Jurnal Agroekoteknologi FP Usu E-Issn No. 2337-659 Vol.7.No.2, Maret 2019 (45) : 361-367

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No.

2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Identifikasi Karakter Morfologis Dan Hubungan Kekerabatan BeberapaGenotipeKelapa


(Cocos nuciferaL.) Di Kabupaten Langkat Sumatera Utara

Identification of Morphological Characteristics and Phylogenic Relationship of Several


Genotypes of Coconut (Cocos nucifera L.) in Langkat Regency North Sumatera

Aditya Prakoso, Hot Setiado*, dan Lollie Agustina P Putri.


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
*Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Identification of morphological characteristics and phylogenic relationship used to identify the best
coconut characters that can be used as elders and germplasm. The purpose of this research was to
identify the morphological characteristics and phylogenetic relationship of several genotypes of
coconut in Pangkalan Brandan districts, Pangkalan Susu districts and Sei Bingei districts Langkat
regency North Sumatera. The research was conducted from April to Mei 2018 by descriptive survey
method based on coconut descriptor of International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI)
using accidental sampling. This result showed that in research areathere were 13genotypes of
dwarf coconut and 14 genotypes of tall coconut. The morphological characteristics were found for
crown shape viz(spherical, hemispherical, X-shaped ‘silhouette’), flower shape (normal and
additional spathes or bracts), and fruit size (ovoid, almost round, oblate). The closet phylogenetic
relaationship is AP16 and AP2 with coefficient euclidean 3,464 and farthest phylogenetic
relationship is AP20 and AP22 with coefficient euclidean 10,488. Phylogenetic relationship of
between genotypes of coconut in Pankalan Brandan Districts, Pangkalan Susu Districts and Sei
Bingei Districts Langkat regency still have a close level relationship.
Keywords : coconut, morphological characteristics, phylogenic relationship, Langkat regency

ABSTRAK

Identifikasi Karakter Morfologis dan Hubungan Kekerabatan digunakan untuk mengidentifakasi


karakter kelapa terbaik yang dapat dijadikan sebagai tetua dan plasma nutfah dalam pemuliaan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologis dan hubungan
kekerabatan beberapa genotipe kelapa yang ada di Kecamatan Pangkalan Brandan, Kecamatan
Pangkalan Susu dan Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan April sampai Mei 2017 menggunakan metode survei deskriptif berdasarkan
buku panduan deskriptor kelapa IPGRI (International Plant Genetic Resources) secara accidental
sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa di daerahpenelitian terdapat 13 genotipe kelapa
genjah dan14 genotipe kelapa dalam. Karakteristik morfologis untuk bentuk tajuk (bulat, setengah
bulat, berbentuk X “siluet”, berbentuk V), bunga (normal, dan masih diseludangi seludang daun),
buah (lonjong, bulat telur, bersiku, bulat), tempurung (bulat telur, hampir bulat, oblate). Hubungan
kekerabatan terdekat pada pada AP16 dan AP2 dengan nilai euclidean 3,464 sedangkan hubungan
kekerabatan terjauh tedapat pada AP20 dan AP22 dengan nilai euclidean 10,488. Hubungan
kekerabatan antar genotipe kelapa di Kecamatan Pangkalan Brandan, Kecamatan Pangkalan Susu
dan Kecamatan Sei Bingei masih memiliki tingkat kekerabatan yang dekat.

Kata kunci : kelapa, karakteristik morfologis, hubungan kekerabatan, kabupaten Langkat

