Jurnal Life Birth

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B The Relationship Of
Mother Characteristics
With Exclusive Assessment

Iramaya Sari1 , Andi Tenri Fajriani2


1
Department of Midwifery, Stikes Panrita Husada Bulukumba, Indonesia
2
Department of Midwifery, Stikes Panrita Husada Bulukumba, Indonesia

Corresponding author: Iramaya Sari


Email: [email protected]

ABSTRACT
World Health Organization (WHO) recommends a mother to give breast milk (ASI) exclusively.
Exclusive breastfeeding is breastfeeding for infants up to 6 months of age, without the addition of
fluids and solid food. Exclusive breastfeeding in various regions is still low. The purpose of this study
is the relationship of maternal characteristics (age, parity, education, occupation) with exclusive
breastfeeding in the working area of Caile Health Center, Ujung Bulu District, Bulukumba Regency.
The type of research used in this study is Analytical Observational, which is a researcher trying to find
the relationship between variables. By using a cross-sectional approach. In this study, the sampling
technique carried out by the author is the consecutive sampling method in which a sample selection
method is done by selecting all individuals who meet and meet the selection criteria with a total
sample of 37 people. There is no relationship between mother's work and exclusive breastfeeding in
the Caile Community Health Center in Ujung Bulu District, Bulukumba Regency with a P-Value of
0.317. The conclusion is for working mothers to still be able to give their babies exclusively
breastfeeding the right way. When the mother is sick, she should still be able to give the baby
exclusively.

Keywords: Exclusive Breast, Occupation, Age

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 1
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

I. PENDAHULUAN
Air Susu Ibu ( ASI ) adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi serta anti inflamasi. Zat-zat anti infeksi yang
terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat
hubungan penting antara menyusui dengan penjarangan kehamilan, keluarga berencana (KB).
Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain
pemberian ASI segera setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah di susukan) kemudian
pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI esklusif), selanjutnya pemberian ASI
sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Sehingga
diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri
bayinya (Siti maskanah, 2012).
ASI tak ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal,
ASI juga membuat anak potensial, memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang, serta
memiliki perkembangan sosial yang baik. 80 % perkembangan otak anak dimulai sejak dalam
kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan
pemberian ASI esklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, yang di
butuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang ( Depkes, 2011 ).
World Health Organization (WHO) menganjurkan seorang ibu untuk memberi air susu
ibu (ASI) secara eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi sampai berumur
6 bulan, tanpa tambahan cairan dan makanan padat. Pemberian ASI eksklusif di berbagai
daerah masih rendah.
Dampak yang terjadi apabila bayi tidak diberi ASI adalah bayi tidak memperoleh zat
kekebalan tubuh dan tidak mendapat makanan yang bergizi tinggi serta berkualitas, sehingga
bayi mudah mengalami sakit yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan terhambat. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif menyebabkan kualitas
kesehatan bayi buruk akibat pemberian Makanan Pendamping ASI yang tidak benar,

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 2
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B makanan pendamping ASI


