Naskah Publikasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS

SINGKONG VARIETAS GAMBYONG DI GUNUNGKIDUL


The Effect of Harvest age on Quantity and Quality of Gambyong Variety of Cassava
in Gunungkidul
Oleh:
Dwi Novitasari, Gatot Supangkat S. dan Sarjiyah
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

ABSTRACT
The aim of this research was to examine the effect of harvesting age towards the
quantity and quality of the Gambyong variety cassava in Ponjong Subdistrict,
Gunungkidul Regency. This research was conducted in Ponjong Subdistrict,
Gunungkidul Regency, Yogyakarta Province, Research and Postharvest Laboratory of
Agriculture Faculty, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta from November 2017 until
August 2018. The experiment was done by using field experimental method with a
single factor arranged by Randomized Complete Block Design (RCBD). The treatment
tested was harvest age which consisted of 6 treatments, namely harvest age of 4, 5, 6, 7,
8 and 9 months. The parameters of the observations consisted of plant height, number
of leaves, leaf area, diameter of stem, the amount of tuber, length of tuber, diameter of
tuber, weight of tuber, yield of tuber, starch and HCN content. The results showed that
harvesting age of 6 months had been harvested with the same yield of 9 months
harvesting age of 4.33 tons / ha, but the quality of the 9-month harvest age yielded the
highest yield with starch content of 44.47% and HCN content of 19.71 ppm.
Keywords: Gambyong variety, age of harvest, Gunungkidul Regency
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengaji pengaruh umur panen terhadap kuantitas
dan kualitas singkong Varietas Gambyong di Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul. Penelitian telah dilakukan di Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta, laboratorium Penelitian dan Laboratorium
Pascapanen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan
November 2017 sampai Agustus 2018. Penelitian dilakukan menggunakan metode
percobaan lapangan dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Perlakuan yang diuji yaitu umur panen
yang terdiri dari 6 perlakuan, yaitu umur panen 4 bulan, umur panen 5 bulan, umur
panen 6 bulan, umur panen 7 bulan, umur panen 8 bulan dan umur panen 9 bulan.
Parameter pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter
batang, jumlah ubi, Panjang ubi, diameter ubi, bobot ubi pertanaman, hasil ubi, kadar
pati dan kandungan HCN.Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen 6 bulan
sudah bisa dilakukan pemanenan dengan hasil sama umur panen 9 bulan yaitu 4,33
ton/ha, namun secara kualitas umur panen 9 bulan memberikan hasil yang tertinggi
dengan kadar pati 44,47% dan kandungan HCN 19,71 ppm.
Kata kunci: Varietas Gambyong, umur panen, Kabupaten Gunungkidul
I. PENDAHULUAN Singkong (Manihot esculenta C.)
mempunyai peranan strategis sebagai

