Analisa Total Productive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Di Pt. Karung Emas
Analisa Total Productive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Di Pt. Karung Emas
Analisa Total Productive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Di Pt. Karung Emas
ABSTRACT
PT. Karung Emas is a company engaged in the production of sacks that can not be separated from issues related to
the effectiveness of the machinery / equipment. In the sack production process is divided into two processes, namely
the processes innerbag and process outerbag. Equipment or machinery used in the production process is the extruder
outerbag, circularweafing loom, printing and sewing. Total Productive Maintenance (TPM) is a principle of
management to improve production efficiency for Improver handling and maintenance of the machine will lead to
losses so that the measurement using the Overall Equipment Effectiveness (OEE) followed by measurement of OEE
six big losses, breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages,
rework scarp losses and yield losses. With a Cause and Effect Diagram can be analyzed real problem that the main
cause of the high losses that resulted in low labor circularweafing machine loom. Processing results on a machine
loom circularweafing known that the OEE for the period January 2015 - May 2015 ranged from 42.96% to 80.83%.
This condition indicates that the engine's ability circularweafing loom in the use of machinery / equipment has not
reached the ideal condition (≥85%). As for affecting the value of OEE and a top priority for the company is a factor
eliminated idling and minor stoppages amounted to 38.98% and the breakdown of 00:09% loss.
Keywords: Total Productive Maintenance (TPM), Overall Equipment Effectiveness (OEE), OEE Six Big Losses,
Cause and Effect Diagram.
33
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
April 14.25 23.26 5.04 14.32 14.15 (ketersediaan), performance (kemampuan), dan
Mei 9 3.76 8.9 4.71 2.97 quality (kualitas).
Total
Waktu Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk
Produks menentukan kebutuhan penerapan total
i 2688 2688 2688 2688 2688 productive maintenance dalam kondisi
Total
diperusahaan dan melihat faktor mana dari six
Waktu
Pemelih
big losses tersebut yang dominan mempengaruhi
araan 96 96 96 96 96 terjadinya penurunan efektivitas mesin/peralatan.
Total Sehingga akan memberikan usulan untuk
Loading 4 4 4 4 4 meningkatkan efisiensi produksi pada perusahaan
Total melalui penerapan total productive maintenance.
Unloadi
ng 2588 2588 2588 2588 2588 Rumusan Masalah
Total
Waktu Bagaimana menerapkan Total productive
Kerusak maintenance untuk meningkatkan efisiensi
an 51 72 37 58 41 produksi karung di PT. Karung Emas ?
Total
Waktu
Tujuan
Efisien 2537 2516 2551 2530 2547
Sumber : PT. Karung Emas
Tujuan dari Penelitian ini adalah :
Berdasarkan Tabel 1.1, pengamatan di pabrik
1. Mengetahui hasil dari perhitungan Overall
Karung Emas diketahui bahwa mesin
Equipment Effectiveness dari mesin
cercularweafing loom (mesin tenun) paling
circularweafing loom pada bulan Januari
sering mengalami kerusakan. Karena mesin ini
2015– Mei 2015.
bersifat kritical unit dimana ketika terjadi
kerusakan pada mesin ini atau bagian komponen
2. Mengetahui besarnya masing-masing faktor
mesin seperti dinamo dan boiler akan
yang terdapat dalam six big losses.
mengakibatkan terhentinya proses produksi dan
juga sering memerlukan pemeriksaan sistem
3. Menerapkan Total Preventive Maintenance
kerja, perawatan maupun pergantian komponen
(TPM) mengunakan Overall Equipment
mesin jadi diperlukan sistem perawatan pada
Effectiveness .
mesin circularweafing loom agar lebih efektif
dan efisien.
Manfaat Penelitian
Total productive maintenance (TPM) merupakan
1. Mengetahui kinerja mesin pada saat
pengembangan metode pemeliharaan mesin dan
produksi awal.
peralatan. TPM berkembang dari sistem
2. Peningkatan produksi dengan menggunakan
maintenance tradisional yang melibatkan semua
prinsip-prinsip TPM akan meminimalkan
departemen dan semua orang untuk ikut
kerugian-kerugian pada perusahaan.
berpartisipasi dan mengemban tanggung jawab
3. Biaya produksi rendah karena rugi dan
dalam pemeliharaan mesin/peralatan. Langkah
pekerjaan yang tidak memberi nilai tambah
untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut
dapat dikurangi.
dalam usaha peningkatan efisiensi produksi
4. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati,
dilakukan dengan TPM yang menggunakan
karena produksi yang tanpa gangguan akan
metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
lebih mudah untuk dilaksanakan.
sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kinerja mesin/peralatan. Dimana
metode pengukuran ini terdiri dari tiga faktor
yang saling berhubungn yaitu avalability
34
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
35
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
Sekilas dapat dilihat bahwa kegiatan Corrective Total Productive Maintenance (TPM)
Maintenance jauh lebih murah biayanya
dibandingkan dengan mengadakan Preventive Nakajima (1988) dalam Nachnul (2013)
maintenance. Hal ini karena pemeliharaan menyatakan Preventive maintenance dikenal
korektif (Breakdown Maintenance) dilakukan pada tahun 1950-an, yang kemudian berkembang
apabila terjadi kerusakan pada fasilitas ataupun seiring dengan perkembangan teknologi yang ada
peralatan produksi. Tetapi apabila kerusakan dan pada tahun 1960-an muncul dengan dengan
terjadi pada fasilitas atau peralatan selama proses apa yang disebut productive maintenance. Total
produksi berlangsung, maka akibat dari productive
kebijaksanaan pencegahan (Preventive
Maintenance)
maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada peralatan dan pabrik dengan tujuan untuk
tahun 1970-n pada perusahaan dinegara jepang meningkatkan kepuasan kerja dan moril
yang merupakan pengembang konsep karyawan.
