FGBCVBCV
FGBCVBCV
FGBCVBCV
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
2
SURAT PERNYATAAN
Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan
Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini
Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah
ABSTRACT
In recent years, productivity is still low and the rice farmers' area is
increasingly narrow. This is expected because the behavior of households in time
allocation available tend to engage in various types of non farm activites. The
consequence of this situation is to change the structure of work and time allocated
to household farmers who cause a change in income. That the question is: (1) how
the work flow patterns in the allocation of household farmers rice area and why
the low productivity of rice? (2) whether because of job opportunities in non farm
business that influence the flow of work in farming and what factors affect the
flow of work, household income and expenditure farmers?. The purpose of this
study are: (1) to analyze the working time allocation, income, household
expenditure of farmer in the rice area, and (2) to analyze the factors that affect the
working time allocation, income, and expenditure of farmer in the rice area. The
research conducted in Donggala, Central Sulawesi Province in 2008 using the
econometricsk model in the household model of simultaneous equations. Based
on the results of research showed that non-farm activities have provided an
important role for the rural economy, especially domestic rice farmer on the land
in Donggala. Role not only in the contribution of income but also in the working
time allocation. In terms of the working time allocation of farmer to do more non-
farm activities than paddy farming activities. Husband working time allocation is
the highest activities from members household in the farm or non farm.
Meanwhile, in terms of income, the contribution of farmers' income from non-
farm is greater than farm. Food consumption is the highest expenditure in
household.
RINGKASAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
8
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Bogor.
Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Rita
bimbingan dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis
ini, dan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku Penguji Luar Komisi serta Dr.
Ir. Anna Fariyanti, MS yang mewakili Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
dan Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
tesis ini.
Secara khusus ucapan terima kasih dengan penuh rasa cinta dan hormat
penulis kepada: Papa Zainuddin, Mama Siti Nurhayati, Bapak mertua Usman
Koru Jumba, Ibu mertua Habiba Suhuni Mahalini (Alm) dan kepada suami yang
menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga
2. Ketua Program Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA
beserta staf yang telah membantu penulis selama studi dan proses penyelesaian
tesis.
3. Kepala Desa Sidondo, Lolu, dan Mpanau beserta staf yang telah memberikan
4. Dr. Ir. Yundy Hafizrianda, MS, Ir. Rahmat Handayana, MS, Ir. Joko, MS yang
5. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian 2006 atas kebersamaan dalam suka dan
duka selama perkuliahan hingga penulisan tesis ini khususnya Mbak Wie,
Mbak Aan, Wan, Mul, Ismay, Mba Trie, Mas Ris, Pak Andi, Peter, Dahya,
Desi, Wayan.
pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.
RIWAYAT HIDUP
Nopember 1969, merupakan anak ke empat dari enam bersaudara dari pasangan
tahun 1981, pada tahun 1984 menamatkan pendidikan menengah pertama di SMP
selesaikan pada tahun 1987 dari SMA Negeri 8 Makassar Sulawesi Selatan.
pada tahun 1987. Pada tahun 1999 hingga saat ini bekerja sebagai peneliti pada
menikah dengan Mahmuddin Usman Jumba dan tahun 2008 dikaruniai seorang
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
xii
16
xiii
17
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Alokasi
4. Lokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Petani
Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008............................. 59
xv
19
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
tujuan nasional. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan refleksi dari suatu
struktur perekonomian, sehingga dapat pula dipandang sebagai salah satu aspek
masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku bagi
industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk produk yang dihasilkan oleh
industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi
pembangunan sektor lain, dan (5) sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets,
1964 dalam Harianto, 2007). Di samping itu, pertanian memiliki peranan penting
untuk (6) mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7)
Potensi luas lahan sawah dengan irigasi teknis di Sulawesi Tengah sekitar
150 200 hektar, yang sudah dimanfaatkan seluas 119 200 atau hanya 79.37 persen.
Hal ini berarti bahwa masih terdapat lahan sawah yang belum dimanfaatkan
sebesar 20.63 persen, dan lahan yang belum dimanfaatkan tersebut merupakan
memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat potensial dan ditunjang oleh
letak yang strategis bagi pengembangan sektor pertanian. Potensi lahan pertanian
sebesar 404 965 hektar yang terdiri dari lahan sawah sebesar 32 838 hektar lahan
kering 359 165 hektar dan lahan pekarangan sebesar 12 962 hektar (Tabel 1).
sebesar 404 965 Ha yang dimanfaatkan sebesar 66 224 hektar atau sebesar 16.35
338 741 hektar atau sebesar 83.65 persen melalui perluasan areal terhadap potensi
lahan yang luas, iklim dan letak geografis yang strategis. Salah satu jenis
3
komoditas yang mempunyai arti penting di sektor pertanian adalah padi karena
Tengah.
Sulawesi Tengah pada tahun 2002 sebesar 981 100 jiwa, bekerja di sektor
pertanian sebesar 547 748 jiwa atau sebesar 55.83 persen sedangkan yang bekerja
di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura sebesar 80.82 persen dari jumlah
(2007), bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2006
sebesar 68.87 persen sedangkan non pertanian sebesar 31.13 persen dan pada
tahun 2007 terjadi penurunan yang bekerja di sektor pertanian yaitu menjadi 59.5
petani sebesar 125 224 orang dan sebagai buruh diluar sektor pertanian sebesar 14
kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh petani salah satunya disebabkan karena
dengan tingkat pendapatan yang rendah. Pola demikian ini sering muncul di
Salah satu pola kegiatan di pertanian seperti usahatani padi adalah suatu
pola yang memiliki masa sibuk dan masa senggang. Masa sibuknya pada saat
mengolah lahan dan menanam. Masa senggang pada saat menunggu panen
senggang ini maka peranan pekerjaan di luar pertanian menjadi daya tarik bagi
rumahtangga petani. Menurut Suhartini (2001) bahwa bagi yang terjun di sektor
pertanian, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian terjadi
karena didorong oleh adanya harapan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
rumahtangga akan menyediakan jasanya untuk bekerja jika upah yang akan
upah yang ada daripada menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali.
lazim dijumpai pada masyarakat pedesaan. Hal ini menandai adanya keragaman
berbagai sumber yang selalu berubah sesuai dengan musim dan kesempatan, pasar
tenaga kerja dan waktu luang setiap harinya. Pembagian pekerjaan relatif lentur
perubahan struktur pekerjaan dan alokasi waktu kerja pada anggota rumahtangga
ditentukan oleh besarnya asset produktif yang dimiliki seperti luas lahan atau
modal produktif lainnya. Semakin besar asset yang dimiliki, semakin besar pula
jam kerja yang dialokasikan oleh anggota rumahtangga, terutama pada kegiatan
menyiang, dan panen. Sedang pada saat-saat tidak sibuk, banyak anggota
samping) baik dalam sektor pertanian maupun lainnya yang dapat memberikan
Pada dasarnya rumahtangga petani padi tidak dapat dilihat hanya sebagai
menjalankan tiga peran sekaligus, yaitu sebagai penyedia tenaga kerja, produsen
Tujuan utama petani dalam berproduksi adalah meningkatkan taraf hidup melalui
usaha pengelolaan sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal, demikian juga
penghasilan petani padi baik dari pertanian maupun dari sumber lainnya akan
barang yang harganya relatif mahal dan lebih sedikit memproduksi barang yang
banyak barang yang harganya relatif murah dan mengkonsumsi lebih sedikit
6
barang yang harganya relatif mahal. Sedangkan sebagai pemilik faktor tenaga
kerja, jika pendapatan yang diterima dari pekerjaan utama tidak mencukupi
pendapatan dari upah, maka harga barang per satuan waktu menjadi lebih murah.
terjadi pengalihan waktu untuk bekerja menjadi waktu luang. Jika penambahan
bekerja di pasar akan tetap. Perubahan pendapatan dan upah berpengaruh terhadap
tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani pada lahan sawah
pertanian Rp 1.69 juta per orang per bulan, tahun 2003 turun menjadi Rp 1.68 juta
per orang per bulan. Sedangkan sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan
air) mencapai angka Rp 54.94 juta per orang per bulan. Di sektor perdagangan
besar, perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai Rp 4.21 juta per
orang per bulan, dan merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian.
pekerja di sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap
191 dan banyaknya anggota rumahtangga pertanian sebesar 341 693 orang.