1
bahan pangan yang memiliki potensi lokal (56%) daripada varietas unggul
cukup besar untuk dikembangkan (44%). Varietas lokal yang digunakan
sebagai bahan baku agroindustri. Di salah satunya varietas Gambyong
Indonesia, sebagian besar produksi (3,20%). Singkong varietas lokal
singkong digunakan sebagai bahan diharapkan akan lebih memperjelas
pangan (75 %), bahan baku industri non posisi Indonesia sebagai Mega
pangan (12 %), sebagian kecil Diversity Country yang kaya sumber
digunakan untuk pakan (2 %), dan plasma nutfah. Permasalahan yang
hilang tercecer (3%) (Hafsah, 2003). dihadapi dalam pengembangan produk
Singkong merupakan komoditas pangan alternatif lokal seperti singkong
tanaman pangan ketiga di Indonesia ini yaitu ketersediaan bahan baku
setelah padi dan jagung dalam singkong yang belum tersedia di setiap
pemenuhan kebutuhan karbohidrat waktu dengan jumlah melimpah dan
(Pusat Data dan Sistem Informasi harga terjangkau. Kuantitas dan kualitas
Pertanian, 2016). Hal ini membuat singkong penting untuk pengembangan
singkong menjadi komoditas penting tanaman yang mempunyai nilai
dalam program diversifikasi pangan ekonomi tinggi. Karakterisasi kualitas
pokok. singkong ditentukan oleh sifat pati
Gunungkidul merupakan sebagai komponen utama dari singkong.
penghasil singkong terbesar di Provinsi Singkong tidak memiliki periode
D.I Yogyakarta. Data statistik Tanaman matang yang jelas karena ubinya terus
Pangan Kabupaten Gunungkidul membesar (Rubatzky dan Yamaguchi,
menyebutkan bahwa luas lahan 1998; Feliana dkk., 2014). Akibatnya,
singkong tahun 2016 sebesar 48.244 periode panen dapat beragam, sehingga
Ha, dengan total produksi 1.029.196 dapat dihasilkan singkong yang
ton, dan produktivitas sebesar 21,33 memiliki sifat fisik dan kimia yang
ton/Ha (Distan DIY, 2018), sedangkan berbeda-beda.
produktivitas singkong di daerah lain Singkong di Gunungkidul pada
bisa mencapai 30-40 ton/Ha. umumnya ditanam pada saat hujan
Salah satu faktor penyebab pertama turun, tergantung dengan curah
rendahnya produktivitas singkong di hujan di daerah tersebut dan waktu
Gunungkidul yaitu penggunaan varietas panennyapun secara bersamaan,
lokal setempat yang belum dikelola sehingga singkong tidak tersedia setiap
secara maksimal. Hasil penelitian waktu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
survey Supangkat dkk (2018) penelitian untuk mengetahui pengaruh
menyatakan bahwa jumlah varietas umur panen terhadap kuantitas dan
singkong yang dibudidayakan oleh kualitas singkong, khususnya varietas
petani di Gunungkidul sebanyak 34 Gambyong. Tujuan penelitian ini yaitu
varietas (21 varietas lokal). Varietas Mengaji pengaruh umur panen terhadap
singkong lokal yang banyak ditanam kuantitas dan kualitas singkong Varietas
petani di Gunungkidul yaitu Ketan Gambyong di Kabupaten Gunungkidul.
(15,94%), Gatot Kaca (13,76%),
Mentega (7,24%), Ireng (7,24%), Kirik II. TATA CARA PENELITIAN
(5,79%), Kacibali (4,34%), Abang A. Tempat dan Waktu Penelitian
(4,34%), dan Gambyong (3,62%). Penelitian ini dilaksanakan di
Krisdiana (2015) menyebutkan bahwa Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong,
petani singkong di Jawa Tengah masih Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I
banyak yang menggunakan varietas Yogyakarta, Laboratorium Penelitian