yang kurang bersih juga
dapat menyebabkan gangguan sistem pencernaan yang selanjutnya berakibat pada gangguan
pertumbuhan dan meningkatnya AKB (Depkes RI, dikutip dalam Awaliyah dkk).
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Nurma Hi.Mabud et al. (2014) dengan judul
“Hubungan pengetahuan, pendidikan, paritas dengan pemberian ASI eksklusif di puskesmas
Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
Analitik dengan rancangan Cross sectional. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak
ada hubungan dengan pengetahuan dan pendidikan namun paritas memperoleh hubungan
dengan pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Sulawesi-Selatan tahun 2014 Dari data profil
kesehatan pada tahun 2010 presentase cakupan ASI eksklusif sebanyak 67,58%, pada tahun
2011 menurun menjadi 41,32%, tahun 2012 sebanyak 53,3%, tahun 2013 sebanyak 62,70%,
sedangkan pada tahun 2014 cakupan ASI eksklusif kembali menurun yaitu hanya 56,31%.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa pemberian
ASI di Indonesia tahun 2013 hanya 53,4% sedangkan target ASI esklusif nasional tahun 2013
yaitu 75%. Hal ini menunjukkan ASI esklusif secara nasional belum mencapai target yang
sudah ditetapkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bulukumba didapatkan hasil, Angka cakupan ASI esklusif Tahun 2015 dari jumlah bayi
sebanyak 2441 yang mendapatkan ASI esklusif hanya 1685 (69,0%) bayi. Dari data yang
diperoleh presentase pemberian ASI esklusif yang paling rendah di Kabupaten Bulukumba
yaitu di Puskesmas caile. Yang mana dari jumlah bayi sebanyak 326 (51%) yang diberi ASI
esklusif hanya 167 bayi sedangkan yang tidak ASI esklusif sebanyak 159 bayi (49%) (Profil
Dinkes kabupaten Bulukumba).Berdasarkan data cakupan pemberian ASI esklusif pada bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun
2016 didapatkan dari 488 bayi yang diberi ASI esklusif sebanyak 260 (53%) dan yang tidak
di beri ASI esklusif sebanyak 228 bayi (47%). Dapat disimpulkan cakupan pemberian ASI
esklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Caile masih tergolong rendah (Profil Puskesmas Caile,
2016).
Berdasarkan survey awal peneliti di Wilayah kerja puskesmas. Banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI esklusif kepada bayi disebabkan karena masih kurangnya pemahaman ibu
tentang pentingnya ASI esklusif, berdasarkan pengakuan beberapa ibu yang mempunyai bayi
yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Caile mereka tidak memberikan ASI esklusif kepada

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 3
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B anaknya karena beberapa


faktor yakni kurangnya ASI
yang keluar pada hari pertama setelah kelahiran, umur ibu yang masih muda sehingga belum
bisa menyusu secara maksimal, kurangnya waktu karena sibuk dengan pekerjaan sehingga
kurang kesempatan untuk memberikan ASI kepada bayinya secara optimal.

II. METODE PENELITIAN


Desain Penelitian
Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk
mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan
tersebut, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional Analitik
yaitu peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel. Dengan menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek
penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali
waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up (Setiadi, 2013).
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi umur 6-24 bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba sebanyak 58 ibu.
sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak 37 ibu.
Teknik Sampling
Dalam penelitian ini teknik sampling yang dilakukan oleh penulis adalah dengan metode
consecutive sampling dimana suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan
memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah
sampel yang diinginkan terpenuhi (Sugiyono, 2012).
Instrumen Pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011). Variabel umur
menggunakan observasi melalui lembar formulir biodata, dikatakan: reproduksi muda bila
umur ibu < 20 tahun, reproduksi sehat bila umur ibu 20-35 tahun dan reproduksi tua bila
umur ibu > 35 tahun. Pada variabel paritas menggunakan lembar observasi dengan melihat
formulir biodata dikatakan (Primipara) bila ibu memiliki 1orang anak dan (Multipara) Bila
ibu memiliki > 2 orang anak. Pada variabel pendidikan menggunakan lembar observasi

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 4
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B dengan melihat formulir


biodata, dikatakan
pendidikan (Dasar) Jika responden menamatkan SLTP, SD dan tidak tamat SD, (Menengah)
Jika responden menamatkan SLTA sederajat dan (Tinggi)Jika responden menamatkan DIII,
DIV atau S1, pada variabel pekerjaan menggunakan lembar observasi dengan melihat lembar
formulir biodata, di katakan bekerja jika ibu bekerja melakukan kegiatan rutin selain ibu
rumah tangga dan tidak bekerja jika ibu melakukan kegiatan rutin hanya sebagai ibu rumah
tangga. Sedangkan variabel pemberian ASI menggunakan lembar observasi melalui formulir
biodata dikatakan (ASI eksklusif) bila ibu memberikan ASI kepada bayi mulai dari 0-6 bulan
tanpa pemberian susu formula dan tambahan makanan/minuman lain dan (Tidak) Jika sejak
usia bayi 0-6 bulan diberikan makanan tambahan lain selain ASI.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu
mempelajari hubungan antar variabel. Untuk mengetahui ada tidaknya variabel maka Analisa
yang digunakan adalah analisis bivariat. Pada variabel umur menggunakan uji Chi-squre
dengan menggunakan alternatif , paritas dengan uji Chi-squre dan menggunakan alternatif
fisher, pendidikan dengan uji Chi-squre sedangkan pekerjaan menggunakan uji Chi-squre
dengan alternatif fisher.
III. HASIL
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 37 responden, umur tertinggi ditemukan
pada ibu yang memiliki umur 20-35 tahun (reproduksi sehat) sebanyak 32 orang (86,5%)
sedangkan responden yang terendah yaitu ibu yang memiliki umur <20 tahun ( reproduksi
muda) sebanyak 2 orang (5,4%).
Tabel 1. Distribusi jumlah responden berdasarkan umur
Umur Frekuensi Persentase (%)