maintenance yang diterapkan pada perusahaan
industri manufaktur Amerika Serikat yang Secara menyeluruh definisi dari total productive
disebut preventive maintenance. maintenance mencakup lima elemen yaitu
sebagai berikut :
Total Productive Maintenance (TPM) adalah 1. TPM bartujuan untuk menciptakan
suatu konsep program tentang pemeliharaan yang suatu sistem preventive maintenance
melibatkan seluruh pekerja melalui aktivitas grup (PM) untuk memperpanjang umur
kecil. Meliputi beberapa hal seperti komitmen penggunaan mesin/peralatan
total terhadap program oleh kalangan manajer 2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan
puncak, pemberian waktu yang luas kepada efektifitas mesin/peralatan secara
pekerja untuk melakukan tindakan korektif dan keseluruhan (overall effectiveness).
downtime (waktu nganggur) untuk pemeliharaan 3. TPM dapat diterapkan pada berbagai
dijadwalkan sebagai bagian dari proses produksi departemen (seperti engineering, bagian
sehari-hari dan bahkan merupakan bagian yang produksi, bagian maintenance)
tidak terpisahkan dari proses produksi tersebut. 4. TPM melibatkan semua orang mulai
dari tingkatan manajemen tertiggi
Sedangkan menurut Roberts (1997) dalam hingga para karyawan/operator lantai
Nachnul (2013) mengatakan bahwa TPM adalah produksi.
suatu program pemeliharaan yang melibatkan
suatu gambaran konsep untuk pemeliharaan
36
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
5. TPM merupakan pengembangan dari hubungan antara manusia, mesin dan tempat
sistem maintenance berdasarkan PM kerja yang bermutu. Pemeliharaan otonomi
melalui manajemen motivasi dirancang untuk melibatkan operator dalam
merawat mesinnya sendiri. Kegiatan tersebut
2.2.1 Tahap Implementasi TPM meliputi pembersihan, pelumasan, pengencangan
mur / baut, pengecekan harian, pendeteksian
Terdapat 12 tahapan dalam penyimpangan dan reparasi sederhana.
mengimplementasikan TPM , Nakajima (1988)
dalam Nachnul (2013) : Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam
autonomous maintenance Nakajima (1988) dalam
1. Tahap Persiapan Nachnul (2013)adalah :
37
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
Didalam pemeliharaan terdapat dua kegiatan Manfaat dari studi aplikasi TPM secara
mendasar, yaitu pembersihan dan pemeriksaan. sistematik dalam rencana kerja jangka panjang
Dimana pelaksanaan kedua aktivitas tersebut pada perusahaan khususnya menyangkut faktor-
harus didasari motto “5-S” (Nakajima, 1988) faktor berikut :
dalam Nachnul (2013), antara lain yaitu:
1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan
1. Seiri (clearing up) :Kegiatan memisah- prinsip-prinsip TPM akan meminimalkan
misah yang benar-benar diperlukan dan kerugian-kerugian pada perusahaan.
menyingkirkan benda-benda yang tidak
diperlukan dari tempat kerja. 1. Meningkatkan kualitas dengan TPM,
meminimalkan kerusakan pada
2. Seiton (organazing) : Menempatkan benda- mesin/peralatan dan downtime mesin
benda yang diperlukan dengan rapid an dengan metode terfokus
selalu siap pada saat diperlukan. 2. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati,
karena produksi yang tanpa gangguan akan
3. Seiso (cleaning) : Membersikan peralatan lebih mudah untuk dilaksanakan.
dan tempat kerja sehingga kondisi ditempat 3. Biaya produksi rendah karena rugi dan
kerja selalu bersih. pekerjaan yang tidak memberi nilai tambah
dapat dikurangi.
4. Seikatsu (standarizing) : Membuat standar 4. Kesehatan dan keselamatan lingkungan
kebersihan, pelumasan dan inspeksi dalam kerja lebih baik.
suatu pengendalian. 5. Meningkatkan motivasi kerja, karena hak
dan tanggung jawab didelegasikan oleh
5. Shitsuke (training and discipline) : setiap orang.
Meningkatkan skill dan moral kebiasaan
pribadi karyawan.
