research is a quantitative descriptive study with a population of 30 postpartum mothers
using total sampling. The results showed that the nipple length was the most influential
factor among the five factors causing breast milk dams in the working area of the Ujung
Loe Health Center, Bulukumba Regency. This is based on a simple linear regression test
obtained a p value of 0.04. Conclusion: From the results of the research conducted, it is
known that all respondents who experienced breast milk retention were 19 mothers and
11 mothers who did not experience breast milk retention. After statistical tests were
carried out using a simple linear regression test, it was found that there was a significant
relationship between the causal factors, namely the nipples being too long and the
occurrence of breast milk dams with a p value of 0.001.
Abstrak. Di Indonesia, ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985 atau
(15,60%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI
sebanyak 77.231 atau (37,12%). Meningkatnya kejadian Bendungan ASI, merupakan
salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Dimana hal ini sangat berpengaruh
terhadap masa nifas yaitu ketidakberhasilan dalam memberikan ASI kepada bayi dan
salah satu ketidak tercapainya cakupan ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui determinan yang mempengaruhi terjadinya bendungan ASI pada ibu
postpartum di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan jumlah populasi 30 ibu postpartum dengan menggunakan total
Received Mei 30, 2023; Revised Juni 2, 2023; Accepted Juli 12, 2023
*Corresponding author, [email protected]
e-ISSN: 2986-3597; p-ISSN: 2986-4488, Hal 120-132
sampling. Hasil penelitian menunjukkan faktor puting susu terlalu panjang merupakan
faktor yang paling berpengaruh diantara kelima faktor penyebab terjadinya bendungan
ASI wilayah kerja Puskesmas Ujung loe Kabupaten Bulukumba. Hal ini berdasarkan uji
regresi linear sederhana didapatkan p value senilai 0.04. Simpulan : Dari hasil penelitian
yang dilakukan diketahui bahwa semua responden yang mengalami bendungan ASI
sebanyak 19 ibu dan yang tidak mengalami bendungan ASI 11 ibu. Setelah dilakukan uji
statistic menggunakan uji regresi linear sederhana diperoleh bahwa ada hubungan yang
signifikan antara faktor penyebab yaitu puting susu terlalu panjang dengan terjadinya
bendungan ASI dengan nilai p value 0,001.
LATAR BELAKANG
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae, yang berguna sebagai
makanan bayi. ASI yang dalam jumlah cukup adalah makanan terbaik pada bayi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI adalah cairan alamiah
yang merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal (Walyani, 2015).
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu,
mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Zat antibodi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit.
Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu-
ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena
pengeluaran ASI tidak lancar atau pengisapan oleh bayi(Heryani,2012).
Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25%
selama masa postpartum. Kematian ibu pada masa postpartum biasanya disebabkan oleh
infeksi postpartum (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan
(42%) (akibat robekan jalan lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan
komplikasi masa nifas (11%). Infeksi pada masa nifas juga dapat disebabkan karena
adanya masalah laktasi. Masalah laktasi yang dapat terjadi yaitu Bendungan ASI
(WHO,2016).
Determinan Yang Mempengaruhi Terjadinya Bendungan Asi pada Ibu Postpartum
di Kabupaten Bulukumba
Menurut data ASEAN tahun 2014 disimpulkan presentase kasus bendungan ASI
pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena kesadaran
masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah
(Depkes RI, 2014 dalam jurnal kebidanan dan keperawatan vol.13, 2017).
Di Indonesia, ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985 atau
(15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI
sebanyak 77.231 atau (37, 12 %) (SDKI, 2015). Meningkatnya kejadian Bendungan ASI,
merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Dimana hal ini sangat
berpengaruh terhadap masa nifas yaitu ketidakberhasilan dalam memberikan ASI kepada
bayi, salah satu tidak tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI yang
cukup, dimana pencapaian ASI Eksklusif di Indonesia belum mencapai 80%.
Berdasarkan laporan SDKI tahun 2013 pencapaian ASI eksklusif adalah 42%.
Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2014, cakupan
pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3%. Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif
untuk umur bayi dibawah 6 bulan sebesar 41%, ASI eksklusif pada bayi umur 4-5 bulan
sebesar 27%, dan melanjutkan menyusui sampai anak umur 2 tahun sebesar 55%
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Sementara Aturan mengenai pemberian ASI
eksklusif telah tertuang dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif. Kedua peraturan itu menyebutkan wajibnya pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan yang didukung oleh pengadaan fasilitas laktasi di berbagai
tempat. Dan adapun target pemberian ASI ekslusif yang harus dicapai adalah sebesar
80%, tujuan dari target tersebut adalah pembangunan kesehatan yang salah satunya
adalah menurunkan angka kematian bayi. Angka Kematian Bayi menurut Sustainanble
Depelovment Goals (SDGs) tahun 2015 berjumlah 40 per 1000 kelahiran hidup dan masih
menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian bayi se-ASEAN. Angka kematian bayi
(AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000
kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia adalah kematian neonatal dan dua pertiga dari kematian neonatal adalah pada
satu minggu pertama dimana daya imun bayi masih sangat rendah, dimana daya imun
bayi bisa didapatkan dari ASI yang yang dikonsumsi.
Dampak dari bendungan ASI terkhusus pada pembuluh darah limfe akan
mengakibatkan tekanan yang memengaruhi berbagai segmen payudara, dan tekanan
seluruh bagian payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan
nyeri. Puting payudara akan terlihat lebih lebar sehingga susah dihisap oleh bayi, akan
berakibat bayi kurang minum dan dehidrasi yang menyebabkan bibir dan kulit kering,
jarang buang air kecil, nafas cepat, mata cekung, lesu, dan mengantuk.
Bendungan ASI yang tidak ditangani dengan baik akan berlanjut hinggan terjadi
mastitis dan abses payudara (Maryunani, 2015). Mastitis adalah keadaan dimana seorang
ibu nifas mengalami peradangan pada bagian payudara yang disertai dengan kemerahan
pada kulit dan puting payudara. Mastitis terdapat 2 jenis yaitu; mastitis tanpa infeksi yang
disebabkan karena penyumbatan saluran pengeluaran ASI sehingga terjadi penumpukan
ASI didalam payudara yang mengakibatkan pembengkakan dan peradangan payudara,
dan adapun mastitis yang terinfeksi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
(Wikipedia). Sedangkan abses payudara keadaan lanjutan dari setelah terjadi mastitis
yang ditandai dengan adanya penimbunan nanah pada payudara ibu (Rukiyah, 2012).
puskesmas ujung loe yaitu desa Seppang dan desa Padangloang Kecamatan Ujung Loe,
Kabupaten Bulukumba.
KAJIAN TEORITIS
Dampak dari bendungan ASI terkhusus pada pembuluh darah limfe akan
mengakibatkan tekanan yang memengaruhi berbagai segmen payudara, dan tekanan
seluruh bagian payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan
nyeri. Puting payudara akan terlihat lebih lebar sehingga susah dihisap oleh bayi, akan
berakibat bayi kurang minum dan dehidrasi yang menyebabkan bibir dan kulit kering,
jarang buang air kecil, nafas cepat, mata cekung, lesu, dan mengantuk.
Bendungan ASI yang tidak ditangani dengan baik akan berlanjut hinggan terjadi
mastitis dan abses payudara (Maryunani, 2015). Mastitis adalah keadaan dimana seorang
ibu nifas mengalami peradangan pada bagian payudara yang disertai dengan kemerahan
pada kulit dan puting payudara. Mastitis terdapat 2 jenis yaitu; mastitis tanpa infeksi yang
disebabkan karena penyumbatan saluran pengeluaran ASI sehingga terjadi penumpukan
ASI didalam payudara yang mengakibatkan pembengkakan dan peradangan payudara,
dan adapun mastitis yang terinfeksi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
(Wikipedia). Sedangkan abses payudara keadaan lanjutan dari setelah terjadi mastitis
yang ditandai dengan adanya penimbunan nanah pada payudara ibu (Rukiyah, 2012).
METODE PENELITIAN
A. Hasil.
Pelaksanaan Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan Juli. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi terjadinya bendungan
ASI pada ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ujung Loe Kecamatan Ujung Loe
Kabupaten Bulukumba.
1) Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di desa Seppang dan desa
Padangloang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
No Umur Frekuensi Presentase(%)
1. 20-25 16 53,3
2. 26-30 9 30,0
3. 31-35 5 16,7
Total 30 100%
Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliiti terdapat 16 ibu
(53,3%) yang berusia 20-25 tahun, 9 ibu (30,0%) yang berusia 26-30 tahun, 5 ibu (16,7%)
berusia 31-35 tahun.
Determinan Yang Mempengaruhi Terjadinya Bendungan Asi pada Ibu Postpartum
di Kabupaten Bulukumba
1. SD 13 43,3
2. SMP 9 30,0
3. SMA 6 20,0
Dari Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
13 ibu (43,3%) yang berpendidikan SD, SMP 9 ibu (30,0%), 6 ibu (20.0%) yang
berpendidikan SMA, dan 2 ibu (6,7%) perguruan tinggi.
1. 6-25 22 73,3
2. 26-42 8 26,7
Total 30 100%
Dari table 4.3. diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
22 ibu (73,3%) yang masa nifasnya 6-25 hari, 8 ibu (26,7%) yang masa nifasnya 26-42
hari.
2. Ya 19 63,3
Total 30 100%
Dari tabel 4.4 di atas menunjukan dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan 11 ibu
(36,7%) tidak bendungan ASI , 19 ibu (63,3%) mengalami bendungan ASI.
2) Analisis Bivariat.
Tabel 4.5 Faktor pengosongan mammae yang tidak sempurna di desa Seppang
dan desa Padangloang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Dari table 4.5. diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
nilai p value constant 0,057>0,005, berarti faktor pengosongan mammae yang tidak
sempurna, tidak berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa
Padangloang.
Tabel 4.6 Faktor hisapan bayi yang tidak aktif di desa Seppang dan desa
Padangloang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Dari table 4.6. diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
nilai p value constant 0,232, berarti faktor hisapan bayi yang tidak aktif, tidak
berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa Padangloang.
Tabel 4.7 Tehnik menyusui yang tidak benar di desa Seppang dan desa Padangloang
Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Dari table 4.7. diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
didapatkan nilai p value constant 0,004, berarti faktor tehnik menyusui yang tidak benar
berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa Padangloang.
Tabel 4.8 Puting susu terbenam di desa Seppang dan desa Padangloang Kecamatan
Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Dari table 4.8. diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
nilai p value constant 0,033, berarti faktor puting susu terbenam tidak berpengaruh
terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa Padangloang.
Tabel 4.9 Puting susu terlalu panjang di desa Seppang dan desa Padangloang
Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.
Dari table 4.9. diatas menunjukan bahwa dari 30 ibu postpartum yang diteliti didapatkan
nilai p value constant 0,001, berarti faktor puting susu terlalu panjang sangat berpengaruh
terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa Padangloang.
Determinan Yang Mempengaruhi Terjadinya Bendungan Asi pada Ibu Postpartum
di Kabupaten Bulukumba
3) Analisis Multivariat.
Tabel 4.10 Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI di
desa Seppang dan desa Padangloang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba.
No. Constant X Frekuensi Persentase(%) P value
1. X3 30 100% 0,004<
0,005
2. X5 30 100% 0,001<
0,005
Dari tabel 4.10 yang ada diatas, menunjukkan bahwa faktor puting susu terlalu panjang
dan tehnik menyusui yang tidak benar merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa Padangloang Kecamatan
Ujung loe Kabupaten Bulukumba. Dilihat dari hasil uji regresi linear berganda dengan
nilai p value pada faktor puting terlalu panjang yaitu 0.001<0,005, serta pada faktor tehnik
menyusui yang tidak benar dengan nilai p value 0.004<0,005.
B. Pembahasan
Yogyakarta. Judul penelitian yaitu gambaran penyebab kejadian bendungan ASI pada ibu
postpartum, dengan hasil penyebab kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum di
ruang KIA dan nifas terbanyak yaitu karena pengosongan mammae yang tidak sempurna
pada ibu primipara sebanyak (100%).