Reproduksi Muda 2 5,4

Reproduksi Sehat 32 86,4

Reproduksi Tua 3 8,1

Total 37 100

Berdasarkan tabel 2.paritas dapat diketahui dari 37 responden, rata-rata responden


memiliki anak ≥2 (Multipara) yaitu sebanyak 27 (73%). Sedangkan, yang memiliki anak
(Paritas) 1 (primipara) yaitu sebanyak 10 (27%).

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 5
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Tabel 2. Distribusi jumlah


responden berdasarkan
paritas ibu
Paritas Frekuensi Persentase ( %)

Primipara 10 27

Multipara 27 73

Total 37 100

Berdasarkan tabel 3. pendidikan dapat diketahui dari 37 responden, pendidikan tertinggi


ditemukan pada responden yang berpendidikan dasar sebanyak 15 (40,5%), sedangkan yang
terendah yaitu responden yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 8 (21,6%).
Tabel 3. Distribusi jumlah responden berdasarkan pendidikan ibu
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Dasar 15 40,5

Menengah 14 37,8

Tinggi 8 21,6

Total 37 100

Berdasarkan tabel 4 pekerjaan dapat diketahui dari 37 responden, responden yang


bekerja sebanyak 22 (59,5%), sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 15 (40,5%).
Tabel 4. Distribusi jumlah responden berdasarkan pekerjaan ibu
Pekerjaan Frekuensi Persentase

Tidak Bekerja 15 40,5

Bekerja 22 59,5

Total 37 100
Berdasarkan tabel 5 pemberian ASI eksklusif dapat diketahui bahwa dari 37 responden,
responden yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sebanyak 12 (32,4%) sedangkan
yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 (67,6%).
Tabel 5.Distribusi jumlah responden berdasarkan pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi Persentase (%)

ASI Eksklusif 12 32,4

Tidak ASI Eksklusif 25 67,6

Total 37 100

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 6
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Berdasarkan tabel 6
setelah dilakukan
penggabungan sel antara reproduksi sehat dengan reproduksi tua. Menunjukkan bahwa
responden yang menyusui secara eksklusif dan memiliki umur < 20 tahun (Reproduksi muda)
sebanyak 1 orang (2,7%) sedangkan yang mempunyai umur 20-35 tahun dan > 35 tahun
(Reproduksi sehat dan reproduksi tua) sebanyak 11 orang (29,7%). Responden yang
menyusui secara non eksklusif dan memiliki umur < 20 tahun sebanyak 1 orang (2,7%)
sedangkan yang memiliki umur 20-35 tahun tahun dan > 35 tahun (Reproduksi sehat dan
reproduksi tua) sebanyak 24 orang (64,8%). Berdasarkan hasil uji statistik setelah dilakukan
penggabungan sel menjadi tabel 2x2, maka uji yang digunakan adalah uji chi square antara
variabel umur dengan pemberian ASI eksklusif. Namun, setelah dilakukan uji terdapat nilai
expected count < dari 5, maka uji chi squere tidak terpenuhi, sehingga dilanjutkan alternatif
fisher, diperoleh probabilitas (p) = 1,000 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Caile Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017.
Tabel 6.Analisis Hubungan Antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Umur Tidak ASI p (value)
ASI Eksklusif Eksklusif Total
n % n % n %
Reproduksi Muda
1 2,7 1 2,7 2 5,4
Reproduksi Sehat + Tua
1,000 *
11 29,7 24 64,8 35 94,6
Total
12 32 25 68 37 100
Berdasarkan tabel 7 Menunjukkan bahwa pada ibu dengan paritas 1 (primipara) yang
menyusui secara eksklusif sebanyak 9 orang (24,3%) sedangkan ibu dengan paritas ≥ 2
(multipara) sebanyak 1 orang (2,7%). Sedangkan Responden yang menyusui secara non
eksklusif dengan paritas primipara sebanyak 3 orang (8,1%) dan multipara sebanyak 24 orang
(64,8%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square antara variabel paritas ibu dengan
variabel pemberian ASI eksklusif, didapatkan ada nilai expected count < 5 sehingga uji chi
squere tidak terpenuhi maka dilanjutkan alternatif fisher diperoleh probabilitas (p) = <0,0001
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan pemberian ASI