38
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
2.3 Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam 2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian
Kerugian Besar) karena pemasangan dan penyetelan)
Menurut Nakajima (1988) dalam Nachnul (2013) Kerugian karena set-up dan adjustment adalah
menyatakan kegiatan dan tindakan-tindakan yang semua waktu set-up termasuk waktu penyesuaian
dilakukan dalam TPM tidak hanya berfokus pada (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan
pencegahan terjadinya kerusakan pada untuk kegiatan-kegiatan mengganti suatu jenis
mesin/peralatan dan meminimalkan downtime produk ke jenis produk berikutnya untuk
mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang produksi selanjutnya. Dengan kata lain total yang
dapat meyebabkan kerugian akibat rendahnya dibutuhkan mesin tidak berproduksi guna
efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya menganti peralatan (dies) bagi jenis produk
produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan berikutnya sampai dihasilkan produk yang sesuai
kerugian bagi perusahaan sering diakibatkan oleh untuk proses selanjutnya.
penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif
dan efisien terdapat enam faktor yang disebut 3. Idling and minor stoppages Losses
enam kerugian besar (six big losses). Efisiensi (Kerugian karena beropersi tanpa beban maupun
adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana karena berhenti sesaat
sebaiknya sumber-sumber daya digunakan dalam
proses produksi untuk menghasilkan output. Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun
Efisiensi merupakan karakteristik proses karena berhenti sesaat muncul jika factor
mengukur performansi aktual dari sumber daya eksternal mengakibatkan mesin/peralatan
relatif terhadap standar yang ditetapkan. berhenti berulang-ulang atau mesin/peralatan
Sedangkan efektivitas merupakan karakteristik beroperasi tanpa menghasilkan produk.
lain dari proses mengukur derajat pencapaian
output dari sistem produksi. 4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena
penurunan kecepatan operasi)
fektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap
output direncanakan. Dalam era persaingan bebas Menurunnya kecepatan produksi timbul jika
saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya kecepatan operasi aktual lebih kecil dari
mengacu pada kuantitas output semata akan kecepatan mesin yang telah dirancang beroperasi
dapat menyesatkan, karena pengukuran ini tidak dalamm kecepatan normal. Menurunnya
memperhatikan karakteristik utama dari proses kecepatan produksi antaralain disebabkan oleh :
yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas.
a. Kecepatan mesin yang dirancang tidak dapat
Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin dicapai karena berubahnya jenis produk atau
artinya adalah memaksimalkan fungsi dari material yang tidak sesuai dengan
kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat mesin/peralatan yang digunakan
guna dan berdaya guna. Untuk dapt
meningkatkan produktivitas mesin/peralatan b. Kecepatan produksi mesin/peralatan
yang digunakan maka perlu dilakukan analisis menurun akibat operator tidak mengetahui
produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan pada berapa kecepatan normal mesin/peralatan
six big losses. Adapun enam kerugian besar (six sesungguhnya.
big losses) tersebut adalah sebagai berikut :
c. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk
1. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian mencegah timbulnya masalah pada
karena kerusakan peralatan) mesin/peralatan dan kualitas produk yang
dihasilkan jika diproduksi pada kecepatan
Kerusakan mesin/peralatan (equipment failur produksi yang lebih tinggi.
breakdowns) akan mengakibatkan waktu yang
terbuang sia-sia yang mengakibatkan kerugian 5. Process Defect Losses (Kerugian karena
bagi perusahaan akibat berkurangnya volume produk cacat maupun karenakerja produk
produksi atau kerugian material akibat produk diproses ulang)
yang dihasilkan cacat.
39
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
40
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
Penerapan diagram sebab akibat lain misalnya 2.5 Pengertian Evektivitas dan Efisiensi
dalam menghitung banyaknya penyebab
kesalahan yang mengakibatkan terjadinya suatu 2.5.1 Evektivitas
masalah, menganalisa penyebaran pada masing- Simanjuntak (2011) dalam Iman (2012)
masing penyebab masalah, dan menganalisa Evektivitas terkait dengan hubungan hasil yang
proses. Untuk menghitung penyebab kesalahan diharapkan sesungguhnya dicapai dengan
dilakukan dengan mencari akibat terbesar dari hubungan antara output dan tujuan semakin besar
suatu masalah. kontribusi output terhadap pencapaian
Semakin sukses organisasi atau perusahaan pemborosan, karena tidak menyentuh akar
dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa permasalahan yang sesungguhnya.
memenuhi tujuan yang diharapkan. Karena
output yang dihasilkan suatu organisasi atau Jonsson dan Lesshammar (1999) dalam Oktaria
perusahaan lebih bnyak bersifat output tidak (2011) menyatakan Hal ini disebabkan tim tidak
berwujud (intangible) yang tidak mudah mendapatkan dengan jelas akar permasalahan
dikuantifikasi maka pengukuran efektivitas yang terjadi dan faktor-faktor penyebabnya,
tersebut adalah karena pencapaian hasil sehingga dalam upaya mengatasi masalah ini tim
(outcome) sering tidak bias diketahui dalam tidak efektif dalam mengatasinya.
jangka pendek, sehingga ukuran efektivitas
biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu
bentuk pernyataan saja (judgment). mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar
dapat dilakukan peningkatan terhadap kinerja
2.5.2 Efisiensi mesin dan peralatan secara optimal.Nakajima
(1988) dalam Oktaria (2011) menyatakan
Efisiensi terkait dengan hubungan antara output terdapat enam kerugian peralatan yang
berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan menyebabkan rendahnya kinerja dari mesin dan
dengan sumber daya yang digunakan untuk peralatan. keenam kerugian tersebut dikenal
menghasilkan produk tersebut. Secara matematis dengan istilah Six Big Losses yang digolongkan
egfisiensi merupakan perbandingan antara output menjadi tiga jenis, yaitu:
dengan input. Suatu perusahaan atau organisasi
dinyatakan efisien apabila mampu menghasilkan a) Ketersediaan waktu, terdiri dari:
output tertentu dengan input serendah-rendahnya
atau dengan input tertentu menghasilkan output 1. Kerusakan (breakdown losses), yaitu kerugian
sebesar-besarnya. yang disebabkan adanya kerusakan mesin dan
peralatan yang memerlukan suatu perbaikan.
