Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal Oleh Bidan Di Puskesmas

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

https://doi.org/10.22435/bpk.v46i2.

307
Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas ... (Harimat Hendarwan. at al)

Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas

QUALITY OF ANTENATAL CARE SERVICES BY MIDWIVES AT PUBLIC HEALTH CENTER

Harimat Hendarwan1, Heny Lestary2, Kenti Friskarini2, Miko Hananto2


Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan
1

2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
E-mail : [email protected]

Submitted :15-02-2017, Revised : 11-11-2017, Revised : 15-11-2017, Accepted : 19-03-2018

Abstract
The maternal mortality rate in Indonesia is still high and still far from the established target of SDG's,
which is 305 compared to 102 maternal deaths per 100,000 live births. Adequate pregnancy screening
services are needed to reduce maternal mortality. This study aims to determine the quality of antenatal
care (ANC) services at public health centers (midwives competence and support facilities and service
infrastructure). Data collection was conducted in 212 health centers and the sample size is 224 midwives
in the health centers. Midwives were observed at the time of antenatal care. The observed ANC components
were 5T, 7T, and 9T. In addition, it was observed also the availability of facilities, infrastructure, and
medicines related to ANC in health centers. The midwives who performed the ANC correctly and well
for the 9T, 7T, and 5T components were 18.8%, 23.2%, and 31.7%. Only 20.4% of health center have
all equipment, medicines, and supporting media of ANC 9T service. Only one-fifth of midwives perform
complete and correct ANC services for the 9T service components. Midwife knowledge in doing ANC 9T
is better for those who have profession less than 20 years old and hold at least diploma degree midwifery.

Keywords : Antenatal Care, Midwives, Health Center

Abstrak
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dan masih jauh dari target SDG’s yang telah ditetapkan,
yaitu 305 dibandingkan dengan 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Pelayanan pemeriksaan
kehamilan yang adekuat sangat dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian ibu. Penelitian ini
bertujuan mengetahui kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) di puskesmas
(kompetensi bidan serta dukungan sarana dan prasarana pelayanan). Pengumpulan data dilakukan di
212 puskesmas dengan jumlah sampel 224 orang bidan. Bidan diamati pada saat melakukan pelayanan
ANC. Komponen ANC yang diamati adalah 5T, 7T, dan 9T. Selain itu diamati juga ketersediaan sarana,
prasarana, dan obat-obatan terkait dengan ANC di puskesmas. Bidan yang melakukan ANC dengan benar
dan baik untuk komponen 9T, 7T, dan 5T secara berturut – turut adalah 18,8%, 23,2%, dan 31,7%. Hanya
20,4% puskesmas telah memiliki seluruh peralatan, obat, dan media penunjang pelayanan ANC 9T.
Hanya seperlima bidan melakukan pelayanan ANC secara lengkap dan benar untuk komponen pelayanan
9T. Pengetahuan bidan dalam melakukan ANC 9T lebih baik pada mereka yang menjalani profesinya
kurang dari 20 tahun dan berpendidikan minimal D3 kebidanan.

Kata kunci : ANC, Bidan, Puskesmas

97
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 2, Juni 2018: 97 - 108

PENDAHULUAN Saat ini cakupan pelayanan antenatal di


Indonesia sudah tinggi, berdasarkan Riskesdas
Masalah kesakitan dan kematian ibu tahun 2010 dan 2013, didapati cakupan K1
di Indonesia masih merupakan masalah besar, Akses mengalami peningkatan dari 92,7%
sehingga pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi 95,4%, K1 Ideal 72,3% menjadi 81,6%,
menjadi prioritas utama dalam pembangunan K4 61,4% menjadi 70,4%, tenaga yang paling
kesehatan. Menurut Survey Demografi Kesehatan banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian (88%) dan kontribusi Bidan Praktik Mandiri
Ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran 52,5%, konsumsi zat besi selama masa kehamilan
hidup, mengalami peningkatan yang sangat ditemukan sebesar 89,1%. Hal ini menunjukkan
fantastis dari 228 per 100.000 kelahiran hidup akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan
pada tahun 2007.1 Penurunan Angka Kematian antenatal oleh tenaga kesehatan sudah cukup
Bayi juga mengalami stagnasi, dari 34 per 1000 tinggi namun kualitas pelayanan antenatal masih
kelahiran hidup pada SDKI 2007, menjadi 32 per perlu dimantapkan, karena kualitas pelayanan
1000 kelahiran hidup di tahun 2012.2 antenatal yang baik dapat menurunkan angka
Kematian Ibu dan bayi dipengaruhi oleh kematian ibu.4,5 Seiring dengan kondisi tersebut,
berbagai faktor, salah satu faktor adalah pelayanan sangat perlu dilakukan peningkatan kualitas
kesehatan. Kematian ibu dan bayi, selain menjadi pelayanan antenatal, melalui pendekatan
indikator derajat kesehatan juga menjadi tolok ukur pelayanan antenatal terpadu dengan program
kinerja pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan terkait (gizi, imunisasi, penyakit menular, penyakit
yang bermutu adalah pelayanan yang dilaksanakan tidak menular, gangguan jiwa dan sebagainya).
oleh tenaga kesehatan yang kompeten, memegang Diharapkan ibu hamil mendapatkan perlindungan
teguh falsafah, dilandasi oleh etika dan kode etik secara menyeluruh, baik mengenai kehamilan dan
serta didukung sarana dan prasarana yang memadai. komplikasi kehamilan, serta intervensi lain yang
Hasil kajian kualitas pelayanan kesehatan ibu dan perlu diberikan selama proses kehamilan untuk
bayi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya.6
bekerjasama dengan WHO, HOGSI, UNICEF Pelayanan ANC berkualitas mempunyai
dan UNFPA pada tahun 2012 di 10 Provinsi, 20 kedudukan penting dalam upaya menurunkan
Kabupaten/Kota dengan sampel 20 Rumah Sakit, angka kematian ibu dan bayi, karena melalui
40 Puskesmas dan 40 Bidan Praktik Mandiri, pelayanan ANC yang profesional dan berkualitas,
didapati bahwa pelayanan kesehatan ibu dan bayi ibu hamil memperoleh pendidikan tentang cara
belum sesuai standar, terutama dalam pelayanan menjaga diri agar tetap sehat, mempersiapkan
Antenatal Care (ANC), pelaksanaan konseling kelahiran bayi yang sehat, serta meningkatkan
dan edukasi di Puskesmas 45% dan di Rumah kesadaran dan pengetahuan tentang kemungkinan
Sakit hanya 24,2%, pemeriksaan penunjang rutin adanya risiko atau terjadinya komplikasi dalam
di Rumah Sakit 39,4% dan di Puskesmas hanya kehamilan, sehingga dapat dicapai kesehatan
19,7%, pendokumentasian hasil pemeriksaan yang optimal dalam menghadapi persalinan dan
di Puskesmas 42,5% dan di Rumah Sakit hanya nifasnya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
20%.3 diketahui bagaimana kualitas pelayanan ANC
Upaya menurunkan AKI dan AKB bidan di Puskesmas.
sebaiknya sudah disiapkan sejak masa antenatal.
ANC adalah kegiatan yang diberikan pada ibu BAHAN DAN METODE
sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan
sebagai upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan Kerangka konsep Evaluasi Pelayanan
kesehatan ibu dan janin. ANC merupakan ANC mencakup penelaahan mengenai kondisi
pelaksanaan upaya promotif dan preventif dalam input (SDM, sarana, prasarana, peralatan), proses
pelayanan kesehatan. Upaya ini secara bertahap (pelayanan 10T), dan kualitas pelayanan ANC.
perlu didorong semaksimal mungkin agar dapat Pelayanan ANC (10T) meliputi : pemeriksaan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
primer termasuk Puskesmas. tekanan darah, pengukuran lingkar lengan atas

