Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Metanol Daun Tanaman Sentul (Sandoricum Koetjape) Burm. F.) Merr (Meliaceae)
Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Metanol Daun Tanaman Sentul (Sandoricum Koetjape) Burm. F.) Merr (Meliaceae)
Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Metanol Daun Tanaman Sentul (Sandoricum Koetjape) Burm. F.) Merr (Meliaceae)
ABSTRAK
Tanaman sentul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr) dari famili Meliaceae merupakan
salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Sentul merupakan tanaman yang
memiliki banyak kegunaan dan manfaat baik dalam bidang kesehatan, obat-obatan dan
pangan. Dari banyak manfaat yang terdapat pada tumbuhan sentul maka dilakukan penelitian
tentang isolasi senyawa metabolit sekunder dan uji toksisitas daun tanaman sentul. Isolasi
daun Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut metanol dan difraksinasi dengan pelarut heksana dan etil asetat. Hasil dari ekstraksi
didapatkan ekstrak kasar metanol sebanyak 20,48 g (0,683%), kemudian ekstrak tersebut di
Vacum Liquid Chromatography (VLC) menghasilkan 4 fraksi dan dilakukan uji Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Pada fraksi-1 menghasilkan 1 noda lalu dilanjutkan dengan rekristalisasi
menggunakan pelarut n-heksana didapatkan kristal putih Daun Sentul Metanol (DSM)
dengan titik leleh 110-112°C sebanyak 5 mg dan memiliki rendemen 0,02% w/w. Hasil
spektroskopi UV senyawa DSM memperlihatkan 3 puncak pada panjang gelombang 222 nm,
284 nm, dan 322 nm dengan serapan maksimum pada panjang gelombang 222 nm.
1
Sedangkan pada spektroskopi FT-IR menunjukkan adanya adanya gugus OH yang ditandai
dengan puncak melebar pada daerah sekitar 2948-3283 cm-1, puncak pada 1713 cm-1
menunjukkan adanya C=O dan puncak pada 1598 cm-1 menunjukkan adanya C=C. Toksisitas
ekstrak metanol diuji dengan menggunakan larva udang (Artemia salina Leach). Hasil uji
toksisitas dari ekstrak metanol menunjukkan nilai LC50 sebesar 8072,35 ppm yang
menandakan bahwa kandungan yang terdapat pada ekstrak metanol tidak bersifat toksik
karena nilai LC50 lebih besar dari 1000 ppm.
Kata kunci: ekstrak metanol, Sandoricum koetjape, toksisitas
2
sekunder seperti asam brionik, asam lumpang, kolom kromatografi, seperangkat
sekobrionik, asam sekoisobrionik, asam alat kromatografi vakum cair, chamber,
3,4-sekobriononik dimetil ester (Kosela et vial, pipa kapiler, lampu UV model UVL-
al., 1995), asam koetjapik, asam ketonik, 56, pipet mikro dan peralatan gelas yang
asam 3-oxo-12-oleanen-29-oat (Rasadah et biasa dipakai di laboratorium kimia.
al., 2004) dan juga memiliki beragam Sampel yang digunakan dalam
aktivitas biologis. Daun, batang dan akar penelitian ini adalah daun sentul
tumbuhan sentul mengandung senyawa (Sandoricum koetjape). Bahan yang
saponin, flavonoid, dan polifenol. Maka digunakan adalah n-heksana, metanol,
dari itu, dilakukan isolasi untuk diklorometan, etilasetat, silika gel 60
memperoleh kandungan kimia aktif GF254, DMSO, etanol 70%, plat KLT
(metabolit sekunder) sehingga dapat GF254, benur Artemia salina Leach, air laut,
dijadikan acuan untuk penelitian alumunium foil dan akuades.
