Jurnal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG SUSU FORMULA DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN


DI DESA KANDANGAN KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR
TAHUN 2013

Noviana Tri Widowati1 – Kun Ika N, Eko Winarti2


1
Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik (D IV) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
2
Dosen Program Studi Bidan Pendidik (D IV) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

ABSTRACT

Background: Breast milk is the natural first food for babies, and should be given without
eating companion until the age of 6 months. But in fact, both in rural and urban is still
seemingly a tendency decreased breastfeeding, which is due to the tendency of people to
imitate something that is considered a modern coming and also caused by several factors
such as health and or health services (clinics and Hospital) has not been supportive of
exclusive breastfeeding.
Objective: The purpose of this study was to determine the relationship between perceptions of
infant formula with exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months in the Village District
Kandangan Srengat Blitar Year 2013.
Method: The design of this study is Analytical Correlational, respondents were selected by
using the total population by the number of respondents 34 mothers of infants aged 0-6
months in the Village District Kandangan Srengat Blitar. The method used data editing
processing, coding, and tabulating scoring. Data analyzed by using Chi-square test (χ2).
Result: The results showed that the respondents had the perception of infant formula is
agreed that almost half as many as 12 people with the percentage of 35.4% and exclusive
breastfeeding is largely not exclusively breast-fed as many as 21 people with a percentage of
61.8%. Based on the results of this research is that there is a relationship between the
perceptions of infant formula with exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months.
Conclusion: Researchers hope to further research may consider this study as a next research
especially related to exclusive breastfeeding.