98
Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas ... (Harimat Hendarwan. at al)

(LILA), pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), data Rifaskes 2011 menggunakan hasil cakupan
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) dan posisi K4 Puskesmas dengan target 95% dan cakupan
janin, skrining dan pemberian TT, pemeriksaan Linakes Puskesmas dengan target 90% dari
laboratorium rutin (Hb dan golongan darah), 8000 Puskesmas, dihasilkan nilai 16,3%
pemberian Fe dan Asam Folat, tata laksana d = Tingkat presisi/ketepatan yang diinginkan = 5 %
kasus, temu wicara (KIE-Konseling), pencatatan = 0.05
dan pelaporan, serta supervisi, monitoring dan
evaluasi. Evaluasi pelayanan ANC yang dilakukan Jadi berdasarkan perhitungan rumus
ini merupakan suatu riset evaluatif (evaluation tersebut ukuran sampel minimal yang diambil
research) yang menggunakan rancangan potong sebanyak 106 Puskesmas. Untuk menghilangkan
lintang (cross sectional). Kegiatan penelitian efek desain dan meningkatkan ketepatan dalam
dilakukan pada Bulan September sampai dengan melakukan estimasi pengukuran maka jumlah
Desember 2014. Pengumpulan data dilakukan sampel dikalikan 2 = 106 x 2 = 212 Puskesmas.
secara kuantitatif pada Bulan November 2014, Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan instrumen terstruktur yang dengan teknik multistage sampling yaitu teknik
dilengkapi dengan naskah penjelasan dan form pengambilan sampel yang dilakukan secara
persetujuan setelah penjelasan (informed consent). bertahap dari mulai penentuan provinsi, pemilihan
Populasi target adalah populasi yang dapat kabupaten/kota, dan pemilihan Puskesmas.
digambarkan dengan hasil evaluasi yang akan Responden adalah bidan koordinator dan
dilakukan. Populasi target dalam evaluasi ini bidan pelaksana yang bertugas di puskesmas.
adalah seluruh puskesmas di Indonesia. Populasi Tim peneliti melakukan pengamatan terhadap
sumber adalah populasi yang akan menjadi subjek bidan saat melakukan pemeriksaan antenatal ibu
evaluasi. Penentuan populasi sumber didasarkan hamil, dengan menggunakan check list. Selain itu
pada pertimbangan bahwa wilayah yang akan juga dilakukan pengisian kuesioner oleh bidan,
diambil akan lebih mewakili semua kondisi observasi sarana dan prasarana pemeriksaan
pelayanan kebidanan di Indonesia. Populasi antenatal, serta pengumpulan data sekunder dari
sumber yang dipilih adalah tenaga kesehatan yang Profil dan Laporan Tahunan Puskesmas, Profil
ada di puskesmas dan jejaringnya. Kesehatan Kab/Kota, serta Laporan Tahunan
Sampel merupakan bagian dari populasi Dinas Kesehatan Kab/Kota.
yang memiliki karakteristik yang sama dengan
populasi dan dianggap mewakili populasi. Ukuran HASIL
sampel dihitung dengan menggunakan rumus Analisis Univariat

proporsi : Hasil penelitian dari riset evaluasi kualitas
pelayanan Antenatal Care ini dapat dilihat pada
n= Z2. N. p (1 - p) Tabel 2 sampai dengan Tabel 7. Penelitian ini
d2 .( N – 1) + Z2 .p (1 – p) mengamati 224 orang bidan dalam melakukan
pelayanan Antenatal Care (ANC) terhadap ibu
Keterangan rumus : hamil di puskesmas.
n = Sampel Pada Tabel 3 dapat dilihat penilaian
Z2= Standar baku normal dengan tingkat kemaknaan berdasarkan komponen Pelayanan ANC
5 % = 1.96 menunjukkan bahwa secara keseluruhan hanya
P= proporsi Puskesmas yang memiliki pelayanan 18,8% bidan teramati yang melakukan dengan
ANC baik (16,3%) lengkap dan benar seluruh komponen 9T pada
N= jumlah Puskesmas sebanyak 9655 puskesmas pemeriksaan Antenatal Care (ANC), meliputi
(tahun 2014) : 1) pengukuran berat badan dan tinggi badan,
d = 5% maka n = 106 puskesmas 2) pemeriksaan tekanan darah, 3) pengukuran
P = Proporsi populasi untuk masalah yang diteliti lingkar lengan atas (LILA), 4) pengukuran tinggi
dalam hal ini adalah proporsi Puskesmas yang fundus uteri, 5) pemeriksaan denyut jantung janin,
memiliki pelayanan kebidanan baik berdasarkan 6) konseling, 7) tes laboratorium sederhana, 8)

