ZIRAA'AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
ZIRAA'AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
ZIRAA'AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
ZIRAA’AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
(The Chemical and Organoleptic Properties of Buffalo Meatball in Addition of Local Taro Flour
at Different Levels)
ABSTRACT
This study aimed to find out the effect of adding local taro flour at different levels on the
chemical and organoleptik properties of buffalo meatballs. This study used a Completely
Randomized Design with 5 treatments and 4 replications for each treatment i.e. P0 (100% tapioca
flour), P1 (87,5% tapioca flour and 12,5% taro flour), P2 (75% tapioca flour and 25% taro flour),
P3 (62,5% tapioca flour and 37,5% taro flour), and P4 (50% tapioca flour and 50% taro flour).
Chemical properties of buffalo meatballs were analyzed with variance analysis and further results
were evaluated by Tukey Test. Organoleptic properties of buffalo meatballs were analyzed non
parametrically by Friedman Test. The difference percentage of taro flour showed a significant
different on dry matter and protein content of buffalo meatballs (P<0.05). However, it showed a
non significant difference on fat content of buffalo meatballs (P>0.05). The difference
percentage of taro flour also showed a non significant difference on organoleptic properties of
buffalo meatballs (P>0.05). The best of dry matter, protein, and fat content were obtained in P0
and P2 at 30.51%; 9.08%; and 1.13%, respectively. Color, taste, and flavor of meatballs were
preferred by panelists in P0. Texture and elasticity of meatballs were preferred by panelists in P1.
cincang dan bahan-bahan tambahan, yaitu Daging kerbau selanjutnya dibersihkan dari
pati, STPP, es batu, telur, dan bumbu-bumbu lemak permukaan dan jaringan ikat lalu
seperti garam, gula, lada, bawang putih, dipotong menjadi ukuran kecil. Potongan
bumbu penyedap, serta bumbu-bumbu lain- daging kerbau digiling sampai agak halus.
lain (Purnomo, 2012). Sumber pati pada Es batu, garam, gula, tepung tapioka,
pembuatan bakso adalah tepung. Tepung tepung talas, bawang putih dan lada
yang umum digunakan sebagai pengisi pada dimasukan bersama-sama dengan daging
bakso adalah tepung tapioka. Jenis tepung- giling ke dalam penggilingan untuk digiling
tepung yang lain dapat pula digunakan kembali hingga halus dan homogen. Takaran
sebagai pengisi bakso. bahan-bahan yang digunakan pada
Tepung talas adalah salah satu yang penelitian disesuaikan dengan persentase
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi resep pembuatan bakso (Tabel 1). Adonan
bakso. Tanaman talas dapat dijumpai hampir yang telah homogen diangkat lalu
di seluruh daerah di Kalimantan Tengah dan didiamkan selama lebih kurang 5 menit
memiliki varietas yang berbeda-beda, antara untuk selanjutnya dicetak berbentuk bulat
lain talas enyuh baputi, talas enyuh dan direbus dalam air panas yang bersuhu
bahandang, talas punggu, dan lain-lain. 50-60oC sampai mengapung. Bakso
Pemanfaatan talas lokal oleh masyarakat dimatangkan dengan direbus kembali dalam
lokal Kalimantan Tengah masih terbatas. air dengan suhu 100oC selama 10 menit.
Talas biasanya dimanfaatkan pada masakan Bakso matang siap digunakan untuk
sayuran lokal (Nion dkk., 2018). penelitian.
Pemanfaatan daging kerbau sebagai Rancangan Penelitian
bahan baku bakso dan tepung talas yang Penelitian menggunakan rancangan
terbuat dari talas lokal sebagai bahan pengisi acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan
untuk diversifikasi pangan diharapkan masing-masing perlakuan diulang sebanyak
mampu meningkatkan minat masyarakat 4 kali. Perlakuan pada penelitian ini adalah
terhadap dua komoditas ini. Penelitian ini P0 (100% tepung tapioka), P1 (87,5%
bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung tapioka dan 12,5% tepung talas), P2
penambahan tepung talas lokal dengan level (75% tepung tapioka dan 25% tepung talas),
yang berbeda terhadap sifat kimia dan P3 (62,5% tepung tapioka dan 37,5%
organoleptik bakso daging kerbau. tepung talas), dan P4 (50% tepung tapioka
dan 50% tepung talas).