2
dan Laboratorium Pasca Panen Fakultas x 2 m. Jumlah petak perlakuan tiap
Pertanian, Universitas Muhammadiyah ulangan (blok) 6 petak.
Yogyakarta pada bulan November 2017 3. Penanaman
sampai bulan Agustus 2018. Stek batang singkong ditanam
B. Alat dan Bahan dengan cara ditancapkan ke dalam tanah
Bahan yang digunakan yaitu stek dengan kedalam sekitar 5-10 cm dengan
singkong Varietas Gambyong, pupuk jarak tanam 1 x 1 m.
kandang, kertas saring, aquadest, NaOH 4. Pemeliharaan
1 N, HCl 25%, NaOH 45%, Nelson A, Pemeliharaan yang dilakukan pada
Nelson B, arseno molibdat, dan pikrat tanaman singkong yaitu penyulaman,
basa. penyiangan gulma, pemangkasan,
pemupukan, pengendalian hama dan
Alat-alat yang digunakan untuk penyakit.
penelitian ini yaitu penggaris, jangka 5. Pemanenan
sorong, label, sabit, cangkul, timbangan, E. Parameter Pengamatan
neraca analitik, erlenmeyer, labu 1. Parameter tajuk
kjeldahl, gelas ukur, corong, tabung Parameter tajuk meliputi tinggi
reaksi, water bath, LAM (Leaf Area tanaman, jumlah daun, luas daun dan
Meter), spectrofotometry. diameter batang.
C. Metode Penelitian 2. Parameter hasil
Penelitian dilakukan Parameter hasil meliputi jumlah
menggunakan metode percobaan ubi, Panjang ubi, diameter ubi, bobot
lapangan dengan rancangan percobaan ubi pertanaman, hasil ubi, kadar pati
faktor tunggal yang disusun dalam dan kandungan HCN.
Rancangan Acak Kelompok Lengkap F. Analisis Data
(RAKL). Perlakuan yang diuji adalah Data hasil penelitian dianalisis
umur panen yang terdiri dari 6 menggunakan sidik ragam (Analysis Of
perlakuan, yaitu umur panen bulan Variance) dengan α 5%. Apabila hasil
4,5,6,7,8 dan 9 bulan. Setiap perlakuan yang diperoleh menunjukkan signifikan
dilakukan tiga ulangan sehingga (beda nyata) antar perlakuan, maka
terdapat 18 unit perlakuan. Setiap unit dilakukan uji lanjut menggunakan uji
perlakuan terdiri dari 6 tanaman di Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
mana terdapat 3 tanaman sampel untuk pada taraf α 5%.
dilakukan pengamatan sehingga
terdapat 108 tanaman III. HASIL ANALISIS DAN
D. Cara Penelitian PEMBAHASAN
1. Persiapan bibit A. Pertumbuhan Tanaman
Bahan tanam stek batang diambil Singkong Varietas Gambyong
dari batang singkong bagian tengah Berdasarkan sidik ragam
dengan panjang stek kurang lebih 25 diketahui bahwa perlakuan yang
cm, pangkal batang dipotog runcing dan diujikan menunjukkan adanya pengaruh
pada pucuk batang dipotong tumpul sama terhadap tinggi tanaman, namun
2. Persiapan lahan berpengaruh nyata terhadap jumlah
Persiapan lahan dilakukan dengan daun, luas daun, dan diameter batang
cara tanah dibajak dengan traktor dan tanaman singkong varietas Gambyong
dilakukan penyiangan gulma. Dibuat pada umur panen 4 bulan, 5 bulan, 6
petak-petak perlakuan dengan ukuran 3 bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulan.

3
Tabel 1. Rerata Tinggi tanaman, Jumlah daun, luas daun dan diameter batang
Tinggi Diameter
Jumlah Daun Luas Daun
Umur Panen Tanaman Batang
(helai) (dm2)
(cm) (cm)
Umur panen 4 bulan (Maret) 62,78 a 58,22 b 62,97 bc 1,0033 b
Umur panen 5 bulan (April) 71,43 a 72,33 b 89,64 b 0,9633 b
Umur panen 6 bulan (Mei) 110,11 a 106,99 a 144,16 a 1,3633 a
Umur panen 7 bulan (Juni) 100,61 a 99,34 a 86,61 bc 1,0633 b
Umur panen 8 bulan (Juli) 100,72 a 101,17 a 54,66 bc 1,1333 b
Umur panen 9 bulan (Agustus) 95,33 a 94,00 a 48,75 c 1,0633 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α 5%
1. Tinggi Tanaman peranannya bagi tanaman untuk proses
Rerata tinggi tanaman pada Tabel 1 fotosintesis. Kebutuhan air suatu
menunjukkan bahwa perlakuan tanaman memiliki jumlah yang
berbagai umur panen memberikan bervariasi berdasarkan umur atau fase
pengaruh yang sama terhadap tinggi pertumbuhannya. Tanaman singkong
tanaman. Tanaman singkong membutuhkan curah hujan 150-200
mengalami penambahan tinggi mm saat tanaman berumur 1-3 bulan,
tanaman setiap bulannya, namun ketika tanaman berumur 4-7 bulan
penambahannya tidak signifikan. Hal membutuhkan 250-300 mm, dan saat
ini diduga karena kondisi iklim yang menjelang panen singkong
berbeda setiap bulannya terutama memerlukan curah hujan 100-150 mm
curah hujan yang merupakan unsur (Saleh, dkk., 2016). Data iklim berupa
iklim yang fluktuasinya tinggi (Tabel curah hujan di Kecamatan Ponjong
2). Curah hujan juga merupakan unsur Gunungkidul serta data kelembaban,
iklim yang sangat besar peranannya suhu, dan intensitas radiasi di Daerah
dalam memenuhi ketersediaan air pada Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun
suatu lahan. (Anwar et al., 2015), 2017-2018 disajikan pada Tabel 2.
sehingga kebutuhan air sangat penting
Tabel 2. Data Curah Hujan di Kecamatan Ponjong Gunungkidul dan Data Kelembaban,
Suhu, Intensitas Radiasi di DIY 2017-2018
Okt Nov- Des- Jan- Feb- Mar- Apr- Mei Jun Jul- Agt-
Faktor Ikim
2017 2017 2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
Curah Hujan (mm) 83 526 279 468 376 284 232 18 - - -
Kelembaban (%) 84 90 86 87 87 86 86 83 83 82 82
Suhu (°C) 26,9 25,8 26,3 25,9 26 26,4 27 26,2 25,6 24,2 24,4
Intensitas Radiasi
- 122 219 196 223 230 220
(watt/m)
Lama Penyinaran
36 62 65 75 81 69 86 77
(%)
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Klas IV Mlati Yogyakarta
Kondisi iklim selama masa pertumbuhan (sesuai perlakuan):
Umur Panen 4 bulan