Konsep efisiensi juga merupakan konsep yang Kerugian ini sebagai contoh, terdiri dari waktu
bersifat relative. Konsep efisiensi juga terkait rehat (downtime) yang dialami pekerja dan waktu
dengan pruktivitas yang dimana perbandingan perbaikan dari mesin dan peralatan tersebut.
antara input dan output.
2. Pengaturan dan penyesuaian (setup and
2.6. Overall Equipment Effectiveness adjustment losses) disebabkan adanya
perubahan kondisi operasi, seperti kegiatan
Usaha perbaikan pada industri manufaktur, menyalakan mesin (startup) dan penyesuaian
dilihat dari segi peralatan, adalah dengan bagian kerja (shift). Kerugian ini sebagai
meningkatkan utilitas peralatan yang ada contoh, terdiri dari waktu rehat (downtime)
seoptimal mungkin dan memperpanjang umur dan pengaturan mesin (setup).
ekonomisnya. Nakajima(1988) dalam Oktaria
(2011) menyatakan Utilisasi dari peralatan pada Nakajimah (1988) dalam Oktaria (2011)
rata – rata industri manufaktur adalah sekitar menyatakan bahwa ketersediaan waktu
setengah dari kemampuan mesin yang merupakan suatu rasio yang menggambarkan
sesungguhnya. Pada praktiknya, seringkali usaha pemanfaaan waktu yang tersedia untuk kegiatan
perbaikan yang dilakukan tersebut hanya operasi mesin dan peralatan. Dengan demikian
41
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
Pada kecepatan yang lebih tinggi, secara teoritis Kualitas produk merupakan suatu rasio yang
akan terjadi penurunan kualitas produk (quality menggambarkan kemampuan peralatan dalam
losses). Kinerja mesin merupakan suatu rasio menghasilkan produk yang sesuai dengan standar
yang menggambarkan kemampuan dari mesin mutu. Formula yang digunakan untuk
dan peralatan dalam menghasilkan produk. Rasio pengukuran rasio ini adalah:
ini merupakan hasil dari rata – rata kecepatan
mesin saat beroperasi (operating speed rate) dan
rata – rata kecepatan waktu produksi (net
operating rate).
Rata – rata kecepatan mesin saat beroperasi Gambar 2.5 Rumus Rate of Quality Products
mengacu kepada perbedaan antara kecepatan Sumber : Nakajima (1988) dalam Oktaria (2011)
ideal berdasarkan desain mesin atau peralatan
dan kecepatan operasi aktual, sedangkan rata – Berdasarkan keseluruhan data diatas dapat
rata kecepatan waktu produksi mengukur diperoleh perhitungan nilai Overall Equipment
pemeliharaan dari suatu kecepatan selama Effectiveness sebagai berikut:
periode tertentu. Dengan kata lain, ia mengukur
apakah suatu operasi tetap stabil dalam periode
selama mesin atau peralatan beroperasi pada Gambar 2.6 Rumus Overall Equipment
kecepatan rendah. Formula yang digunakan Effectiveness
untuk pengukuran rasio ini adalah: Sumber : Nakajima (1988) dalam Oktaria (2011)
42
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
43
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan Rate of quality product adalah rasio produk yang
data, antara lain : baik (good products) yang sesuai dengan
spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan
a. Pengamatan langsung, melakukan terhadap jumlah produk yang diproses.
pengamatan langsung ke pabrik,
terutama di bagian produksi terhadap d. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness
semua mesin yang beroperasi.
Setelah nilai Availability, Performance
b. Wawancara, mewawancarai berbagai Efficiency dan Rate of Quality Product diperoleh
pihak yang berhubungan dan berwenang maka dilakukan perhitungan nilai
dalam hal perawatan mesin, dalam
wawancara ini pihak – pihak yang perlu overall equipment effectivenessuntuk mengetahui
di wawancarai adalah Operator, Kepala besarnya efektivitas penggunaan mesin.
Maintenance, dan Kepala Produksi.
6. Perhitungan OEE Six Big Losses
c. Merangkum data tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. Langkah – Langkah perhitungan dalam OEE Six
Big Lossesyaitu :
5. Pengolahan data
1. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian
Data yang terkumpul diolah dengan karena kerusakan peralatan)
menggunakan metode Overall Equipment
Effectiveness. 2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai karena pemasangan dan penyetelan)
berikut:
1. Penetapan mesin yang jadi dasar proses 3. Idling and minor stoppages Losses
produksi (Kerugian karena beropersi tanpa beban
Mesin yang di jadikan dasar pada mesin maupun karena berhenti sesaat)
yang paling di butuhkan untuk menunjang
proses produksi yang akan menjadi 4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena
penetapan dari rasio rasio yang di gunakan penurunan kecepatan operasi)
untuk penelitian.