Key words: perception, exclusive breastfeeding

PENGANTAR aman pada bayi ia merasa dimengerti,


ASI merupakan makanan alami pertama dipenuhi kebutuhannya (lapar), disayangi
untuk bayi dan harus diberikan tanpa makan dan dicintai.Lewat ASI bayi dan ibu sama-
pendamping sampai usia 6 bulan. ASI juga sama belajar mencintai dan merasakan
merupakan permulaan yang yang ideal untuk nikmatnya dicintai (Perinasia, 2004).
kehidupan seorang anak pada periode ketika Seiring dengan perkembangan zaman,
seorang anak masih menerima ASI, tetapi ia terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan
juga tetap membutuhkan makanan tambahan dan tehnologi yang demikian besar.
yang semakin meningkat, sebelum beralih ke Ironisnya, pengetahuan lama yang mendasar
makan sehari-hari (Rosidah, 2003). seperti menyusui justru kadang terlupakan.
Pemberian ASI bukanlah sekedar Menyusui adalah suatu pengetahuan yang
memberi makanan kepada bayi, ketika ibu selama berjuta-juta tahun mempunyai peran
mendekap bayi yang sedang disusukan, penting dalam mempertahankan kehidupan
pandang matanya tertuju kepada bayi manusia. Bagi ibu hal ini berarti kehilangan
dengan nuansa kasih sayang dan keinginan kepercayaan diri untuk dapat memberikan
untuk dapat memahami kebutuhan bayi. perawatan terbaik pada bayinya, dan bagi
Sikap ibu menimbulkan rasa nyaman dan bayi berarti bukan saja kehilangan sumber
makanan yang vital, tetapi juga kehilangan bayi sebesar 867.678 bayi (Dinkes jatim,
cara perawatan yang optimal (Roesli, 2006).
2002). Jumlah bayi di Desa Kandangan
Pemberian ASI tidak terlepas dari Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
tatanan budaya. Di dalam buku kehamilan, Tahun 2012 terdapat 65 bayi. Total jumlah
kelahiran, perawatan ibu dan bayi, dalam bayi yang berusia 0-6 bulan ada 34 bayi,
konteks budaya (Meutia F.Swasono, 1997) dari 34 bayi tersebut ada 20 bayi berusia 0-
dituturkan berbagai gambaran perilaku 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif serta
menyusui pada masyarakat yang diteliti. terdapat 14 bayi usia 0-6 bulan yang
Penuturan para antropolog yang mendapat susu formula. Demikian juga
melakukan penelitian dan menuliskan hasil survey yang dilakukan di Desa
hasilnya dalam buku ini mengungkap Kandangan Kecamatan Srengat bulan
adanya perhatian dan perlakuan khusus Desember 2012, ditemukan dari 10 bayi
terhadap ibu dalam masa kehamilannya, yang berusia 0-6 bulan hanya 4 (40%) bayi
saat persalinan dan pasca persalinan yang mendapatkan ASI eksklusif
(Prinasia, 2004). sedangkan yang 6 (60%) bayi tidak ASI
Sikap dan perilaku yang tampak pada ekslusif dalam arti sudah mendapatkan
kegiatan organisme tersebut dipengaruhi makanan tambahan dan susu formula. Dari
baik oleh faktor genetik (keturunan) dan 4 ibu yang tidak ASI eksklusif tersebut
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan diantaranya ada 3 ibu yang ternyata tidak
bahwa faktor genetik dan lingkungan ini dapat menjawab pertanyaan dengan benar
merupakan penentu dari sikap dan perilaku tentang ASI eksklusif dan menyatakan
makhluk hidup termasuk sikap dan lebih suka memberi bayinya susu formula.
perilaku manusia. Hereditas atau faktor Berdasarkan uraian di atas menunjukkan
keturunan adalah merupakan konsepsi bahwa masih rendahnya pemberian ASI
dasar atau modal untuk perkembangan eksklusif pada bayi yang berusia 0-6 bulan
sikap dan perilaku makhluk hidup itu di Desa Kandangan Kecamatan Srengat
untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan tahun 2012.
dalah merupakan kondisi atau merupakan Namun pada kenyataannya, baik di
lahan untuk perkembangan sikap dan desa maupun di kota masih telihat adanya
perilaku tersebut. tendensi penurunan pemberian ASI, yang
Menurut SDKI tahun 1997 dan terjadi karena adanya kecenderungan dari
2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui masyarakat untuk meniru sesuatu yang
bayinya, namun yang menyusui dalam 1 dianggapnya modern yang datang dan juga
jam pertama cenderung menurun dari 8% disebabkan oleh beberapa faktor
pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun diantaranya adalah petugas kesehatan dan
2002. Cakupan ASI eksklusif 4 bulan atau pelayanan kesehatan (klinik dan
sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 Rumah Sakit) belum mendukung terhadap
menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan pemberian ASI eksklusif ini. Pengetahuan
ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% ibu dan keluarga tentang manfaat ASI
tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun eksklusif masih terbatas, promosi produsen
2002. Sementara itu penggunaan susu susu formula sangat gencar dengan
formula justru meningkat lebih dari 3 kali berbagai cara, serta adanya pikiran negatif
lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 dari ibu menyusui yang ikut memberi
menjadi 32,5% pada tahun 2002 andil sehingga sangat rendahnya prosentasi
(Dep.Kes RI, 2004). Menurut Dinas ibu yang berhasil memberikan ASI secara
Kesehatan Jawa Timur jumlah bayi yang eksklusif (Kompas, 2007).
diberi ASI eksklusif tahun 2006 sebesar ASI merupakan zat yang sangat
278.601 (38,73 %) dengan jumlah bayi penting yang paling sempurna untuk bayi
719.332 bayi, sedangkan pada tahun 2005 dan tidak dapat digantikan dengan apapun,
jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif baik itu air, madu maupun susu formula
245.019 (27,71%), dengan seluruh jumlah meskipun yang paling mahal sekalipun.
Dan bila ASI itu tidak diberikan kepada termasuk jenis penelitian expost facto
bayi maka dapat memberikan dampak (mengungkap fakta). Berdasarkan tujuan
yang kurang baik terhadap bayi penelitian termasuk jenis penelitian
diantaranya bayi tidak mendapatkan analitik korelasi. Berdasarkan sumber data
kekebalan tubuh yang alami sehingga bayi termasuk jenis penelitian primer.
mudah terkena infeksi, mudah terkena Populasi dalam penelitian ini adalah
diare dan juga bayi dapat berakibat kurang seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6
mandapatkan nutrisi sehingga mengganggu bulan di Desa Kandangan Kecamatan
pertumbuhan dan perkembangannya dan Srengat Kabupaten Blitar sebanyak 34
bahkan berakibat gizi buruk (Perinasia, orang pada bulan Desember tahun 2012.
2004). Sampel dalam penelitian ini adalah
Salah satu upaya yang dilakukan untuk sebagian ibu yang memiliki bayi usia 0-6
mengatasi masalah di atas diantaranya bulan di Desa Kandangan Kecamatan
telah dilakukan sosialisasi tentang ASI Srengat Kabupaten Blitar sebanyak 34
eksklusif baik melalui penyuluhan di orang. Pada penelitian ini teknik
posyandu, di poliklinik maupun di Rumah pengambilan sampelnya menggunakan
Sakit. Dan sekarang ini adalah mulai total population yaitu anggota populasi
digalakkannya penanganan bayi baru lahir diambil secara keseluruhan tanpa
dengan penanganan Asuhan Persalinan memperhatikan strata yang ada dalam
Normal, dimana di dalamnya terdapat populasi untuk dijadikan sampel.
langkah yang disebut Inisiasi Menyusu Variabel dalam penelitian ini meliputi
Dini, yang mana hal ini akan sangat variabel bebas yaitu persepsi tentang susu
membantu terhadap proses pengeluaran formula. Sedangkan variabel tergantung
ASI yang pertama. adalah pemberian ASI eksklusif. Dalam
Berdasarkan fakta tentang rendahnya penelitian menggunakan instrumen berupa
prosentasi ibu yang berhasil memberikan kuesioner. Untuk mengumpulkan data
ASI secara eksklusif pada bayi usia 0-6 pemberian ASI eksklusif mengenai
bulan di Desa Kandangan Kecamatan persepsi tentang susu formula jenis
Srengat Kabupaten Blitar Tahun 2013 kuesioner yang digunakan adalah
menurut peneliti hal ini belum pernah kuesioner tertutup.
dilakukan penelitian dan apabila dilakukan Setelah skor persepsi dan pemberian
penelitian dapat membawa manfaat baik ASI eksklusif dihitung kemudian ditabulasi
bagi responden maupun bagi lembaga oleh selanjutnya untuk mengetahui hubungan
karena itu peneliti tertarik untuk antara variabel independent dan dependent
mengungkap tentang hubungan antara dilakukan uji dengan menggunakan