4
Umur Panen 5bulan
Umur Panen 6 bulan
Umur Panen 7 bulan
Umur Panen 8 bulan
Umur Panen 9 bulan
2. Jumlah Daun dan Luas Daun yang tidak signifikan, sehingga hasil
Rerata jumlah daun tanaman analisis tidak berbeda nyata terhadap
singkong pada Tabel 1 menunjukkan jumlah daun dari umur panen 6 bulan
bahwa umur panen 6 bulan, 7 bulan, 8 sampai 9 bulan. Menurut Wargiono
bulan dan 9 bulan memberikan (2011), perkembangan dan
pengaruh terhadap jumlah daun yang pertumbuhan tanaman mengalami
lebih banyak dibandingkan umur panen stagnasi jika ketersediaan air berkurang.
4 dan 5 bulan. Umur panen 6, 7, 8 dan 9 Hal ini diperkuat dengan pendapat
bulan memberikan pengaruh yang sama Saleh dkk (2016) bahwa pertumbuhan
terhadap jumlah daun, sama halnya batang dan daun mencapai maksimum
dengan umur panen 4 dan 5 bulan tidak umur 6 bulan setelah tanam.
berbeda nyata. Berbeda dengan jumlah 3. Diameter Batang
daun, rerata luas daun menunjukkan Rerata diameter batang tanaman
bahwa umur panen 6 bulan memberikan singkong Tabel 1 menunjukkan bahwa
pengaruh terhadap luas daun yang umur panen 6 bulan memberikan
paling luas bila dibandingkan dengan pengaruh terhadap diameter batang
umur panen 4 bulan, 5 bulan, 7 bulan, 8 yang paling besar bila dibandingkan
bulan dan 9 bulan, yaitu sebesar 144,16 dengan umur panen 4 bulan, 5 bulan, 7
dm2. Umur panen 4 bulan, 5 bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulan, yaitu
bulan dan 8 bulan memberikan sebesar 1,3633 cm. Umur panen 4
pengaruh yang sama terhadap luas daun bulan, 5 bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9
dengan rerata secara berurutan yaitu bulan memberikan pengaruh yang sama
62,97 dm2; 89,64 dm2; 86,61 dm2; dan terhadap diameter batang dengan rerata
54,66 dm2. Umur panen 9 bulan secara berurutan, yaitu 1,0033 cm;
memberikan pengaruh terhadap luas 0,9633 cm; 1,0633 cm; 1,1333 cm, dan
daun yang paling rendah dengan rerata 1,0633 cm. Hal ini diduga karena
48,75 dm2, namun tidak berbeda nyata adanya perbedaan respon tumbuhan
dengan umur panen 4, 7 dan 8 bulan. yang peka terhadap kondisi iklim yang
Hal ini menunjukkan perkembangan berbeda setiap bulannya, diantaranya
jumlah daun tidak selaras dengan yaitu curah hujan, suhu, kelembaban,
perkembangan luas daun. Hal ini dan intensitas radiasi matahari. Curah
dikarenakan jumlah daun bertambah, hujan merupakan unsur iklim yang
namun ukuran luas daun semakin kecil fluktuasinya tinggi. Selain itu, curah
seiring bertambahhnya umur tanaman. hujan merupakan salah satu unsur iklim
Sama halnya dengan tinggi tanaman, yang sangat besar perannya dalam
diduga jumlah daun dan luas daun juga mendukung ketersediaan air pada suatu
dipengaruhi oleh kondisi iklim yang lahan. Hal ini berarti bahwa kebutuhan
berbeda setiap bulannya dimana curah air sangat penting bagi pertumbuhan
hujan yang lebih berpengaruh karena suatu tanaman sebagai bahan baku
fluktuasinya tinggi (Tabel 2). Jumlah fotosintesis. Menurut Lakitan (2013),
daun pada umur panen 6 bulan diduga hasil fotosintesis diangkut dari daun ke
mulai mengalami stagnasi, namun organ-organ lain seperti akar, batang,
masih ada penambahan jumlah daun dan organ produktif melalui pembuluh