99
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 2, Juni 2018: 97 - 108

tablet besi minimal 90 tablet, dan 9) imunisasi adalah Kota Ternate (42,9%) dan terendah adalah
Tetanus Toksoid. Pemeriksaan yang paling Kabupaten Siak (6,7%).
banyak dilakukan dengan baik dan benar adalah Pelayanan antenatal care 9T yang
pemeriksaan tekanan darah (81,3%). Pemeriksaan dimaksud meliputi pelayanan pengukuran
yang paling sedikit dilakukan dengan baik adalah berat badan dan tinggi badan, tekanan darah,
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) ibu tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toksoid,
(61,6%). pemberian 90 tablet Fe, konseling, pemeriksaan
Tabel 4 menunjukkan distribusi pelayanan laboratorium rutin, pengukuran lingkar lengan
antenatal care menurut kabupaten/kota. Kota atas, dan pemeriksaan denyut janin. Pelayanan 7T
Ternate memiliki pelayanan antenatal care 9T meliputi pelayanan pengukuran berat badan dan
tertinggi (42,9%) di antara kabupaten/kota lokasi tinggi badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri,
penelitian, sedangkan Kabupaten Halmahera imunisasi tetanus toksoid, pemberian 90 tablet Fe,
Barat yang justru masih satu provinsi dengan konseling, dan pemeriksaan laboratorium rutin.
Kota Ternate memiliki pelayanan antenatal care Pelayanan 5T meliputi pengukuran berat badan
9T terendah (0,0%). Pelayanan 7T tertinggi dan tinggi badan, tekanan darah, tinggi fundus
adalah Kota Bengkulu (45,0%) dan yang terendah uteri, imunisasi tetanus toksoid, dan pemberian 90
adalah Kabupaten Lebong (0,0%) dan Kabupaten tablet Fe.
Halmahera Barat (0,0%). Pelayanan 5T tertinggi

Tabel 1. Metode Pengambilan Sampel


No Tahapan sampel Teknik pengambilan sampel Hasil
1 Pemilihan provinsi Dilakukan secara simple random sampling dari 3 Dari 3 regional yang ada dipilih 2 propinsi dari
regional/wilayah yang ada di Indonesia masing-masing regional = 6 Propinsi yang diambil
yaitu : Riau, Bengkulu, Jawa Tengah, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara
2 Pemilihan kabupaten Dilakukan secara simple random sampling dari 6 Dari 6 Propinsi terpilih yang ada dipilih 1 Kab dan
Propinsi terpilih, dipilih 1 Kota dan 1 Kabupaten 1 kota = 6 kabupaten dan 6 Kota yang diambil,
yaitu : Kabupaten Siak, Lebong, Pekalongan,
Kutai Timur, Barru, dan Halmahera Barat.
Kota Pekanbaru, Bengkulu, Surakarta, Samarin-
da, Makasar, dan Ternate
3 Pemilihan Puskesmas Diambil total populasi Puskesmas dari 12 Kab/ Dari 12 kabupaten/kota diambil total populasi
Kota Puskesmas yaitu sebanyak 212 Puskesmas

Tabel 2. Jumlah Responden Teramati Berdasarkan Lokasi Penelitian


Jumlah
Provinsi No Kabupaten/Kota
n %
Riau 1 Kabupaten Siak 15 6,7
2 Kota Pekanbaru 20 8,9
Bengkulu 3 Kabupaten Lebong 13 5,8
4 Kota Bengkulu 20 8,9
Kalimantan Timur 5 Kabupaten Kutai Timur 18 8
6 Kota Samarinda 26 11,6
Maluku Utara 7 Kota Ternate 7 3,1
8 Kabupaten Halmahera Barat 7 3,1
Jawa Tengah 9 Kabupaten Pekalongan 26 11,6
10 Kota Surakarta 17 7,6
Sulawesi Selatan 11 Kabupaten Barru 11 4,9
12 Kota Makassar 44 19,6
Total 224 100

100
Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas ... (Harimat Hendarwan. at al)

Tabel 3. Distribusi Responden menurut Komponen Antenatal Care


Jumlah
No Komponen Antenatal Care
n %
1 Memeriksa tinggi badan dan berat badan ibu 143 63,8
3 Memeriksa tekanan darah 182 81,3
4 Mengukur lingkar lengan kiri atas (LILA) ibu 138 61,6
5 Memeriksa kondisi abdomen dan tinggi fundus uteri untuk dipetakan ke grafik TFU 153 68,3
6 Memeriksa denyut jantung janin (jika >16 minggu) 172 76,8
7 Konseling dan edukasi 149 66,5
8 Tes laboratorium sederhana 143 63,8
9 Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 169 75,8
10 Imunisasi tetanus toxoid (TT) sesuai status imunisasi 151 67,7
Melakukan 9T 42 18,8
Melakukan 7T 52 23,2
Melakukan 5T 71 31,7

Tabel 4. Distribusi Pelayanan Antenatal Care Menurut Kabupaten/Kota


Kabupaten/Kota 9 T (%) 7 T (%) 5 T (%)
Kabupaten Siak 6,7 6,7 6,7
Kota Pekanbaru 10,0 15,0 25,0
Kabupaten Lebong 0,0 0,0 15,4
Kota Bengkulu 35,0 45,0 70,0
Kabupaten Kutai Timur 11,1 11,1 22,2
Kota Samarinda 30,8 34,6 42,3
Kabupaten Halmahera Barat 0,0 0,0 14,3
Kota Ternate 42,9 42,9 42,9
Kabupaten Pekalongan 7,7 15,4 19,2
Kota Surakarta 17,6 23,5 29,4
Kabupaten Barru 18,2 27,3 27,3
Kota Makassar 27,3 31,8 38,6
Keseluruhan 18,8 23,2 31,7

Tabel 5. Distribusi Puskesmas Berdasarkan Kelengkapan Alat, Obat, dan Media Penunjang ANC 9T
Ketersediaan
No Kepemilikan alat, obat, dan media penunjang pelayanan ANC
n %
1 Memiliki seluruh alat, obat, dan media penunjang pelayanan ANC (23 item) 46 20,4
2 Memiliki 0 – 11 alat, obat, dan media penunjang pelayanan ANC 2 0,9
3 Memiliki 12 – 17 alat, obat, dan media penunjang pelayanan ANC 36 16
4 Memiliki 18 – 23 alat, obat, dan media penunjang pelayanan ANC 187 83,1

Tabel 6. Distribusi Kepemilikan Item Alat, Obat, dan Media Penunjang Pelayanan ANC 9T Menurut
Kabupaten/Kota
Item kepemilikan alat, obat, dan media penunjang (%)
No Kabupaten/Kota
23 6-11 12-17 18-23
1 Kabupaten Siak 0,0 0,0 20,0 80,0
2 Kabupaten Lebong 0,0 7,1 64,3 28,6
3 Kabupaten Kutai Timur 0,0 0,0 16,7 83,3
4 Kabupaten Halmahera Barat 0,0 12,5 50,0 37,5
5 Kota Pekanbaru 25,0 0,0 15,0 85,0
6 Kota Bengkulu 20,0 0,0 10,0 90,0
7 Kabupaten Pekalongan 34,6 0,0 0,0 100,0
8 Kota Surakarta 23,5 0,0 0,0 100,0