persepsi tentang susu formula dengan Contingency Coefficient atau Koefisien
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0- Kontingensi. Uji ini digunakan apabila
6 bulan di Desa Kandangan Kecamatan variabel yang dikorelasikan berbentuk
Srengat Kabupaten Blitar. kategori. Contingency Coefficient (KK)
sangat erat hubungannya dengan Chi-
2
Square (χ ) dan dihitung dengan tabel
BAHAN DAN CARA PENELITIAN kontingensi.
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan lingkup HASIL PENELITIAN DAN
penelitian termasuk jenis penelitian PEMBAHASAN
inferensial. Berdasarkan tempat penelitian
termasuk jenis penelitian lapangan. KARAKTERISTIK SUBJEK
Berdasarkan cara pengumpulan data Karakteristik subjek dalam penelitian
termasuk jenis penelitian observasional. ini meliputi usia, pekerjaan dan pendidikan
Berdasarkan waktu pengumpulan data responden.
termasuk jenis penelitian cross sectional.
Berdasarkan ada atau tidak ada perlakuan
1. Usia responden menengah yaitu sebanyak 25 orang dengan
Tabel 1 Distribusi frekuensi prosentase 73,5%.
usia responden
ANALISIS UNIVARIAT
No. Usia Frekuensi Prosentase Setelah pengambilan data, data di-
1. < 20 tahun 4 11,8 coding, diedit, di-tabulating dan dianalisis
2. 20-35 tahun 23 67,6 didapatkan hasil sebagai berikut:
3. > 35 tahun 7 20,6 1. Persepsi responden tentang susu
Jumlah 34 100 formula
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4 Distribusi frekuensi persepsi
Berdasarkan tabel 1 dapat
responden tentang susu formula
diinterpretasikan bahwa karakteristik
responden berdasarkan usia ibu bayi
No. Persepsi Frekuensi Prosentase
sebagian besar adalah usia 20-35 tahun
1. Sangat setuju 3 8,8
yaitu sebanyak 23 orang dengan prosentase 2. Setuju 12 35,4
67,6%. 3. Tidak dapat 6 17,6
menentukan
2. Pekerjaan responden pendapat
4. Tidak setuju 10 29,4
Tabel 2 Distribusi frekuensi 5. Sangat tidak 3 8,8
pekerjaan responden setuju
No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase Jumlah 34 100
1. Ibu Rumah Tangga 22 64,7 Sumber: Hasil analisis data
2. Petani 4 11,8
3. Swasta 3 8,8 Berdasarkan tabel 4 dapat
4. Wiraswasta 3 8,8 diinterpretasikan bahwa karakteristik
5. PNS 2 5,9
Jumlah 34 100 responden berdasarkan persepsi tentang
Sumber: Hasil analisis data susu formula hampir setengahnya adalah
setuju yaitu sebanyak 12 orang dengan
Berdasarkan tabel 2 dapat prosentase 35,4%.
diinterpretasikan bahwa karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan ibu bayi 2. Pemberian ASI Eksklusif
sebagian besar adalah ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 22 orang dengan prosentase Tabel 5 Distribusi frekuensi pemberian Asi
64,7%. Eksklusif
No. Pemberian ASI Frekuensi Prosentase
3. Pendidikan responden 1. Tidak diberi ASI 21 61,8
Tabel 3 Distribusi frekuensi eksklusif
2. Diberi ASI 13 38,2
pendidikan responden eksklusif
Jumlah 34 100
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase Sumber: Hasil analisis data
1. Tidak Sekolah 0 0
2. Sekolah Dasar 8 23,5 Berdasarkan tabel 5 dapat
3. Menengah 25 73,5
diinterpretasikan bahwa karakteristik
4. Perguruan Tinggi 1 3
Jumlah 34 100
responden berdasarkan pemberian ASI
Sumber: Hasil analisis data eksklusif sebagian besar adalah tidak
diberi ASI eksklusif yaitu sebanyak 21
Berdasarkan tabel 3 dapat orang dengan prosentase 61,8%.
diinterpretasikan bahwa karakteristik
responden berdasarkan pendidikan ibu bayi
sebagian besar adalah pendidikan
Tabel 6 Tabulasi Silang hubungan antara persepsi tentang susu formula
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa
Kandangan Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar Tahun 2013
Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi
No. Persepsi Susu Formula Tidak diberi Diberi
∑ %
∑ % ∑ %
1. Sangat setuju 3 14,2 0 0 3 8,8
2. Setuju 12 57,2 0 0 12 35,3
3. Tidak dapat menentukan 6 28,6 0 0 6 17,7
pendapat
4. Tidak setuju 0 0 10 76,9 10 29,4
5. Sangat tidak setuju 0 0 3 23,1 3 8,8
Jumlah 21 100 13 100 34 100
P : 0,044 α : 0,05
Sumber: Hasil Analisis Data