Berdasarkan hasil survei pendapatan tahun 2004 menunjukkan bahwa 69.4 persen
dari penduduk usia kerja Sulawesi Tengah bekerja di bidang pertanian, dengan
kata lain mata pencaharian utama penduduk Sulawesi Tengah adalah bertani dan
2005b
240 547 ton per hektar menurun menjadi 227 501 ton per hektar pada tahun 2004
dan pada tahun 2005 lebih menurun lagi produksinya menjadi 201 425 ton per
hektar demikian pula dengan luas panen yang juga menurun dari 52 005 hektar
tahun 2003 menjadi 44 861 hektar pada tahun 2005 (BPS Kabupaten Donggala,
produktivitas padi masih rendah dan juga menjadi permasalahan di tingkat petani
adalah rendahnya produktivitas yang kian menurun yaitu pada tahun 2003
8
produktivitas sebesar 4,6 ton per hektar dan pada tahun 2005 turun menjadi 4.4
tidak dapat mengandalkan pendapatannya hanya dari usahatani padi. Ini terlihat
pada data yang bersumber dari hasil survei pendapatan petani Sulawesi Tengah
tahun 2008 bahwa rata-rata pendapatan per kapita Sulawesi Tengah hanya sebesar
Rp 9 074 112.
tergolong kecil untuk hidup layak yaitu Rp 639 000–Rp 946 000 per bulan dengan
jumlah anggota rumahtangga sebesar 3–5 orang. Ini berarti bahwa pendapatan
perkapita Sulawesi Tengah masih masuk dalam kisaran tersebut sehingga petani
berusaha mencurahkan kerja bukan saja hanya pada usahataninya melainkan juga
melakukan curahan tenaga kerjanya per tahun pada berbagai kegiatan baik di
sektor pertanian maupun non pertanian. Pekerjaan sebagai petani tidak menjamin
Produksi yang dihasilkan seringkali tidak memuaskan karena faktor internal dan
9
hanya dari satu pekerjaan melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung
luar sektor pertanian perlu diberikan perhatian yang lebih besar guna
hanya sebesar 457 403 jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 486
kepadatan penduduk tercatat hanya sebesar 41 jiwa per km² dan pada tahun 2006
sebanyak 46 jiwa per km², dengan luas wilayah Kabupaten Donggala sebesar 10
471.71 km². Hal ini berarti bahwa pada wilayah Kabupten Donggala terjadi
untuk pertanian menjadi semakin sempit, dan pemilikan lahan oleh petani juga
semakin sempit. Kondisi kepemilikan lahan yang sempit dan pemilikan modal
yang rendah di pedesaan merupakan kendala yang membatasi petani untuk meraih
pendapatan yang lebih tinggi dari usahataninya. Hal ini mengakibatkan petani
Hal inilah yang juga mendorong terjadinya alokasi curahan kerja rumahtangga
pada berbagai kegiatan, baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian.
bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan
mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja
rumahtangga petani? Oleh karena keputusan curahan kerja berada pada lingkup
rumahtangga petani lahan sawah khususnya pada usahatani padi dan non
ekonomi rumahtangga petani yaitu alokasi curahan kerja pada usahatani padi,
alokasi curahan kerja pada non usahatani, pendapatan dari usahatani padi,
pendapatan dari non usahatani dan pengeluaran rumahtangga, (2) hanya pada
usahatani padi karena kesulitan dalam mengakses data, dan (3) alokasi curahan
kerja pada non usahatani yaitu alokasi curahan kerja anggota rumahtangga pada
seperti, Rochaeni dan Lakollo ( 2005) menjelaskan tentang curahan waktu kerja
pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga
pada usahatani. Curahan waktu kerja pada usahatani dibagi menjadi curahan
waktu kerja suami dan curahan waktu kerja isteri. Curahan waktu kerja suami
pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan waktu kerja suami pada usahatani
non padi, biaya tenaga kerja luar keluarga, pengeluaran total rumahtangga, umur
suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada usahatani
dipengaruhi oleh curahan waktu kerja isteri pada non usahatani, biaya tenaga kerja
luar keluarga, pengeluaran total rumah tangga, dan jumlah anak balita.
Curahan waktu kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang
dicurahkan anggota rumah tangga untuk kegiatan non usahatani. Curahan waktu
kerja pada non usahatani terdiri dari curahan waktu kerja suami dan curahan kerja
isteri, dan curahan waktu kerja anak. Curahan waktu kerja suami pada non
usahatani dipengaruhi oleh pendapatan suami pada non usahatani, curahan waktu
kerja pada usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja
isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari non usahatani, curahan
waktu kerja pada usahatani dan jumlah anak balita. Curahan waktu kerja anak
pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non usahatani, umur
rumahtangga itu sendiri dan faktor penarik dari luar. Identifikasi faktor-faktor
rumahtangga dan dirinci kedalam tiga sektor kegiatan yaitu, kegiatan usaha
produksi dipengaruhi oleh curahan kerja luar usaha terutama untuk tanaman padi
yang lebih banyak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Peningkatan curahan
kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya upah yang diperoleh.
Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur,
pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga
berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja pada usahatani padi adalah
tingkat upah riil, luas lahan garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status
anggota rumahtangga usia kerja, beban tanggungan dan harga gabah riil tidak
berpengaruh nyata.
14
tampak nyata alokasi suami dan istri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh
faktor-faktor demografis, ekonomi dan ekologi. Faktor imbalan kerja suami dan
istri berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi waktu suami dan istri dalam
dalam masyarakat yang tingkat fertilisasinya tinggi sehingga ukuran tenaga kerja
normal adalah tidak besar, wanita muda tidak berkarir dan tidak akses pada
pendidikan dan pelatihan. Kedua, jika rata-rata tingkat fertilisasi tinggi, fertilisasi
menekan aktivitas wanita. Kondisi tenaga kerja anak bisa digunakan sebagai
subtitusi bagi bentuk tenaga kerja yang lain, ini bisa timbul pada masyarakat kota
disubtitusikan oleh tenaga kerja anak. Oleh karena itu bukan hanya dengan
bersaing wanita dalam pasar tenaga kerja, akan meningkatkan partisipasi tenaga
pemeliharaan anak. Hal ini juga tergantung pada ketersediaan tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja pada usahatani padi di Jawa Barat tanpa membedakan
pria dan wanita menunjukkan bahwa alokasi waktu kerja bagi setiap rumahtangga
15
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) pola hidup, (2) pemilikan aset
produktif, (3) keadaan sosial ekonomi rumahtangga, (4) tingkat upah, dan (5)
karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumahtangga (Irawan, et al, 1988).
curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan
anggota rumahtangga baik pada kegiatan usahatani maupun non usahatani dan
secara umum bahwa curahan kerja suatu rumahtangga pada suatu kegiatan sangat
terhadap penguasaan modal, ketrampilan dan teknologi, selain itu pula bahwa
jumlah anggota rumahtangga, luas lahan dan alokasi tenaga kerja juga dapat
dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga
16
pertanian dan yang terbesar berasal dari pria. Untuk total pendapatan rumahtangga
petani per tahun, pendapatan agroekosistem dataran tinggi sedikit berbeda dari
rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk konsumsi non pangan pada agroekosistem
rumahtangga petani di desa tanah kering lebih tinggi daripada daerah persawahan.
belum kawin melebihi pendapatan per jam wanita yang sudah kawin pada pasar
17
kerja yang sama karena wanita yang sudah kawin mempunyai anak dan
fertilitas berarti jumlah anak sedikit sehingga wanita mempunyai energi yang
lebih banyak dan waktu yang lebih fleksibel untuk masuk ke angkatan kerja.
modal dan keterampilan, serta teknologi (Sudaryanto dan Syafaat 1993). Hasil
jarak dari desa ke kota kabupaten terdekat, dan (3) pendapatan bersih per hari
pada kegiatan non pertanian. Alokasi tenaga kerja pedesaan pada berbagai sumber
pengeluaran petani peserta Rice Estate lebih besar dibandingkan petani non
peserta. Dimana luas lahan dan jumlah pestisida berpengaruh nyata terhadap
produksi peserta dan non peserta. Luas lahan, upah, pendapatan dari usahatani
dan usia kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja keluarga pada
konsumsi pangan. Produksi tahun lalu, konsumsi pangan, dan total pendapatan
berpengaruh nyata terhadap stok peserta serta konsumsi pangan dan pendapatan
terhadap rekreasi peserta dan pendapatan total, luas lahan dan dummy asal petani
rata-rata rumah tangga petani lahan sawah menunjukkan bahwa konsumsi pangan
lebih besar dari non pangan yang dipenuhi dari pendapatan non usahatani. faktor-
faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi, ubi jalar, dan ubi
kayu adalah kepemilikan lahan, curahan kerja keluarga dan penggunaan pupuk.
Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur,
dan pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh
pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga
dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan
usahatani tanaman pangan. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari
dagang, usaha atau pekerja jasa, buruh bangunan, buruh industri, pegawai negeri
atau pegawai swasta, dan lain-lain. Sumber pedapatan rumahtangga petani yang
mengusahakan komoditas pangan sebagian besar 92.37 persen berasal dari sektor
cukup besar juga didapatkan dari usahatani perkebunan 28.14 persen dan
pengeluaran pangan memiliki kontribusi terbesar baik secara agregat, daerah kota,
daripada di desa serta juga terdapat kecendrungan pangsa tersebut makin rendah
dengan makin tingginya pendapatan. Untuk kelompok ikan, daging, telur dan
makanan pokok berupa lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 40.86 persen.
pengeluaran untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 9.26 persen serta
pengeluaran untuk makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 36.82
berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah sebesar 34.04 persen.
