Jurnal: Berbagi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL ILMU BERBAGI

PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN


DI KELURAHAN MULYAHARJA KOTA BOGOR
TAHUN 2013
Eka Puspita Sari, Muhammad Agus Ainur, Mietta Mediestya Mahanani,
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia
Depok Jawa Barat 16414
[email protected]

ABSTRACT
The high rates of maternal and infant mortality was showed the low quality of health
services in Indonesia. Eighty percent deliveries in the community is not assisted by the
health personnel but the shaman (traditional birth attendanst/TBA), because aid of deliveries by shaman is considered cheaper and still provide assistance to women after childbirth, such as caring and bathing the baby. Based on the profile of Bogor City Health
Department, coverage of births attended by skilled health personnel in 2011 was
(88.47%). While South Bogor health centers have a low delivery by health personnel coverage in Bogor which (79.5%) of the indicators of success in the government targeted
Minimum Service Standards (SPM) by (90%), and district of Mulyaharja has the lowest
coverage number of delivery by health personnel in South Bogor with the achievements of
the health center (74.2%). The low utilization of health facilities in labor would adversely
affect efforts to reduce maternal and infant mortality rates in the future.The purpose of this
research is identifying the characteristics relationship of enabling factor namely the level
of education and knowledge about pregnancy, childbirth, and postpartum. This research
used cross sectional design with a quantitative approach through an observation. The
results obtained with a statistical test of Pearson Chi-Square was obtained p value = 0.041
revealed that there was significant correlation between utilization of birth attendants at the
level of mother's education which is mothers with low education (no school / primary
school) has a chance (22.5%) more likely to choose birth attendants not health
professional and mothers with less knowledge about pregnancy, childbirth and postpartum
tend to have 2.4 times more likely chance to choose birth attendants not health
professional.
Keywords: deliveries, shaman, mothers education

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan berjumlah 359
per 100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut sangat jauh dari target pemerintah dalam percepatan pencapaian target Millenium Development Goals
(MDGs), yakni menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sebelumnya, AKI dapat ditekan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (1991) menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI 2007). Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB)
juga masih tinggi, yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu hanya

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
71| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


turun sedikit dari AKB SDKI 2007 yang 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Namun demikian keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan,
mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di
masyarakat masih ditolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun dianggap
sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan
persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah
melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi
permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan
dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan
salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi
yang cukup penting.
Kematian ibu di Indonesia akibat pertolongan persalinan yang tidak sesuai dan tidak dilakukan oleh tenaga medis menyebabkan angka
kematian ibu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu,
pemerintah membuat beberapa target yang disebut dengan MDGs, salah
satu target MDGs adalah mengurangi 3/4 angka kematian ibu (AKI)
dalam kurun waktu 1990 dan 2015, maka kita sebagai petugas kesehatan masyarakat harus berusaha keras dalam mencapai target tersebut, untuk mewujudkan target tertsebut kita harus memberikan pelayanan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan (linakes) agar angka kematian
ibu dapat diminimalisaikan.
Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diperoleh gambaran bahwa persalinan oleh tenaga kesehatan terjadi peningkatan yaitu tahun 2000 (66,9%), tahun 2007 (75,4%) dan pada tahun 2010
mencapai 82,2%. Sedangkan cakupan linakes di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dilaporkan mencapai 71,68%.
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan tahun 2011 mencapai 88,47%.
Sedangkan puskesmas Bogor Selatan memiliki cakupan linakes yang
rendah di Kota Bogor yaitu 79,5 dari indikator keberhasilan yang ditargetkan pemerintah dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90%,
dan kelurahan Mulyaharja salah satu kelurahan dengan cakupan linakes
paling rendah di Puskesmas Bogor Selatan dengan capaian 74,2%.
Masih rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan tentu akan berdampak buruk terhadap upaya penurunan AKI dan
AKB di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut, maka kami
memaparkan penelitian mengenai Pemanfaatan Penolong Persalinan di
Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor Tahun 2013

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
72| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