tidak sama, maka dalam mempersepsikan


ANALISIS BIVARIAT stimulus, hasil dari persepsi mungkin dapat
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan berbeda satu dengan yang lain karena
bahwa responden yang bayinya diberi ASI sifatnya yang sangat subjektif (Roger,
eksklusif hampir seluruhnya adalah tidak 1965). Seiring dengan perkembangan
setuju dengan susu formula yaitu sebanyak zaman, terjadi pula peningkatan ilmu
10 responden (76,9%). Berdasarkan pengetahuan dan tehnologi yang demikian
penghitungan data pada tabel 5.6 di atas besar. Ironisnya, pengetahuan lama yang
dengan sistem komputerisasi dengan uji mendasar seperti menyusui justru kadang
Chi Square dan taraf signifikasi (α) 0,05 terlupakan. Padahal kehilangan
didapatkan nilai P (0,044) < α (0,05) maka pengetahuan tentang menyusui berarti
artinya ada hubungan antara persepsi kehilangan besar, karena menyusui adalah
tentang susu formula dengan pemberian suatu pengetahuan yang selama berjuta-
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di juta tahun mempunyai peran penting dalam
Desa Kandangan Kecamatan Srengat mempertahankan kehidupan manusia. Bagi
Kabupaten Blitar Tahun 2013. ibu hal ini berarti kehilangan kepercayaan
diri untuk dapat memberikan perawatan
PEMBAHASAN terbaik pada bayinya, dan bagi bayi berarti
bukan saja kehilangan sumber makanan
1. Persepsi tentang susu formula pada yang vital, tetapi juga kehilangan cara
bayi usia 0-6 bulan perawatan yang optimal (Roesli, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang Berdasarkan teori diatas, peneliti
tercantum pada tabel 4 dapat diketahui beropini bahwa pemberian ASI eksklusif
bahwa dari 34 responden di Desa pada bayi usia 0-6 bulan mengalami
Kandangan Kecamatan Srengat Kabupaten penurunan karena seiring dengan
Blitar Tahun 2013 hampir setengahnya perkembangan zaman yang banyak
adalah setuju yaitu sebanyak 12 orang memproduksi susu formula. Susu formula
dengan prosentase 35,4%. tersebut dikemas dalam kemasan yang
Persepsi adalah pengalaman tentang praktis dan menarik serta dicantumkan
objek, peristiwa atau hubungan yang juga kadar nutrisi yang hampir sama
diperoleh dengan mengumpulkan dengan kandungan ASI, sehingga banyak
informasi dan menafsirkan Persepsi itu masyarakat yang lebih memilih memberi
bersifat individual, karena persepsi bayinya dengan susu formula daripada
merupakan aktivitas yang terintegrasi memberi ASI eksklusif. Pada
dalam individu, maka persepsi dapat kenyataannnya ibu bayi di Desa
dikemukakan karena perasaan dan Kandangan Kecamatan Srengat Kabupaten
kemampuan berfikir. Pengalaman individu Blitar tahun 2013 hampir setengahnya
setuju dengan pemberian susu formula responden yang bayinya diberi ASI
pada bayi usia 0-6 bulan. eksklusif hampir seluruhnya adalah tidak
setuju dengan susu formula yaitu sebanyak
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi 10 responden (76,9%).
usia 0-6 bulan Persepsi adalah pengalaman tentang
Berdasarkan hasil penelitian yang objek, peristiwa atau hubungan yang
tercantum pada tabel 5 dapat diketahui diperoleh dengan mengumpulkan
bahwa dari 34 responden di Desa informasi dan menafsirkan Persepsi itu
Kandangan Kecamatan Srengat Kabupaten bersifat individual, karena persepsi
Blitar tahun 2013 sebagian besar adalah merupakan aktivitas yang terintegrasi
tidak diberi ASI eksklusif yaitu sebanyak dalam individu, maka persepsi dapat
21 orang dengan prosentase 61,8%. dikemukakan karena perasaan dan
ASI merupakan makanan alami kemampuan berfikir. Pengalaman individu
pertama untuk bayi dan harus diberikan tidak sama, maka dalam mempersepsikan
tanpa makan pendamping sampai usia 6 stimulus, hasil dari persepsi mungkin dapat
bulan. ASI juga merupakan permulaan berbeda satu dengan yang lain karena
yang yang ideal untuk kehidupan seorang sifatnya yang sangat subjektif (Roger,
anak pada periode ketika seorang anak 1965).
masih menerima ASI, tetapi ia juga tetap ASI merupakan makanan alami
membutuhkan makanan tambahan yang pertama untuk bayi dan harus diberikan
semakin meningkat, sebelum beralih ke tanpa makan pendamping sampai usia 6
makan sehari-hari (Rosidah, 2003). bulan. ASI juga merupakan permulaan
Pemberian ASI bukanlah sekedar memberi yang yang ideal untuk kehidupan seorang
makanan kepada bayi, ketika ibu anak pada periode ketika seorang anak
mendekap bayi yang sedang disusukan, masih menerima ASI, tetapi ia juga tetap
pandang matanya tertuju kepada bayi membutuhkan makanan tambahan yang
dengan nuansa kasih sayang dan keinginan semakin meningkat, sebelum beralih ke
untuk dapat memahami kebutuhan bayi. makan sehari-hari (Rosidah, 2003).
Sikap ibu menimbulkan rasa nyaman dan Pemberian ASI bukanlah sekedar