Pengeluaran non pangan sebesar 46.42 persen dengan pengeluaran terbesar berupa
bahan bakar dan penerangan sebesar 11.50 persen, pengeluaran lain-lain untuk
seperti jumlah anggota keluarga, alokasi tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan
subsisten, yang disebabkan oleh penguasaan lahan yang relatif sempit dan
minimnya sumber uang tunai untuk membeli input tunai serta harga gabah yang
tidak memadai. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada lahan ini dipengaruhi
oleh luas areal, total pendapatan rumahtangga dan ukuran keluarga. Kegiatan
produksi dipengaruhi oleh biaya penggunaan saprotan, umur petani, dan proporsi
nilai produksi padi gogo terhadap produksi total, sedangkan konsumsi pangan
dipengaruhi oleh besarnya produksi, ukuran keluarga, dan konsumsi pangan dari
21
usahatani lahan sawah. Selain itu ia juga menemukan bahwa semakin besar total
pendapatan yang diterima rumahtangga petani maka semakin sedikit tenaga kerja
keluarga yang dicurahkan pada usahatani lahan gogo dan semakin besar nilai
dalam posisi yang tidak setara. Hal ini terlihat dari curahan kerja wanita yang
lebih besar dibanding pria pada kegiatan usahatani, tetap keputusan dalam
Sawi” menemukan bahwa secara keseluruhan kenaikan harga sawi dan upah di
luar pertanian serta kombinasi keduanya akan meningkatkan curahan tenaga kerja
menunjukkan bahwa produksi padi sangat dipengaruhi oleh luas sawah garapan,
pendapatan bersih usaha padi dan curahan tenaga kerja baik laki-laki maupun
perempuan (Andriati, 2003). Data sekunder panel petani nasional Jawa Barat
dianalisis secara simultan, sedangkan analisis dampak perubahan harga input dan
pada komoditas tanaman pangan dan perkebunan di provinsi Lampung juga telah
22
negatif terhadap produksi, terutama di desa pangan padi. Hal yang sama, kenaikan
penggunaan tenaga kerja keluarga yang diiringi dengan kenaikan harga input dan
konsumsi yang hubungannya dengan alokasi waktu produktif dan non produktif
sangat erat yang harus dianalis secara bersama-sama. Becker menerapkan fungsi
dimana:
dari:
dimana:
anggaran dan kendala waktu yang terlihat pada persamaan sebagai berikut:
24
∑p x
1
i i = I = V + Tw w ........................................................................(3.3)
∑T 1
i = Tc = T − Tw .................................................................................(3.4)
dimana:
pasar (Xm) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (Xu), sehingga fungsi utilitas
rumahtangga adalah:
dimana X u adalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari usahatani padi,
ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Dalam memaksimumkan utilitasnya,
L
Y = ∑p Xi =1
i i …………………………………………………………(3.6)
dimana:
dalam hal ini full income sama dengan nilai dari waktu yang tersedia
ditambah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel
dan nilai dari non upah seperti yang terlihat pada persamaan berikut:
M N
Y = p L T + ∑ q j Q j − ∑ q iVi − p L L + E ……………………………
j =1 i =1
(3.7)
dimana:
pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input
dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi
∂£
= U L − λp L = 0 .............................................................................(3.9)
∂X l
∂£
= U m − λp m = 0 ..........................................................................(3.10)
∂X m
∂£
= U u − λpu = 0 ...........................................................................(3.11)
∂X u
26
∂£
= pL(T − Xl −L) + pu (Qu − Xu) − pvV − pmXm +E =0........................................(3.12)
∂λ
∂£ 1 ∂£ µ
= λp u + µGu = 0 atau = pu + Gu ................................... (3.13)
∂Qu λ ∂Qu λ
∂£ 1 ∂£ µ
= −λp L + µG L = 0 atau = −pL + GL .................................. (3.14)
∂L λ ∂L λ
∂£ 1 ∂£ µ
= −λpv + µGv = 0 atau = −pv + Gv .................................. (3.15)
∂V λ ∂V λ
∂£
= G (Qs , Q p , Qb , Qu , L,V , K ) = 0 ....................................................(3.16)
∂µ
usahatani dan fungsi permintaan inputnya diperoleh dari persamaan (3.13) hingga
tenaga kerja dengan harga leisure, yaitu sejumlah uang rumahtangga yang
disebabkan oleh harga leisure yang berubah dan salah satu keluarga dapat
barang-barang yang dibeli, yaitu w/p menunjukkan kuantitas market goods yang
dapat diperoleh dengan melakukan setiap jam market work dan menggunakan
akhirnya berdampak pada distribusi waktu kerja antara produksi pasar dan
rumahtangga (Gambar 1). DEBT adalah garis total budget rumahtangga untuk
merubah upah. Upah terhadap individu adalah w dan dikarenakan slope dari DE
adalah w/p. Kepuasan yang maksimal dari rumahtangga pada titik P, dimana
individu menghabiskan jam Olp per minggu dalam aktivitas leisure, jam HL di
dalam pasar tenaga kerja, dan jam TH di dalam aktivitas kerja rumahtangga. Bila
upah dari w ke w’, maka hal-hal yang terjadi adalah hubungan antara
satu jam pertama pada pasar kerja (w/p) akan lebih besar dibandingkan jumlah
barang yang dapat dihasilkan pada satu jam terakhir yang digunakan pada
kerja yang sama jika jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas rumahtangga
dengan aktivitas rumahtangga sepanjang jumlah total waktu kerja adalah konstan.
kerja rumahtangga dari THe ke THe’ dan meningkatnya jam kerja dari He ke He’.
rumahtangga yang baru ada pada titik E’, dimana w' / p = g h E'
dan garis anggaran
yang baru adalah D’E’ dan slopenya adalah w’/p. Proses subtitusi ini disebut efek
subtitusi produksi. Ketika upah meningkat dari w/p ke w’/p, harga leisure
menjadi relatif lebih mahal terhadap harga barang. Bila kepuasan rumahtangga
lebih murah dengan leisure yang harganya lebih mahal. Hal ini terjadi bila terjadi
disebut dengan efek subtitusi konsumsi karena subtitusi terjadi pada aktivitas
Efek subtitusi ini dapat dilihat pada persinggungan antara garis anggaran
yang baru D’E’ dengan kurva indiferen awal Uo. JJ adalah garis yang
bersinggungan dengan Uo pada titik Q. Dimana JD’ adalah jumlah pendapat real
tingkat upah yang baru seperti pada tingkat upah yang lama. Dengan kata lain
0Lq dengan asumsi kepuasannya adalah konstan. Efek subtitusi total dengan
adanya peningkatan upah adalah penjumlahan dari efek subtitusi produksi dan
0Lq ke 0Lr dan equilibrium rumahtangga bergeser dari titik Q ke titik R. Hal ini
permintaan terhadap leisure, tetapi waktu kerja untuk aktivitas rumahtangga tidak
mengalami penurunan.
30
Efek total upah pada pasar kerja merupakan penjumlahan dari efek
subtitusi produksi, efek subtitusi konsumsi dan efek pendapatan, yang ditunjukkan
dimana kedua efek subtitusi mengakibatkan terjadi peningkatan jam kerja di luar
menurun, sehingga efek total upah bisa positif maupun negatif, tergantung pada
tenaga kerja bisa positif seperti umumnya (dengan tingkat upah yang tinggi,
penawaran tenaga kerja meningkat) atau backward bending dan bisa juga negatif
Goods
C+G T
U0 U1
D’
J R
D Q
P
A
E
E’
J
V B
31
0 Lq Lr Lp He He’ T
produksi. Dimana pada saat upah meningkat, waktu yang dicurahkan untuk
berpindah ke pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh HeHe’. Sedangkan efek
total upah pada leisure terdiri dari efek pendapatan dan efek subtitusi konsumsi.
Ketika harga relatif leisure meningkat terhadap harga barang, maka rumahtangga
akan mensubtitusi leisure dengan barang. Selain itu bila tingkat upah meningkat
yaitu pendapatan kerja dan pendapatan non kerja. Pendapatan karena bekerja
ditentukan oleh seberapa besar upah yang diperoleh per satuan unit waktu di pasar
tenaga kerja. Perubahan upah maupun jam kerja suatu rumahtangga berdampak
karena tidak bekerja (V) meningkatkan sumberdaya yang tersedia bagi suatu
rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kombinasi barang baik yang dibeli di pasar
maupun yang dihasilkan serta leisure yang tersedia juga meningkat. Namun
perubahan tersebut tidak dapat diharapkan untuk merubah upah yang diterima
oleh masing-masing anggota rumahtangga pada pasar tenaga kerja, harga barang-
32
barang yang dibeli di pasar, dan fungsi produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh rumahtangga.
keadaan pasar barang dan leisure maupun kondisi produksi suatu rumahtangga.
Peningkatan non labor income hanya akan menggeser budgetline ke atas sehingga
fenomena tersebut.
rumahtangga (S dan R) memperoleh non labor income (V) per minggu dan
alokasi waktu kerja mereka di pasar tenaga kerja yang ditunjukkan oleh slope DE.