2. TUJUAN
Mengidentifikasi hubungan karakteristik faktor pemungkin yaitu
tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan nifas yang mempengaruhi pemanfaatan pertolongan persalinan
serta mengetahui gambaran keadaan pemanfaatan pertolongan persalinan
di Desa Mulyaharja Kota Bogor.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional melalui
pendekatan kuantitatif dengan observasi. Metode ini digunakan karena
variabel bebas dan variabel terikat diukur dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Mulyaharja wilayah kerja Puskesmas
Bogor Selatan pada bulan Juni 2013.
Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer yang
berupa karakteristik individu meliputi karakteristik faktor pemungkin
(umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang kehamilan,
persalinan, dan nifas, sikap terhadap fasilitas kesehatan), karakteristik
faktor pendukung (pendapatan keluarga, kepemilikian jaminan kesehatan,
jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan) dan karakteristik faktor
penguat (dukungan keluarga dan informasi yang diterima dalam pemanfaatan pertolongan persalinan) yang mempengaruhi pemanfaatan petolongan persalinan di Desa Mulyaharja Puskesmas Bogor Selatan.
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini seharusnya dilaksanakan di seluruh Posyandu Kelurahan Mulyaharja dengan probabilitas
(probability sampling). Namun, karena keterbatasan sumber daya maka
penelitian hanya dilaksanakan di posyandu RW 1, 2, 3, 4, dan 6. Sampel
adalah adalah ibu yang datang ke posyandu dan memiliki bayi (usia 0-12
bulan) dan bersedia untuk diwawancara.
Analisis data dilakukan agar dapat menyajikan hasil penelitian dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun rencana
tahapan analisis data sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi
dari masing-masing variabel. Disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan yaitu ChiSquare.

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
73| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data melalui survei diperoleh 89 responden
ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan dari 395 ibu yang memiliki bayi di
kelurahan Mulyaharja. Dari proses pengolahan kuesioner diperoleh data
rata-rata umur ibu ketika menikah adalah 19 tahun dengan umur menikah
termuda pada usia 14 tahun dan umur tertua ketika menikah 27 tahun.
Variabel umur ketika menikah kemudian dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu menikah diusia muda dan tidak. Batasan menikah di usia
muda adalah standar yang digunakan oleh BKKBN yaitu < 21 tahun.
Rata-rata umur saat melahirkan diketahui pada umur 26 tahun, dengan
umur melahirkan paling muda pada umur 17 tahun dan paling tua ketika
melahirkan pada umur 42 tahun. Variabel umur ketika melahirkan
dikategorikan menjadi 2 yaitu risiko tinggi apabila umur ibu <20 dan >35
tahun, dan risiko rendah apabila umur ibu antara 20-35 tahun. Penghasilan
rata-rata yang diperoleh setiap bulan oleh responden sebesar Rp
1.040.000. Nilai penghasilan terrendah Rp 150.000 dan tertinggi Rp
6.000.000. Nilai median untuk penghasilan diperoleh sebesar Rp 800.000.
Variabel penghasilan kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu kurang
dari median, dan lebih atau sama dengan median. Pengelompokkan
kategori pada variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 1 Gambaran Karakteristik Demografi Responden

Variabel
Menikah di Usia Muda
Tidak (>21 tahun)
Ya (< 21 tahun)
Jumlah
Umur saat melahirkan
Tidak Resti (antara 20-35 tahun)
Resti (<20 dan >35 tahun)
Jumlah
Pendidikan Ibu
Tidak tamat SD/tidak sekolah
SD sederajat
SMP sederajat
SMA/PT
Total
Pendidikan Suami
Tidak tamat SD/tidak sekolah

Jumlah

25
64
89

28.1
71.9
100.0

66
23
89

74.2
25.8
100.0

19
45
18
7
89

21.3
50.6
20.2
7.9
100.0

7.9

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
74| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


SD sederajat
SMP sederajat
SMA/PT
Total
Variabel
Pekerjaan Ibu saat Hamil
Tidak bekerja
PNS/TNI/POLRI/Pegawai Swasta
Pedagang/Wiraswasta
Petani/Buruh Pabrik/lainnya
Total
Pekerjaan Suami saat Hamil
Tidak bekerja
PNS/TNI/POLRI/Pegawai Swasta
Pedagang/Wiraswasta
Petani/Buruh Pabrik/lainnya
Total
Penghasilan
Rp 800.000
> Rp 800.000
Total