101
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 2, Juni 2018: 97 - 108

9 Kota Samarinda 37,5 0,0 4,2 95,8


10 Kabupaten Barru 0,0 0,0 27,3 72,7
11 Kota Makassar 28,9 0,0 17,8 82,2
12 Kota Ternate 28,6 0,0 0,0 100,0
Keseluruhan 20,4 0,9 16,0 83,1

Tabel 7. Hasil Analisa Bivariat


P value Mantel Haenszel
No Hubungan antar variabel continuity Common
correction Odds Ratio
1 Bidan dengan lama menjalani profesi bidan < 20 tahun memiliki peluang 1,442 kali untuk 0,019 1,072 – 1,941
memiliki jawaban benar ≥ 13 daripada bidan dengan lama menjalani profesi bidan ≥ 20 tahun
2 Bidan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir minimal D3 memiliki peluang 1,995 0,007 1,228 – 3,241
kali untuk memiliki jawaban benar ≥ 13 daripada bidan dengan latar belakang pendidikan
terakhir < dari D3
3 Puskesmas kabupaten memiliki peluang 5,258 kali untuk memiliki kunjungan antenatal care 0,000 2,931 – 9,443
< 50 setiap bulan daripada puskesmas daerah kota
4 Puskesmas kota memiliki peluang 3,066 kali untuk memiliki pemeriksaan golongan darah ibu 0,000 1,712 – 5,490
hamil daripada puskesmas di kabupaten
5 Puskesmas kota memiliki peluang 3,498 kali untuk memiliki pemeriksaan protein urine ibu 0,001 1,746 – 7,011
hamil daripada puskesmas di kabupaten
6 Puskesmas kota memiliki peluang 5,958 kali untuk memiliki pemeriksaan haemoglobin ibu 0,000 2,554 – 13,904
hamil daripada puskesmas di kabupaten
7 Puskesmas kota memiliki peluang 3,294 kali untuk memiliki alat, obat, dan media penunjang 0,004 1,497 – 7,248
pelayanan ANC yang lengkap (23 item) daripada puskesmas di kabupaten

Observasi Peralatan, Obat-obatan dan Dokumen pelayanan ANC 9T. Sekitar 0,9% puskesmas
Terdapat 212 puskesmas dari 12 memiliki < 50% peralatan, obat, dan media
kabupaten/kota dan 6 provinsi yang diobservasi penunjang pelayanan ANC 9T, 16% puskesmas
terkait keberadaan peralatan, obat-obatan, dan memiliki 50 – 74%, dan sekitar 83,1% puskesmas
ketersediaan dokumen. Jumlah puskesmas yang telah memiliki 75 – 100%.
diamati di setiap kabupaten/kota bervariasi Kota Samarinda memiliki proporsi terbesar
jumlahnya, tergantung dari jumlah keberadaan puskesmas dengan kepemilikan 23 item alat, obat,
puskesmas di masing - masing kabupaten/kota. dan media penunjang pelayanan ANC (37,5%).
Penilaian terhadap kesiapan puskesmas Tidak ada satupun puskesmas di Kabupaten
dalam memberikan pelayanan antenatal care Siak, Lebong, Kutai Timur, Halmahera Barat,
(ANC) 9T dilakukan dengan menganalisa dan Kabupaten Barru yang memiliki lengkap 23
keberadaan peralatan, obat, dan media penunjang item. Seluruh puskesmas di Kota Ternate, Kota
pelayanan. Jumlah alat, obat, dan media penunjang Samarinda, dan Pekalongan memiliki >75 %
pelayanan antenatal 9T adalah 23 jenis, antara lain alat, obat, dan media penunjang pelayanan ANC.
meliputi : tensimeter, manset dewasa, stetoskop, Terdapat 7,1% puskesmas di Kabupaten Lebong
stetoskop janin dan dopler, timbangan dewasa, dan 12,5% puskesmas di Kabupaten Halmahera
meteran, pita lingkar lengan, tablet tambah darah, Barat yang hanya memiliki < 50%.
alkohol 70%, freezer/refrigerator, cold chain
dan vaksin TT, pemeriksaan Hb, tes kehamilan, Analisis Bivariat
golongan darah, dan protein urine, kartu ibu, Pada Tabel 7 dapat dilihat analisis bivariat
bahan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dari penelitian ini. Hasil analisis menggunakan
serta ketersediaan media promosi kesehatan. uji kai kuadrat menunjukkan adanya hubungan
Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh yang bermakna secara statistik antara beberapa
sebanyak 46 puskesmas (20,4%) telah memiliki variabel yang dianalisis di dalam penelitian
seluruh peralatan, obat, dan media penunjang ini. Variabel dependen yang dianalisis adalah

102
Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas ... (Harimat Hendarwan. at al)