5. Process Defect Losses (Kerugian karena
2. Perhitungan Overall Equipment produk cacat maupun karenakerja produk
Effectivenes diproses ulang)
Langkah – Langkah dalam perhitungan Overall
Equipment Effectivenes yaitu : 6. Reduced Yieled Losses ( Kerugian pada
a. Perhitungan Availability awal waktu produksi hinggamencapai
kondisi produksi yang stabil).
Availability, adalah kriteria waktu operation time
terhadap loading time-nya. 7. Pembuatan Diagram Sebab-Akibat (Cause
And Effect Diagram)
b. Perhitungan Performance Efficiency
Performance effeciency adalah kriteria kuantitas Penyebab masalah inipun berasal dari berbagai
produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu sumber misalnya, metode kerja, bahan,
siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia pengukuran, karyawan, lingkungan dan
seterusnya. Dari sumber-sumber penyebab diatas
44
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
4.2. Analisa Total Waktu Kerusakan dan Total Analisa Availabilitymerupakan salah satu faktor
Waktu Efisien yang mempengaruhi hasil dari nilai Overall
Equipment EffectivenessAvailability yang
Berikut ini adalah grafik total waktu kerusakan mencerminkan seberapa besar waktu loading
dan total waktu efisien, dimana diketahui total time yang tersedia dan yang digunakan,
waktu kerusakan mesin terbesar terdapat pada disamping yang terserap oleh downtime. Berikut
mesin circularweafing loom dengan angka 72 adalah hasil dari mesin circularweafing loom
jam yang dapat dilihat dari tabel 4.5, sehingga pada nilai avaibility dari periode Januari – Mei
dilakukan perawatan rutin agar mesin ini bekerja 2015:
secara optimal.
45
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
Tabel 4.1 Nilai rata – rata availability Mesin Dan dari table 4.2 terlihat bahwa nilai
Circularweafing Loom performance rata – rata keseluruhan mencapai
Availabilit 73.28%, untuk nilai performance terendah
y terdapat pada mesin circularweaving loom yaitu
Periode Tanggal bulan februari periode ke-2 51.02%, dan nilai
performance tertinggi terdapat pada bulan april
Periode 1 2 januari - 21 januari 99.89% periode ke-7 yaitu 88.91%.
Periode 2 23 Januari - 11 Februari 96.71%
Periode 3 13 Februari - 24 Februari 95.53% 4.3.3. Analisa Quality
Periode 4 26 Februari - 10 Maret 92.99% Analisa quality ini terdapat dua data yaitu defect
in proses yang merupakan waktu peralatan yang
Periode 5 12 Maret - 31 Maret 98.47%
terbuang untuk menghasilkan produk reject, serta
Periode 6 2 April - 14 April 93.61%
pengerjaan ulang pada saat mesin berjalan terus
Periode 7 16 April - 28 April 98.15% menerus setelah proses penyetelan dan
Periode 8 30 April - 12 Mei 97.84% penyesuaian. Berikut adalah hasil rata – rata
Rata - Rata 96.65% pengolahan data pada nilai quality dari bulan
Sumber :Data yang di olah Januari – Mei 2015:
Dan dari tabel 4.1 terlihat bahwa nilai avaibility Tabel 4.3 Nilai rata – rata quality Mesin
rata – rata keseluruhan mencapai 96.65%, untuk Circularweafing Loom
nilai avaibility terendah terdapat pada bulan Rate of
maret periode ke-4 yaitu 92.99%, dan nilai Quality
avaibility tertinggi terdapat pada bulan Januari Periode Tanggal
periode ke-1 yaitu 99.89%. Produk
Periode 1 januari - 21 januar 93.73%
4.3.2. Analisa Performance Periode 2 Januari - 11 Febru 87.08%
Periode 3 Februari - 24 Febru 87.54%
Analisa Performance merupakan kecepatan
Periode 4 6 Februari - 10 Mar 91.39%
operasi aktual dari peralatan dengan kecepatan
ideal berdasarkan kapasitas produksi. Dengan Periode 5 2 Maret - 31 Mare 95.24%
membandingkan waktu siklus actual terhadap Periode 6 2 April - 14 April 87.32%
waktu siklus yang ideal. Berikut adalah hasil rata Periode 7 16 April - 28 April 92.62%
– rata pengolahan data pada nilai performance Periode 8 30 April - 12 Mei 86.74%
dari bulan Januari – Mei 2015: Rata - Rata 90.21%
Sumber : Data yang di olah
Tabel 4.2 Nilai rata – rata performance Dari tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa nilai rata –
Mesin Circularweafing Loom rata quality keseluruhan mencapai 90.21%, untuk
Performansi nilai rate of quality terendah terdapat pada mesin
Periode Tanggal circularweaving loom bulan mei periode ke-8
Efisiensi yaitu 86.74%, dan nilai rate of quality tertinggi
Periode 1 januari - 21 januar 78.26% terdapat pada bulan maret periode ke-5 yaitu
Periode 2 Januari - 11 Febru 51.02% 95.24%.
Periode 3 Februari - 24 Febru 79.59%
Periode 4 6 Februari - 10 Mar 79.09% 4.3.4. Analisa Pengukuran Nilai Overall
Equipment Effectiveness
Periode 5 2 Maret - 31 Mare 61.40%
Periode 6 2 April - 14 April 73.12%
Berdasarkan pada pengolahan data yang telah
Periode 7 16 April - 28 April 88.91% dilakukan pada bab sebelumnya, nilai Overall
Periode 8 30 April - 12 Mei 74.88% Equipment Effectiveness yang didapatkan seperti
Rata - Rata 73.28% pada tabel 4.4.