45
19
18
89

50.6
21.3
20.2
100.0

Jumlah

79
1
1
8
89

88.8
1.1
1.1
9.0
100.0

4
7
27
51
89

4.5
7.9
30.3
57.3
100.0

37
52
89

41.6
58.4
100.0

Gambaran karakteristik demografi responden berdasarkan tabel di


atas dapat diketahui sebagai berikut, sebagian besar responden 71,4% (64
orang) mengalami pernikahan usia dini dan hanya 25,8% (23 orang)
melakukan persalinan pada usia dengan risiko tinggi. Sebagian besar
responden berpendidikan SD atau sederajat yaitu 50,6% (45 orang) dan
tingkat pendidikan paling sedikit yaitu SMA atau lebih tinggi sebesar
7,9% (7 orang). Sebagian besar responden yaitu 88,8% (79 orang) tidak
bekerja pada saat hamil anak terakhir. Sedangkan untuk suami, sebagian
besar bekerja sebagai petani/buruh pabrik/lainnya yaitu sebesar 57,3% (51
orang) dan terdapat 58,4% (52 orang) responden memiliki penghasilan
keluarga > median.
Riwayat kehamilan responden dilihat berdasarkan variabel paritas
dan riwayat Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan. Dari
hasil pengolahan data diperoleh rata-rata melahirkan sebanyak 2 kali,
dengan melahirkan paling banyak 9 kali dan paling sedikit 1 kali. Variabel
paritas merupakan gabungan dari variabel frekuensi melahirkan anak lahir
hidup ataupun anak lahir mati dan keguguran. Variabel paritas ini
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu paritas tinggi jika melahirkan

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
75| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


lebih dari atau sama dengan 3 kali dan paritas rendah jika melahirkan kurang dari 3 kali.
Pengelompokkan data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2 Gambaran Keadaan Kehamilan di Desa mulyaharja

Variabel
Paritas
Tinggi
Rendah
Jumlah
Variabel
Periksa Kehamilan
Tidak
Ya
Jumlah
Petugas yang memeriksa kehamilan
Non Nakes
Nakes
Total
Tempat memeriksakan kehamilan
Di rumah
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Puskesmas
rumah sakit
Lainnya
Total

Jumlah

25
64

28.1
71.9

89

100

Jumlah

3
86
89

3.4
96.6
100

10
76
86

11.6
88.4
100.0

1
27
18
34
1
5
86

1.2
31.4
20.9
39.5
1.2
5.8
100.0

Sebanyak 25 orang ibu (28,1%) dari 89 orang responden termasuk dalam


kategori paritas tinggi, sebagian besar diantaranya (96,6%) memeriksakan
kehamilan. Petugas yang memeriksakan kehamilan adalah tenaga
kesehatan sebanyak 76 responden (88,4%) dan tempat memeriksakan
kehamilan menyebar merata di fasilitas kesehatan yaitu puskesmas
(39,5%) dan posyandu (31.4%). Kesadaran untuk memeriksakan
kehamilan cukup tinggi, ditandai dengan frekuensi ANC selama
kehamilan 4 kali sebanyak 82 orang (92.1%), dan umur kehamilan

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
76| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


ketika memeriksakan pertama kali sebagian besar menyatakan kurang dari
3 bulan kehamilan (77.5%).
Akses ke fasilitas kesehatan diduga merupakan faktor
predisposing dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Jarak
terdekat rumah responden dengan fasilitas kesehatan adalah 100 meter,
dan jarak terjauh adalah 10 km. Median dari jarak adalah 1 km. Untuk itu
variabel jarak dikategorikan menjadi dua yaitu 1 km dan > 1 km. Ratarata ongkos yang dikeluarkan oleh responden dalam mencapai fasilitas
kesehatan adalah RP 1000, dengan nilai minimum Rp 0 dan maksimum
Rp 10.000. Sehingga variabel ongkos dikategorikan menjadi 2 yaitu > Rp
1000, dan Rp 1000. Waktu tempuh yang diperlukan oleh responden
untuk mencapai fasilitas kesehatan rata-rata adalah 10,5 menit, dengan
waktu tersingkat 1 menit dan terlama 60 menit.
Dari 89 responden, terdapat 35 orang ibu (39.3%) yang mengaku
fasilitas kesehatan yang paling dekat adalah posyandu, diikuti oleh
puskesmas sebanyak 29 orang (32.6%). Sebanyak 35 ibu (39.3%)
menyatakan jarak ke fasilitas kesehatan > 1 km, dan cara untuk mencapai
failitas kesehatan tersebut adalah jalan kaki (59.6%). Ongkos yang
dikeluarkan oleh responden > Rp 1000 diakui sebanyak 53 ibu (59.6%),
dan waktu tempuh > 5 menit sebanyak 42 orang (47,3%).
Dalam pemanfaatan penolong persalinan sendiri dibagi menjadi
dua karakteristik, yaitu penolong persalinan bukan tenaga kesehatan dan
penolong persalinan tenaga kesehatan. Variabel tersebut menjelaskan
tentang jumlah ibu yang menggunakan jasa dari kedua karakteristik
tersebut untuk membantu proses persalinannya.Pengelompokkan data
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Kelurahan Mulyaharja
Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2013
Variabel