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 7
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B eksklusif di Wilayah Kerja


Puskesmas Caile Kecamatan
Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017.
Tabel 7 Hubungan antara Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Paritas ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif Total p (value)
n % n % n %
Primipaa 9 24,3 1 2,7 10 27
<0.001*
Multipara 3 8,1 24 64,8 27 73

Total 12 32,4 25 67,6 37 100


Berdasarkan tabel 8 Setelah dilakukan penggabungan sel antara pendidikan menengah
dengan tinggi. Menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan dasar dan menyusui
secara eksklusif sebanyak 7 responden (19%) dan yang tidak menyusui secara eksklusif
sebanyak 8 responden (22%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan (menengah dan
tinggi) yang menyusui secara eksklusif sebanyak 5 (13,5%) sedangkan yang tidak menyusui
secara eksklusif sebanyak 17 responden (22%). Berdasarkan hasil uji statistik setelah
dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2, maka uji yang digunakan adalah uji chi-
square antara variabel tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Namun, setelah
dilakukan uji terdapat nilai expected count < dari 5, maka uji chi-squere tidak terpenuhi,
sehingga di lanjutkan alternatif fisher, didapatkan hasil probabilitas (p) = 0,164 (p > 0,05)
yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu
Kabupaten Bulukumba Tahun 2017

Tabel 8. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Pemberian ASI Eksklusif

Tidak ASI P
Pendidikan ASI Eksklusif Eksklusif Total (value)
n % n % n %

Dasar 7 19 8 22 15 41

Menengah +
Tinggi
5 13,5 17 50 22 59 0,164*
Total 12 32 25 68 37 100

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 8
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Berdasarkan tabel 9
Menunjukkan bahwa
responden yang menyusui secara eksklusif dan memiliki pekerjaan sebanyak 1 orang (2,7%)
sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (29,7%). Responden yang menyusui secara
non eksklusif dan memiliki pekerjaan 21 orang (56,7%) sedangkan yang tidak bekerja
sebanyak 4 orang (10,8%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-quare antara variabel
pekerjaan dengan variabel pemberian ASI eksklusif. Didapatkan hasil ada cell nilai expected
count < 5 sehingga uji chi squere tidak terpenuhi, maka dilanjutkan alternatif fisher, diperoleh
probabilitas (p) = <0,001 (p <0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kecamatan
Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017.
Tabel 9. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif

Tidak ASI
Pekerjaan ASI Eksklusif Eksklusif Total p (value)

n % n % n %

Tidak
Bekerja
11 29,7 4 10,8 15 41
Bekerja 1 2,7 21 56,7 22 59 <0,001*

Total 12 32,4 25 67,6 37 100

IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tabulasi data tabel 5.1. Dapat diketahui bahwa dari 37 responden,
responden yang memiliki umur <20 tahun ( reproduksi muda) sebanyak 2 orang (5,4%), umur
20-35 tahun (reproduksi sehat) sebanyak 32 orang (86,5%) sedangkan responden yang
memiliki umur >35 tahun (reproduksi tua) sebanyak 3 orang (8,1%). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, menunjukkan bahwa responden yang menyusui secara eksklusif dan
memiliki umur < 20 tahun (Reproduksi muda) sebanyak 1 orang (2,7%) sedangkan yang
mempunyai umur 20-35 tahun dan > 35 tahun (Reproduksi sehat dan reproduksi tua)
sebanyak 11 orang (29,7%). Responden yang menyusui secara non eksklusif dan memiliki
umur < 20 tahun sebanyak 1 orang (2,7%) sedangkan yang memiliki umur 20-35 tahun tahun
dan > 35 tahun (Reproduksi sehat dan reproduksi tua) sebanyak 24 orang (64,8%).

