Hubungan Perspektif Sosial Budaya Dengan Pemberian Asi Eksklusif

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF

LITERATURE REVIEW

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan Strata I
Keperawatan di Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :
DEVIA PUTRI RATNA SARI
NIM : 16142014256022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN


ASI EKSKLUSIF

LITERATURE REVIEW

Disusun oleh :

DEVIA PUTRI RATNA SARI


NIM : 16142014256022

Pembimbing:

1. Pembimbing I : Siti Haniyah, S.Kep., Ns., M.Kep ........................

2. Pembimbing II : Tin Utami, SST., S.Kep., Ns., M.Kes ........................

Mengesahkan
Ka.Prodi Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 106711090683
LITERATURE REVIEW HUBUNGAN PERSPEKTIF SOSIAL
BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Devia Putri Ratna Sari 1),


1
Mahasiswa Keperawatan S1, Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
email: [email protected]
Siti Haniyah 2)
2
Dosen Keperawatan S1, Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
email: [email protected]
Tin Utami 3)
3
Dosen Profesi Ners, Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
email: [email protected]

ABSTRACT

Myths or beliefs are obstacles to normal breastfeeding, including the assumption that
colostrum is not good and even dangerous for babies, babies need tea or other fluids before
breastfeeding. Babies do not get enough food or fluids if only given colostrum or breast milk,
some mothers believe that babies need lots of food and fluids for their growth.
This study used a Secondary Research Methodology in the form of a Literature Review
with a Primary Source. The data collection process uses data extraction methods with the PICO
approach (Population, Intervention, Compare, Outcame). Based on the results of this literature
review, it can be improved in the future related to exclusive breastfeeding at home, there is a
downward trend in the first month due to various reasons such as reasons often put forward by
mothers are insufficient breast milk production and children often fussy because of hunger or
thirst. So that mothers prefer to provide food other than breast milk so that the baby is not fussy.
Meanwhile, the mother who lives with the grandmother has given early MP ASI to the baby.
Keyword: Cultural perspective, exclusive breastfeeding