selanjutnya yang ingin Bahan-bahan yang digunakan
mengembangkannya secara farmakologis. untuk uji toksisitas adalah air laut, dimetil
Penelitian ini juga melakukan uji toksisitas sulfoksida, dan larva Artemia salina
terhadap larva udang (Artemia salina Leach. Bahan-bahan yang digunakan
Leach) menggunakan metode BSLT untuk dalam penelitian ini adalah
mengetahui aktivitas biologi yang 2-metoksibenzaldehid (Sigma Aldrich),
dimilikinya. Menurut Meyer et al., 1982, 3-bromoasetofenon (Merck), natrium
kandungan kimia dapat bersifat racun jika hidroksida (NaOH) (Merck), fenilhidrazin
digunakan dalam dosis tinggi. Dengan (Merck), etanol absolut (Merck), pelat
demikian, persen kematian hewan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) GF254
percobaan dapat dijadikan sebagai acuan (Merck), metanol, n-heksana, etilasetat,
terhadap dosis yang aman untuk digunakan dan aqua DM.
terhadap fraksi, ekstrak maupun isolat.
Hasil penelitian sebelumya melaporkan b. Rancangan penelitian
bahwa fraksi metanol daun sentul
(Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr) 1. Penanganan sampel
pada konsentrasi 10% mengandung Daun sentul (Sandoricum koetjape)
senyawa aktif yang dapat bertindak sebanyak 3 kg diambil di lingkungan
sebagai antibakteri (Fridayanti et al., kampus Universitas Riau, Kota Pekanbaru,
2013). Provinsi Riau. Daun sentul terlebih dahulu
Berdasarkan hal tersebut, maka dikering anginkan dan dijaga agar tidak
peneliti telah melakukan isolasi kandungan terkena sinar matahari secara langsung,
senyawa dari ekstrak metanol tanaman setelah kering dihaluskan hingga diperoleh
(Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr) serbuk kering. Serbuk daun sentul yang
dengan metode kromatografi, kemudian sudah kering ditimbang kemudian siap
dilakukan uji toksisitas untuk mengetahui untuk diekstraksi.
nilai LC50 dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). 2. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode
METODE PENELITIAN maserasi. Serbuk daun sentul direndam
dalam botol hitam dengan pelarut metanol
a. Alat dan bahan selama 24 jam diruang gelap, kemudian
Adapun alat-alat yang digunakan disaring. Proses ekstraksi (maserasi)
dalam penelitian ini adalah sebagai dilakukan berulang sebanyak lima kali
berikut: peralatan destilasi, neraca analitik, pengulangan sampai hasil penyaringan
satu unit rotary evaporator (Heidolph jernih. Maserat yang di peroleh dilakukan
2000), ultrasonicator (Kery Pulsatron), pemisahan pelarutnya menggunakan alat
3
rotary evaporator, sehingga didapat melarutkan kristal dengan baik dalam
ekstrak kasar metanol. Ekstrak kasar keadaan panas dan tidak larut dalam
metanol dilakukan partisi dengan cara keadaan dingin. Filtrat yang didapat
ekstraksi menggunakan heksana dan kemudian didinginkan sampai terbentuk
etilasetat shingga diperoleh ekstrak kasar kristal yang sempurna. Kristal disaring
heksana, etilasetat dan metanol. dengan penyaring Buchner dan dicuci
dengan pelarut yang dingin dan
3. Pemisahan dengan Kromatografi dikeringkan.
Vakum Cair (VLC)
Ekstrak kasar metanol daun sentul 6. Uji kemurnian
dipisahkan dengan kolom kromatografi Kemurnian dari sampel yang telah
vakum cair diisi dengan silika gel 60 GF254 direkristalisasi dapat dianalisis dengan
hingga tinggi silika 10 cm. Pengisian KLT menggunakan pelarut yang sesuai.
silika ke dalam kolom dilakukan dalam Apabila menghasilkan satu noda maka
keadaan vakum, agar diperoleh kerapatan sampel tersebut dinyatakan murni. Uji titik
maksimum. Ekstrak kasar metanol leleh dilakukan dengan menggunakan alat
dilakukan preabsorbsi terlebih dahulu, penentu titik leleh Fisher-Johns. Apabila
kemudian dimasukkan ke dalam kolom. selisih harga titik leleh kecil atau sama
Selanjutnya dielusi secara bergradien dengan 2oC maka kristal tersebut telah
menggunakan perbandingan pelarut murni. Kemurnian dari sampel ditentukan
dimulai dari etil asetat : metanol (8:2), etil terlebih dahulu panjang gelombang
asetat : metanol (6:4), etil asetat : metanol maksimum dengan menggunakan
(4:6), dan metanol (100%). Hasil spektroskopi UV. Apabila terdapat satu
pemisahan ditampung dalam erlenmeyer puncak yang dominan dipastikan sampel
yang telah diberi nomor dan diuapkan sudah murni.