Sumber : Data yang di olah
46
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
Tabel 4.4 Nilai rata – rata Overall Equipment Periode 3 13 Februari - 24 Februari 2.15%
Effectiveness Mesin Circularweafing Loom Periode 4 26 Februari - 10 Maret 2.84%
OEE Periode 5 12 Maret - 31 Maret 1.08%
Periode Tanggal Periode 6 2 April - 14 April 4.35%
Periode 7 16 April - 28 April 0.89%
2 januari - 21 Periode 8 30 April - 12 Mei 1.51%
Periode 1 janu 73.27% Sumber : Data yang di olah
Periode 2 23 Januari - 11 Feb 42.96%
Februari - 24 4.4.2. Setup and Adjusment
Periode 3 13 Fe 66.55% Analisa setup and adjusment merupakan
26 Februari - 10 pemeliharaan mesin secara keseluruhan akan
Periode 4 M 67.21% mengakibatkan mesin tersebut harus dihentikan
12 Maret - 31 terlebih dahulu. Sebelum mesin difungsikan
Periode 5 Mar 57.58% kembali akan dilakukan penyesuaian terhadap
Periode 6 2 April - 14 April 59.77% fungsi mesin tersebut yang dinamakan dengan
April - 28 waktu setup dan adjustment mesin. Dalam
Periode 7 16 April 80.83% perhitungan setup dan adjustment loss
Periode 8 30 April - 12 Mei 63.55% dipergunakan data waktu setup mesin yang
Rata - Rata 63.97% mengalami kerusakan dan pemeliharaan mesin
Sumber : Data yang di olah secara keseluruhan di circularweafing loom.
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa pencapaian Berikut adalah hasil rata – rata pengolahan data
Overall Equipment Effectiveness dari pada Nilai Setup and Adjusment dari bulan
keseluruhan mesin dibawah standar yaitu Januari – Mei 2015.
63.97%. Dan nilai yang sangat mempengaruhi
dari Overall Equipment Effectiveness adalah Tabel 4.6. Nilai mesin circularweafing loom pada
nilai performance. setup and adjustment Mesin Circularweafing
Loom
4.4. Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses Analisa Setup and
OEE six big losses agar perusahaan mengetahui Periode Tanggal Adjustmen
faktor apa dari keenam faktor six big losses yang t
memberikan kontribusi terbesar yang Periode 1 2 januari - 21 januari 0.03%
mengakibatkan rendahnya efektivitas Periode 2 23 Januari - 11 Februari 1.13%
penggunaan mesin circularweaving loom yang 13 Februari - 24
menjadi perioritas utama untuk diperbaiki. Periode 3 Februari 2.32%
Periode 4 26 Februari - 10 Maret 4.17%
4.4.1. Breakdown Loss Periode 5 12 Maret - 31 Maret 0.45%
Analisa breakdown lossmerupakan kecepatan Periode 6 2 April - 14 April 2.04%
operasi actual dari peralatan dengan kecepatan Periode 7 16 April - 28 April 0.96%
ideal berdasarkan kapasitas produksi. Dengan Periode 8 30 April - 12 Mei 0.65%
membandingkan waktu siklus actual terhadap Sumber : Data yang di olah
waktu siklus yang ideal. Berikut adalah hasil rata
– rata pengolahan data pada nilai breakdown loss 4.4.3. Idling and Minor
dari bulan Januari – Mei 2015: Analisa idling and minorterjadi jika mesin
berhenti secara berulang-ulang atau mesin
Tabel 4.5. Nilai mesin circularweafing loom pada beroperasi tanpa menghasilkan produk. Jika
breakdown loss Mesin Circularweafing Loom idling dan minor stoppages sering terjadi maka
Breakdown dapat mengurangi efektivitas mesin. Berikut
Periode Tanggal adalah hasil rata – rata pengolahan data pada nilai
Loss idling and minor dari keseluruhan mesin dari
Periode 1 2 januari - 21 januari 0.09% bulan Januari – Mei 2015.