pengetahuan bidan dalam pelayanan antenatal, Hal ini disebabkan oleh jauhnya jarak, kurang
kunjungan antenatal ibu hamil, serta kepemilikan memadainya transportasi, biaya, kurangnya
sarana pelayanan antenatal. Sedangkan variabel pendidikan kesehatan selama kunjungan antenatal,
independennya adalah karakteristik bidan dan kurangnya petugas dan kurangnya kemampuan
jenis puskesmas petugas. Keterlambatan dalam penanganan
dapat saja terjadi pada semua tahap, mulai dari
PEMBAHASAN keterlambatan untuk memutuskan pergi ke
klinik bersalin atau meminta pertologan petugas
Kesehatan maternal diartikan sebagai kesehatan (keterlambatan tahap I), ataupun
kesehatan wanita selama kehamilan, persalinan, keterlambatan akibat waktu tempuh ke fasilitas
dan post partum. Walaupun untuk sebagian wanita pelayanan kesehatan (keterlambatan tahap II).8
hal ini merupakan pengalaman yang menyenangkan Di Indonesia, angka kematian ibu
tetapi tak jarang pula kondisi ini berhubungan menunjukkan penurunan dari 307 per 100.000
dengan penderitaan, kesakitan, dan bahkan kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228 per
kematian. Menurut WHO, kematian maternal 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, namun
merupakan kematian yang dialami wanita ketika meningkat kembali menjadi 359 per 100.000
hamil atau 42 hari pasca terminasi kehamilan, kelahiran hidup tahun 2012.2 Perlu dilakukan
akibat berbagai kasus yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya kesehatan secara efektif
kehamilan atau manajemennya tetapi tidak untuk mengatasi berbagai hambatan (bottleneck)
disebabkan oleh kecelakaan.7 dalam kesehatan ibu, seperti sumber daya manusia,
Target Millenium Development Goals infrastruktur, sistem informasi kesehatan, rantai
nomor 5 adalah menurunkan Maternal Mortality logistik, dan kapasitas manajerial.9
Ratio (MMR) sebesar tiga perempat pada tahun Idealnya, sistem registrasi sipil dengan
2015 dibandingkan pencapaian tahun 1990. penambahan item penyebab kematian akan
Analisa menunjukkan penurunan yang terjadi menyediakan data yang akurat tingkat mortalitas
lebih rendah dari penurunan yang ditargetkan maternal dan penyebab kematian maternal. Pada
(5,5%). Kurang lebih tiga perempat dari negara-negara dengan aplikasi sistem registrasi
kematian maternal disebabkan oleh penyebab sipil yang tidak lengkap, sulit untuk mengukur
langsung, seperti perdarahan obstetrik, sepsis, secara akurat tingkat mortalitas maternal. Hal ini
persalinan lama (obstruksi), hipertensive disorder. selain dikarenakan tidak tercantumnya kematian
Mortalitas maternal merupakan akibat dari maternal pada usia reproduktif secara lengkap,
kombinasi faktor biologi, medis, dan sosial. Di juga karena penyebab kematiannya tidak diketahui
beberapa negara berkembang, hambatan terhadap secara pasti. Diprediksikan pada tahun 2010
pelayanan kesehatan mencegah perempuan untuk terdapat sejumlah 287.000 kematian maternal
memperoleh manfaat dari intervensi penyelamatan (rentang : 230.000 – 398.000) di seluruh dunia,
nyawa (life saving intervention). Persalinan dengan MMR sebesar 210 per 100.000 kelahiran
di rumah sering menjadi pilihan perempuan hidup (rentang : 170 – 300 per 100.000 kelahiran
dari golongan ekonomi lemah. Sebagian besar hidup), Negara berkembang menyumbang sekitar
persalinan di rumah dilakukan tanpa pertolongan 99% dari kematian maternal global dengan MMR
tenaga kesehatan terlatih. Badan Kesehatan Dunia 15x lebih tinggi daripada negara maju. Terdapat 2
(WHO) memperkirakan sekitar 60% persalinan negara yang menyumbang sepertiga dari jumlah
di negara berpenghasilan rendah dilakukan di keseluruhan kematian maternal, India 19% (56.000
luar fasilitas kesehatan, dengan 47% diantaranya kematian) dan Nigeria 14% (40,000 kematian).
dilakukan dengan bantuan dukun bayi, angota Indonesia dengan jumlah kematian sebanyak 9600
keluarga, atau tanpa bantuan siapapun. Suatu kasus dikategorikan termasuk ke dalam negara
studi di Zambia menunjukkan sekalipun 96% yang berkontribusi 3% – 5% kematian maternal
responden menginginkan melahirkan di klinik global.10 Berbagai faktor dapat menyebabkan
bersalin, namun hanya 45% yang melakukannya. penurunan mortalitas maternal global antara tahun

103
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 2, Juni 2018: 97 - 108

1990 – 2010. Selain dikarenakan peningkatan global adalah 2,65, ini merupakan setengah dari
sistem kesehatan, beberapa faktor lain di luar periode tahun 1950 – 1955. Sebagai akibatnya di
sektor kesehatan juga memiliki peran dalam beberapa negara angka kelahiran juga mengalami
penurunan mortalitas tersebut, misalnya penurunan. India misalnya, kelahiran turun dari
peningkatan pendidikan wanita, dan peningkatan 27 juta menjadi 24 juta, dan secara langsung
akses fisik ke fasilitas kesehatan. Dikarenakan berkontribusi terhadap penurunan 9% kematian
kontekstual setiap negara yang berbeda, maka maternal.11 Peningkatan pelayanan keluarga
tidaklah memungkinkan untuk secara penuh berencana juga dapat meningkatkan pemahaman
menjelaskan mengapa terdapat negara-negara mengenai bagaimana menghindarkan kehamilan
yang mengalami penurunan lebih baik daripada yang tidak diinginkan, menunda kehamilan dan
negara-negara lainnya. Pada periode 1990 – 2009, menjamin keamanan jarak antar persalinan. Suatu
beberapa indikator MDGs No.5 juga menunjukkan studi di China menunjukkan wanita yang tidak
perbaikan, misalnya proporsi persalinan oleh mengikuti program keluarga berencana memiliki
tenaga kesehatan terlatih meningkat menjadi 65% risiko mortalitas maternal dua kali dibanding
dibandingkan 55% pada tahun 1990, demikian wanita yang mengikuti program tersebut.12
pula dengan proporsi ibu hamil yang sedikitnya Kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan
kontak dengan tenaga kesehatan terlatih dari 64% maternal dan kondisi sosial ekonomi memberikan
menjadi 81%, dan kunjungan antenatal care 4+ kontribusi yang signifikan terhadap mortalitas
dari 35% menjadi 51%.10 maternal.12 Pelayanan antenatal dan pelayanan
Di Indonesia, data SDKI menunjukkan kontrasepsi memiliki peranan dalam mencegah
terjadinya peningkatan kunjungan antenatal care kematian maternal. Beberapa studi menunjukkan
(ANC) minimal 4 kali selama masa kehamilan pengaruh antenatal terhadap kematian maternal,
menjadi 87,8% pada tahun 2012 dibandingkan misalnya skrining resiko antenatal di Jawa Timur
81,5% pada tahun 2007. Kunjungan ANC yang yang berhubungan dengan menurunnya mortalitas
sesuai standar waktu minimal yang ditentukan maternal.12 Hal yang sama juga terjadi di Afrika
hanya 73,5% (1 kali di Trimester I, 1 kali di Selatan, dimana terdapat perbedaan dalam
Trimester II, dan 2 kali di Trimester III). Jenis MMR pasien yang menerima antenatal care di
pelayanan yang didapat selama ANC, pemeriksaan rumah sakit tersier dengan pasien yang tidak
tinggi fundus (98,0%), pemeriksaan tekanan darah menerima antenatal care di rumah sakit tersebut,
(96,0%), timbang berat badan (94,9%), konseling serta dengan yang tidak menerima antenatal
(84,1%), pemberian tablet tambah darah (75,5%), care sama sekali (29,8/100.000 kelahiran hidup
pengukuran tinggi badan (47,2%), pemeriksaan berbanding 304,7/100.0000 kelahiran hidup dan
urine (47,7%), pemeriksaan darah (41,0%), dan 348,5/100.0000 kelahiran hidup).12
imunisasi tetanus toksoid (TT) minimal 2 kali Suatu studi yang dilakukan di Surabaya
selama masa hamil 45,4%.2 Dalam beberapa hal menunjukkan faktor-faktor sosial ekonomi, seperti
hasil ini memiliki kesesuaian dengan temuan tinggal di daerah rural, pekerjaan, kurangnya
penelitian ini, namun dalam beberapa hal lain higiene dan kurang adekuatnya antenatal care
memiliki perbedaan. Hal ini dapat disebabkan memiliki pengaruh terhadap kematian ibu. Faktor-
karena perbedaan metodologi dari kedua penelitian faktor risiko yang signifikan dalam studi tersebut
tersebut, dimana pada penelitian ini angka-angka antara lain tinggal di luar Surabaya (OR = 11,7,
diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap 95% CI = 5,0 – 29,2), tidak bekerja (OR= 4,4,
pelayanan antenatal care yang diberikan oleh 95% CI = 1,7 – 13,8), ketidaktersediaan fasilitas
bidan di puskesmas terhadap ibu hamil trimester jamban (OR= 2,9, CI 95% = 1,0 – 7,7), < 4
III. antenatal visits (OR=2,5, 95% CI=1,1- 5,5), dan
Peningkatan penggunaan kontrasepsi kontak pertama dengan fasilitas kesehatan setelah
diperkirakan juga berpengaruh terhadap 4 bulan kehamilan (OR=3,0, CI 95%= 1,3-7,0).
penurunan angka kematian ibu. Antara tahun Tingkat pendidikan tidak menjadi faktor risiko
2000 – 2005, angka Total Fertility Rate (TFR) dalam studi tersebut. Tidak jarang ditemukan