Jumlah

Penolong persalinan
Bukan Nakes

50

56.2

Nakes

39

43.8

Total

89

100.0

50

56.2

Tempat bersalin
Rumah sendiri

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
77| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


Rumah dukun

2.2

Bidan

25

28.1

Puskesmas

5.6

Rumah Sakit

5.6

Dokter praktik

1.1

Lainnya

1.1

Total

89

100.0

Diri sendiri

48z

53.9

Suami

12

13.5

Orang Tua

2.2

Keputusan bersama

27

30.3

Total

89

100.0

Pengambil Keputusan

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan tentang karakteristik


pemanfaatan penolong persalinan dan didapatkan hasil bahwa sebanyak
50 orang ibu (56,2%) lebih memilih menggunakan jasa bukan tenaga
kesehatan untuk membantu persalinan mereka. Sedangkan sisanya yaitu
39 ibu (43,8%) memilih bersalin dengan tenaga kesehatan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu masih cenderung menggunakan
jasa bukan tenaga kesehatan untuk membantu persalinan mereka.
Sedangkan pemilihan tempat bersalin, para ibu lebih cenderung
bersalin di rumah sendiri (56,2%). Sedangkan di fasilitas kesehatan
cenderung menyebar seperti di bidan (28,1%), puskesmas (5,6%), Rumah
sakit (5,6%) dan Dokter praktik (1,1%). Masih ada sebagian ibu yaitu
sejumlah 2 orang ibu (2,2%) bersalin di rumah dukun atau paraji. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyaknya ibu yang bersalin tidak di fasilitas
kesehatan.
Untuk pengambilan keputusan selama persalinan para ibu lebih
banyak mengambil berdasarkan keputusan sendiri (53,9%). Sedangkan
pengambil keputusan secara bersama menempati posisi kedua (30,3%)
disusul suami (13,5%) kemudian orang tua (2,2%).

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
78| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


Analisis Hubungan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Pemanfaatan Penolong Persalinan
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
pemanfaatan penolong persalinan diketahui bahwa dari 19 orang ibu yang
tidak sekolah/tidak tamat SD terdapat 15 orang (78,9%) bersalin ditolong
bukan tenaga kesehatan, dari 45 orang ibu yang berpendidikan SD atau
sederajat terdapat 26 orang (57,8%) bersalin ditolong bukan tenaga
kesehatan dan dari 18 orang ibu yang berpendidikan SMP atau sederajat
terdapat 8 orang (44,4%) yang bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan,
sedangkan dari 7 orang ibu yang berpendidikan SMA/PT terdapat 1 orang
(14,3%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan.
Tabel 4 Hubungan Pendidikan dengan Persalinan

Penolong persalinan
Variabel
Tidak
sekolah/
tidak tamat
SD
SD sederajat
SMP
sederajat
SMA / PT
Total

Total

OR
(95%
Confide
nt
Interval)

Nilai
p

0.041

Bukan
Nakes

Nakes

Jumlah

15

78.9

21.1

19

100.0

26

57.8

19

42.2

45

100.0

2.740

44.4

10

55.6

18

100.0

4.687

14.3

85.7

100.0

22.500

50

56.2

23

43.8

89

100.0

Hasil uji statistik dengan Pearson Chi-Square diperoleh nilai


P=0,041 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan
proporsi pemanfaatan penolong persalinan antara keempat tingkat
pendidikan ibu tersebut (ada hubungan yang signifikan antara
pemanfaatan penolong persalinan dengan tingkat pendidikan ibu). Dari
hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 22,5 yang berarti bahwa ibu yang
berpendidikan Tidak Sekolah/Tidak Tamat
SD mempunyai
kecenderungan/peluang 22,5 kali lebih besar untuk memilih penolong
persalinan bukan tenaga kesehatan dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan SMA/PT. Hal ini dikarenakan ibu cenderung tidak mengetahui akan adanya efek bahaya yang ditimbulkan apabila tidak melakukan
persalinan dengan petugas kesehatan. Karena ibu-ibu di Desa Mulyaharja
masih berpikiran bahwa melakukan persalinan di petugas persalinan lebih
mahal serta padangan lama ibu-ibu lebih nyaman melakukan persalinan di

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
79| P a g e

JURNAL ILMU BERBAGI


paraji atau dukun beranak yang tidak memiliki kemampuan seperti tenaga
kesehatan.