THe dan jam bekerja di pasar tenaga kerja sebesar HeLp dan 0Lp untuk leisure.
rumahtangga sebesar THq per minggu dan 0Hq perminggu untuk leisure.
non labor income tidak mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh baik oleh
rumahtangga R maupun S pada pasar tenaga kerja. Dimana pemberi kerja atau
0V’. Pada rumahtangga S, setelah menerima non labor income sebesar VV’,
seperti kondisi awal, HeL’p perminggu untuk bekerja mendapatkan upah (lebih
rendah dari sebelumnya) dan 0L’p perminggu untuk leisure (lebih banyak dari
sebelumnya).
pasar kerja. Dilain pihak jumlah jam kerja untuk kegiatan rumahtangga tidak
terjadi peningkatan non labor income. Aktivitas rumahtangga hanya akan berubah
dengan adanya peningkatan non labor income bila pasar dan barang-barang yang
non labor income sangat besar sehingga menyebabkan setiap orang berhenti
Pada rumahtangga R yang tidak bekerja sebelum dan sesudah adanya non
kecil dari sebelumnya) dan 0H’q untuk leisure setiap minggunya (lebih besar dari
Goods
C+G T
U1s
U0s
D’
D P’
A’
P E’
A
Q’
E
V’ B’
V B
0 Lp Lp’ He Hq Hq’ T
Dalam rumahtangga petani secara umum bahwa curahan kerja pada suatu
rumahtangga dan pendapatan non usahatani. Selain itu pula terdapat keterkaitan
antara kegiatan produksi dengan konsumsi sebagai suatu sistem, maka kerangka
Pendapatan Total
Investasi Tabungan Rumahtangga
Petani
Input Pendapatan
Pertanian
Tenaga Kerja
Rumahtangga Petani Saprodi,
Lahan
Curahan
Kerja Suami,
Isteri Pada Produksi
Usahatani Usahatani
Padi Padi
Pendapatan
Curahan kerja (suami, Konsumsi Non
isteri, anak) pada non Pertanian
usahatani
Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2008. Lokasi
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang
mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan
dari berbagai sumber (responden). Sedangkan jenis data dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh melalui
dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani di lahan sawah. Responden yang
tersebut.
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data yang
diinventarisasi dan ditelusuri dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman
rumahtangga petani Desa Sidondo, Desa Lolu, dan Desa Mpanau. Sampel dari
normal, menurut teorema batas sentral (central limit theorem), untuk ukuran
sampel yang cukup besar, (n 30), rata-rata sampel akan terdistribusi di sekitar
rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory, 1996).
batas minimum sampel (30 sampel) yang dapat digunakan untuk karakteristik dari
populasi.
Analis data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian. Pertama, analisis data deskriptif dengan metoda tabulasi untuk menjawab
model dari suatu permasalahan sebagai suatu sistem persamaan, yaitu berbagai
aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi diformulasikan dalam suatu
persamaan simultan.
Curahan tenaga kerja pada usahatani padi adalah merupakan jumlah jam
kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga pada usahatani padi. Curahan kerja
pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja suami dan curahan kerja isteri.
Curahan kerja suami pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja suami
pada non usahatani, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, dan pendidkan suami.
Curahan kerja isteri pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja isteri pada
non usahatani, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, dan jumlah anak balita.
Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi adalah penjumlahan dari curahan
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : b1, b2, b4 < 0, b3 > 0
dimana :
39
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : c1, c2, C4 < 0, c3 > 0
dimana :
curahan kerja pada usahatani dan curahan kerja isteri pada usahatani padi.
dimana :
Curahan kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang dicurahkan
anggota rumahtangga untuk kegiatan pada non usahatani. Curahan kerja pada non
usahatani terdiri dari curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan curahan kerja
anak. Curahan kerja suami pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan
suami dari non usahatani, curahan kerja suami pada usahatani, pendidikan suami.
40
Curahan kerja isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan isteri dari
non usahatani, curahan kerja isteri pada usahatani, dan jumlah balita. Curahan
kerja anak pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non
usahatani, umur anak yang bekerja, dan pendidikan anak yang bekerja.
dimana :
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : e1, > 0, e2, e3 < 0
dimana :
dimana :
curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan curahan kerja anak pada non
usahatani.
dimana :
Biaya produksi usahatani padi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja
luar keluarga dengan biaya sarana produksi pertanian. Biaya sarana produksi
pertanian adalah penjumlahan dari biaya bibit, biaya pupuk, dan biaya pestisida.
Biaya tenaga kerja luar keluarga adalah biaya yang digunakan untuk membayar
dimana :
curahan kerja rumahtangga pada usahatani, curahan kerja rumahtangga pada non
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : g2,g3 < 0, g1,g4 > 0
dimana :
rumahtangga petani.
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : h1, h2, h3, h4 > 0
dimana :
Penggunaan pupuk pada tanaman padi dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : i1, i2, i3, i4 > 0
dimana :
usahatani padi, biaya sarana produksi, dan luas lahan usahatani padi.
dimana :
dikurangi biaya produksi padi dan biaya produksi palawija. Penerimaan usahatani
padi adalah perkalian dari produksi usahatani padi dengan harga jual padi (kering
giling).
dimana :
Pendapatan dari non usahatani terdiri dari pendapatan suami dari non
usahatani isteri dari non usahatani, dan pendapatan anak dari non usahatani.
suami, pendapatan isteri, dan pendapatan anak dari non usahatani. Pendapatan
suami dari non usahatani dipengaruhi oleh curahan kerja suami pada non
usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Pendapatan isteri dari non
usahatani dipengaruhi oleh curahan kerja isteri pada non usahatani, umur isteri,
45
dan pendidikan isteri. Pendapatan anak dari non usahatani dipengaruhi oleh
curahan kerja anak pada non usahatani, umur anak yang bekerja, dan pendidikan
dimana :
dimana :
dimana :
dimana :
dimana :
c. Pendapatan Disposibel
dimana :
dimana :
dimana :
dimana :
dimana :
investasi.
dimana :
dimana :
dalam model
G = jumlah persamaan
identified.
yang digunakan adalah metoda Two Stage Least Squares (2 SLS). Metoda ini
memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan proses pengolahan data yang
1. Rumahtangga petani adalah sekelompok orang yang tinggal di bawah satu atap
petani.
2. Petani adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
kegiatan usahatani
3. Curahan kerja merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap
5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarana produksi
pertanian yang diperlukan dalam kegiatan usahatani padi seperti bibit, pupuk,
6. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah
tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi dalam satuan rupiah selama
satu tahun.
8. Jumlah anggota rumahtangga adalah jumlah semua orang yang ada di dalam
9. Jumlah balita adalah jumlah anak kecil yang berusia di bawah lima tahun di
10. Leisure adalah waktu santai yang dilakukan oleh suatu rumahtangga untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
51
pada usahatani dan non usahatani dalam satuan rupiah selama satu tahun.
12. Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dari usahatani padi dalam satuan rupiah selama satu tahun.
13. Pendapatan rumahtangga dari non usahatani adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dari non usahatani dalam satuan rupiah selama satu tahun.
ikan kering, daging, telur, susu, sayuran, minya goreng, tepung terigu, bumbu-
bumbuan, umbi-umbian, makanan dan minuman siap saji dan rokok dalam
15. Konsumsi non pangan adalah pengeluaran rumahtangga untuk membeli bahan
tempat tinggal, kesehatan, kecantikan dalam satuan rupiah selama satu tahun.
18. Pengeluaran selain pangan adalah pengeluaran rumahtangga yang terdiri dari
19. Pengeluaran selain non pangan adalah pengeluaran rumahtangga yang terdiri
Luas wilayah Kabupaten Donggala sebesar 10 471.71 km2 dan salah satu
yang memiliki luas wilayah sebesar 514.92 km2 yang meliputi daerah dataran 65
200 sampai dengan 700 meter di atas permukaan air laut, serta merupakan dataran
Lindu. Kondisi musim panas Kabupaten Donggala terjadi antara bulan April
sampai dengan September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober
sampai dengan bulan Maret. Curah hujan tertinggi tahun 2005 terjadi pada bulan
Juni 6.5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Februari yaitu 0.66 mm
penduduk Kabupaten Donggala sebesar 486 316 jiwa, yang terdiri dari penduduk
laki-laki sebesar 243 630 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 242 686 jiwa.
Sedangkan pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 adalah sebesar 2,76 persen.
Jumlah kepala keluarga Kabupaten Donggala tahun 2006 sebesar 114 863
Kecamatan Sigi Biromaru memiliki jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 40
53
478 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 21 156 jiwa dan penduduk
perempuan sebesar 19 722 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 78 jiwa per
kilometer persegi dan jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2005
yang hanya sebesar 39 276 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 76 jiwa per
kilometer persegi.
dengan rata–rata penduduk per kepala keluarga sebanyak 4 orang Komposisi atau
muda. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif
pada tahun 2006 yaitu sebesar 74. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
usia tidak produktif (0 sampai dengan 14 tahun dan 65 tahun ke atas). Sebagai
timbulnya pengangguran.
pendidikan formal, secara umum berada pada kelompok tamat Sekolah Dasar.
kemampuan fisik, namun sudah ada kesadaran dari kepala keluarga untuk
54
2006).
Aksesibilitas dari segi letak desa contoh merupakan desa yang terbuka
dalam arti sudah ada hubungan dengan desa lain, letak desa relatif mudah
kabupaten.