METODE PENELITIAN Parameter yang diamati
Sifat kimia bakso daging kerbau
Alat dan Bahan
meliputi bahan kering, protein, dan lemak
Bahan-bahan yang digunakan adalah
dianalisis dengan menggunakan metode
daging kerbau beku, tepung tapioka, tepung
AOAC (2003). Sifat organoleptik bakso
talas enyuh bahandang, lada, garam, es batu,
meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan
bawang putih, dan gula. Peralatan yang
kekenyalan diuji menggunakan uji hedonik
digunakan adalah kompor, timbangan,
dengan menggunakan 15 orang panelis.
baskom, termometer, stopwatch, pisau
Setiap panelis memberikan penilaian pada
dapur, piring, gelas, talenan, pengayak,
kuesioner yang diberikan berdasarkan 5
lumpang dan alu, penggiling, alat tulis,
skala hedonik yaitu 1 (sangat tidak suka), 2
kamera, kertas kuesioner, serta seperangkat
(tidak suka), 3 (netral), 4 (suka), dan 5
alat untuk menganalisa kandungan bahan
(sangat suka).
kering, protein, dan lemak.
Analisis Data
Pembuatan bakso daging kerbau
Data hasil pengujian sifat kimia dari
Daging kerbau beku terlebih dahulu
setiap perlakuan bakso diuji dengan analisis
didiamkan pada suhu ruangan agar mencair.
40
ZIRAA’AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
variansi. Jika terdapat perbedaan di antara daging kerbau pada penelitian ini adalah
setiap perlakuan maka dilanjutkan dengan kandungan protein. Kandungan protein
tes Tukey pada taraf 5%. Sifat organoleptik mempunyai hubungan dengan kadar air yang
(palatabilitas) bakso diuji dengan statistik terutama disebabkan karena sifat hidrofilik
non parametrik menggunakan Friedman protein yaitu di dalam kemampuannya
Test pada taraf 5%. mengikat molekul-molekul air (Prasetyo
dkk., 2013). Purnomo (1998) di dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Wirawan dkk. (2016) menyatakan air yang
bebas mudah hilang melalui penguapan,
Sifat Kimia Bakso
sedangkan air yang terikat sulit dibebaskan
Komposisi kimia bakso yang masak
melalui penguapan. Lebih lanjut dinyatakan
dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan-
rasio air dan protein daging akan
bahan penyusunnya (Triatmojo, 1992).
mempengaruhi produk olahan
Penambahan tepung talas dengan level yang
(Suryaningsih, 2002). Bahan kering terdiri
berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
dari dua komponen, yaitu bahan anorganik
pada kandungan bahan kering bakso daging
berupa mineral dan bahan organik berupa
kerbau (P<0,05). Kandungan bahan kering
karbohidrat, protein, dan lemak (Hartadi
bakso daging kerbau berkisar antara 25,43 -
dkk., 1991).
30,51% (Tabel 2). Faktor yang
mempengaruhi kadar bahan kering bakso
Tabel 1. Komposisi bahan pada pembuatan bakso daging kerbau pada penambahan tepung talas
dengan level yang berbeda.
Perlakuan Persentase (%)
Bahan
P0 P1 P2 P3 P4
Daging kerbau (g) 57,5 57,5 57,5 57,5 57,5 57,5
Tepung tapioka (g) 23,0 20,1 17,2 14,4 11,5
23
Tepung talas lokal (g) - 2,9 5,8 8,6 11,5
Es batu (g) 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15
Garam (g) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Gula (g) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1
Bawang putih (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Lada (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Total 100 100 100 100 100 100
Penambahan tepung talas dengan level dan lemak masing-masing sebesar 3,32%
yang berbeda menunjukkan perbedaan yang dan 0,71%. Tepung tapioka memiliki
nyata pada kandungan protein bakso daging kandungan protein dan lemak masing-
kerbau (P<0,05). Kandungan protein bakso masing sebesar 3,05% dan 0,12% (Safitri
berkisar antara 8,65–9,08% (Tabel 2). Bakso dkk., 2017).