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 9
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Berdasarkan hasil uji


statistik dengan chi-square
antara variabel umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Ada nilai expected count < 5 maka
uji chi square tidak tepenuhi, sehingga dilanjutkan alternatif fisher, diperoleh probabilitas (p)
= 1,000 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu
Kabupaten Bulukumba Tahun 2017.
Menurut Khairuniyah, 2004 dikutip dalam susi hartini 2012. ASI adalah makanan bayi
yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber
gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. Karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara
kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang bayi normal sampai usi 4-6 bulan. Menurut Susi Hartini, 2014. Umumnya

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 10
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B kegagalan ASI eksklusif


dipengaruhi oleh banyak
faktor. Ada beberapa faktor yang sangat penting dan sering ditemukan didalam keluarga dan
masyarakat terutama pada internal ibu itu sendiri. Faktor ibu seperti umur kaitannya dengan
pengalaman dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan kebutuhan bayinya
terutama pemenuhan ASI secara eksklusif sampai 6 bulan pertama.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Atabik,
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan praktik pemberian ASI
eksklusif di Desa Pamotan wilayah Kerja Puskesmas Pamotan 2012. Dari analisis data
bivariat diperoleh p = 0, 483 (p > 0,05) dari hasil tersebut berarti bahwa tingkat
signifikasinya terlalu besar, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur
ibu dengan praktik pemberian ASI eksklusif.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Depkes
RI dikutip dalam Ahmad Atabik, 2013. Yang mengatakan bahwa umur ibu sangat
menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan
nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun
masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, dan menyusui bayi yang dilahirkan. Sedangkan pada usia 35 tahun ke atas di
mana produksi hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan
pada usia remaja 20 tahun kebawah perkembangan fisik, psikologis, maupun sosial belum
siap sehingga dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam
produksi ASI.
Penelitian ini juga tidak sejalan yang dilakukan Sariyanti, 2015. Dengan judul “
Faktorfaktor yang berhubungan dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Godean ii Sleman Yogyakarta”. Pada penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan umur ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif (p= 0,022). Menurut Wawan dan Dewi Sebagian besar ibu
yang memberikan ASI Eksklusif umur 20-30 tahun dimana pada umur tersebut adalah masa
reproduksi sehat sehingga ibu mampu memecahkan masalah secara emosional, terutama
dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya sendiri. Perilaku
seseorang baik positif maupun negatif akan dipengaruhi oleh umur dan umur termasuk dalam
faktor prediposisi, dimana semakin matang umur seseorang maka secara ideal semakin
positif perilakunya dalam memberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan asumsi peneliti mengenai umur di Wilayah Kerja Puskesmas Caile
Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017 bahwa dalam penelitian ini,

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 11
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B umur tidak mempengaruhi


pemberian ASI Eksklusif,
karena dari 37 orang responden sebagian besar responden berumur 20-35 dan > 35 tahun
sebanyak 24 orang, dibandingkan yang berumur <20 tahun hanya 2 orang ini menunjukkan
bahwa umur responden tidak berpengaruh terhadap sikap ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Disebabkan karena dari 37 responden hanya 2 yang memiliki umur < 20 tahun.
Pada penelitian sebelumnya ada yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu
dengan pemberian ASI eksklusif, peneliti menemukan bahwa ibu yang berusia lebih tua
memiliki sikap yang lebih positif dalam menyusui. Sikap yang positif dalam menyusui ini
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Ibu berusia muda jika dibandingkan dengan ibu yang
lebih tua, lebih sering mengungkapkan rasa malu untuk menyusui jika terdapat keberadaan
orang lain disaat ibu hendak menyusui. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa pada ibu dengan paritas 1 (primipara) yang menyusui secara eksklusif sebanyak 9
orang (24,3%) sedangkan ibu dengan paritas ≥ 2 (multipara) sebanyak 1 orang (2,7%).
Sedangkan Responden yang menyusui secara non eksklusif dengan paritas primipara
sebanyak 3 orang (8,1%) dan multipara sebanyak 24 orang (64,8%). Berdasarkan hasil uji
statistik dengan chi-square antara variabel paritas ibu dengan variabel pemberian ASI
eksklusif, didapatkan ada nilai expected count < 5
sehingga uji chi-squere tidak terpenuhi maka dilanjutkan alternatif fisher diperoleh
probabilitas (p) = <0,001 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kecamatan Ujung
Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurma Hi. Mabud
(2014) dengan judul Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Menurut hasil analisa
hubungan antara paritas dengan pemberian ASI ekslusif didapatkan hasil uji statistik
Chisquare nilai X2= 4,36> nilai X2 tabel=3,84 dan nilai p=0,04 < dari α=0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI ekslusif. Sama
halnya penelitian terdahulu di Medan tembung yang menunjukkan ada hubungan antara
paritas dengan pemberian ASI eksklusif. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap
penerimaan seseorang terhadap pengetahuan, semakin banyak pengalaman seorang ibu maka
penerimaan akan pengetahuan akan semakin mudah. Dimana sesuatu yang dialami seseorang
akan menambah pengetahuan yang didapat. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 12
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B suatu cara untuk


memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
Menurut Soedjianingsih (2002), di kutip Novia dan Iroma 2011. faktor yang
mempengaruhi dalam pemberian ASI Eksklusif antara lain Jumlah anak. Pada ibu-ibu yang
mempunyai jumlah anak banyak, akan mempunyai waktu sedikit untuk memberikan anaknya
ASI eksklusif, karena harus berbagi waktu dengan anak lainnya, dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai anak sedikit. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni,
dkk. 2012 dengan judul “ Pengaruh Karakteristik Ibu dan Sosial Budaya Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Pekik Nyaring Kecamatan
Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah”. Hasil penelitian memperlihatkan tidak
terdapat hubungan antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif. Sebesar 4,2% ibu
multipara memberikan ASI eksklusif dan tidak ada ibu primipara yang memberikan ASI
eksklusif. Menurut asumsi peneliti pada ibu-ibu yang mempunyai jumlah anak banyak akan
mempunyai waktu sedikit untuk memberikan anaknya ASI eksklusif, karena harus berbagi
waktu dengan anak lainnya, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak hanya 1,
mereka bisa lebih fokus terhadap anaknya sehingga bayi bisa mendapat ASI secara
maksimal.
Berdasarkan hasil dari tabulasi data pada tabel 5.3. Dari 37 responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu Kecamatan Bulukumba Tahun 2017. Didapatkan
hasil bahwa responden yang berpendidikan rendah sebanyak 15 (40,5%), pendidikan
menengah sebanyak 14 (37,8%) sedangkan responden yang memiliki pendidikan tinggi
sebanyak 8 (21,6%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa responden
yang memiliki pendidikan dasar dan menyusui secara eksklusif sebanyak 7 responden (19%)
dan yang tidak menyusui secara eksklusif sebanyak 8 responden (22%). Responden yang
memiliki tingkat pendidikan (menengah dan tinggi) yang menyusui secara eksklusif
sebanyak 5 (13,5%) sedangkan yang tidak menyusui secara eksklusif sebanyak 17 responden
(22%).
Berdasarkan uji chi square antara variabel pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif.
Ada nilai expected count < dari 5, maka uji chi squere tidak terpenuhi, sehingga di lanjutkan
alternatif fisher, didapatkan hasil probabilitas (p) = 0,036 (p > 0,05) yang artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 13
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Wilayah Kerja Puskesmas