Kabupaten Donggala memiliki luas lahan sawah irigasi teknis pada tahun
2005 sebesar 11 183 hektar. Lahan sawah irigasi setengah teknis sebesar 9 767
hektar. Sedangkan Kecamatan Sigi Biromaru memiliki luas lahan sawah irigasi
teknis sebesar 4 155 hektar, irigasi setengah teknis sebesar 2 298 hektar, irigasi
sederhana sebesar 571 hektar dan irigasi desa sebesar 137 hektar dengan masing–
masing luasan lahan sawah tersebut memiliki frekuensi penanaman padi dalam
Donggala Tahun 2006 sebesar 47 878 hektar, produktivitas sebesar 45.49 kuintal
per hektar dan produksi sebesar 217 798 ton sedangkan Kecamatan Sigi Biromaru
memiliki luas panen sebesar 9 283 hektar, produktivitas sebesar 47.51 kuintal per
hektar dan produksi sebesar 44 112 ton. Hasil ini merupakan yang terbesar jika
ketersediaan air pada lahan sawah tersebut. Pada desa contoh lahan sawah adalah
Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Panaman Padi Sawah menurut
Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2006
menggunakan kriteria umur kepala rumahtangga, umur isteri, umur anak, jumlah
anggota rumahtangga, jumlah anak sekolah dan jumlah anak balita yang dapat
tahun yang walaupun sudah tergolong tua apabila dikaitkan dengan jenis
mampu bekerja baik di kegiatan usahatani maupun kegiatan non usahatani. Dari
Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata umur anggota rumahtangga petani untuk suami
adalah 41.09 tahun. Usia kepala keluarga masih tergolong kelompok usia
produktif. Umur isteri juga masih tergolong produktif untuk melakukan kegiatan
bahwa tingkat pendidikan suami rata-rata 10.97 tahun tidak jauh berbeda dengan
tingkat pendidikan isteri yang rata-rata 10.81 tahun dan tingkat pendidikan suami
dan isteri dalam rumahtangga petani hanya pada tingkat pendidikan dasar. Begitu
juga dengan anak yang sudah bekerja maupun anak yang masih sekolah memiliki
anak yang masih berada pada tingkatan pendidikan dasar, hal ini menggambarkan
57
bahwa kualitas sumberdaya manusia di lokasi penelitian masih rendah. Hal ini
Tengah masih relatif rendah dengan lama sekolah dari 7.0 tahun sampai dengan
motivasi atau kemauan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, kesehatan
atau kondisi jasmani dan fisik yang tidak mengizinkan, serta kesempatan tidak
ada. Rendahnya tingkat pendidikan pada umumnya lebih banyak dimiliki oleh
memiliki jumlah anggota rumahtangga sebesar 3.83 orang. Bila dikaitkan dengan
aspek pengembangan sumberdaya manusia, maka jumlah ini sudah cukup besar,
dalam arti bahwa jumlah anggota rumahtangga tersebut masih cukup potensial
sekolah lanjutan tingkat atas dan ini merupakan aset produktif yaitu jika
bekerja pada kegiatan non usahatani. Namun juga dapat merupakan aset
Makin besar jumlah anggota rumahtangga diduga makin besar pula pencurahan
58
tenaga kerja dan pendapatan pada kegiatan di luar usahatani. Hal ini disebabkan
rumahtangga maka makin kecil pula pencurahan tenaga kerja dan pendapatan di
luar usahatani.
Jumlah anak yang sekolah rata-rata 1.69 orang. Tidak semua rumahtangga
petani mempunyai anak balita dan rata-rata hanya memiliki 1.04 orang dari
jumlah rumahtangga yang mempunyai balita dan ini sesuai dengan kondisi usia
kepala keluarga diatas 41 tahun dan umur isteri yang berada di atas 36 tahun.
Adanya kepemilikaan anak balita dalam suatu rumahtangga petani maka akan
tumahtangga. Dengan adanya anak balita dalam rumahtangga maka ada indikasi
bahwa isteri akan lebih banyak melakukan kegiatan rumahtangga untuk mengurus
maupun kegiatan non usahatani, apalagi jika dalam suatu rumahtangga tidak
memiliki tenaga kerja lain baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja
dua kegiatan yaitu: kegiatan mencari nafkah dan kegiatan tidak mencari nafkah.
anggota rumahtangga petani dilakukan pada kegiatan usahatani padi dan non
usahatani. Kegiatan non usahatani berupa berdagang, karyawan baik bekerja pada
pemerintahan maupun swasta, selain itu pula melakukan kegiatan non usahatani
dibidang jasa meliputi: sopir, tukang ojek, buruh bangunan dan pembantu
dengan mengalokasikan waktu kerja riil yang dimiliki setiap anggota rumahtangga
yaitu pilihan untuk bekerja di dalam usahtani padi ataupun non usahatani.
Analisis mengenai alokasi curahan kerja dalam penelitian ini meliputi curahan
Alokasi curahan kerja pada kegiatan usahatani padi terdiri dari alokasi
waktu curahan suami dan alokasi waktu kerja isteri. Alokasi waktu curahan pada
kegiatan non usahatani terdiri dari alokasi curahan kerja suami, alokasi curahan
Suami 104.62 72.00 128.04 31.24 90.94 250.22 33.24 354.84 39.51
Isteri 40.76 28.00 126.84 90.96 65.83 283.62 37.68 324.38 36.12
Anak 0 0 150.26 0 68.59 218.85 29.08 218.85 24.37
Jumlah 145.38 100 405.14 122.20 225.4 752.7 100 898.07 100
60
rumahtangga petani pada usahatani padi sebesar 145.38 HOK per tahun yang
meliputi curahan kerja suami sebesar 104.62 HOK per tahun dan ini merupakan
curahan kerja terbesar dalam rumahtangga. Begitu pula dengan total curahan kerja
setahun adalah suami yaitu sebesar 354.84 HOK per tahun kemudian isteri sebesar
324.38 HOK per tahun, dan anak 218.85 HOK per tahun. Ini disebabkan karena
suami sebagai kepala rumahtangga yang memiliki tanggung jawab yang besar
pengolahan tanah, penanaman dan panen. Curahan kerja isteri pada usahatani
padi sebesar 40.76 HOK per tahun. Curahan kerja isteri terhadap kegiatan
usahatani lebih rendah dibandingkan dengan suami karena pada umumnya isteri
lebih banyak membantu dalam kegiatan penanaman, dan panen. Isteri juga lebih
bagi isteri yang memiliki anak balita. Isteri memiliki peran ganda dalam
dan non usahatani juga mengatur rumahtangga sebagai ibu rumahtangga. Anak
tidak terlibat dalam kegiatan usahatani padi karena pada umumnya anak-anak
masih bersekolah sehingga untuk kegiatan produktif sangat kurang, dan bagi anak
yang tidak bersekolah lagi pada umunya anak tersebut lebih mencurahkan pada
usahatani adalah jumlah jam kerja anggota rumahtangga petani yang dicurahkan
untuk kegiatan mencari nafkah pada non usahatani yang dilakukan dalam satu
tahun. Pada Tabel 4 terlihat bahwa alokasi curahan kerja anggota rumahtangga
pada kegiatan non usahatani yaitu bekerja sebagai karyawan baik di pemerintahan
maupun swasta, berdagang, dan jasa. Bidang jasa meliputi jasa tukang ojek,
sopir angkot, buruh bangunan/tukang kayu, buruh dagang dan buruh tukang cuci.
Ini sejalan dengan Elizabeth (2007) menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja
di luar sektor pertanian di pedesaan cenderung sebagai tenaga buruh kasar (kurang
kios/warung, berburuh sebagai buruh tukang kayu dan batu atau pekerjaan yang
memerlukan keterampilan dalam menjual jasa sebagai tukang ojek, sopir angkot.
Hal ini ada hubungannya dengan pendidikan petani pada lokasi penelitian hanya
pada tingkat pendidikan dasar. Menurut Widodo (1997) bahwa faktor pendidikan
Alokasi curahan kerja suami yaitu sebesar 250.22 HOK per tahun, isteri
sebesar 283.62 HOK per tahun dan anak sebesar 218.85 HOK per tahun. Dilihat
dari jumlah curahan kerja non usahatani secara keseluruhan maka alokasi curahan
diduga bahwa bekerja sebagai karyawan lebih baik dan lebih bergengsi walaupun
harian. Hal ini banyak dilakukan pada anak dengan curahan kerja sebagai
usahatani padi tetapi lebih banyak mencurahkan kerjanya pada kegiatan non
usahatani baik sebagai karyawan maupun jasa. Menurut Antara (2007) bahwa
saat ini bidang pertanian kurang diminati oleh pemuda pedesaan apalagi perkotaan
karena banyak anak berpikir bahwa pertanian identik dengan cangkul, caping,
selalu bergelut tanah atau lumpur dan terkesan kotor, kolot dan kerja keras dan
jumlah penduduk.
anggota rumahtangga maka alokasi curahan kerja pada kegiatan non usahatani
sebesar 752.69 HOK per tahun. Ini berarti bahwa rumahtangga petani padi lebih
giat bekerja pada non usahatani dibandingkan dengan kegiatan usahatani padi
dengan total curahan kerja seluruh anggota rumahtangga sebesar 145.38 HOK per
tahun. Hal ini diduga bahwa dalam pengelolaan usahatani khususnya padi,
kegiatan usahatani yang cukup banyak mencurahan kerja pada saat pengolahan
63
lahan, penanaman, dan panen sedangkan tahap lain pada kegiatan pengelolaan
padi relatif kurang membutuhkan curahan kerja. Ini sesuai yang dinyatakan Sawit
(1986), bahwa ada dua hal yang mempenguhi pasar tenaga kerja yaitu : (1) ada
masa amat kekurangan pekerjaan di desa yaitu pada masa sepi di kegiatan
pertanian, dimana pada masa ini kegiatan non pertanian makin menonjol,
sirkulasi ke kota (2) ada masa sibuk pertanian dimana permintaan tenaga kerja
begitu tinggi, dan upah diperkirakan akan meningkat dimasa tersebut, atau
buruh bersedia bekerja di tempatnya. Dalam masa ini diperkirakan kegiatan non
pekerjaan non usahatani yang dilakukan pada saat kegiatan mulai berkurang
misalnya setelah tanam dan menunggu waktu panen atau saat musim kemarau tiba
contoh bahwa penerapan pola tanam sangat tergantung pada pengelolaan dan
ketersediaan air pada lahan sawah tersebut. Pada desa contoh lahan sawah adalah
berpengairan teknis dengan pola tanam yang diterapkan adalah padi – padi – bera.