yang dibuat menggunakan campuran tepung Kandungan lemak bakso berkisar
talas memiliki kandungan protein yang lebih antara 1,13 – 1,35% (Tabel 2). Penambahan
tinggi dibandingkan dengan bakso yang tepung talas dengan level yang berbeda
dibuat dengan 100% tepung tapioka. menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
Kandungan protein bahan pengisi yang pada kandungan lemak bakso daging kerbau
digunakan dalam pembuatan bakso (P>0,05). Hal ini disebabkan karena
mempengaruhi kandungan protein bakso. kandungan lemak dari tepung tapioka dan
Tepung talas memiliki kandungan protein tepung talas yang relatif rendah sehingga
41
ZIRAA’AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
Tabel 2. Sifat kimia bakso daging kerbau pada penambahan tepung talas dengan level berbeda
(%).
Sifat Perlakuan
kimia
P0 P1 P2 P3 P4
(%)
Bahan
Kering 30,51±1,11c 30,08 ± 0,96c 25,92±0,28ab 25,43 ± 0,94a 25,48±0,47ab
Protein 8,63 ± 0,12a 8,79 ± 0,16ab 9,08 ± 0,26b 8,96 ± 0,08ab 8,93± 0,19ab
Lemak 1,35 ±0,16 1,15 ±0,09 1,13 ±0,09 1,33±0,04 1,32 ±0,08
a,b,c Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Tabel 3. Sifat organoleptik bakso daging kerbau pada penambahan tepung talas dengan level
yang berbeda.
Sifat Perlakuan
organoleptik P0 P1 P2 P3 P4
Warna 3,53±0,52 3,47±0,74 3,13±0,64 3,40±0,74 2,87±0,92
Rasa 3,47±0,64 3,20±0,86 3,00±0,76 3,07±0,96 2,87±0,92
Aroma 3,73±0,70 3,33±0,72 3,40±0,63 3,40±0,99 2,87±0,74
Tekstur 3,27±0,70 3,47±0,64 3,13±0,83 3,07±0,96 2,93±0,70
Kekenyalan 3,53±0,52 3,67±0,49 3,20±0,77 3,20±0,77 2,60±0,83
Keterangan : 1= sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = netral; 4 = suka; 5 = sangat suka sekali
Penambahan tepung talas pada level penilaian rasa diperoleh pada perlakuan P0
yang berbeda menunjukkan perbedaan yang dan P4 masing-masing sebesar 3,47 dan 2,87
tidak nyata pada rasa bakso daging kerbau (Tabel 3). Rasa bakso dipengaruhi oleh rasa
(P>0,05). Nilai tertinggi dan terendah daging kerbau, bumbu-bumbu yang
42
ZIRAA’AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
digunakan, dan jenis bahan pengisi. Lawrie tekstur produk olahan menjadi lebih kompak
(2003) menyatakan bahwa rasa daging karena akan terbentuk ikatan yang kuat.
disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik dan Tekstur bakso dipengaruhi pula oleh
ekstrinsik. Faktor-faktor intrinsik yang pemberian garam dapur pada proses
mempengaruhi rasa daging adalah spesies, pengolahan. Garam dapur memiliki fungsi
bangsa, umur, dan proses biokimia yang untuk meningkatkan daya ikat air protein,
terjadi pada unsur-unsur daging. Faktor- berperan dalam pembentukan emulsi,
faktor ekstrinsik yang menyebabkan memberi rasa pada produk olahan,
keragaman rasa pada daging antara lain melarutkan protein aktin dan miosin, serta
pakan dan proses pengolahan daging. Lebih mengawetkan (Zurriyati, 2011).