Periode 2 23 Januari - 11 Februari 2.16%
47
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
Tabel 4.9. Nilai mesin circularweafing loom menggunakan diagram sebab akibat.Analisa
padarework loss Mesin Circularweafing Loom dilakukan akan lebih efisien jika hanya
Rework diterapkan pada faktor-faktor six big losses yang
Periode Tanggal dominan. Faktor-faktor yang berpengaruh
Loss terhadap efisiensi mesin antara lain:
Periode 1 2 januari - 21 januari 2.54%
Periode 2 23 Januari - 11 Februari 1.96% Tabel 4.7. Nilai mesin circularweafing loom pada
Periode 3 13 Februari - 24 Februari 2.78% idling and minor Mesin Circularweafing Loom
Periode 4 26 Februari - 10 Maret 3.99% Idling and
Periode 5 12 Maret - 31 Maret 1.40% Periode Tanggal
Minor
Periode 6 2 April - 14 April 3.04%
Periode 1 2 januari - 21 januari 15.71%
Periode 7 16 April - 28 April 3.18%
Periode 2 23 Januari - 11 Februari 38.98%
Periode 8 30 April - 12 Mei 3.83%
Periode 3 13 Februari - 24 Februari 10.64%
Sumber : Data yang di olah
4.4.6. Yield/scrap Loss Periode 4 26 Februari - 10 Maret 9.66%
Analisa Yield/scrap loss adalah kerugian yang Periode 5 12 Maret - 31 Maret 35.02%
timbul selama proses produksi belum mencapai Periode 6 2 April - 14 April 9.42%
keadaan produksi yang stabil pada saat proses Periode 7 16 April - 28 April 5.63%
produksi mulai dilakukan sampai tercapainya Periode 8 30 April - 12 Mei 9.49%
keadaan proses yang stabil, sehingga produk Sumber : Data yang di olah
yang dihasilkan pada awal proses sampai
keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi 4.4.4. Reduced Speed Loss
spesifikasi kualitas yang diharapkan. Untuk Analisa reduced speedlossadalah selisih antara
mengetahui persentase faktor yield/scrap loss waktu kecepatan produksi aktual dengan
yang mempengaruhi efektivitas penggunaan kecepatan produksi mesin yang ideal. Untuk
mesin. Berikut adalah hasil rata – rata mengetahui besarnya persentase faktor reduced
pengolahan data pada nilai yield/scrap loss dari speedLoss yang hilang. Berikut adalah hasil rata–
keseluruhan mesin dari bulan Januari – Mei rata pengolahan data pada nilai reduced speed
2015. Loss dari keseluruhan mesin dari bulan Januari–
Mei 2015.
Tabel 4.10. Nilai mesin circularweafing loom Tabel 4.8. Nilai mesin circularweafing loom
padaYield/scrap loss Mesin Circularweafing padareduced speed loss Mesin Circularweafing
Loom Loom
Yield/Scrap Reduced
Periode Tanggal Periode Tanggal
Loss Speed Loss
Periode 1 2 januari - 21 januari 2.6917% Periode 1 2 januari - 21 januari 0.78%
Periode 2 23 Januari - 11 Februari 4.9863% Periode 2 23 Januari - 11 Februari 3.96%
Periode 3 13 Februari - 24 Februari 7.5510% Periode 3 13 Februari - 24 Februari 1.97%
Periode 4 26 Februari - 10 Maret 2.7021% Periode 4 26 Februari - 10 Maret 5.58%
Periode 5 12 Maret - 31 Maret 1.4993% Periode 5 12 Maret - 31 Maret 2.65%
Periode 6 2 April - 14 April 6.5767% Periode 6 2 April - 14 April 8.30%
Periode 7 16 April - 28 April 3.5352% Periode 7 16 April - 28 April 1.57%
Periode 8 30 April - 12 Mei 6.8811% Periode 8 30 April - 12 Mei 7.62%
Sumber : Data yang di olah Sumber : Data yang di olah
48
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.1, September 2015, p.33-50 doi : 10.30587/matrik.v16i1.xxx
ersentase faktor rework loss yang mempengaruhi analisa diagram sebab akibat terhadap faktor six
efektivitas penggunaan mesin. Berikut adalah big losses yang dominan.
hasil rata – rata pengolahan data pada nilai Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan
rework loss dari keseluruhan mesin dari bulan dengan tujuan agar pola pikir operator yang
Januari – Mei 2015. berpikir bahwa operator hanya menggunakan
1. Analisa masalah idling dan minor stoppages peralatan dan orang lain yang akan
Faktor-faktor : memperbaikinya dapat diubah sehingga
1. Manusia/operator: Kurang responsif - perawatan mesin dan peralatan di perusahaan ini
Kurang teliti dapat berjalan dengan baik dan kerusakan
2. Mesin/peralatan: Sering terjadi gangguan dapatdicegah.
tiba – tiba - Umur mesin sudah tua Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan
3. Lingkungan: Kebersihan waktu dan usaha untuk melatih operator agar
4. Metode: Pemeliharaan tidak standar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
5. Bahan: Butiran polyentelyn terlalu basah melaksanakan autonomous maintenance dapat
ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan
2. Analisa penyelesaian masalah breakdown loss mandiri yang dapat dilakukan oleh operator
Faktor-faktor : sebagai usaha peningkatan efektivitas mesin
1. Manusia/operator: Kurang responsive, produksi sesuai dengan prinsip TPM adalah
Kurang teliti 1. Membersihkan dan memeriksa pada mesin
2. Mesin/peralatan: Mesin sulit untuk circularweafing loom untuk membersihkan
diperbaiki, Mesin sudah tua debu dan kotoran pada mesin dan
3. Lingkungan - Kebersihan melakukan pelumasan dan pengencangan
4. Metode: Pemeliharaan tidak standar mur yang longgar.
5. Bahan: Butiran polyentelyn terlalu basah 2. Menghilangkan sumber masalah dan area
yang tidak terjangkau dengan menemukan
Penerapan Total Productive Maintenance cara yang tepat untuk membersihkan pada
(TPM) bagian-bagian yang sukar dijangkau.