361
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

PENDAHULUAN berbunga kelapa ini cukup lambat berkisar 7–


10 tahun setelah tanam, dan buahnya masak
Kelapa (Cocos nucifera L.) sekitar 12 bulan setelah proses reproduksi
merupakan tanaman yang paling banyak yang umumnya adalah penyerbukan silang.
ditemukan di Indonesia, merupakan salah satu Berdasar dari usianya, kelapa dalam dapat
komoditi perkebunan yang sangat penting mencapai 80–90 tahun. Kelapa dalam dapat
dalam perekonomian nasional yaitu sebagai tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan
penghasil minyak nabati dalam memenuhi iklim. Kualitas dari endosperm dan
kebutuhan masyarakat, disamping sebagai mesosperm yang masih baik sehinga banyak
komoditi ekspor. Hampir seluruh bagian digunakan sebagai kopra dan minyak.
tanaman dapat dimanfaatkan, sehingga Kelapa tipe genjah pada umumnya
tanaman kelapa dijuluki sebagai pohon memiliki batang yang lebih pendek dari
kehidupan (tree of life). Tanaman kelapa juga kelapa tipe dalam berkisar 12 meter dan agak
merupakan tanaman sosial karena lebih 98 % kecil serta tidak memiliki bole. Panjang daun
diusahakan oleh petani sehingga sering keseluruhan (satu pelepah) berkisar 3–4
disebut juga sebagai (tree of abundance). meter. Waktu berbunga kelapa ini cukup
Tanaman kelapa atau buah kelapa juga sekitar 3–4 tahun setelah tanam, buah masak
banyak mengandung makna budaya dan berkisar 11–12 bulan setelah proses
terlibat dalam budaya yang masih ada di reproduksi yang umumnya adalah menyerbuk
Indonesia mulai dari zaman dahulu hingga sendiri. Kelapa ini dapat mencapai 35–40
sekarang (tree of heaven). tahun, kualitas kopra dan minyak serta sabut
(Novarianto dan Tampake, 2007). kurang baik (Setyamidjaja, 1984).
Luas areal tanaman kelapa pada
tahun 2012 yaitu 3.781.649 ha, yang BAHAN DAN METODE
didominasi oleh perkebunan rakyat seluas
3.740.332 ha (98,91%), perkebunan besar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
negara seluas 4.100 ha (0,11%) dan Pangkalan Brandan, Kecamatan Pangkalan
perkebunan besar swasta seluas 37.217 ha Susu dan Kecamatan Sei Bingai Kabupaten
(0,8%), dengan total produksi 3.189.897 ton Langkat, Sumatera Utara, dilaksanakan pada
(98,71%), perkebunan besar negara 3.009 ton bulan April – Mei 2018.
(0,1%) dan perkebunan besar swasta sebesar Bahan yang digunakan pada
38.078 ton (1,21%). Areal tanaman di pulau penelitian ini adalah aksesi kelapa milik
sumatera mencapai 31,81%, di jawa 22,74%, petani di Kabupaten Langkat. Kelapa yang
Sulawesi 20,81%, Maluku dan Papua 10%, dijadikan sampel dalam survei sebanyak 27
dari total luas area kelapa Indonesia (Statistik aksesi kelapa. Survei dilakukan pada 3
Kelapa Ditjenbun, 2012). kecamatan dengan pertumbuhan kelapa
Di Indonesia terdapat dua jenis terbanyak di kabupaten Langkat menurut
varietas kelapa yaitu kelapa genjah (Dwarf lembaga survei dan studi pustaka, yaitu pada
coconut) dan kelapa dalam (Tall coconut). kecamatan Pangkalan Brandan yaitu pada
Selain kedua varietas tersebut dikenal juga kelapa dengan kode genotipe AP1, AP2, AP3,
kelapa hibrida yang merupakan hasil AP4, AP5, AP6, AP7, AP8, AP9, pada
persilangan kedua varietas tersebut kecamatan Sei Bingei yaitu kelapa dengan
(Direktorat Jenderal Bina Produksi kode genotipe AP10, AP11, AP12, AP13,
Perkebunan, 2015). AP14, AP15, AP16, AP17, AP18 dan
Kelapa tipe dalam, umumnya Kecamatan Pangkalan Susu dengan kode
memiliki batang dengan tinggi sekitar 15 genotipe AP19, AP20, AP21, AP22, AP23,
meter dan bagian pangkal membengkak yang AP24, AP25, AP26, AP27.
sering disebut bole. Panjang daun Alat yang digunakan pada penelitian
keseluruhan (satu pelepah) kelapa ini berkisar ini adalah kamera untuk mendokumentasikan
antara 5–7 meter dengan mahkota daun hasil penelitian, GPS (Global Positioning
terbuka penuh berkisar 30–40 daun waktu System) untuk menentukan koordinat dan
362
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