Caile Kecamatan Ujung
Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017.Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
maka pengetahuan secara signifikan akan memiliki pengetahuan yang baik. Menurut teori
menyatakan bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi akan merespon yang rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka
dapatkan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima hal baru
sehingga informasi lebih mudah diterima khususnya tentang ASI eksklusif (Dikutip dalam
Nurma, dkk. 2014).
Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Nurma dkk, 2014. Analisa tentang hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif didapatkan Hasil uji statistik
Chisquare diperoleh nilai p=0,615 > dari α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Berbeda dengan
penelitian Sugiarti pada tahun 2012 di Semarang yang menunjukkan ada hubungan antara
pendidikan dengan pemberian ASI ekslusif. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin baik pula motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya.Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor ibu, bayi dan
keluarga. Karakteristik ibu berupa usia, jumlah jam bekerja, tingkat pendidikan,
kesejahteraan dan paritas mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif.11 Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan angka pemberian ASI ( Nugraheni, 2012). Penelitian ini
juga sejalan yang dilakukan Nugraheni, 2012. Hasil penelitian memperlihatkan tidak terdapat
hubungan antara pendidikan terakhir dengan pemberian ASI eksklusif. Sebesar 3,4% ibu
dengan pendidikan rendah dan tidak sekolah memberikan ASI eksklusif sementara ibu
dengan pendidikan menengah dan tinggi tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Dalam
penelitian ini pemberian ASI eksklusif yang lebih tinggi pada ibu dengan pendidikan rendah
daripada pendidikan tinggi dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Meskipun tingkat pendidikan
mempengaruhi pengetahuan seseorang, pengetahuan tetap dapat diperoleh di luar pendidikan
formal. Penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif
dapat memberikan hasil yang berbeda tergantung kebudayaan. Kebudayaan memberikan
pengaruh yang besar terhadap sikap ibu dalam praktek pemberian ASI. Penelitian ini
menemukan terdapat kebiasaan membersihkan mulut bayi dengan air putih dan pemberian air
kelapa agar lendir di tenggorokan bayi dapat keluar sesaat setelah melahirkan. Namun.

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 14
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Penelitian ini tidak sejalan


yang dilakukan Ahmad
Atabik, 2013 dengan judul “ Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pamotan “. Didapatkan p = 0,001. Artinya ada
hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.
Asumsi peneliti mengatakan bahwa Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin
tinggi jumlah ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini mungkin disebabkan karena
ibu bependidikan tinggi biasanya mempunyai banyak kesibukan di luar rumah, sehingga
cenderung meninggalkan bayinya. Sedangkan ibu berpendidikan rendah lebih banyak tinggal
di rumah sehingga lebih banyak mempunyai waktu untuk menyusui bayinya. Pada penelitian
sebelumnya ada yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian
ASI eksklusif, disebabkan karena ibu yang mempunyai pendidikan menengah sampai tinggi
dapat menerima hal-hal baru dan dapat menerima perubahan guna memelihara kesehatan
khususnya tentang ASI eksklusif, mereka akan terdorong untuk ingin tahu, mencari informasi
yang didapat akan menambah pengetahuan serta akan diterapkan dalam kehidupannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa responden yang menyusui
secara eksklusif dan memiliki pekerjaan sebanyak 1 orang (2,7%) sedangkan yang tidak
bekerja sebanyak 11 orang (29,7%). Responden yang menyusui secara non eksklusif dan
memiliki pekerjaan 21 orang (56,7%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 4 orang
(10,8%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel pekerjaan dengan
variabel pemberian ASI eksklusif. Didapatkan hasil ada cell nilai expected count < 5
sehingga uji chi-squere tidak terpenuhi, maka dilanjutkan alternatif fisher, diperoleh
probabilitas (p) = <0,001 (p <0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kecamatan
Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017. Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh
Novia dan Iroma 2011. Hasil uji hubungan antara status pekerjaan ibu menyusui dengan
pemberian ASI Eksklusif dengan, dan p value = 0,004 < 0,05 berarti ada hubungan antara
status pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 6-10 bulan.
Berbeda dengan penelitian Nugraheni et.al, 2014 penelitian memperlihatkan tidak terdapat
hubungan antara jumlah jam bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. Sebesar 2,2% ibu
yang tidak bekerja memberikan ASI eksklusif sedangkan pada kelompok ibu yang bekerja
penuh waktu, tidak ada ibu yang memberikan ASI eksklusif.