pelarutnya.
c. Uji Toksisitas Ekstrak Metanol
4. Pengujian Hasil Pemisahan VLC dengan Metode Brine Shrimp
dengan KLT Lethality Test (BSLT)
Fraksi-fraksi hasil pemisahan
kromatografi vakum cair diuji dengan 1. Pembiakan larva Artemia salina
KLT dengan cara menotolkannya pada plat Leach
KLT. Plat yang telah ditotol dimasukkan Telur udang (Artemia salina
ke dalam chamber dan dielusi dengan Leach) yang akan ditetaskan diambil
pelarut etilasetat : metanol (1:1).
kemudian ditetaskan dalam wadah
Kemudian plat diangkat setelah eluen
mencapai garis batas atas lalu dikering berbentuk persegi yang berisi air laut.
anginkan. Noda yang dihasilkan ditandai Wadah yang digunakan dibagi menjadi
menggunakan pensil dengan bantuan dua bagian dengan pembatas yang sudah
lampu UV (λ= 254 nm) dan reagen dilapisi aluminium foil. Telur diletakkan
penampak noda. dibagian wadah yang tidak terkena cahaya
lampu. Bagian yang lain diberi cahaya
5. Rekristalisasi
Hasil fraksi berbentuk kristal yang lampu dan aerasi. Kemudian telur tersebut
masih kotor dilakukan rekristalisasi untuk dibiarkan selama 48 jam agar telur
menghilangkan pengotor sehingga menetas membentuk larva (naupli). Larva
didapatkan senyawa yang murni. Cara udang yang baru menetas (naupli) akan
melakukan rekristalisasi adalah dengan bergerak ke bagian wadah yang terkena
melarutkan kristal (zat padat) yang akan cahaya lampu dan larva siap untuk
direkristalisasi dalam pelarut yang
digunakan sebagai hewan uji toksisitas.
4
Keterangan :
2. Uji toksisitas dengan metode x : Log Konsentrasi
Brine Shrimp Lethality Test y : Nilai Probit
(BSLT)
a : Slope
Masing-masing vial uji dikalibrasi
b : Intercept (garis potong)
sebanyak 5 mL. Pengujian dilakukan
dengan konsentrasi 1000, 100, dan 10 ppm
e. Elusidasi struktur
dengan pengenceran bertingkat dan
Senyawa yang telah murni
dilakukan pengulangan masing-masing dilakukan elusidasi struktur menggunakan
sebanyak tiga kali. Sampel dipipet ke spektroskopi UV dan FT-IR.
dalam masing-masing vial sebanyak 0,5
mL, lalu pelarut diuapkan hingga
mengering. Selanjutnya, sebanyak 50 µL HASIL DAN PEMBAHASAN
DMSO dan sedikit air laut ditambahkan Tanaman daun sentul (Sandoricum
koetjape (Burm. f.) Merr) diperoleh dari
ke dalam masing-masing vial. Kemudian lingkungan kampus Universitas Riau.
sebanyak 10 ekor larva udang A. salina Bagian tanaman yang digunakan adalah
dimasukkan kedalam masing-masing vial bagian daun. Daun tersebut
dan ditambahkan air laut beberapa tetes dikeringanginkan selama ± 5 hari. Daun
sampai batas kalibrasi. yang telah kering dihaluskan hingga
Untuk kontrol, sebanyak 50 µL menjadi bubuk. Hal ini bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan pada sampel
DMSO dipipet dengan menggunakan pipet
tersebut, sehingga kontak antara sampel
mikro kemudian dimasukkan ke dalam vial dengan pelarut selama proses maserasi
uji dan ditambahkan air laut hingga hampir semakin mudah dan juga memperbesar
mencapai batas kalibrasi. Kemudian 10 kelarutan senyawa kimia yang terdapat
ekor larva A. salina dimasukkan ke dalam pada sampel. Maserasi dilakukan
vial uji dan ditambahkan lagi air laut berulang-ulang dengan bantuan
beberapa tetes hingga batas kalibrasi. ultrasonikasi. Proses pengulangan
maserasi ini agar senyawa aktif dalam
d. Analisis data
sampel terikat di dalam pelarut metanol.