5
floem. Proses pengangkutan yang maupun morfologis, sehingga
terjadi akan melalui batang sehingga mengakibatkan terhentinya
diameter batang akan terus meningkat pertumbuhan suatu tanaman.
untuk memperlancar dalam proses B. Hasil Singkong Varietas
pengangkutan fotosintat dan unsur hara, Gambyong
namun dalam penelitian ini, umur panen Berdasarkan sidik ragam diketahui
7-9 bulan mengalami penurunan. Hal bahwa perlakuan yang diujikan
ini diduga tanaman kekurangan air menunjukkan adanya pengaruh sama
dalam masa pertumbuhannya. Pada terhadap jumlah ubi dan Panjang ubi,
umur panen 7 bulan, data curah hujan namun berpengaruh nyata terhadap
(lampiran 4) menunjukkan sudah tidak diameter ubi tanaman singkong varietas
terjadi hujan di daerah Ponjong. Gambyong pada umur panen 4 bulan, 5
Anonim (2011) menyatakan bahwa bulan, 6 bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9
tanaman yang kekurangan air akan bulan.
mengganggu aktivitas fisiologis
Tabel 3. Hasil Singkong Varietas Gambyong
Umur Panen Jumlah Ubi Panjang Ubi Diameter Ubi
(buah) (cm) (cm)
Umur panen 4 bulan (Maret) 4,00 a 17,93 a 1,74 b
Umur panen 5 bulan (April) 3,50 a 15,49 a 2,03 ab
Umur panen 6 bulan (Mei) 6,00 a 19,67 a 2,58 ab
Umur panen 7 bulan (Juni) 4,17 a 17,20 a 2,30 ab
Umur panen 8 bulan (Juli) 3,67 a 16,73 a 2,90 a
Umur panen 9 bulan (Agustus) 4,17 a 16,05 a 2,89 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam HCN ubi tanaman singkong varietas
diketahui bahwa perlakuan yang Gambyong pada umur panen 4 bulan, 5
diujikan menunjukkan adanya pengaruh bulan, 6 bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9
nyata terhadap bobot ubi pertanaman, bulan.
hasil ubi, kadar pati, dan kandungan
Tabel 4. Hasil Singkong Varietas Gambyong
Bobot Ubi Hasil Kandungan
Kadar
Umur Panen Pertanaman Ubi HCN
Pati (%)
(kg) (ton/ha) (ppm)
Umur panen 4 bulan (Maret) 0,145 b 1,45 b 22,45 e 24,23 c
Umur panen 5 bulan (April) 0,148 b 1,48 b 24,30 d 48,56 a
Umur panen 6 bulan (Mei) 0,433 a 4,33 a 37,26 c 12,97 f
Umur panen 7 bulan (Juni) 0,255 ab 2,55 ab 41,19 b 16,85 e
Umur panen 8 bulan (Juli) 0,293 ab 2,93 ab 38,67 c 38,56 b
Umur panen 9 bulan (Agustus) 0,362 a 3,62 a 44,47 a 19,71 d
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α 5%
1. Jumlah Ubi dan Panjang Ubi ubi dan panjang ubi. Hal ini berarti
Rerata jumlah ubi dan panjang pemanenan singkong yang dilakukan
ubi pada tabel 3 menunjukkan bahwa pada umur panen 4 bulan, 5 bulan, 6
perlakuan umur panen memberikan bulan, 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulan
pengaruh yang sama terhadap jumlah memberikan hasil yang sama atau