Sedangkan faktor tehnik menyusui bayi yang tidak benar juga berpengaruh
terhadap kejadian bendungan ASI di desa Seppang dan desa Padangloang karena tehnik
menyusui bayi yang tidak benar dilakukan oleh ibu postpartum di lokasi penelitian yaitu
saat menyusui bayinya ibu tidak memasukkan areola mammae kemulut bayi, sehingga
besar kemungkinan akan membuat puting susu ibu lecet, hal inilah yang membuat ibu
tidak mau menyusui bayinya, karena payudara tidak disusui maka ASI akan tetap berada
dalam payudara dan kemudian akan menggumpal sehingga terjadilah bendungan ASI, hal
tersebut didukung dengan hasil analisis yang didapatkan dengan nilai p value
0,004<0,005, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati F,
Suratni A (2017) di wilayah kerja puskesmas Melong Asih kota Cimahi periode Juni-
Agustus 2016. Dengan judul hubungan pengetahuan ibu postpartum tentang tehnik
menyusui dengan terjadinya bendungan ASI, didapatkan hasil ibu mengalami bendungan
ASI. Hasil p value (0,036)<0.05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu postpartum tentang tehnik menyusui dengan terjadinya bendungan ASI.
Faktor hisapan bayi yang tidak aktif, tidak berpengaruh terhadap kejadian
bendungan ASI pada ibu postpartum di desa Seppang dan desa Padangloang karena
hampir semua bayi aktif menghisap saat menyusu, sesuai dengan hasil analisa data
didapatkan p¬ value 0,232 >0,005 yang artinya faktor hisapan bayi yang tidak aktif tidak
berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI.
bayi berkurang, sehingga ASI yang harus dikeluarkan tetap dalam saluran payudara yang
kemudian menggumpal, hal inilah yang dapat menyebabkan bendungan ASI.
Dan hasil faktor puting susu terlalu panjang adalah faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum di desa Seppang dan desa
Padangloang Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba, hal ini bisa terjadi karena
puting susu yang terlalu panjang akan susah masuk kemulut bayi karena ukurannya yang
cukup besar untuk mulut bayi sehingga akan menyulitkan bayi untuk mengenyut sehingga
frekuensi menyusui berkurang, dan disisi lain puting susu yang terlalu panjang akan
membuat bagian areola mammae tidak masuk ke mulut bayi sehingga akan membuat
puting susu ibu lecet dan ibu tidak akan menyusui bayi karena merasa nyeri sehingga ASI
tidak dikeluarkan akan menggumpal dalam payudara, maka akan terjadi bendungan ASI.
Didukung dengan hasil analisis yang didapatkan dengan uji regresi linear yaitu p value
0,001<0,005. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayati
A, Yuni T, Anggraini A (2013) di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Judul penelitian
yaitu gambaran penyebab kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum, bahwa
penyebab kejadian bendungan ASI pada ibu postpartum di ruang KIA dan nifas terbanyak
yaitu karena kelainan puting susu pada ibu multipara sebanyak 5 responden (100%).
Hasil penelitian terhadap 30 orang ibu postpartum yang dilakukan di desa Seppang
dan desa Kecamatan Ujung loe Kabupaten Bulukumba tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya bendungan ASI pada ibu postpartum maka dapat disimpulkan
bahwa faktor tehnik menyusui bayi yang tidak benar serta faktor puting susu terlalu
panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian bendungan ASI di wilayah
kerja Puskesmas Ujung loe yaitu desa Seppang dan desa Padangloang.
Terimakasih kepada Kepala Puskesmas Ujung Loe Kabupaten Bulukumba atas izin
yang diberikan.
DAFTAR REFERENSI
Astutik Reni Yuli (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Trans Info Media.
Heryani, R (2012). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Transinfo
media.
Juniman, Puput Tripeni (2018) Angka pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih
rendah. www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180820165738-255-323681/angka-
pemberian-asi-eksklusif-di-indonesia-masih-rendah. Diakses tanggal 13 Desember 2021.
Kementrian kesehatan RI (2015) Dukung Ibu Bekerja Beri ASI Eksklusif.
www.depkes.go.id. Diakses tanggal 15 Desember 2021.
Maryunani, Anik (2015) Asuhan ibu nifas dan asuhan ibu menyusui. Bogor: in
media.
Prawirohardjo Sarwono (2012) Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Yulianti (2012) Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media.
Walyani elisabeth siwi, Purwoastuti Th. Endang (2015) Asuhan kebidanan masa
nifas dan menyusui. Yogyakarta: pustaka baru press.
Determinan Yang Mempengaruhi Terjadinya Bendungan Asi pada Ibu Postpartum
di Kabupaten Bulukumba