Tabel 5
Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan
Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2013
Penolong persalinan
Variabel

Bukan
Nakes

Nakes

Total
%

Jumlah

Kurang

30

66.7

15

33.3

45

100.0

Baik

20

45.5

24

54.5

44

100.0

Total

50

56.2

39

43.8

89

100.0

OR (95%
Confident
Interval)

2.4 (1.125.66)

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan


Penolong Persalinan
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan
pemanfaatan penolong persalinan diketahui bahwa dari 45 orang ibu yang
memiliki pengetahuan kurang tentang kehamilan, persalinan dan nifas
terdapat 30 orang (66,7%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan.
Sedangkan dari 44 orang ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang
kehamilan, persalinan dan nifas terdapat 20 orang (45,5%) bersalin
ditolong bukan tenaga kesehatan. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai
OR = 2,4 yang berarti bahwa ibu dengan pengetahuan kurang tentang
kehamilan, persalinan dan nifas cenderung memiliki peluang 2,4 kali
lebih besar untuk memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan hasil survey yang dilakukan di Desa Mulyaharja mengenai gambaran keadaan pemanfaatan penolongan persalinan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan penolong
persalinan dengan tingkat pendidikan ibu di mana ibu yang berpendidikan
rendah (tidak sekolah/tamat SD) mempunyai kecendurangan atau peluang
(22,5%) lebih besar untuk memilih penolongan persalinan bukan tenaga
kesehatan. Di sisi lain tingkat pengetahuan ibu mengenai kehamilan,
persalinan, dan nifas memiliki hubungan yang juga signifikan, di mana

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
80| P a g e

Nilai
p

0.05

JURNAL ILMU BERBAGI


ibu dengan pengetahuan kurang cenderung memiliki peluang 2,4 kali
lebih besar untuk meminta jasa bukan tenaga kesehatan dalam membantu
persalinan mereka. Sehingga perlu diberikan pengetahuan dan informasi
kesehatan bagi ibu-ibu hamil di Desa Mulyaharja oleh para petugas
kesehatan setempat agar ibu-ibu hamil tersebut mau melakukan persalinan
yang bersih dan aman agar dapat meminimalisasi kemungkinan buruk saat
melakukan persalinan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terlaksananya penelitian ini. Terima kasih kepada pihak universitas yang
memberikan sarana dan prasarana, kepada pihak Puskesmas Mulyaharja,
dan seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini. Ucapan terima
kasih kami sampaikan pula kepada semua yang terlibat dalam penelitian
ini baik secara langsung maupun tidak dan kepada keluarga dalam
bimbingan secara moril.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, 2004, Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
2. Departemen Kesehatan RI, 2008, Kepmenkes RI No 741 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal
3. Departemen Kesehatan RI, 2008, Buku Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
4. Departemen Kesehatan RI, 2012, Buku Panduan HKN ke 48 Tahun 2012, Ibu
Sehat Anak Selamat
5. Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2011, Profil Kesehatan Kota Bogor Tahun 2011
6. Puskesmas Bogor Selatan, 2010, Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas
Bogor Selatan Tahun 2010
7. Puskesmas Bogor Selatan,2011, Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas
Bogor Selatan Tahun 2011
8. Puskesmas Bogor Selatan 2012, Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas
Bogor Selatan Tahun 2012
9. Puskesmas Bogor Selatan, 2010, Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Bogor
Selatan Tahun 2010
10. Puskesmas Bogor Selatan,2011, Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Bogor
Selatan Tahun 2011
11. Puskesmas Bogor Selatan 2012, Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Bogor
Selatan Tahun 2012
12. Admin. 2013. Indonesia Belum Mampu Turunkan Angka Kematian Ibu. Jawa
Pos
National Network,
27 September
2013.
Diakses
melalui
http://www.jpnn.com/read/2013/09/27/192979/Indonesia-Belum-MampuTurunkan-Angka-Kematian-Ibu- pada tanggal 26 Februari 2014.

Jurnal Ilmu Berbagi Vol. 2014, No. 2: Seri Ilmu Kesehatan dan Lingkungan,
Agustus 2014
81| P a g e

You might also like