6
stabil terhadap jumlah ubi dan panjang memasuki periode fotosintesis
ubi. Hal ini diduga karena pada maksimum sehingga hasil ubi belum
pertumbuhan ubi umur panen 4-9 bulan maksimal. Pada umur 6-9 bulan laju
sudah terbentuk jumlah dan panjang akumulasi bahan kering tertinggi pada
ubi yang maksimal dengan tidak ubi, sehingga diameter ubi lebih besar
terjadinya penambahan jumlah dan pada umur tersebut (Saleh, dkk 2016).
Panjang ubi yang signifikan. Menurut 3. Bobot Ubi Pertanaman dan Hasil
Saleh dkk (2016), tanaman umur 4-5 Ubi
BST memasuki periode fotosintesis Rerata pengamatan bobot ubi
maksimum dimana fotosintas sebagian pertanaman dan hasil ubi pada Tabel 4
besar untuk perkembangan daun dan menunjukkan bahwa umur panen 6
ubi. Tanaman umur 6-9 BST memasuki bulan dan 9 bulan memberikan
fase translokasi karbohidrat ke ubi, pengaruh terhadap bobot ubi
sehingga laju akumulasi bahan kering pertanaman dan hasil ubi yang sama
tertinggi pada ubi. Faktor lain yang tinggi, namun tidak berbeda nyata
dapat mempengaruhi hasil adalah dengan umur panen bulan Juni dan
iklim, salah satunya curah hujan yang Juli. Umur panen 4 bulan dan 5 bulan
merupakan unsur iklim yang memberikan pengaruh terhadap bobot
fluktuasinya tinggi dan pengaruhnya ubi pertanaman dan hasil ubi yang
terhadap produksi tanaman cukup sama rendah, namun tidak berbeda
signifikan. nyata dengan umur panen 7 dan 8
2. Diameter ubi bulan. Hal ini diduga karena bobot ubi
Rerata diameter ubi pada Tabel dan hasil ubi akan bertambah besar
3 menunjukkan bahwa umur panen 8 seiring bertambahnya umur panen ubi.
bulan dan 9 bulan memberikan Bobot ubi dan hasil ubi selaras dengan
pengaruh terhadap diameter ubi yang pertumbuhan diameter ubi yang
tinggi dengan rerata 2,90 cm dan 2,89 semakin besar diameternya seiring
cm, namun tidak berbeda nyata dengan bertambahnya umur panen. Semakin
umur panen 5 bulan, 6 bulan dan 7 baik pertumbuhan tanaman ada
bulan dengan rerata panjang ubi 2,03 kecenderungan akan menghasilkan ubi
cm, 2,58 cm dan 2,30 cm. Umur panen dengan ukuran yang lebih besar karena
4 bulan memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman sangat ditentukan
panjang ubi yang paling rendah dengan pada fase pertumbuhan vegetatif.
rerata 1,74 cm, namun tidak berbeda Menurut Saleh dkk (2016), pada umur
nyata dengan umur panen 5, 6 dan 7 4-5 bulan, pertumbuhan tanaman
bulan. Hal ini diduga karena ukuran singkong memasuki periode
diameter ubi akan bertambah besar fotosintesis maksimum sehingga hasil
seiring bertambahnya umur panen ubi, ubi belum maksimal. Pada umur 6-9
berbeda dengan jumlah ubi dan bulan laju akumulasi bahan tertinggi
panjang ubi yang sudah terbentuk dari pada ubi, sehingga hasil ubi lebih besar
umur panen 4-9 bulan. Semakin baik pada umur tersebut. Pada tanaman
pertumbuhan tanaman ada singkong varietas Gambyong
kecenderungan akan menghasilkan terjadinya peningkatan bobot ubi
diameter ubi dengan ukuran yang lebih pertanaman diikuti dengan peningkatan
besar karena produksi tanaman sangat hasil ubi yang selaras, karena hasil ubi
ditentukan pada fase pertumbuhan merupakan konversi dari bobot ubi,
vegetatif. Pada umur 4-5 bulan, sehingga bobot ubi pertanaman
pertumbuhan tanaman singkong berbanding lurus dengan hasil ubinya.