ABSTRAK

Mitos-mitos ataupun kepercayaan adalah hambatan untuk tindakan menyusui yang


normal, diantaranya beranggapan bahwa kolostrum itu tidak baik bahkan bahaya untuk bayi, bayi
membutuhkan teh atau cairan lain sebelum menyusui. Bayi tidak mendapatkan cukup makanan
atau cairan jika hanya diberi kolostrum atau ASI, sebagian ibu percaya bahwa bayi membutuhkan
banyak makanan dan cairan untuk pertumbuhannya.
Penelitian ini menggunakan Secondary Research Methodology berupa Literature Review
dengan Primary Source. Proses pengumpulan data menggunakan metode ekstraksi data dengan
pendekatan PICO (Population, Intervention, Compare, Outcame). Berdasarkan hasil literature
review ini adalah kedepannya dapat ditingkatkan terkait dengan pemberian ASI Ekslusif saat di
rumah terdapat kecenderungan menurun pada bulan pertama dikarenakan berbagai alasan seperti
alasan yang sering dikemukakan oleh ibu adalah produksi ASI tidak cukup dan anak sering rewel
karena lapar atau haus. Sehingga ibu lebih memilih memberikan makanan selain ASI agar bayinya
tidak rewel. Sedangkan ibu yang tinggal serumah dengan nenek sudah memberikan MP ASI dini
pada bayi. Hasil penelitian dari penelusuran 10 jurnal diketahui bahwa terdapat hubungan
perspektif sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif.
Kata kunci: Perspektif budaya, ASI Eksklusif
PENDAHULUAN mengurangi risiko kematian pada
Air Susu Susu Ibu (ASI) bayi (Rudi Haryono, 2014).
eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Menurut Fajar et al. (2018)
Nomor 33 Tahun 2012 tentang menjelaskan bahwa penyebab
Pemberian ASI adalah ASI yang
kegagalan praktek ASI eksklusif
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
bermacam-macam, seperti pemberian
selama enam bulan, tanpa
menambahkan atau mengganti dengan makanan prelakteal, ibu harus
makanan atau minuman lain (kecuali bekerja, bayi sakit, faktor kelelahan
obat, vitamin, dan mineral). Pada tahun atau kurang percaya diri dari ibunya.
2018, secara nasional cakupan bayi yang Faktor pengetahuan ibu yang
mendapat ASI eksklusif yaitu sebesar mempengaruhi keberhasilan ASI
68,74% (Kementerian Kesehatan eksklusif, tetapi juga berbagai faktor
Republik Indonesia, 2019). Persentase sosial budaya di masyarakat yang
tertinggi cakupan pemberian ASI mempengaruhi keberhasilan ASI
eksklusif terdapat pada Provinsi Jawa eksklusif seperti memberikan
Barat (90,79%), sedangkan persentase
makanan tambahan sebelum bayi
terendah terdapat di Provinsi Gorontalo
berusia kurang dari 6 bulan. Hasil
(30,71%). Sebanyak enam provinsi
belum mencapai target Renstra tahun Penelitian Noer (2011) dalam Sari
2018. Di Jawa Tengah persentase (2017) mengungkapkan bahwa upaya
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 praktik pemberian ASI saat di rumah
bulan pada tahun 2017 yaitu sebesar ada kecenderungan menurun di bulan
54,4 persen, sedikit meningkat jika pertama. Alasan yang sering
dibandingkan persentase pemberian ASI dikemukakan ibu adalah produksi
eksklusif tahun 2016 yaitu 54,2 persen, ASI tidak cukup dan anak sering
tetapi pada tahun 2018 menurun menjadi rewel karena lapar atau haus.
45, 21% (Kementerian Kesehatan
Sehingga ibu lebih memilih
Republik Indonesia, 2019).
memberikan makanan selain ASI
Air Susu Ibu merupakan
agar bayinya tidak rewel. Ibu yang
makanan terbaik untuk bayi karena
tinggal serumah dengan nenek sudah
mengandung sel darah putih, protein
memberikan MPASI dini pada bayi.
dan zat kekebalan yang cocok untuk
Ibu lainnya yang tidak tinggal
bayi, serta membantu pertumbuhan
serumah dengan saudara atau nenek
dan perkembangan anak secara
juga mendapat saran dari keluarga
optimal serta melindungi terhadap
dan teman seperti bayi klomat-
penyakit. ASI diberikan pada bayi
klamet (memainkan lidah) atau rewel
karena terdapat kolostrum yang kaya
berarti tanda bayi harus diberi
akan antibodi karena mengandung