Perbedaan total productive maintenance (TPM) 3. Membuat standar pembersihan dan
dengan planned Maintenance (PM) yang utama pelumasan yang tepat sehingga dapat
adalah kegiatan pemeliharaan mandiri mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
(autonomous maintenance) dan kunci kesuksesan membersihkan dan memeriksa dengan
TPM juga tergantung pada kesuksesan program tahapan yang teratur.
autonomous maintenance. 4. Pemeliharaan mandiri denagan
Kegiatan autonomous maintenance ini menggunakan check sheet pemeriksaan
melibatkan seluruh karyawan mulai dari yang oleh bagian yang dikeluarkan oleh
pimpinan sampai dengan operator. Dengan bagian teknik dan tetap memperbaiki dan
adanya kegiatan autonomous maintenance ini mengembangkan kegiatan yang dilakukan.
maka setiap operator akan terlibat dalam 5. Melaksanakan pemeriksaan meyeluruh
perawatan dan penanganan setiap masalah yang sesuai dengan instruksi yang terdapat pada
terjadi pada mesin/peralatan mereka sendiri di petunjuk pemeriksaan pada mesin
bagian produksi. circularweafing loom yang diperoleh pada
Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang bagian teknik.
diterapkan oleh PT. Karung Emas merupakan 6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully
sistem pemeliharaan terencana, mulai dari autonomous maintenance) yaitu
perencanaan sampai dengan penggantian. pengembangan kebijakan dan tujuan
Penanganan kerusakan mesin/peralatan yang perusahaan untuk meningkatkan kegiatan
terjadi pada mesin circularweafing loom pengembangan secara teratur.
merupakan tanggung jawab pada bagian
departemen maintenance. Rendahnya efektivitas Kesimpulan dan Saran
mesin juga dipengaruhi oleh karena keahlian dari Kesimpulan
operator yang rendah sehingga tidak cepat Setelah Melalui Pembahasan, Pengolahan Data,
tanggap terhadap masalah yang timbul pada serta Analisis dan Interpretasi, maka dapat di
mesin yang dioperasikan yang dapat dilihat pada
49
Hamza. A. /MATRIK Vol.16 No.1, September 2015 pp.33-50
tarik beberapa kesimpulan yang menjadi Tujuan C. Penanaman kesadaran kepada seluruh
dari Penelitian ini. karyawan untuk ikut berperan aktif dalam
A. Nilai Overall Equipment Effectiveness yang peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk
di dapat dari bulan Januari 2015 – Mei 2015 perusahaan dan bagi diri mereka sendiri dari
pada mesin circularweafing loom rata – rata tingkat operator sampai tingkatan top
sebesar 63.97%. management.
B. Presentase masing – masing factor Six big
looses yang dominan selama bulan januari - DAFTAR PUSTAKA
mei 2015 pada mesin circularweafing loom Ansori,Nachnul. dan Mustajib,M.Imron. (2013).
adalah : Idling dan minor stoppages sebesar Sistem Perawatan Terpadu (Integrated
35.02%, nilai ini menunjukkan mesin sering Maintenance System). Yogyakarta: Graha
berhenti secara berulang – ulang atau mesin Ilmu.
beroperasi tanpa menghasilkan produk, dan Grunberg,Thomas. (2007). Performance
di ikuti breakdown loss sebesar 4.35% nilai Improvement. Stockholm: Royal Institute of
ini menunjukkan tingginya waktu kerusakan Technology.
yang di alami mesin. Heizer,J.andRender,B.(2009). Operation
C. Dengan penerapan Total Produktive management. Jakarta: Salemba Empat.
Maintenance mengunakan metode Overall Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi
Equipment Effectiveness dalam usaha PengambilanKeputusanKriteria
peninvgkatan evisiesi produksi pada PT. Majemuk. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Karung Emas maka dapat di ambil usulan Indonesia.
perbaikan yang di hasilkan dari analisa Nakajima, S., Introduction to Total Productive
diagram Cause and Effect terhadap factor Maintenance, Cambridge, MA, Producticity
yang menjadi prioritas utama adalah dengan Press, Inc., 1988.
melakukan pelatihan terhadap para operator – Oktaria, Susanti. (2011). Perhitungan dan Analisa
operator nya, perawatan mesin harus lebih Nilai Overall Equipment Effectiveness
intensif, pemeriksaan harys teliti, suhu (OEE) Pada Proses Awal Pengolahan
ruangan harus sesuai dengan suhu mesin. Kelapa Sawit (Studi Kasus : PT. X).
Universitas Indonesia.
Saran Yoshikazu Takashi, Takashi Osada., Total
Beberapa saran yang diharapkan dapat Productive Maintenance-TPM, Technical
memberikan masukan dan bermanfaat bagi Report, Lulea Tekniska Universitet, 2000.
perusahan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
A. Melakukan perhitungan OEE pada setiap
mesin senantiasa dilakukan, sehingga
diperoleh informasi yang representatif untuk
perawatan dan perbaikan secara terus menerus
(continuous improvement) dalam upaya
peningkatan efektivitas penggunaan mesin.
Penggunaan metode OEE relatif lebih mudah
dan dapat dilakukan oleh setiap operator.
B. Melakukan pelatihan kepada setiap operator
maupun personil maintenance agar dapat
meningkatkan kemampuan dan keahlian
operator dalam menanggulangi permasalahan
yang ada pada mesin/peralatan sehingga
perusahaan dapat menerapkan autonomous
maintenance untuk dapat meningkatkan
produktivitas dan efisiensi produksi pada
bagian proses produksi terutama pada mesin
circular weafing loom.
50