7
Selain itu, bobot ubi dan hasil ubi juga 4bulan, 6 bulan, 7 bulan, dan 8 bulan,
berkolerasi positif dengan diameter ubi yaitu sebesar 48,56 ppm. Umur panen
yang bertambah seiring bertambahnya 7 bulan memberikan pengaruh yang
umur panen. paling rendah dibandingkan dengan
perlakuan umur panen lainnya, yaitu
4. Kadar Pati sebesar 16,85 ppm. Hal ini berbanding
Retara pengamatan kadar pati terbalik dengan kandungan pati,
singkong pada Tabel 4 menunjukkan dimana bertambahnya umur panen
bahwa umur panen 9 bulan semakin berkurangnya kadar HCN.
memberikan pengaruh terhadap kadar Perbedaan kadar HCN diduga karena
pati yangpaling tinggi jika dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
dibandingkan dengan umur panen 4 terutama curah hujan. Menurut
bulan, 5 bulan, 6 bulan, 7 bulan dan 8 Yuningsih (2009), perbedaan kadar
bulan, yaitu sebesar 44,47 %. Umur senyawa sianogenik dipengaruhi oleh
panen 4 bulan memberikan pengaruh jenis tanaman, umur tanaman, dan
yang paling rendah dibandingkan kondisi lingkungan. Berdasarkan
dengan perlakuan umur panen lainnya, Standar Nasional Indonesia (1996),
yaitu sebesar 22,45 %. Hal ini diduga singkong dengan rasa enak (tidak
semakin lama umur panen singkong, pahit, HCN ≤40 ppm ubi segar) dan
maka semakin tinggi kadar pati tekstur daging ubi lembut sangat sesuai
singkong yang dihasilkan. Peningkatan untuk pangan konsumsi langsung
kadar pati tersebut disebabkan semakin maupun olahan. Singkong dengan
lama panen singkong, maka semakin umur panen 4, 6, 7, 8 dan 9 bulan telah
banyak granula pati yang terbentuk di sesuai dengan standar mutu menurut
dalam ubi. Menurut Susilawati dkk SNI 1996, sedangkan singkong umur
(2008), semakin lama umur panen panen 5 bulan belum memenuhi
singkong maka semakin banyak standar mutu.
granula pati yang dibentuk dalam ubi,
tetapi umur panen juga mempengaruhi IV. KESIMPULAN DAN SARAN
terjadinya penurunan kadar pati ubi A. Kesimpulan
kayu akibat meningkatnya komponen- Berdasarkan hasil analisis dan
komponen non pati seperti selulosa, pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
hemiselulosa, pektin, dan lignin. secara kuantitas, umur panen 6 bulan
Standar mutu menurut KMP (2000), sudah bisa dilakukan pemanenan
nilai kadar pati ubi kayu segar Varietas dengan hasil sama umur panen 9 bulan
UJ-5 minimal 19 %. Penelitian ini yaitu 4,33 ton/ha, namun secara
menunjukkan nilai kadar pati dari kualitas umur panen 9 bulan
umur panen 4 hingga 9 bulan kadar memberikan hasil yang tertinggi
pati diatas 19 %, sehingga semua dengan kadar pati 44,47% dan
perlakuan yang diujikan sesuai dengan kandungan HCN 19,71 ppm.
standar mutu menurut KMP 2000. B. Saran
5. Kandungan HCN Penanaman singkong tidak
Retara pengamatan kandungan disarankan pada bulan November,
HCN singkong pada Tabel 4 karena pertumbuhan lambat sehingga
menunjukkan bahwa umur panen 5 hasilnya rendah. Penanaman singkong
bulan memberikan pengaruh terhadap sebaiknya dilakukan sebelum bulan
kandungan HCN yang paling tinggi November, melihat data curah hujan
jika dibandingkan dengan umur panen

8
yang sesuai dengan kebutuhan fase
awal tanaman singkong.

