Tingkat Kekenyalan, Daya Mengikat Air, Kadar Air, Dan Kesukaan Pada Bakso Daging Sapi Dengan Substitusi Jantung Sapi
Tingkat Kekenyalan, Daya Mengikat Air, Kadar Air, Dan Kesukaan Pada Bakso Daging Sapi Dengan Substitusi Jantung Sapi
Tingkat Kekenyalan, Daya Mengikat Air, Kadar Air, Dan Kesukaan Pada Bakso Daging Sapi Dengan Substitusi Jantung Sapi
1, 2013, p 97 104
Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj
ABSTRACT
ABSTRAK
Penelitian untuk mengetahui kadar air, daya mengikat air, kekenyalan dan
kesukaan bakso daging sapi yang disubstitusi dengan jantung sapi telah dilakukan
di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro Semarang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diterapkan adalah T0 = Bakso
dengan 100% daging sapi, T1 = Bakso dengan 90% daging sapi dan 10% jantung
sapi, T2 = Bakso dengan 80% daging sapi dan 20% jantung sapi, T3 = Bakso
dengan 70% daging sapi dan 30% jantung sapi. Variabel yang diamati adalah
kadar air, daya mengikat air, kekenyalan dan kesukaan bakso daging sapi yang
disubstitusi dengan jantung sapi. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan analisis ragam pada galat 5% untuk mengetahui pengaruh
perlakuan. Apabila ada perbedaan pada uji kadar air dan daya mengikat air maka
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 98
dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan sedangkan apabila ada pengaruh
nyata untuk penentuan kekenyalan dan kesukaan pada bakso sapi dengan
substitusi jantung sapi maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi bakso daging sapi dengan jantung
sapi sampai dengan 30% berpengaruh terhadap daya mengikat air, dan tidak
berpengaruh terhadap kadar air, kekenyalan dan kesukaan terhadap bakso.
Kesimpulan penelitian adalah 30% jantung sapi dapat dipakai untuk substitusi
pembuatan bakso.
PENDAHULUAN
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis dimintakan
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan.
Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya,
mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Uji kesukaan bakso
dipengaruhi oleh rasa dan bau (Soekarto, 1985).
Proses pembuatan bakso menurut Bintoro (2008), dapat dilihat pada
diagram alir seperti terlihat pada Ilustrasi 1.
Daging
Segar
Bumbu- Air
bumbu Pemotongan Daging
dihalusk (sebesar 3 ibu jari)
an
Penggilingan 1
Penggilingan 2
Adonan
(kental)
Pencetakan
Perebusan
BAKSO
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bakso terdiri atas daging sapi
dan jantung sapi. Bahan penunjang yang digunakan terdiri atas tepung tapioka,
merica halus, garam dapur halus, penyedap, bawang putih, bawang merah goreng
dan es batu. Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan bakso terdiri dari
kompor, panci, sendok, timbangan elektrik dan penggilingan. Dalam pengujian
bahan kering, alat yang digunakan terdiri dari crucible porselen, oven dan
desikator. Alat-alat pelengkap dalam mendukung penelitian terdiri dari alat tulis,
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 100
kertas label, mika dan air minum dalam kemasan (AMDK). Komposisi adonan
bakso per unit sampel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Bahan-bahan Perlakuan
T0 T1 T2 T3
...........................................g..........................................
Daging sapi 500 450 400 350
Jantung sapi 0 50 100 150
Tepung tapioka 75 75 75 75
Garam halus 10 10 10 10
Merica halus 3 3 3 3
Bawang putih 18 18 18 18
Bawang merah goreng 13 13 13 13
Penyedap rasa 4 4 4 4
Es batu 125 125 125 125
kesukaan dihitung dengan analisis sidik ragam dan apabila ada pengaruh nyata
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (Kartika et al., 1988).
Data hasil analisis kadar air bakso daging sapi yang disubstitusi dengan
jantung sapi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Kadar Air Bakso Daging Sapi dengan Substitusi Jantung Sapi
Bakso daging sapi yang disubstitusi dengan jantung sapi (T0) dengan 100%
daging sapi menghasilkan rerata kadar air 75,11%; (T1) dengan 90% daging sapi
dan 10% jantung sapi menghasilkan kadar air 74,03%; (T2) dengan 80% daging
sapi dan 20% jantung sapi menghasilkan kadar air 74,8% dan (T3) dengan 70%
daging sapi dan 30% jantung sapi menghasilkan kadar air 73,94%.
Berdasarkan analisis ragam, bakso daging sapi yang disubtitusi dengan
jantung sapi hingga 30% tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air
bakso (P > 0,05). Menurut Soeparno (2005), bahwa kadar air akhir produk olahan
daging tergantung pada jenis daging dan jumlah cairan yang ditambahkan. Pada
penelitian ini jumlah cairan yg ditambahkan dan jenis daging yang digunakan
sama pada masing masing perlakuan. Berdasarkan penelitian Oktivianie (2002),
dijelaskan bahwa selain ditentukan oleh jumlah es yang ditambahkan, kandungan
air bakso juga ditentukan oleh jumlah penambahan tepung. Jumlah tepung tapioka
yang ditambahkan sama pada setiap perlakuan. Penambahan jantung sapi pada
adonan bakso tidak mempengaruhi kadar air bakso.
Data hasil analisis daya mengikat air bakso daging sapi yang disubstitusi
dengan jantung sapi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
Bakso daging sapi yang disubstitusi dengan jantung sapi (T0) dengan 100%
daging sapi menghasilkan rerata daya mengikat air 48,14%; (T1) dengan 90%
daging sapi dan 10% jantung sapi menghasilkan kadar air 50,41%; (T2) dengan
80% daging sapi dan 20% jantung sapi menghasilkan kadar air 54,13% dan (T3)
dengan 70% daging sapi dan 30% jantung sapi menghasilkan kadar air 41,09%.
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 102
Tabel 3. Rerata Daya Mengikat Air Bakso Daging Sapi dengan Substitusi Jantung
Sapi
Nilai rerata tingkat kekenyalan bakso daging sapi yang disubstitusi dengan
jantung sapi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Data hasil analisis kadar air bakso daging sapi yang disubstitusi dengan
jantung sapi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rerata Tingkat Kesukaan Bakso Daging Sapi dengan Substitusi Jantung
Sapi
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Nurmi, A. 1995. Sifat Fisik dan Palatabilitas Bakso Daging Sapi dan Domba
Bagian Paha dan Lemusir. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Oktavianie, Y. 2002. Kandungan Gizi dan Palatabilitas Bakso Campuran Daging
dan Jantung Sapi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Prasetyo, A. 2002. Sifat Fisik Bakso Campuran Daging dan Jantung Sapi pada
Taraf yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Triatmojo, S., A. Pertiwiningrum dan Y. Indaryanti. 1995. Physical and
organoleptic quality of meatball beef filled by five kinds of filler. Buletin of
Animal Science. Gajah Mada University. Special Ed: 399, Yogyakarta.
Wibowo, S., 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.