tambahan susu formula atau
protein untuk daya tahan tubuh dan
makanan.
bermanfaat untuk mematikan kuman
Sari (2017) yang menyatakan
dalam jumlah tinggi sehingga
bahwa faktor-faktor yang
pemberian ASI eksklusif dapat
sarimempengaruhi ketidakberhasilan makan- makanan tertentu seperti
ASI eksklusif salah satunya adalah ikan, cumi, gurita, adanya
budaya di masyarakat, yaitu kepercayaan bila hamil, harus
diberikannya air putih dengan alasan berhenti menyusui (Setyaningsih &
air susu ibu kurang dan di takutkan Farapti, 2018).
bayi haus. Hasil analisis univariat Menurut Hatta (2007) dalam
faktor budaya mendukung berjumlah Sari (2017) mitos-mitos ataupun
46 dan keberhasilan ASI eksklusif kepercayaan adalah hambatan untuk
sebanyak 38, uji chi-square di tindakan menyusui yang normal,
dapatkan nilai p-value 0.014 <á diantaranya beranggapan bahwa
(0.05) sehingga dapat di simpulkan kolostrum itu tidak baik bahkan
bahwa ada hubungan antara faktor bahaya untuk bayi, bayi
budaya dengan keberhasilan ASI membutuhkan teh atau cairan lain
eksklusif. sebelum menyusui. Bayi tidak
Penelitian yang dilakukan mendapatkan cukup makanan atau
Rhokliana, et.al. (2011) dalam cairan jika hanya diberi kolostrum
Setyaningsih dan Farapti (2018) atau ASI, sebagian ibu percaya
mengatakan adanya hubungan antara bahwa bayi membutuhkan banyak
sosial budaya masyarakat dengan makanan dan cairan untuk
keberhasilan ibu dalam menyusui pertumbuhannya, sehingga seorang
bayinya. Sosial budaya di dalam ibu akan berusaha memberikan
masyarakat memunculkan beberapa makanan selain ASI untuk
kebiasaan serta kepercayaan yang mencukupi kebutuhan tersebut.
mempengaruhi perilaku masyarakat
tersebut. Kebiasaan tersebut METODE
diantaranya adalah memberikan Desain penelitiannya adalah
makanan/minuman setelah bayi lahir deskriptif dengan jenis penelitian studi
literatur review yang mencoba menggali
seperti madu, air kelapa, nasi papah
informasi mengenai Hubungan
(Nasi yang dihaluskan), pisang, dan
Perspektif Sosial Budaya dengan
memberikan susu formula sejak dini, Pemberian ASI Eksklusif. Proses
orang tua dan keluarga juga petugas pemilihan artikel ditentukan sesuai
kesehatan masih menyediakan dan dengan kriteria inklusi. Jurnal yang
menganjurkan pemberian susu digunakan dalam penelitian ini
formula. Serta kepercayaan tersebut didapatkan dari Google, dan Google
antara lain memberikan madu/air scholar berjumlah 10 jurnal. Kemudian
yang manis setelah bayi lahir, karena literature dibatasi dengan jurnal terbitan
salah satu cara/ajaran dalam agama, tahun 2015-2020 dan jurnal artikel.
memberikan ASI dapat merusak Jurnal yang relevan dengan penelitian
maka akan ditinjau dengan pendekatan
bentuk payudara ibu, adanya
PICO (Population, Intervention,
pantangan untuk ibu menyusui bila
Compare, Outcome).
tenaga kesehatan terbukti berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap perilaku ibu dalam
Gambaran Umum Hasil Penelitian memberikan ASI (Soetjiningsih, 2012).
Hasil tinjauan literatur sistematis Sosial budaya menjadi faktor yang
dari beberapa jurnal menemukan bahwa berperan dalam membentuk pola pikir
sampai saat ini faktor pengetahuan ibu masyasrakat. Ludin (2009), menyatakan
yang mempengaruhi keberhasilan ASI keputusan ibu dalam menyusui bayinya
eksklusif, tetapi juga berbagai faktor dipengaruhi oleh budaya yang dianut.
sosial budaya di masyarakat yang Menurut (Fitri Debby Sitohang,
mempengaruhi keberhasilan ASI Irawaty A. Kahar, 2019) peningkatan
eksklusif seperti memberikan makanan pemberian ASI Eksklusif melalui sosial
tambahan sebelum bayi berusia kurang budaya dapat dimulai dengan
dari 6 bulan. Sosial budaya di dalam memperbaiki budaya yang salah dalam
masyarakat memunculkan beberapa memberikan nutrisi pada bayi usia 0-6
kebiasaan serta kepercayaan yang bulan, yakni perlunya dukungan
mempengaruhi perilaku masyarakat keluarga baik suami, orang tua/mertua,