Untuk melihat pengaruh ekstrak Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling
etilasetat dari hasil kromatografi kolom sederhana dengan cara merendam serbuk
yang kedua terhadap larva A. salina simplisia menggunakan pelarut yang
dilakukan perhitungan statistik dengan sesuai tanpa pemanasan. Ekstrak yang
analisis probit. Perhitungan ini dilakukan didapatkan diuapkan dengan Rotary
dengan membandingkan antara jumlah Evaporator (RE) hingga diperoleh berat
sampel 20,48 gram (0,683%) ekstrak
larva yang mati terhadap jumlah larva
metanol kering.
keseluruhan, sehingga diperoleh persen Ekstrak metanol kering yang
kematian. Kemudian dilihat dalam tabel didapatkan kemudian diKLT untuk
nilai probit. Setelah diketahui nilai probit, menentukan jenis eluen yang sesuai pada
dimasukkan dalam persamaan regresi VLC (Vacum Liquid Chromatography)
sehingga didapat nilai LC50. dan melihat jumlah senyawa yang terdapat
pada ekstrak tersebut. Prinsip pada KLT
Persamaan regresi : yaitu like dissolve like, yang berarti fase
Y = ax + b diam yang polar akan mengikat lebih kuat
LC50 = anti log x komponen yang relatif polar, sedangkan
fasa diam yang nonpolar akan mengikat
5
lebih kuat komponen-komponen yang membutuhkan suatu spesialis tertentu
nonpolar. Ekstrak kasar metanol yang dalam pelaksanaannya dengan tingkat
telah diuji KLT selanjutnya dilakukan kepercayaan 95%. Konsentrasi yang
pemisahan dengan menggunakan VLC digunakan untuk uji toksisitas adalah
(Vacum Liquid Chromatography). 1000, 100 dan 10 ppm. Dalam
Pemisahan ekstrak metanol dengan pengerjaannya dilakukan pengulangan
menggunakan kromatografi VLC (Vacum sebanyak tiga kali, tujuannya agar data
Liquid Chromatography) sebanyak 15 yang diperoleh dapat dipercaya dan lebih
gram diperoleh 4 fraksi. akurat. Kontrol negatif yang digunakan
Kemudian dari setiap perolehan adalah pelarut DMSO yang ditambahkan
fraksi dilanjutkan dengan uji KLT dengan air laut. Tujuan penggunaan kontrol adalah
menggunakan eluen etil asetat : metanol untuk menjamin bahwa respon hambatan
(1:1). Hasil KLT kemudian dilihat dengan yang terjadi benar-benar disebabkan oleh
menggunakan lampu UV dan diperoleh ekstrak daun Sandoricum koetjape sebagai
satu noda yang menandakan bahwa komponen aktif dan bukan oleh pelarut
senyawa tersebut sudah murni. Dari hasil yang digunakan.
rekristalisasi didapatkan kristal jarum Hasil uji toksisitas ekstrak total
berwarna putih dan diberi nama senyawa metanol diperoleh nilai LC50 sebesar
DSM (Daun Sentul Metanol) dengan berat 8072,4 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
0,005 gram (0,02% w/w) dan mempunyai ekstrak total metanol bersifat tidak toksik
titik leleh 110-112ºC. Hasil uji KLT karena nilai LC50 lebih dari 1000 ppm,
senyawa DSM menunjukkan satu noda sedangkan untuk senyawa murni apabila
menggunakan eluen etil asetat : metanol bersifat toksik nilai LC50 nya kurang dari
(1:1) didapatkan nilai Rf 0,8. 200 ppm.