ketinggian tempat pengambilan sampel, diidentifikasi yaitu bulat, setengah bulat,


meteran, jangka sorong dan timbangan untuk berbentuk X ’siluet’ dan berbentuk V. Bunga
mengukur karakter kuantitatif tanaman, kelapa dikenal sebagai mayang atau manggar.
parang, cungkilan daging buah kelapa, label Tabel 1. Analisis data umum lokasi penelitian
untuk menandai sampel, spanduk, kuesioner, dan kondisi tanaman
buku dan alat tulisan.
Pengambilan wilayah sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling
atau secara sengaja sesuai dengan data
sekunder yang diperoleh melalui berbagai
sumber pustaka dan instansi terkait,
pengambilan sampel di lapangan diakukan
secara accidental sampling atau secara tidak
sengaja disesuaikan dengan keadaan di
lapangan. Pengambilan sampel kelapa
dilakukan dengan beberapa kriteria, yaitu
tanaman yang sudah melalui masa panen
dengan batasan umur maksimal 15 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian dilakukan di tiga


kecamatan yaitu Kecamatan Pangkalan
Brandan, Kecamatan Pangkalan Susu, dan
Kecamatan Sei Bingei yang masing-masing
kecamatan diambil tiga desa dan tiap desa
diambil 3 petani dan setiap petani diambil tiga
sampel tanaman kelapa yang akan
diidentifikasi sehingga diperoleh 27 genotipe
kelapa yang tersebar di tiga desa.

Karakter-Karakter Morfologis Kelapa


Berdasarkan pengamatan di
Kecamatan Pangkalan Brandan, Kecamatan
Pangkalan Susu dan Kecamatan Sei Bingei
ditemukan 14 tipe kelapa dalam dan 13 tipe
kelapa Genjah. Namun, terdapat 2 genotipe
kelapa bertipe Genjah yang memiliki rasa
buah dan air seperti rasa pandan yang berasal
dari bangkok atau yang disebut oleh petani
bangkok kelapa hibrida rasa pandan. Menurut
Dikjen Bina Produksi Perkebunan(2005)
kelapa tipe Dalam umumnya memiliki batang
yang tinggi, sekitar >15 m dari bagian
pangkal membengkak (disebut bole). Menurut Hasil identifikasi terhadap karakter
Setyamidjaja, (1984) kelapa tipe Genjah pada morfologi bunga ditemukan 2 tipe
umumnya memiliki batang pendek berkisar pembungaan kelapa yaitu normal (seludang
12 m dan agak kecil, tidak memilikibole. daun sudah mengering atau bahkan telah
Berdasarkan pengamatan terhadap karakter terlepas dari manggar) dan masih diselubungi
morfologis pohon, ditemukan 4 jenis bentuk seludang daun atau daun pelindung. Secara
tajuk dari ke 27 genotipe kelapa yang umum tipe pembungaannya adalah normal,
363
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