104
Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas ... (Harimat Hendarwan. at al)

pasien sudah dalam kondisi yang serius ketika tiba anemia, perdarahan jalan lahir, pre eklampsia,
di rumah sakit. Sebagian besar kematian maternal eklampsia, fetal distress, dan posisi abnormal
dapat dicegah jika kondisi yang inadekuat sudah janin setelah 26 minggu yang mungkin dapat
dapat dikenali dini dan jika ibu hamil memiliki membahayakan jiwa. Penanganan dini terhadap
akses yang lebih dini ke palayanan kesehatan kondisi tersebut dapat membuat perbedaan antara
dasar. Di daerah rural, kurangnya fasilitas medis keselamatan dan kematian yang akan dialami oleh
dan informasi mengenai persalinan yang aman ibu hamil.
mengurangi kemungkinan ibu hamil untuk WHO merekomendasikan untuk melaku-
menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan kan kunjungan 4 kali ibu hamil dengan kunjungan
kesehatan mengenai kehamilan dan persalinan, pertama pada trimester pertama (idealnya
serta peningkatan pelayanan kesehatan dasar dapat sebelum 12 minggu namun tidak lebih dari 16
membantu ibu hamil menggunakan pelayanan minggu), pada 24 – 48 minggu, dan pada umur
kesehatan.12 kehamilan 32 minggu dan 36 minggu. Setiap
Kondisi ini sejalan dengan studi lain yang kunjungan semestinya meliputi pemeriksaan
dilakukan di Kenya yang menunjukkan tempat yang sesuai dengan kondisi kehamilan ibu
tinggal, kesejahteraan, tingkat pendidikan, etnis hamil dan membantunya untuk mempersiapkan
(suku bangsa), paritas, status pernikahan, dan usia persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Jika
saat bersalin anak terakhir memiliki pengaruh yang ditemukan masalah atau potensi masalah, maka
kuat pada waktu melakukan kunjungan pertama frekuensi pemeriksaan antenatal harus lebih
ANC dan tipe persalinan yang diterima. Temuan sering dilakukan. Fokus pemeriksaan antenatal
utama dari studi ini adalah adanya hubungan yang adalah pada promosi kesehatan dan pencegahan
kuat antara waktu melakukan kunjungan pertama penyakit, deteksi dini dan penanganan komplikasi
ANC dan penggunaan persalinan oleh tenaga dan penyakit yang dialami kini, serta persiapan
kesehatan terlatih. Studi ini mengkonfirmasikan persalinan dan komplikasi.
bahwa waktu melakukan kunjungan pertama ANC Antenatal care semakin penting dilakukan
adalah pintu masuk yang penting untuk pelayanan di negara-negara berkembang karena tingginya
persalinan, dimana ibu hamil yang melakukan risiko malaria dan anemia pada ibu hamil yang
kunjungan pertama pada awal kehamilan akan mengalami malnutrisi, serta risiko terjadinya
cenderung menggunakan pertolongan persalinan tetanus. Data membuktikan bahwa kematian
oleh tenaga kesehatan terlatih daripada ibu hamil maternal dapat dikurangi melalui promosi tentang
yang melakukan kunjungan pertama di usia ketersediaan, akses, dan utilisasi pelayanan
kehamilan yang lebih lanjut.7 Hal ini sejalan obstetri emergensi dasar dan komprehensif untuk
dengan studi yang dilakukan oleh Mengistu dan ibu hamil dengan komplikasi persalinan.13 Jika ibu
Tafere, 2011,13 bahwa ibu hamil yang melakukan hamil terlambat melakukan kunjungan pelayanan
kunjungan antenatal memiliki peluang hampir antenatal, maka akan mengurangi kesempatannya
8 kali lebih besar untuk bersalin di pelayanan untuk memperoleh nasehat pendidikan kesehatan
kesehatan dibanding ibu hamil yang tidak sesuai waktunya, mereka juga dapat kehilangan
melakukan kunjungan antenatal (OR=7,70, manfaat dari tes skrining untuk deteksi dini dan
CI 95% 7,02 – 8,43). Antenatal care dapat pencegahan efek samping persalinan.14
membantu ibu hamil mempersiapkan persalinan, Penggunaan pelayanan kesehatan mater-
memperoleh informasi mengenai komplikasi nal merupakan pendekatan yang efektif untuk
persalinan dan keuntungan bersalin dengan mengurangi risiko mortalitas dan morbiditas
tenaga kesehatan terlatih. Antenatal care yang maternal. Melakukan kunjungan ke klinik
dilakukan oleh petugas terlatih memungkinkan antenatal dan bersalin dengan bantuan tenaga
terdeteksinya masalah yang dihadapi ibu hamil kesehatan terlatih dapat menurunkan morbiditas
yang membutuhkan pelayanan khusus. Kondisi- dan mortalitas melalui deteksi dini dan manajemen
kondisi tersebut antara lain HIV, Sifilis, dan Infeksi komplikasi.7 Paritas dan tingkat pendidikan
Menular Seksual lainnya, malnutrisi, tuberkulosis, memiliki pengaruh yang besar terhadap persalinan