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 15
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B Hal ini sesuai dengan


teori, ibu yang tidak bekerja
atau dikatakan sebagai ibu rumah tangga cenderung lebih sering menyusui, dibandingkan ibu
yang bekerja (Buruh, Pedagang, PNS, dll) lebih jarang menyusui atau sama sekali tidak
bersedia untuk menyusui karena kesibukan ibu tersebut. Bekerja bukan alasan untuk
menghentikan pemberlan ASI secara eeksklusif. Pengetahuan yang benar tentang menyusui,
dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara
eksklusif (dikutip, dalam Novia dan Iroma 2011).Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Isnaini, dkk 2012. Dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif Di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakukang Kota Makassar”. Dari hasil
analisa data, didapatkan p =0,317. Artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif. Asumsi peneliti menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja dapat
mengatur pola makan anak, sehingga anak mereka makan-makanan yang sehat dan bergizi.
Ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih banyak
dihabiskan bersama anak sehingga mampu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Dibandingkan ibu yang bekerja mempunyai keterbatasan waktu untuk menyusui secara
Eksklusif dikarenakan banyak kesibukan diluar yang harus mereka kerjakan, sehingga bayi
lebih banyak diberikan susu formula. Pada penelitian sebelumnya ada yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, disebabkan
karena diwilayah penelitian tersebut ibu yang bekerja tetap memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dengan cara memompa ASI-nya kedalam beberapa botol sebelum berangkat
kerja, sehingga bayi tetap mendapatkan ASI eksklusif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Caile Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Tahun 2017. Diharapkan
ibu lebih aktif mencari informasi tentang pentingnya memberi ASI eksklusif, guna
meningkatkan pengetahuan para ibu menyusui agar dapat menyusui anaknya secara
eksklusif. Selain itu ibu diharapkan dapat mengubah persepsi tentang pemberian makanan
tambahan saat bayi berusia sebelum 6 bulan itu tidak benar. Untuk ibu bekerja agar tetap bisa
memberi bayinya ASI secara eksklusif dengan cara yang benar. Ketika ibu sakit seharusnya
masih bisa memberikan bayinya ASI secara eksklusif.

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 16
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

B DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, A. (2012).
Inisiasi menyusu dini ASI eksklusif dan manajemen laktasi.
Trans Info Media: Jakarta.
Purwiyanti Evi, (2011). Studi tentang Keberhasilan Pemberian ASI pada Daerah
dengan Cakupan ASI eksklusif > 80%, Jurnal.
Widi Natia Rizki, (2013). ASI dan panduan ibu menyusui. Nuha Medika: Yogyakarta.
Atabik Ahmad, (2013). Faktor Ibu yang berhubungan dengan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pamotan. Jurnal.
Nugraheni Enny, et. Al, (2012). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Sosial Budaya
terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan di Desa Pekik Nyaring
Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah. Jurnal.
Barthos Basir, (2011). Manajemen sumber daya manusia. Suatu Pendektan Makro
Riskani Ria A., (2012). Keajaiban ASI. Dunia Sehat: Jakarta
Dharma Kelana Kusuma, (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Trans Info
Media: Jakarta.
Sunarsih Tri dan Dewi Lia Nanny Vivian, (2014) . Asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Salemba Medika: Jakarta.

Hasbullah, (2011). Dasar-Dasar ilmu pendidikan. Kelapa Gading Permai:


Jakarta.
Kurniadin Didin & Dr. Marchali Imam, (2016). Manajemen pendidikan konsep &
prinsip pengelolaan pendidikan. . AR-Ruzz Media: Yogyakarta.
Suprayogi Ogi, & Ishak Abdullah, (2013). Penelitian tindakan dalam pendidikan
nonformal. Raja Wali: Jakarta.
Kartika Mei Vera, (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin
Kabupaten Semarang. Jurnal.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Salemba Medika: Jakarta.
Sujareweni V. W, (2014). Metodologi penelitian keperawatan. Gava Media:
Yogyakarta.
Sugyono. (2012). Statistika untuk penelitian. ALFABETA: Bandung.
Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, Diakses tanggal 17 Januari 2017,
<http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf>
Syamsuddin, et al. (2015). Pedoman praktis metodologi penelitian. Wade Group: Ponorogo.
Setiadi, (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Saryono, (2011). Metodologi penelitian kesehatan. Mitra Cendikia: Yogyakarta

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 17
Volume 2, Nomor 1, April 2018

JL JURNAL LIFE BIRTH


ISSN: 2580-0574 ; e-ISSN:
p-

https://doi.org/10.37362/jlb.v2i1.259 Page 18

You might also like