aman pada bayi ia merasa dimengerti, memberi makanan kepada bayi, ketika ibu
dipenuhi kebutuhannya (lapar), disayangi mendekap bayi yang sedang disusukan,
dan dicintai. Lewat ASI bayi dan ibu sama- pandang matanya tertuju kepada bayi
sama belajar mencintai dan merasakan dengan nuansa kasih sayang dan keinginan
nikmatnya dicintai (Perinasia, 2004). untuk dapat memahami kebutuhan bayi.
Berdasarkan teori diatas, peneliti Sikap ibu menimbulkan rasa nyaman dan
beropini bahwa pada dasarnya ASI aman pada bayi ia merasa dimengerti,
merupakan makanan yang ideal bagi bayi. dipenuhi kebutuhannya (lapar), disayangi
Kandungan dalam ASI sudah lengkap bagi dan dicintai.Lewat ASI bayi dan ibu sama-
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI sama belajar mencintai dan merasakan
sangat dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan nikmatnya dicintai (Perinasia, 2004).
tanpa ada makanan pendamping lain. Pada Seiring dengan perkembangan zaman,
kenyataannnya ibu bayi di Desa terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan
Kandangan Kecamatan Srengat Kabupaten dan tehnologi yang demikian besar.
Blitar tahun 2013 sebagian besar adalah Ironisnya, pengetahuan lama yang
tidak diberi ASI eksklusif. mendasar seperti menyusui justru kadang
terlupakan. Padahal kehilangan
3. Hubungan antara persepsi tentang susu pengetahuan tentang menyusui berarti
formula dengan pemberian ASI kehilangan besar, karena menyusui adalah
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan suatu pengetahuan yang selama berjuta-
juta tahun mempunyai peran penting dalam
Mengacu pada hasil penelitian yang mempertahankan kehidupan manusia. Bagi
telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ibu hal ini berarti kehilangan kepercayaan
diri untuk dapat memberikan perawatan hendaknya lebih banyak mengadakan
terbaik pada bayinya, dan bagi bayi berarti penyuluhan, membagikan leaflet atau
bukan saja kehilangan sumber makanan selebaran, menempel poster mengenai
yang vital, tetapi juga kehilangan cara kebutuhan bayi dan asupan nutrisi yang
perawatan yang optimal (Roesli, 2002). seharusnya dibutuhkan oleh bayi serta
Berdasarkan teori di atas, peneliti beropini bahaya pemberian susu formula.
bahwa jelas hubungan antara persepsi
tentang susu formula dengan pemberian 2. Bagi institusi pendidikan
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Hal Hasil penelitian ini diharapkan dapat
tersebut berlaku juga pada ibu bayi di Desa disajikan sebagai tambahan referensi dan
Kandangan Kecamatan Srengat Kabupaten informasi untuk pengembangan koleksi
Blitar Tahun 2013. Setelah dilakukan pustaka sehingga menambah wawasan bagi
analisa data dengan sistem komputerisasi mahasiswa. Selain itu dengan hasil
dengan uji Chi Square dan taraf signifikasi penelitian ini diharapkan dapat
(α) 0,05 didapatkan nilai P (0,044) < α mengungkapkan lebih banyak
(0,05) maka artinya ada hubungan antara permasalahan dan memberikan
persepsi tentang susu formula dengan pencegahan yang berguna bagi banyak
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0- pihak serta diharapkan institusi lebih
6 bulan di Desa Kandangan Kecamatan banyak menyediakan referensi tentang
Srengat Kabupaten Blitar Tahun 2013. bayi, nutrisi bayi, susu formula, ASI dan
metode penelitian, sehingga dapat
mempermudah pada penelitian selanjutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Bagi peneliti selanjutnya
A. Kesimpulan Peneliti selanjutnya diharapkan lebih
mendapat referensi lain dan memperkaya
1. Persepsi tentang susu formula di Desa wawasan sehingga penelitian ini bisa
Kandangan Kecamatan Srengat dikembangkan lagi dan bisa menjadi
Kabupaten Blitar Tahun 2013 hampir sebuah karya yang bisa dijadikan
setengahnya adalah setuju. sumbangan bagi ilmu pengetahuan.
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di Desa Kandangan 4. Bagi Masyarakat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar Diharapkan kepada semua masyarakat
Tahun 2013 sebagian besar adalah untuk selalu mencari informasi tentang
tidak diberi ASI eksklusif. susu formula, ASI dan nutrisi yang
3. Berdasarkan uji Chi Square yang dibutuhkan oleh bayi. Hal ini dimaksudkan
menganalisa hubungan antara persepsi agar menambah pengetahuan bagi
tentang susu formula dengan masyarakat sehingga komplikasi dan
pemberian ASI eksklusif pada bayi kematian akibat pemberian susu formula
usia 0-6 bulan menunjukkan bahwa ada dapat berkurang.
hubungan antara persepsi tentang susu
formula dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di KEPUSTAKAAN
Desa Kandangan Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar Tahun 2013. 1. Arikunto, S. 2002. “Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”.
B. Saran Jakarta Rineka Cipta.