105
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 2, Juni 2018: 97 - 108

pada fasilitas pelayanan kesehatan maternal. Usia, aman. Peningkatan pelayanan membutuhkan
kesejahteraan dan keterpaparan media massa juga dukungan reformasi kebijakan yang adekuat
merupakan faktor pendukung persalinan di institusi untuk memperkuat implementasi pelayanan dan
pelayanan kesehatan. Kunjungan ANC menurun pelatihan staf serta promosi kesehatan.17
sejalan dengan peningkatan paritas, sebaliknya Sekitar 87,8% dari ibu hamil yang
kunjungan ANC semakin meningkat sejalan melakukan ANC puas dengan pelayanan ANC yang
dengan semakin tingginya tingkat pendidikan diberikan, 3,9% tidak puas, dan 8,3% tidak dapat
ibu. Ibu hamil yang memiliki waktu tempuh yang menentukan kepuasan terhadap kualitas pelayanan
lebih singkat ke fasilitas pelayanan kesehatan juga yang diterima. Ketiadaan obat-obatan saat ANC
cenderung lebih banyak melakukan sedikitnya 3 (25,4%), ketidakramahan petugas (12,7%),
kali ANC.15 Hal ini sejalan dengan penelitian ini, dan tidak bersihnya fasilitas kesehatan (1,6%)
yaitu puskesmas di perkotaan cenderung tingkat diinterpretasikan sebagai buruknya pelayanan
kunjungan antenatalnya lebih tinggi daripada kesehatan dan menjadi alasan ketidakpuasan.
puskesmas di kabupaten. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Jekti dan Mutiatikum, 2011, menunjukkan hanya sekitar 20% puskesmas di Indonesia yang
ibu yang tidak patuh melakukan ANC lebih suka memiliki peralatan minimal yang lengkap untuk
memilih dukun sebagai penolong persalinan dapat melakukan antenatal care sesuai standar 7T.
sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan ibu yang Petugas kesehatan cenderung untuk fokus
patuh melakukan ANC setelah dikontrol dengan melakukan kegiatan yang menguntungkan
variabel riwayat kehamilan. Selain itu, ibu yang dibandingkan dengan melakukan komunikasi
memiliki riwayat kehamilan yang baik lebih dengan ibu hamil. Rendahnya komunikasi
suka untuk memilih dukun sebagai penolong antara petugas kesehatan dengan wanita hamil
persalinannya sebesar 4,5 kali dibandingkan mengenai rencana persalinannya dapat dijelaskan
dengan ibu yang memiliki riwayat kehamilan oleh rendahnya persentase ibu hamil yang
yang buruk. melakukan kunjungan antenatal lengkap. Ibu
Antenatal care selain berpengaruh hamil juga tidak seluruhnya menjalankan hasil
terhadap penurunan mortalitas maternal, juga rekomendasi pemeriksaan fisik dan melakukan tes
memberikan berbagai manfaat untuk janin atau laboratorium.18 Rendahnya dukungan psikososial
bayi. Melalui antenatal care dapat dideteksi dan perencanaan persalinan juga dialami pada
komplikasi yang kini dihadapi disamping dapat kunjungan ANC di Kota Madinah, Arab Saudi.19
diidentifikasi kasus-kasus risiko tinggi. Penurunan Karakteristik demografi ibu hamil
kematian maternal membutuhkan penguatan sistim (ekonomi, pendidikan, pekerjaan) dan jumlah
pelayanan kesehatan. Pintu masuk utamanya selain anak mempengaruhi kepuasan ibu hamil
penguatan kegawatdaruratan obstetrik tetapi juga terhadap antenatal care. Beberapa penelitian
peningkatan kemampuan pertolongan persalinan melaporkan karakteristik demografi ibu hamil
secara umum. Selain itu diperlukan pula perhatian mempengaruhi kepuasan ibu terhadap antenatal
terhadap perawatan perempuan pada saat sebelum, care. Ibu hamil yang memiliki tingkat ekonomi,
selama, dan sesudah kehamilan, baik di luar pendidikan, pekerjaan dan sumber daya sosial
ataupun di dalam sistem kesehatan.16 yang tinggi dilaporkan memiliki kepuasan yang
Upaya program kesehatan maternal di tinggi. Terdapat hubungan yang bermakna secara
negara-negara berkembang sangat tidak memadai, statistik antara kepuasan terhadap prenatal care
khususnya di daerah rural. Perempuan di daerah dengan karakteristik ibu hamil. Ibu hamil yang
rural mengalami ketidakberuntungan dalam puas terhadap pelayanan meningkat seiring
berbagai hal, terutama dalam hal memperoleh dengan frekuensi kunjungan prenatal care.20 Hal
pelayanan atas kondisi emergensi. Baik di daerah ini sejalan dengan penelitian ini yang menyatakan
urban maupun rural, perempuan tidak menerima bahwa kunjungan antenatal care ibu hamil di
konseling dan test HIV yang memadai serta puskesmas perkotaan lebih tinggi dibandingkan
memiliki akses yang terbatas terhadap aborsi yang dengan puskesmas kabupaten, karena kelengkapan

106
Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas ... (Harimat Hendarwan. at al)