Hal ini juga menunjang kesempatan petani untuk memanfaatkan waktu luangnya
atau saat sepi di usahatani akan mencurahkan kerjanya pada kegiatan non
usahatani. Hal ini sesuai yang dinyatakan Ravianto (1985) bahwa penyerapan
yang berasal dari usahatani padi dan pendapatan rumahtangga dari non usahatani
yaitu penjumlahan dari pendapatan suami, isteri, dan anak. Untuk meningkatkan
curahan kerjanya pada kegiatan usahatani padi maupun non usahatani untuk
memperoleh penghasilan.
Anggota
Sumber Pendapatan (Rp) Kontribusi (%)
Rumahtangga
1. Usahatani Padi Suami+Isteri 13 226 969 42.20
5. Non Usahatani Rumahtangga 18 111 991 57.80
a. Suami 7 180 182 23.00
b. Isteri 6 638 545 21.18
c. Anak 4 293 264 13.70
6. Jumlah 31 338 060 100
petani sebesar Rp 31 338 060. Dari total pendapatan rata-rata tersebut berasal dari
pendapatan usahatani padi sebesar Rp 13 226 969 atau 42.20 persen dan
pendapatan dari non usahatani sebesar Rp 18 111 991 atau sebesar 57.80 persen.
non usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari usahatani. Hal
ini disebabkan oleh alokasi curahan kerja pada kegiatan non usahatani lebih tinggi
tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan isteri dan anak. Ini
65
disebabkan oleh alokasi curahan kerja suami pada kegiatan non pertanian lebih
bervariasi, dan variasi pendapatan tersebut disebabkan oleh variasi curahan kerja.
kegiatan. Semakin tinggi alokasi curahan kerja pada kegiatan tertentu maka
pendapatan tunai yang dihasilkan juga akan semakin tinggi dan secara tidak
kegiatan tersebut.
terdiri dari pengaluaran untuk investasi produksi dan pengeluran untuk investasi
pendidikan.
konsumsi pangan yaitu Rp 6 443 136 atau 48.66 persen dari total pengeluaran
sebesar Rp 5 732 817 atau 43.30 persen dari total pengeluran rumahtangga.
penelitian masih rendah. Hal ini didasarkan pada Hukum Engel (Engel s Law)
kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat jika dibandingkan dengan
pengeluaran yaitu Rp 140 210 atau 1.06 persen dari total pengeluaran rata-rata
yang ada. Pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi lebih besar jika
konsumsi baik konsumsi pangan merupakan kebutuhan primer dan non pangan
Squares (2SLS) pada program Statistical Analysis System (SAS) 9.1 melalui
prosedur PROC SYSLIN. Dari hasil pendugaan model tersebut dilakukan analisis
berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dengan tujuan untuk
pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah terlihat pada Tabel
7 sampai dengan Tabel 21. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan pada
koefisien determinasi terbesar terdapat pada curahan kerja isteri non pertanian
sedangkan yang terkecil terdapat pada curahan kerja suami pada usahatani.
diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Nilai elastisitas dalam setiap peubah
68
Secara garis besar, dalam penelitian ini meliputi curahan kerja anggota
rumahtangga pada usahatani padi dan curahan kerja anggota rumahtangga pada
non usahatani. Curahan kerja pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja
suami dan curahan kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja rumahtangga
pada usahatani padi adalah penjumlahan dari curahan kerja suami dan curahan
kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja anggota rumahtangga pada non
usahatani terdiri dari menjadi curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan
curahan kerja anak pada non usahatani. Curahan kerja rumahtangga pada non
usahatani adalah penjumlahan dari curahan kerja suami, curahan kerja isteri pada
Pada Tabel 7 terlihat bahwa hasil dugaan parameter curahan kerja suami
parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis.
Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.4326, ini berarti bahwa keragaan
curahan kerja suami pada usahatani padi sebesar 43.26 persen dapat dijelaskan
69
oleh variabel curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU), tenaga kerja luar
Curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan
berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada
usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja suami pada kegiatan
non usahatani dengan curahan kerja suami pada kegiatan usahatani padi. Hal ini
jumlah waktu terbatas yang dimilikinya diantara pilihan untuk bekerja untuk
yang memberikan pendapatan yang lebih baik. Adanya keterbatasan waktu yang
dimiliki, jika curahan kerja suami pada non usahatani meningkat maka curahan
Curahan kerja suami pada usahatani padi tidak respon terhadap curahan
kerja suami pada kegiatan non usahatani. Hal ini memberikan gambaran bahwa
penurunan yang cukup berarti pada curahan kerja pada kegiatan usahatani padi
karena di lokasi penelitian pada mumnya kegiatan non usahatani dilakukan tidak
mengganggu kegiatan usahatani padi. Hal ini sejalan yang dikemukakan Syukur
(1988) bahwa rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu
macam pekerjaan saja dan keterlibatan rumahtangga tani untuk bekerja di non
usahatani karena: (1) kegiatan usahatani padi bersifat musiman, sehingga pada
musim sepi di usahatani padi maka suami akan memanfaatkan waktu yang
tersedia untuk mencari kesempatan kerja lain (non usahatani) yang tersedia (2)
usahatani padi seringkali dihadapkan pada resiko kegagalan panen, sehingga perlu
cadangan pendapatan dari kegiatan lain (3) pendapatan dari usahatani di peroleh
pada waktu panen. Di lain pihak rumahtangga tani memerlukan biaya hidup untuk
kebutuhan setiap hari, sehigga untuk mengatasi hal ini rumahtangga tani mencoba
bekerja pada kegiatan yang langsung dapat memberikan pendapatan (4) untuk
sebagian besar rumahtangga tani, kesempatan kerja dan pendapatan dari usahatani
tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Artinya jika
penggunaan kerja tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani bertambah
tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam usahatani maka akan bertambah pula
biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan
curahan kerja suami pada usahatani padi makin berkurang. namun dengan
lebih besar pada non usahatani. Petani lebih memilih untuk mengeluarkan biaya
untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga untuk bekerja pada lahan
usahataninya dari pada petani tersebut yang bekerja sendiri. Hal ini pada
umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, penanaman dan, panen. Respon
curahan kerja suami pada usahatani padi inelastis terhadap kerja tenaga kerja luar
keluarga.
terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Hal ini berarti ada keterkaitan
antara pendidikan dengan curahan kerja suami pada usahatani, artinya semakin
tinggi tingkat pendidikan maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang.
rendah yaitu pada tingkat pendidikan dasar. Ada indikasi bahwa dengan
pendidikan rendah maka petani kurang mampu mengadopsi teknologi lebih baik
sesuai yang dianjurkan dan hal ini dapat menyebabkan produktivitas padi yang
terhadap curahan kerja pada usahatani namun pada dasarnya pendidikan dan
maka petani dapat mengelola usahataninya secara efektif dan efisien dan dilain
pihak pada masa sepi di usahatani maka petani akan memanfaatkan waktunya
72
untuk mencurahkan kerja pada non usahatani karena dengan pendidikan tinggi
maka petani akan lebih mudah mendapatkan kesempatan kerja untuk memperoleh
Luas lahan (LL) berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 4
persen terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan
antara luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan.
Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan
sebesar 0.7 hektar, ini berarti bahwa dengan keterbatasan lahan yang dimiliki
maka petani akan cenderung melakukan kegiatan non usahatani terutama pada
saat setelah tanam dan setelah panen padi. Dengan sempitnya lahan yang dimiliki
maka petani akan berusaha mencari pekerjaan di non usahatani dalam rangka
Pada Tabel 7 terlihat bahwa curahan kerja pada usahatani padi tidak
respon terhadap luas areal yang diusahakan. Ini berarti bahwa dengan
meningkatnya luas lahan satu persen hanya meningkatkan curahan kerja isteri
pada kegiatan usahatani padi sebesar 0.29 persen. Hal ini diduga ada
kepada tujuan konsumsi sendiri sehingga curahan kerjanya juga tidak terlalu
besar.
73
(CKIUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang
sebesar 0.7184, yang berarti bahwa keragaan curahan kerja isteri pada kegiatan
usahatani sebesar 71,84 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja isteri
pada non usahatani (CKINU), tenaga kerja luar keluarga (TKLK), luas lahan
(LL), dan jumlah anak balita (JABL) yang terlihat pada Tabel 8.
Curahan kerja isteri pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan
berpengaruh nyata pada taraf 2 persen terhadap curahan kerja isteri pada usahatani
padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja isteri pada kegiatan non
usahatani dengan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi. Hal ini berarti
jika adanya peningkatan curahan kerja isteri pada non usahatani maka akan
menurunkan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi dan adanya
mengalokasikan kerjanya pada kegiatan yang dapat menghasilkan uang tunai yang
lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Respon curahan kerja
74
isteri pada usahatani padi tidak elastis terhadap curahan kerja isteri pada kegiatan
non usahatani.
terhadap curahan kerja isteri pada usahatani padi. Artinya jika tenaga kerja luar
keluarga yang digunakan petani bertambah maka curahan kerja isteri pada
dalam usahatani maka akan bertambah pula biaya yang dikeluarkan untuk
membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan curahan kerja isteri pada usahatani
luar maka isteri mempunyai waktu lebih besar pada non usahatani. Petani lebih
memilih untuk mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar
keluarga untuk bekerja pada lahan usahataninya dari pada petani tersebut yang
bekerja sendiri. Hal ini pada umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah,
penanaman dan, panen. Respon curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak
Luas lahan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen
terhadap curahan kerja isteri pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara
luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan.
Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan
curahan kerja pada kegiatan usahatani tersebut. Hal ini disebabkan semakin luas
lahan yang dimiliki cenderung membutuhkan curahan kerja yang lebih besar pula.
Hanya saja respon curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak elastis terhadap
luas lahan yang diusahakan. Ini berarti bahwa meningkatnya luas lahan satu
persen hanya meningkatkan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi
75
sebesar 0,06 persen. Hal ini diduga bahwa curahan isteri pada usahatani padi
pada umumnya hanya ikut pada kegiatan tertentu dalam usahatani padi seperti
menanam dan panen sehingga curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak elastis
terhadap luas lahan yang diusahakan disamping itu pula bahwa pada umumnya
rumahtangga petani dalam berusahatani padi juga menggunakan tenaga kerja luar
curahan pada taraf 1 persen. Semakin banyak jumlah anak balita dalam
rumahtangga petani, maka semakin berkurang curahan kerja isteri pada kegiatan
memiliki anak balita maka curahan kerja isteri akan lebih banyak dicurahkan
Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan kerja suami pada non
persamaan curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU) semua tanda
dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai
berarti bahwa keragaman curahan kerja suami pada non usahatani sebesar 57.17
persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan suami dari non usahatani
76
(PSNUT), curahan kerja suami pada usahatani padi (CKSUT), pendidikan suami
(PDS).
nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada non usahatani. Ada
saling keterkaitan antara curahan kerja pada non usahatani dengan pendapatan
suami pada kegiatan non usahatani. Ada indikasi bahwa semakin tinggi curahan
kerja suami pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula pendapatan
yang diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut. Curahan kerja suami pada
non usahatani respon terhadap pendapatan suami pada kegiatan non usahatani. Hal
ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga dalam hal
ini suami untuk bekerja pada non usahatani tergantung dari seberapa besar
setiap hari, namun tidak menutup kemungkinan bahwa suami melakukan kegiatan
non usahatani karena adanya kesempatan kerja untuk mengisi masa sepi pada
kegiatan usahatani padi seperti pada masa setelah tanam atau setelah panen.
Tabel 9. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada Non
Usahatani
berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada non
usahatani. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja suami pada non usahatani
77
terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada indikasi bahwa semakin
tinggi curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula
pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut. Sedangkan
respon curahan kerja suami pada non usahatani tidak elastis terhadap curahan
berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada non usahatani.
semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan
diperoleh dari kegiatan non usahatani. Respon curahan kerja suami pada non
sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Pada Tabel 10
berarti bahwa keragaman curahan kerja isteri pada non usahatani sebesar 65.62
persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan isteri pada non usahatani
(PINUT), curahan kerja isteri pada usahatani padi (CKIUT), dan jumlah anak
balita (JABL).
berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan
kerja isteri pada non usahatani. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja pada
non usahatani dengan pendapatan isteri dari kegiatan non usahatani. Ada indikasi
78
bahwa semakin tinggi curahan kerja isteri pada kegiatan non usahatani maka
semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani
yang dapat dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Respon curahan kerja isteri pada
non usahatani tidak elastis terhadap pendapatan isteri pada kegiatan non usahatani.
Tabel 10. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada Non
Usahatani
curahan kerja isteri pada non usahatani. Hal ini berarti dengan bertambahnya
curahan kerja isteri pada usahatani padi maka akan menurunkan curahan kerja
curahan kerja isteri pada usahatani padi berpengaruh tidak nyata terhadap curahan
kerja isteri pada non usahatani. Curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak
respon terhadap curahan kerja isteri pada non usahatani. Hal ini berarti bahwa
meskipun pekerjaan di usahatani harus dilakukan yaitu pada saat menanam dan
panen namun pada saat tertentu atau tidak melakukan kegiatan di usahatani maka
berpengaruh nyata terhadap curahan kerja isteri pada non usahatani. semakin
banyak jumlah anak balita dalam suatu rumahatangga maka semakin tinggi pula
curahan kerja isteri pada kegiatan rumahtangga yaitu mengasuh anak, namun tidak
semua isteri melakukan hal tersbut karena adanya pembantu rumahtangga atau
menitipkannya pada orang tua atau saudara dekatnya untuk mengasuh anak balita
tersebut. Respon curahan kerja isteri pada non usahatani tidak elastis terhadap
jumlah balita.
dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang
dihasilkan sebesar 0.5818, ini berarti bahwa keragaman curahan kerja anak pada
non usahatani sebesar 58.18 persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan
anak dari non usahatani (PANUT), pendidikan anak yang bekerja (PAK), dan
umur anak yang bekerja (UAK). Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan
kerja anak pada non usahatani dapat dilihat pada Tabel 11.
nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Ada
saling keterkaitan antara curahan kerja anak pada non usahatani dengan
pendapatan anak pada kegiatan non usahatani. Ada indikasi bahwa semakin
tinggi curahan kerja anak pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula
pendapatan anak yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut.
80
Respon curahan kerja anak pada non usahatani elastis terhadap pendapatan anak
pada kegiatan non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan besarnya pendapatan
yang diperoleh dari non usahatani maka anak akan meningktkan curahan kerjanya
di non usahatani.
Umur anak berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen
terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Hal ini berarti jika umur anak
bertambah maka semakin bertambah pula curahan kerja anak pada non usahatani.
Respon curahan kerja anak pada non usahatani tidak elastis terhadap umur anak.
Hal ini sejalan yang dikemukakan Hadi (1985) bahwa makin bertambah umur
anak maka akan makin produktif, sehingga curahan kerja dan pendapatan pada
nyata pada taraf 6 persen terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Hal ini
terjadi pada lokasi penelitian disebabkan rata-rata tingkat pendidikan anak yang
bekerja hanya berada pada tingkat pendidikan dasar sehingga dengan pendidikan
yang anak miliki maka peluang untuk mempeoleh kesempatan kerja pada non
berupa jenis pekerjaan yang relatif kasar seperti buruh bangunan, pembantu
rumahtangga, dan petugas cleaning service di perkantoran. Hal ini sejalan dengan
positif terhadap wawasan untuk mendapatkan alternatif pekerjaan. Dalam hal ini
Tabel 11. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Anak pada Non
Usahatani
kerja luar keluarga dipengaruhi oleh luas lahan, curahan kerja rumahtangga pada
usahatani, curahan kerja rumahtangga pada non usahatani dan pendapatan total
rumahtangga petani. Penggunaan benih padi dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah
total rumahtangga petani. Penggunaan pupuk pada tanaman padi dipengaruhi oleh
luas lahan, jumlah penggunaan benih padi, curahan kerja rumahtangga pada
variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis.
keragaman penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sebesar 64.
82
40 persen dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan (LL), curahan kerja
dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga
Luas lahan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen
terhadap tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan
antara luas lahan yang dimiliki dengan besarnya penggunaan tenaga kerja luar
keluarga. Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan
meningkatkan permintaan tenaga kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani padi.
Hal ini disebabkan semakin luas lahan yang dimiliki cenderung membutuhkan
curahan kerja yang lebih besar pula. Hanya saja luas lahan yang digunakan untuk
usahatani padi tidak respon terhadap tenaga kerja luar keluarga. Ini berarti bahwa
kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani padi sebesar 0,62 persen. Hal ini
diduga bahwa penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi pada umumnya
hanya ikut pada kegiatan tertentu dalam usahatani padi seperti mengolah lahan,
menanam dan panen sehingga penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi
Tabel 12. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Luar
Keluarga pada Usahatani Padi
penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Hal ini berarti bahwa
penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi berkurang. Namun
curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi tidak respon terhadap penggunaan
tenaga kerja luar keluarga. Ini berarti bahwa meningkatnya curahan kerja
tenaga kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani padi sebesar 0,02 persen. Hal
ini diduga bahwa penggunaan tenaga kerja luar pada usahatani padi pada
umumnya pada umumnya sangat dibutuhkan dalam usahatani padi terutama pada
penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi. Ada saling
keterkaitan antara produksi padi yang dihasilkan pada kegiatan non usahatani
dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini berarti jika adanya
peningkatan produksi padi maka akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar
keluarga pada kegiatan usahatani padi, dengan adanya keterbatasan waktu yang
kerja luar keluarga untuk membantu dalam penanganan produksi padi pada saat
waktu panen, pengamgkutan, dan penjemuran gabah. Petani lebih memilih untuk
mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga untuk
bekerja pada lahan usahataninya dari pada petani tersebut yang bekerja sendiri ini
menunjukkan semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang
sebesar 0.5264, ini berarti bahwa keragaman jumlah penggunaan benih pada
usahatani padi sebesar 52.64 persen dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan
Hasil dugaan parameter dan elastisitas penggunaan jumlah benih pada usahatani
terhadap penggunaan jumlah benih pada taraf 1 persen. Hal ini berarti bahwa jika
luas lahan usahatani padi bertambah maka penggunaan benih padi akan bertambah
pula, dan ini ada keterkaitan antara luas lahan usahatani padi dengan jumlah benih
padi maka kebutuhan akan jumlah benih yang digunakan pada lahan tersebut juga
Tabel 13. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Penggunaan Jumlah Benih pada
Usahatani Padi
benih. semakin banyak jumlah benih yang digunakan maka semakin banyak pula
kebutuhan pupuk yang digunakan, hal ini berarti bahwa ada keterkaitan
penggunaan jumlah benih dengan jumlah pupuk yang digunakan. Ada indikasi
bahwa pada usahatani padi pupuk memiliki peranan dalam pembudidayaan padi
karena tanaman padi memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman padi,
hal ini ditemukan di lokasi penelitian dengan adanya pemberian pupuk pada
pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja rumahtangga
pada kegiatan usahatani padi dengan penggunaan jumlah benih. Hal ini berarti
jika adanya peningkatan penggunaan jumlah benih pada usahatani padi maka akan
meningkatkan curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi terutama pada saat
penanaman padi.