1. Bagi Tenaga Kesehatan 2. Ghozali, I. 2003. “Aplikasi Analisis


Bagi tenaga kesehatan yaitu tenaga Multivariate dengan Program SPSS”.
kesehatan di Desa Kandangan Kecamatan Universitas Diponegoo : Rineka Cipta.
Srengat Kabupaten Blitar khususnya
3. Hamit. 2000. Buku Riset Keperawatan, 16. Suradi, Rulina. 1994. Melindungi,
Jakarta, Widya Medika. Meningkatkan Dan Mendukung
Menyusui. Jakarta: Organisasi
4. Martiningsih dan Winarni. 2003. Kesehatan Sedunia (WHO).
Hubungan Pengetahuan Lingkungan,
Budaya, Ibu Menyusui Terhadap 17. Walgito, Bimo. 2004. Pengantar
Persepsi Tentang Pemberian ASI Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi
Eksklusif di Wilayah Puskesmas Yogyakarta
Nglegok Blitar. Jurnal Kesehatan. Vol
1, No. 1, November 2003. 18. Widayatun, Tri Rusmi. (1999). Ilmu
Perilaku. Sagung Seto.
5. Notoadmodjo, Soekidjo. 2002.
Metodologi Pendidikan Kesehatan 19. Widjaja. 2002. Gizi Tepat Untuk
Jakarta: Rineka Cipta. Perkembangan Otak Dan Kesehatan
Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
6. Notoatmodjo, S. 2002. Pendidikan dan
Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rhinneka 20. Wiryo, Hananto. 2002. Peningkatan
Cipta. Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil Dan
Menyusui Dengan Bahan Makanan
7. Nursalam, 2003. Pendekatan Praktis Lokal. Jakarta: Sagung Seto.
Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta
: Sagung Seto.

8. Roesli, Utami. 2004. Mengenal ASI


Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

9. Rosita, Syarifah. 2008. ASI Untuk


Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana
Mangunnegara.

10. Rosidah, D. 2003. Makanan Untuk


Anak Menyusui. Jakarta : EGC

11. Sanyoto, Dien. 1990. Dibalik


Kontroversi ASI – Susu Formula.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

12. Soetjiningsih. 1997. ASI: Petunujuk


Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
EGC.

13. Suharyono, Suradi, dkk. 1989. Air Susu


Ibui Tinjauan Dari Beberapa Aspek.
Jakarta: FKUI.

14. Supariasa.I.D (2002) Penelitian Status


Gizi Buku kedokteran, Jakarta, EGC.

15. Suradi, Boedihardjo, dkk. 2007.


Manajemen Laktasi. Jakarta:
Perkumpulan Perinatologi Indonesia
(Perinasia).

You might also like