Karakterisasi senyawa DSM
menggunakan spektroskopi UV dengan
pelarut metanol memperlihatkan 3 puncak UCAPAN TERIMA KASIH
pada panjang gelombang 222 nm, 284
nm, dan 322 nm dengan serapan Penulis mengucapkan terimakasih kepada
maksimum pada panjang gelombang 222 Laboratorium Kimia Organik Sintesis,
nm yang mengindikasikan senyawa ini Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. dan Laboratorium HPLC FMIPA
Karakterisasi dilanjutkan dengan Universitas Riau.
menggunakan spektroskopi FT-IR untuk
melihat gugus fungsi yang terdapat pada
senyawa tersebut. Hasil dari spektroskopi DAFTAR PUSTAKA
FT-IR menunjukkan adanya gugus OH
yang ditandai dengan puncak melebar pada Ahmad, A., Husain, A., Khan, S.A.,
daerah sekitar 2948-3283 cm-1, puncak Mujeeb, & M., Bhandari, A.
pada 1713 cm-1 menunjukkan adanya C=O 2016. Synthesis, antimicrobial
dan puncak pada 1598 menunjukkan and antitubercular activities of
adanya C=C. some novel pirazoline derivative.
Pengujian sifat toksisitas terhadap Journal of Saudi Chemical
ekstrak dan senyawa hasil isolasi Society, 20: 577–584.
ditentukan dengan metode Brine Shrimp Akhtar, W., Khan, M. F., Verma, G.,
Lethality Test (BSLT). Metode BSLT Shaquiquzzaman, M., Akhter, M.,
dipilih karena menurut Lisdawati et Marella, A., Parmar, S., Khatoon,
al.,(2006), metode BSLT merupakan R.. & Alam, M. M. 2017.
metode penapisan farmakologi awal yang Coumarin-pyrazoline derivatives:
mudah dan relatif tidak mahal, serta tidak Their one-pot microwave assisted
6
synthesis and antimalarial pyrazoline derivatives as anti-
activity. Journal of inflammatory and antioxidant
Pharmaceutical and Medicinal agents. Archives of Pharmacal
Chemistry, 3(1): 5-9. Research, 35(6): 995-1002.
Ashok, D., Ganesh, A., Ravi, S., Lakshmi, Patel, G. K., Misra, N. M., Vekariya,
B. V., & Ramesh, B. 2014. One- R. H. & Shettigar, R. R.
pot multicomponent synthesis of 2017. One-pot multicomponent
3’,5-Diaryl-1-phenyl-3,4-dihydro- synthesis in aqueous medium
1’H,2H-3,4-bypyrazoles and their of 1,4-dihydropirano[2,3-c]-5-
antimicrobial activity. Russian carbonitrile and derivatives using
Journal of General Chemistry, a green and reusable nano-SiO2
84(11): 2248-2256. catalyst from agricultural waste.
Azizur, R. & Anees, A.S. 2010. Pyrazoline Research Chemical Intermediete.
derivatives: a worthy insight
into the recent advances
and potential pharmacological
activities. International Journal
of Pharmaceutical Sciences and
Drug Research, 2(3): 165-175.
Bashir, R., Ovais, S., Yaseen, S., Hamid,
H., Alam, M. S., Samim, M.,
Singh, S. & Javed, K., 2011.
Synthesis of some new 1,3,5-
trisubstituted pyrazolines bearing
benzene sulfonamide as
anticancer and anti-inflamantory
agents. Bioorganic & Medicinal
Chemistry Letteres, 21: 4301-
4305.
Gangrade, D., Lad, S. D., & Mehta, A. L.
2015. Overview on microwave
synthesis – Important tool for
green chemistry. International
Journal of Research in Pharmacy
and Science, 5(2): 37-42.
Insuasty, B., Ramirez, J., Becerra, D.,
Echeverry, C., Quiroga, J., Abonia,
R., Robledo, S.M., Velez, I.D.,
Upegui, Y., Munoz, J.A., Ospina, V.,
Nugueras, M. & Cobo, J. 2015. An
efficient synthesis of new caffeine-
based chalcones, pyrazolines
and pyrazolo[3,4-b][1,4]diazepines
as potential antimalarial,
antitrypanosomal and antileishmanial
agents. European Journal of
Medicinal Chemistry, 93: 401-413.
Khalil, N. A., Ahmed, E.M., El-Nassan,
H.B., Ahmed, O.K. & Al-Abd,
A.M. 2012. Synthesis and
biological evaluation of novel
7
8