tersebut. Kebiasaan yang ada dukun, dan masyarakat lainnya agar ibu
dimasyarakat terkait dengan pemberian memberikan ASI secara Eksklusi pada
ASI diantaranya adalah memberikan bayinya sampai usia 6 bulan. Petugas
makanan/minuman setelah bayi lahir kesehatan hendaknya dapat menggali
seperti madu, air kelapa, nasi papah adanya sosial budaya yaitu kebiasaan
(Nasi yang dihaluskan), pisang, dan dan kepercayaan yang ada dalam
memberikan susu formula sejak dini, masyarakat tersebut melalui pendekatan
orang tua dan keluarga juga petugas kepada tokoh agama, tokoh masyarakat,
kesehatan masih menyediakan dan dukun bersalin, dan masyarakat lainnya
menganjurkan pemberian susu formula. sehingga dapat membantu terlaksananya
Menyusui merupakan perilaku pemberian ASI secara Eksklusi pada
kesehatan multi dimensional yang bayi.
dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai Penelitian yang dilakukan
faktor demografi, biologi, psikologi, dan Rhokliana, et.al. (2011), diketahui
sosial budaya. Berbagai faktor inilah adanya hubungan antara sosial budaya
yang bersifat modificable dan masyarakat dengan keberhasilan ibu
unmodificable sehingga banyak literatur dalam menyusui bayinya. Sosial budaya
yang menampilkan hubungan kausal di dalam masyarakat memunculkan
antara beberapa faktor terhadap beberapa tradisi serta kepercayaan yang
keberhasilan ibu dalam memberikan ASI mempengaruhi perilaku masyarakat
ekslusif dan beberapa faktor lainnya tersebut. Kepercayaan yang ada dalam
yang menampilkan hasil yang keluarga membuat ibu mengikutinya
inkonsisten terhadap keberhasilan ibu meskipun sudah banyak informasi yang
dalam memberikan ASI eksklusif. diperoleh dari tenaga kesehatan.
Beberapa hal dapat Kepercayaan yang berkembang di dalam
memengaruhi proses menyusui pada ibu masyarakat tentang menyusui bayi dapat
ke bayinya seperti pengetahuan, sosial membuat bentuk payudara berubah,
budaya, psikologi, fisik, perilaku dan menjadi salah satu penyebab paling
signifikan tidak berhasilnya pemberian tergantung tiap masyarakat. Hal ini
ASI secara eksklusif. menunjukkan bahwa seharusnya
Menurut Mc Knight, Kacmar, dan kebijakan kesehatan masyarakat di
Choudry Zainuddin (2013) keyakinan seluruh dunia harus mempertimbangkan
dan praktek spiritual individu dan mempelajari budaya masyarakat
dihubungkan dengan semua aspek untuk mencipkaan kondisi yang
kehidupan individu. Kepercayaan atau mendukung terhadap praktik pemberian
keyakinan adalah kemauan seseorang ASI.
untuk bertumpu pada orang lain dimana Tradisi dan kepercayaan
kita memiliki keyakinan padanya. berkembang sebagai sesuatu yang akan
Kepercayaan merupakan kondisi mental menggiring perilaku masyarakat untuk
yang didasarkan oleh situasi seseorang melakukan hal sesuai dengan tradisi dan
dan konteks sosialnya. Ketika seseorang kepercayaan yang ada di lingkungan
mengambil keputusan, ia akan lebih mereka. Seperti menurut Hatta (2010)
memilih keputusan berdasarkan pilihan dalam Setyaningsih dan Farapti (2018),
dari orang yang lebih dapat ia percaya mitos-mitos ataupun kepercayaan adalah
daripada yang kurang dipercayai. hal yang menghambat tindakan
Ibu-ibu yang percaya dan menyakini menyususi yang normal, beberapa mitos
bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh yang sering ada yaitu kolostrum yang
ibu yang melahirkan seorang bayi dalam terdapat dalam ASI tidak bagus dan
suatu proses yang secara logika ilmiah berbahaya untuk bayi, teh khusus atau
hanya dapat diyakini dan dipercaya cairan dibutuhkan bayi sebelum
bahwa memang sudah diatur oleh yang menyusu, dan bayi akan mengalami
maha kuasa, merupakan standar kekurangan nutrisi untuk
keyakinan yang penting dimiliki oleh pertumbuhannya apabila hanya
setiap ibu untuk dapat memberikan ASI diberikan ASI saja. Dari beberapa
secara baik dan benar kepada bayinya. kepercayaan tersebut tentu seorang ibu