warna tangkai bunga pada umumnya melakukan perbanyakan kelapa secara


berwarna kuning dan bunga betina berwarna generatif atau menggunakan buah sehingga
hijau, warna bunga jantannya pada umunya menyebabkan terjadinya segregasi dan variasi
berwarna kuning dan hijau serta warna kuning antar genotipe. Menurut Hannum et al (2003)
kecoklatan pada AP1, jumlah bunga betina Kelapa dalam memiliki bunga jantan yang
dalam satu karangan dan diameter bunga matang lebih dullu dibanding bunga betina
betina yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan sehingga membuka peluang penyerbukan
pendapat Setyamadjaya (1984) yang silang lebih besar dibandingkan menyerbuk
menyatakan bahwa bunga kelapa merupakan sendiri. Bunga betina dan bunga jantan pada
bunga berkarang yang dikenal dengan istilah kelapa genjah masak secara bersamaan
inflorescentia atau mayang atau manggar sehingga peluang untuk menyerbuk sendiri
lebih besar dibandingkan dengan pada
penyerbukan silang.
Hasil identifikasi dari masing-masing
genotipe tanaman kelapa di Kabupaten
Langkat memiliki keunikan karakter khusus
pada beberapa genotipe tertentu sehingga
genotipe tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber tetua dalam perbanyakan tanaman
kelapa kedepannya. Berdasarkan dendogram
yang terbentuk diperoleh kelompok hubungan
kekerabatan pada skala jarak kekerabatan
Dissmilirity 25% dimana dalam dendogram
dapat dilihat kelapa dikelompokkan menjadi 2
kelompok utama yg ditandai dengan
kelompok utama (I) dan kelompok utama (II)
dimana kelompok utama merupakan
pengelompokkan dari jenis kelapa yaitu
kelompok utama (I) merupakan kelapa
dalamdan kelompok utama (II) merupakan
kelapa genjah, hal ini sesuai dengan pendapat
(Direktorat Jendral Bina Produksi
Perkebunan,2015) yang menyatakan bahwa di
Indonesia terdapat dua jenis kelapa yaitu
kelapa genjah (Dwarf coconut) dan kelapa
dalam (Tall coconut).
(Jw), karangan bunga selalu tumbuh dari
ketiak daun yang pada bagian luarnya
diseludangi oleh seludang atau mancung
(spatha).
Gambar 1. Perbedaan Karakter Morfologis
Pohon, Bunga dan Buah Kelapa di
Kecamatan Pangkalan Brandan,
Kecamatan Pangkalan susu, dan
Kecamatan Sei Bingei

Berdasarkan hasil identifikasi yang


telah dilakukan diketahui bahwa adanya
berbagai variasi morfologi kelapa di Gambar 2. Dendogram Pengelompokan
Kabupaten Langkat disebabkan petani Kelapa di Kabupaten
Langkat Sumatera Utara
364
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Kelompok utama (I) merupakan Ragam fenotipe pada suatu tanaman


kelapa dalam sebanyak 14 genotipe yaitu pada dapat disebabkan oleh faktor genetis dan
AP1, AP2, AP6, AP7, AP9, AP10, AP12. lingkungan dari masing-masing genotipe
AP14, AP16, AP18, AP22, AP24, tanaman yang dapat dijadikan sebagai dasar
AP25,AP26. perakitan varietas unggul baru. Perakitan
Pada kelompok utama (II) merupakan kelapa unggul baru ini akan berhasil baik jika
kelapa genjah sebanyak 13 genotipe yaitu tersedia plasma nutfah yang genetiknya
pada AP3, AP4, AP5, AP8, AP11, AP13, beragam sebagai materi dasar pemuliaan
AP15, AP17, AP19, AP 20, AP21, AP 23 dan kelapa.
AP27, dimana kelompok utama (II) memiliki Berdasarkan ragam fenotip pada 27
ciri-ciri tanaman kelapa jumlah buah genotipe kelapa di Kabupaten yang dianalisis
pertandan tinggi dan memiliki berat berdasarkan perbandingan nilai ragam dengan
dagingbuah dan berat sabut yang rendah, hal standar deviasi menunjukkan bahwa terdapat
ini sesuai dengan literatur (Setyamidjaja, empat karakter dengan kriteria sempit
1984)yang menyatakan bahwa kelapa genjah (keseragaman tinggi) yaitu pada karakter tebal
memiliki umur berbunga cukup sekitar 3-4 tangkai daun, lebar tangkai daun, lebar anak
tahun setelah tanam, dan kualitas kopra daun dan tebal tangkai bunga sehingga seleksi
danminyak serta sabut kurang baik. Analisis pada karakter ini tidak akan berpeluang untuk
hubungan kekerabatan berdasarkan karakter perbaikan sifat.
morfologis genotipe kelapa dilihat dengan
nilai dissmililaritas yang semakin kecil yaitu
pada 18%.
Tabel 2. Ragam fenotip kelapa di Kabupaten Langkat berdasarkan perbandingan nilai ragam
dengan standar deviasi.