sarana prasarana pemeriksaan yang lebih lengkap. CI = 2,931 – 9,443); 4) Puskesmas kota memiliki
peluang 3,066 kali untuk memiliki pemeriksaan
KESIMPULAN golongan darah ibu hamil daripada puskesmas di
kabupaten (95% CI = 1,712 – 5,490); 5) Puskesmas
Penilaian berdasarkan komponen antenatal kota memiliki peluang 3,498 kali untuk memiliki
care menunjukkan bahwa secara keseluruhan pemeriksaan protein urine ibu hamil daripada
hanya 18,8% bidan teramati yang melakukan puskesmas di kabupaten (95% CI = 1,746 – 7,011);
dengan lengkap dan benar seluruh komponen 6) Puskesmas kota memiliki peluang 5,958 kali
9T pada pemeriksaan Antenatal Care (ANC), untuk memiliki pemeriksaan haemoglobin ibu
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi hamil daripada puskesmas di kabupaten (95% CI
badan, pemeriksaan tekanan darah, pengukuran = 2,554 – 13,904); 7) Puskesmas Kota memiliki
lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi peluang 3,294 kali untuk memiliki alat, obat, dan
fundus uteri, pemeriksaan denyut jantung janin, media penunjang pelayanan ANC yang lengkap
konseling, tes laboratorium sederhana, tablet besi (23 item) daripada puskesmas di kabupaten
minimal 90 tablet, dan imunisasi tetanus toksoid. (95% CI = 1,497 – 7,248). Kabupaten/kota perlu
Pemeriksaan yang paling banyak dilakukan melakukan upaya peningkatan pengetahuan
dengan benar dan baik adalah pemeriksaan dan keterampilan bidan di puskesmas dan
tekanan darah (81,3%). Pemeriksaan yang paling jaringannya, baik melalui in-service training
sedikit dilakukan dengan baik adalah pengukuran maupun tugas belajar. Peningkatan kapasitas juga
lingkar lengan atas (LILA) ibu (61,6%). sebaiknya disertai dengan peningkatan motivasi
Penilaian terhadap kesiapan puskesmas dan perbaikan kualitas pelayanan antenatal care
dalam memberikan pelayanan antenatal care melalui penguatan supervisi, monitoring dan
(ANC) 9T dilakukan dengan menganalisa evaluasi.
keberadaan peralatan, obat, dan media penunjang Kelengkapan standar dan pedoman, media
pelayanan. Berdasarkan hal tersebut maka penyampaian informasi mengenai kesehatan ibu
diperoleh sebanyak 46 puskesmas (20,4%) telah dan anak merupakan hal yang penting dilakukan
memiliki seluruh peralatan, obat, dan media untuk menunjang pemberian pelayanan antenatal
penunjang pelayanan ANC 9T. Sekitar 0,9% care yang bermutu. Selain itu, perlu pula diberikan
puskesmas memiliki < 50% peralatan, obat, jaminan keamanan dan kesejahteraan untuk bidan
dan media penunjang pelayanan ANC 9T, 16% yang bertugas, khususnya di puskesmas dan
puskesmas memiliki 50 – 74%, dan sekitar 83,1% jaringannya.
puskesmas telah memiliki 75 – 100%. Pemerintah daerah kabupaten/kota juga
Hasil analisa menggunakan uji kai kuadrat harus menyiapkan sarana dan prasarana pendukung
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna pelayanan antenatal care, termasuk ketersediaan
secara statistik antara beberapa variabel yang di peralatan dan reagen laboratorium. Hal ini juga
analisis di dalam penelitian ini, antara lain : 1) dilakukan untuk mendukung pelayanan antenatal
Bidan dengan lama menjalani profesi bidan < 20 yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
tahun memiliki peluang 1,442 kali untuk memiliki Bidang Kesehatan.
jawaban benar ≥ 13 dari pada bidan dengan lama
menjalani profesi bidan ≥ 20 tahun (96% CI : 1,072 UCAPAN TERIMA KASIH
– 1,941); 2) Bidan yang memiliki latarbelakang
pendidikan terakhir minimal D3 memiliki peluang Terima kasih kami sampaikan kepada
1,995 kali untuk memiliki jawaban benar ≥ 13 Direktorat Keperawatan dan Kebidanan, Direktorat
daripada bidan dengan latar belakang pendidikan Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
terakhir < dari D3 (95% CI = 1,228 – 3,241); 3) Kesehatan, yang telah membiayai penelitian ini.
Puskesmas kabupaten memiliki peluang 5,258 Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
kali untuk memiliki kunjungan antenatal care < 50 Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
setiap bulan daripada puskesmas daerah kota (95% Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan

107
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 2, Juni 2018: 97 - 108

Kesehatan yang telah mengijinkan dilakukannya 11. Ronsmans, C, Graham W. Maternal mortality:
penelitian ini. who, when, where, and why. Lancet. 2006;368.
12. Taguchi, M et al. Influence of socio-economic
DAFTAR RUJUKAN background and antenatal care programmes
on maternal mortality in Surabaya, Indonesia.
1. BKKBN. BPS. Kemenkes. Survey Demografi Trop Med Int Heal. 2003;8(9):847 – 852.
dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta 13. Mengistu, TA, dan Tafere T. Effect of antenatal
: BPS ; 2007. care on institutional delivery in developing
2. BKKBN. BPS. Kemenkes. Survey Demografi countries: a systematic review. JBI Libr Syst
dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta Rev; 2011.
: BPS ; 2012. 14. Chote, AA et. al. Explaining ethnic differences
3. Kemenkes, USAID, Unicef W. Laporan Studi in late antenatal care entry by predisposing,
Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di 100 enabling and need factors in the Netherlands,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dari 10 Provinsi the Generation R Study. Matern Child Health
di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI ; 2012. J. 2010;15:689–99.
4. Kementerian Kesehatan.Badan Litbangkes. 15. Agha, S, dan Carton T. Determinants of
Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. institutional delivery in rural Jhang, Pakistan.
Jakarta : Badan Litbangkes ; 2010. Int J Equity Health. 2011;10(31).
5. Kementerian Kesehatan.Badan Litbangkes. 16. Liljestrand J. Strategies to reduce maternal
Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. mortality worldwide. Washington DC, USA;
Jakarta : Badan Litbangkes; 2013. 2010.
6. Kementerian Kesehatan. Direktorat Bina 17. Bullatao R& RJ. Rating maternal and neonatal
Kesehatan Ibu. Pedoman Pelayanan Antenatal health services in developing countries. Bull
Terpadu. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan World Health Organ. 2002; 80.
; 2012. 18. Ntambue, A E al. Determinants of maternal
7. Ochako, R et al. Utilization of maternal health services utilization in urban settings of
health services among young women in the Democratic Republic of Congo – A case
Kenya: Insight from the Kenya Demographic study of Lubumbashi City. BMC Pregnancy
and Health Survey 2003. BMC Pregnancy Childbirth. 2012;12–66.
Childbirth. 2011;11(1). 19. Habib, F, Hanafi, MI dan E-S. Antenatal care
8. Steckelenburg J et al. Waiting too long: low in primary health centres in Medina, Saudi
use of maternal health services in Kalabo, Arabia, 2009: a cross-sectional study. East
Zambia. Trop Med Int Heal. 2014;9(3):390–8. Mediterr Heal J. 2011;17(3).
9. Lozano E al. Progress towards millenium 20. Erci B IL. The relationship between women’s
development goals 4 and 5 on materbal satisfaction with prenatal care service and the
and child mortality : an updated systematic characteristics of the pregnant women and the
analysis. Lancet. 2011;378. service. Eur J Contracept Reprod Heal Care.
10. UNFPA, WHO, World Bank U. Trends in 2004; 9:16 – 28.
Maternal Mortality: 1990 to 2010. 2012.
Geneva:WHO;(s.a).

108

You might also like