lanjut Montolalu dkk. (2013) menyatakan Penambahan tepung talas pada level
bahwa rasa bakso dipengaruhi oleh garam yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
yang ditambahkan saat pengolahan dan jenis tidak nyata pada kekenyalan bakso daging
tepung yang digunakan sebagai bahan kerbau (P>0,05). Nilai tertinggi dan
pengisi. terendah penilaian kekenyalan bakso daging
Penambahan tepung talas dengan kerbau diperoleh pada perlakuan P1 dan P4
level yang berbeda menunjukkan perbedaan masing-masing sebesar 3,67 dan 2,60 (Tabel
yang tidak nyata pada aroma bakso daging 3). Kekenyalan bakso dipengaruhi oleh
kerbau (P>0,05). Nilai tertinggi dan kekenyalan daging kerbau sebagai bahan
terendah penilaian aroma diperoleh pada baku. Kekenyalan daging dipengaruhi oleh
perlakuan P0 dan P4 masing-masing sebesar struktur miofibril daging dan tingkat ikatan
3,73 dan 2,87 (Tabel 3). Aroma bakso silangnya, serta daya ikat air oleh protein
dipengaruhi oleh aroma daging dan proses daging (Soeparno, 2015). Faktor-faktor lain
pemasakan. Soeparno (2015) menyatakan yang turut pula mempengaruhi kekenyalan
aroma daging masak dipengaruhi oleh umur daging adalah daya mengikat air oleh
ternak, jenis pakan, spesies, jenis kelamin, protein daging. Nuswantoro dan Mulyani
bangsa, lama waktu dan kondisi (2003) menyatakan bahwa daya mengikat air
penyimpanan daging setelah pemotongan, pada daging akan mempengaruhi warna,
serta suhu pemasakan daging. Rosita dkk. keempukan, kekenyalan, juiceness dan
(2015) menambahkan bahwa pemasakan tekstur daging. Lebih lanjut Lan et al.,
dapat pula mempengaruhi warna, bau, rasa, (1995) di dalam Amertaningtyas (2012)
dan aroma produk daging. menyatakan bahwa daya mengikat air
Penambahan tepung talas pada level dipengaruhi oleh perbandingan antara kadar
yang berbeda menunjukkan perbedaan yang air dan protein, tipe protein miosin, pH, serta
tidak nyata pada tekstur bakso daging susunan jarak antara protein miofibril
kerbau (P>0,05). Nilai tertinggi dan terutama miosin dan serabut-serabut.
terendah penilaian tekstur bakso daging
kerbau diperoleh pada perlakuan P1 dan P4 KESIMPULAN
masing-masing sebesar 3,47 dan 2,93 (Tabel
Penambahan tepung talas hingga
3). Tekstur bakso dipengaruhi oleh tekstur
level 37,5% pada bakso daging kerbau
daging sebagai bahan baku dan jenis tepung
masih memberikan hasil yang baik pada
yang digunakan sebagai bahan pengisi.
sifat kimia dan organoleptik bakso daging
Lawrie (2003) menyatakan bahwa tekstur
kerbau. Namun, penambahan tepung talas
daging dipengaruhi oleh susunan dan
pada level 50% memberi hasil yang kurang
ukuran serat otot, serta jaringan pengikat.
baik pada sifat organoleptik bakso daging
Carmen et al., (1997) di dalam
kerbau.
Amertaningtyas dkk. (2001) menyatakan
bahwa penambahan pati akan membuat
43
ZIRAA’AH, Volume 45 Nomor 1, Pebruari 2020 Halaman 38-44 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
Suryaningsih, L. 2002. Pengaruh Jenis Winarno . F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Potongan Daging Sapi pada Proses Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Pembuatan Abon terhadap Susut Jakarta.
Masak, Rasa, dan Tekstur. Jurnal Ilmu
Ternak 2 (1) : 34-37. Wirawan, Y., D. Rosyidi dan E. S.
Widyastuti. 2016. Pengaruh
Triatmojo, S. 1992. Pengaruh Penggantian Penambahan Pati Biji Durian (Durio
Daging Sapi dengan Daging Kerbau, Zibenthinus Murr) terhadap Kualitas
Ayam, dan Kelinci pada Komposisi Kimia dan Organoleptik Bakso Ayam.
dan Kualitas Fisik Baso. Buletin Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Peternakan 16 : 63-71. Ternak 11 (1) : 52-57.
Usmiyati, S. dan A. Priyanti. 2006. Sifat Zurriyati, Y. 2011. Palatabilitas Bakso dan
Fisiokimia dan Palatabilitas Bakso Sosis Sapi Asal daging Segar, Daging
Daging Kerbau. Prosiding Lokakarya Beku dan Produk Komersial. Jurnal
Nasional Usaha Ternak Kerbau Peternakan 8 (2) : 49-57.
Mendukung Program Kecukupan
Daging Sapi. Sumbawa, 04-05 Agustus