Akumulasi dari aspek pengetahuan, nilai akan memberikan beberapa makanan
atau norma, serta keyakinan atau tambahan lain selain ASI untuk
kepercayaan tentang ASI akan memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
berkontribusi membentuk prilaku dalam bayinya. Pemberian ASI eksklusif tidak
bentuk tindakan atau praktek pemberian hanya dipengaruhi dari kerakteristik
ASI kepada bayi (Kurniawan, 2013). faktor internal ibu namun dipengaruhi
Setyaningsih (2018) juga oleh faktor eksternal. Salah satunya
berpendapat kepercayaan dan tradisi adalah sosial budaya yang dapat
yang ada secara langsung maupun tidak mempengaruhi ibu dalam hal yang
langsung kurang mendukung terhadap berkaitan dengan keberhasilan ibu
pelaksanaan ASI eksklusif. Ada menyusui secara eksklusif.
berbagai macam keyakinan budaya Menurut Suryaningsih (2016)
terkait menyusui, ada beberapa hubungan pandangan budaya dan
keyakinan yang mendukung namun ada kepercayaan dalam menyusui dengan
juga yang tidak mendukung. Standar motivasi ibu dalam pemberian ASI
budaya dan sosial yang ada di Eksklusif. Hasil penelitian adalah
masyarakat berbeda-beda antar setiap sebagian responden mempunyai
pandangan budaya dan kepercayaan ketidaknyamanan, dan nyeri merupakan
yang kurang baik dalam menyusui, kondisi psikis yang sering ditemukan
sebagian responden mempunyai setelah persalinan khususnya persalinan
motivasi yang kurang dalam pemberian dengan operasi caesar. Ibu yang bersalin
ASI Eksklusif, nilai p value 0,041 normal (pervagina) lebih cepat
terdapat hubungan antara pandangan melakukan mobilisasi dini post partum
budaya dan kepercayaan dalam sehingga dapat memungkinkan ibu
menyusui dengan motivasi ibu dalam untuk merawat bayinya sendiri
pemberian ASI eksklusif. khususnya dalam menyusui (Warsini,
Hidayati (2013) juga menjelaskan 2015). Hasil ini menyatakan bahwa
permasalahan utama dalam pemberian pengetahuan atau kognitif merupakan
ASI eksklusif adalah sosial budaya yaitu domain yang sangat penting dalam
berupa kebiasaan dan kepercayaan membentuk tindakan seseorang. Dari
seseorang dalam pemberian ASI pengalaman dan penelitian terbukti
eksklusif. Kebiasaan ibu yang tidak bahwa perilaku yang didasari
mendukung pemberian ASI adalah pengetahuan lebih langgeng daripada
kebiasaan memberikan susu formula perilaku yang tidak disadari
sebagai pengganti ASI apabila bayi pengetahuan. Wanjohi (2017) juga
ditinggal ibunya atau bayinya rewel dan melakukan penelitian yang sama tentang
kebiasaan memberikan makanan padat/ Sociocultural factors influencing
sereal pada bayi sebelum usia 6 bulan breastfeeding practices in two slums in
agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel Nairobi, Kenya. Penelitian tersebut
sedangkan kepercayaan ibu yang tidak menjelaskan bahwa tindakan yang dapat
mendukung pemberian ASI adalah meningkatkan promosi kesehatan untuk
adanya kepercayaan minum wejah perubahan perilaku dan praktik
(sejenis minuman dari daun daunan menyusui. Sedangkan dalam
tertentu) dengan keyakinan bahwa ASI memberikan dukungan positif pada ibu
akan lebih banyak keluar. Kusuma Estu dalam menyusui perlu melibatkan
Werdani (2019) menjelaskan bahwa pasangan atau anggota keluarga lain
hasil penelitian menunjukkan ada karena mereka merupakan sumber
hubungan antara keyakinan diri ibu informasi penting bagi ibu dalam
dengan keeratan hubungan lemah dan aktivitas menyusui.
pandangan masyarakat ibu dengan
keeeratan hubungan lemah dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu muda DAFTAR PUSTAKA
di Kabupaten Boyolali.
Pemberian ASI secara eksklusif oleh
beberapa hal, salah satunya tingkat
pengetahuan dan kondisi ibu.
Suryaningsih (2016) menjelaskan terkait
dengan kondisi psikis ibu dalam
produksi ASI. Kondisi psikis ibu sangat
berpengaruh dalam produksi ASI.
Kondisi psikis seperti kelelahan,

You might also like