Analisis Ragam Fenotipe


365
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Sedangkan karakter dengankriteria luas


(ragam rendah) yaitu pada karakter lingkar tinggi pohon, panjang tangkai bunga, jumlah
batang pada 20 cm dari permukaan tanah, spikelet tanpa bunga betina, jumlah tandan
lingkar batang pada 1.5 m dari permukaan perpohon,bentuk buah, bentuk tempurung,
tanah, panjang tangkai daun, panjang tangkai berat daging buah dan volume air kelapa.
bunga, jumlah spikelet dengan bunga betina, Hubungan kekerabatan terjauh atau
jumlah spikelet tanpa bunga betina, jumlah nilai dissimilaritas tertinggi diperoleh pada
bunga betina dalam satu karangan, diameter AP20 yang berasal dari desa janggut dan
bunga betina, jumlah tandan perpohon, berat AP22 desa pangkalan batu Kecamatan
buah, berat sabut, berat tempurung, dan berat Pangkalan Susu yaitu sebesar 10,488 dengan
daging buah, panjang rachis, jumlah anak adanya 24 perbedaan karakter dari 37 karakter
daun, panjang anak daun, jumlah buah per yang diidentifikasi yaitu bentuk tajuk, tinggi
tandan, tebal daging buah,volume air kelapa pohon, pola pertumbuhan batang, panjang
dan tinggi pohon sehingga sangat berguna tangkai daun, warna buah bentuk buah
untuk kegiatan seleksi yang diharapkan equatorial, bentuk tempurung, berat buah,
memberikan peluang besar untuk perbaikan berat sabut, berat tempurung, berat daging
sifat-sifat tersebut. buah, tebal daging buah, dan volume air
Hubungan kekerabatan terdekat atau kelapa,hal ini sesuai dengan pendapat
nilai euclidean distance terendah diperoleh (Santoso, 2002) yang menyatakan
pada AP16 yang berasal dari desa Lubuk bahwasemakin kecil jarak euclidean distance
kasih Kecamatan Pangkalan Susu dan AP2 antara beberapa objek tersebut dan semakin
yang berasal dari desa Pelawi daratKecamatan banyak kesamaan karakter-karakter yang
Pangkalan Brandan yaitu sebesar 3,464 dimilikinya.
dengan adanya 8 perbedaan karakter dari 37
karakter yang diidentifikasi yaitu bentuk
tajuk,

Tabel 3. Hubungan Kekerabatan Genotipe Kelapa di Kabupaten Langkat Sumatera Utara dilihat
dari Euclidean distance

366
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.2, Maret 2019 (45): 361-367 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

SIMPULAN

Tipe kelapa yang ditemukan pada 27


genotipe merupakan kelapa dalam sebanyak 14
genotipe dan kelapa genjah sebanyak 13 .
Karakter morfologis yang ditemukan untuk
bentuk tajuk (bulat, setengah bulat, berbentuk X
“siluet”, berbentuk V), bunga (normal dan
masih diseludangi seludang daun), buah
(lonjong, bulat telur, bersiku, bulat), tempurung
(Oblate, bulat telur, hampir bulat).
Hubungan kekerabatan terdekat pada
AP16 dan AP2 dengan nilai euclidean distance
3,464.Hubungan kekerabatan terjauh tedapat
pada AP20 dan AP22 dengan nilai euclidean
distance 10,488.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Data luas
tanaman dan produksi kelapa tanaman
perkebunan rakyat menurut kabupaten
di Sumatera Utara. Diakses dari
https:/.sumut.bps.go.id pada 18 Februari
2018
Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Luas
areal dan produksi perkebunan seluruh
Indonesia Diakses dari
https://ditjenbun.deptan.go.idada 18
Februari 2018
Hannum S, Hartana A, Suharsono. 2003.
Kemiripan genetika empat populasi
kelapa genjah berdasarkan pada
Random Amplified Polymorphic DNA.
Hayati 4: 125-129
Novarianto, H. Dan Tampake, H. 2007.
Pengembangan industri benih kelapa
berbasis PVT dan pelestarian plasma
nutfah in situ. Balai Penelitian Tanaman
kelapa dan Palma Lainnya. Manado.
Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik
Multivariat. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1984 Bertanam Kelapa.
Yogyakarta. Komputindo. Jakarta

367

You might also like