DAFTAR PUSTAKA 16/Tanpang/OUTLOOK


Ai, N.S. dan Yunia B. 2011. Konsentrasi %20UBIKAYU
Klorofil Daun Sebagai Indikator %202016/files/assets/common/
Kekurangan Air Pada Tanaman. downloads/OUTLOOK
Jurnal Ilmiah Sains 11 (2): 169- %20UBIKAYU%202016.pdf.
170. Diakses tanggal 19 April 2018.
Anwar, M.R., Liu D.L., Farquharson R.,
Macadam I., Abadi A., Saleh, N., Abdullah T., Yudi W., Titik
Finlayson J., Wang B., and S., Dadang G., Ricardo P.R., dan
Ramilan T. 2015. Climate Samsi A.S. 2016. Pedoman Budi
change impacts on phenology Daya Singkong di Indonesia.
and yields of five broadacre Indonesian Agency for
crops at four climatologically Agricultural Research and
distinct locations in Australia. Development (IAARD) Press.
Agricultural Systems. 132: 133- Jakarta. 75 hal.
144. Samidjo G.S., Sarjiyah, Hariyono,
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Genesiska, dan Gustami, R.
Yogyakarta. 2018. Statistik 2018. Study on Agronomic and
Tanaman Pangan. Dalam Economic Performance
www.distan.jogjaprov.go.id. Characteristic of Cassava
Diakses tanggal 19 April 2018. (Manihot utillisima L.) in
Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubi Kayu Gunungkidul Regency Special
Indonesia. Pustaka Sinar Region of Yogyakarta. Jurnal
Harapan. Jakarta. 236 hal. Planta Tropika 6 (1): 9-14.
Keputusan Menteri Pertanian (KMP). Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI-
2000. Pelepasan Ubi Kayu Klon 01-2997-1996-Tepung
UJ-5 Sebagai Varietas Unggul Singkong.
dengan Nama UJ-5. Nomor https://dokumen.tips/documents/
82/Kpts/Tp.240/2/2000. Jakarta. sni-01-2997-1996-tepung-
Krisdiana, Ruly. 2015. Penyebaran, singkong.h. Diakses tanggal 15
Prefernsi, dan Konstribusi Desember 2018.
Ekonomi Varietas Unggul Ubi Susilawati, S.N. dan Sefanadia P. 2008.
Kayu di Jawa Tengah. Prosiding Karakteristik Sifat Fisik dan
Seminar Hasil Penelitian Kimia Ubi Kayu (Manihot
Tanaman Aneka Kacang dan esculenta) Berdasarkan Lokasi
Ubi. Hal 564. Penanaman dan Umur Panen
Lakitan, B. 2013. Dasar-dasar Fisiologi Berbeda. Jurnal Teknologi
Tumbuhan. Rajawali Pers. Industri dan Hasil Pertanian 13
Jakarta. 205 hal. (2): 5972.
Yuningsih. 2009. Perlakuan Penurunan
Pusat Data dan Sistem Informasi Kandungan Sianida Singkong
Pertanian. 2016. Outlook untuk Pakan Ternak. Penelitian
Komoditas Pertanian Tanaman Pertanian Tanaman Pangan. 28
Pangan Ubi Kayu. (1): 58-61.
http://epublikasi.setjen.pertani http:/pangan.litbang.pertanian.g
an.go.id/epublikasi/outlook/20

9
o.id/files/10-pp012009.pdf.
Diakses 30 November 2018.
Wargiono. 1979. Ubikayu
dan Cara Bercocok
Tanamnya. Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian Bogor.
Bogor. 36 hal.

10

You might also like