terhadap jumlah benih yang digunakan. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan
total rumahtangga meningkat maka jumlah benih padi yang dibeli oleh petani
juga akan meningkat, dan ini ada keterkaitan antara pendapatan total rumahtangga
dengan jumlah benih padi. Hal ini berarti bahwa jika rumahtangga petani
meningkatkan input produksi juga akan meningkat sehingga produksi padi yang
menunjukkan semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang
sebesar 0.5264, ini berarti bahwa keragaman jumlah penggunaan benih pada
usahatani padi sebesar 52.64 persen dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan
Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan pupuk pada usahatani
terhadap penggunaan jumlah pupuk. Hal ini berarti bahwa jika luas lahan
usahatani padi bertambah maka penggunaan pupuk akan bertambah pula, dan ini
ada keterkaitan antara luas lahan usahatani padi dengan jumlah pupuk yang
yang digunakan untuk usahatani padi maka jumlah pupuk yang digunakan juga
sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan jumlah produksi padi yang akan
dihasilkan.
87
Tabel 14. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Penggunaan Jumlah Pupuk pada
Usahatani Padi
pupuk. semakin banyak jumlah benih yang digunakan maka semakin banyak pula
pupuk yang digunakan, hal ini berarti bahwa ada keterkaitan penggunaan jumlah
benih dengan jumlah pupuk yang digunakan. Ada indikasi bahwa pada usahatani
padi pupuk memiliki peranan dalam pembudidayaan padi karena tanaman padi
memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman padi, hal ini ditemukan
dengan adanya pemberian pupuk pada tanaman padi tersebut. Namun demikian
hara pertanian.
pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja rumahtangga
pada kegiatan usahatani padi dengan penggunaan jumlah pupuk. Hal ini berarti
jika adanya peningkatan penggunaan jumlah pupuk pada usahatani padi maka
petani berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk yang
digunakan dalam usahatani padi. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan total
usahatani padi juga akan meningkat, dan ini ada keterkaitan antara pendapatan
total rumahtangga petani dengan jumlah pupuk yang digunakan. Ada indikasi
karena tanaman padi membutuhkan unsur hara yang terkandung di dalam pupuk
produksi juga akan meningkat sehingga produksi padi yang akan dicapai akan
meningkat pula.
determinasi yang dihasilkan sebesar 0. 6059, ini berarti bahwa keragaman curahan
kerja anak pada non usahatani sebesar 60.59 persen dapat dijelaskan oleh variabel
produksi (BSPR), baya tenaga kerja luar kluarga (BTKL), dan luas lahan (LL).
Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi dan biaya sarana produksi
berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Hal ini
berarti bahwa biaya sarana produksi akan sangat menunjang peningkatan produksi
89
padi. Respon produksi padi tidak elasis terhadap curahan kerja rumahtangga
nyata terhadap produksi padi. semakin banyak biaya tenaga kerja luar keluarga
yang digunakan maka akan menunjang peningkatan produksi, hal ini berarti
bahwa ada keterkaitan penggunaan biaya tenaga kerja luar keluarga dengan
produksi. Ada indikasi bahwa pada usahatani padi biaya tenaga kerja keluarga
digunakan untuk memberikan upah kerja kepada tenaga kerja luar yang digunakan
dalam usahatani padi terutama pada saat pengolahan lahan, penanaman, dan
panen. Hasil dugaan parameter dan elastisitas produksi padi dapat dilihat pada
Tabel 15.
terhadap produksi padi pada taraf 1 persen. Hal ini berarti bahwa jika luas lahan
usahatani padi bertambah maka produksi padi akan bertambah pula, dan ini ada
keterkaitan antara luas lahan usahatani padi dengan produksi padi. Respon
produksi padi tidak elastis terhadap luas lahan.usahatani padi. Nugraheni (2000)
dalam Sahara dan Idris (2007) menyatakan bahwa bagi rumahtangga tani, lahan
al, 1999) dalam Sahara dan Idris (2007) bahwa semakin luas areal usahatani
makin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan atau sebaliknya makin sempit
6.4. Pendapatan
dan pendapatan dari non usahatani. pendapatan dari non usahatani terdiri dari
pendapatan suami, pendapatan isteri, dan pendapatan anak dari non usahatani.
usahatani padi dengan biaya produksi usahatani padi. Penerimaan usahatani padi
merupakan hasil perkalian dari produksi padi yang dihasilkan dan harga jual padi
dalam bentuk gabah kering giling. Pendapatan rumahtangga dari non usahatani
pada non usahatani (PSNUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter
variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis. Koefisien
pendapatan suami pada non usahatani sebesar 53.37 persen dapat dijelaskan oleh
91
variabel curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU), umur suami (USM),
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa curahan kerja suami dari non
usahatani berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap
pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara
curahan kerja suami dari non usahatani terhadap pendapatan suami dari non
usahatani. Jika terjadi peningkatan curahan kerja suami pada non usahatani maka
akan dapat meningkatkan pendapatan suami dari non usahatani tersebut. Nilai
elastisitas yang diperoleh sebesar 1.54, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu
persen curahan kerja suami pada non usahatani maka akan dapat meningkatkan
berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini
berarti bahwa dengan bertambahnya umur suami maka pendapatan suami dari non
usahatani juga bertambah. Hanya saja respon curahan kerja umur tidak elastis
terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Ini berarti bahwa dengan
persen.
Tabel 16. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Suami dari Non
Usahatani
nyata terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa
suami tidak respon terhadap pendapatan suami dari non usahatani, namun pada
diperoleh. Hal ini sejalan yang dikemukakan Hadi (1985) bahwa makin tinggi
tingkat pendididikan angkatan kerja maka akan memiliki peluang yang besar
Hasil dugaan parameter dan elastisitas pendapatan isteri dari non usahatani
diperoleh sebesar 0.6345, ini berarti bahwa keragaan pendapatan isteri pada non
usahatani sebesar 63.45 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja isteri
pada non usahatani (CKINU), umur isteri (UIS), dan pendidikan isteri (PDI).
Tabel 17. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Isteri dari Non
Usahatani
berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap pendapatan isteri dari non
usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara curahan kerja isteri dari
non usahatani terhadap pendapatan isteri dari non usahatani. Jika terjadi
peningkatan curahan kerja isteri pada non usahatani maka akan dapat
meningkatkan pendapatan isteri dari non usahatani tersebut. Nilai elastisitas yang
diperoleh sebesar 1.11, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu persen curahan
kerja isteri pada non usahatani maka akan dapat meningkatkan pendapatan isteri
pendapatan isteri dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya
umur tidak menambahnya pendapatan isteri pada non usahatani, ini terjadi pada
saat umur isteri tidak produktif lagi untuk bekerja. Walaupun berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa umur isteri masih dalam kisaran umur produkfif
yaitu 36 tahun, hal ini terjadi karena jenis pekerjaan isteri pada lokasi penelitian
relative rendah.
pendapatan isteri dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya
pendidikan isteri pada kegiatan non usahatani maka pendapatan isteri dari non
94
usahatani juga bertambah. Respon pendapatan isteri dari non usahatani tidak
elastis terhadap pendidikan isteri. Jika dikaji lebih jauh, sebenarnya jenis
pekerjaan non usahatani yang ada di lokasi penelitian, tidak selalu memerlukan
pendidikan yang tinggi, seperti pembantu rumahtangga, buruh bangunan atau kuli,
tukang ojek, sopir, tukang delman, yang kesemuanya jenis pekerjaan tersebut
dilakukan pada saat kegiatan usahatani sudah tidak sibuk lagi yaitu pada masa
pemeliharaan tanaman padi sambil menunggu masa panen atau pada saat setelah
panen untuk menunggu masa tanam padi berikutnya. Hal ini dilakukan karena
diperoleh sebesar 0.4710, ini berarti bahwa keragaan pendapatan anak pada non
usahatani sebesar 47.10 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja anak
pada non usahatani (CKANU), umur anak (UAK), dan pendidikan anak yang
bekerja (PAK).
berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap pendapatan anak dari non
usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara curahan kerja anak dari
non usahatani terhadap pendapatan anak dari non usahatani. Jika terjadi
95
peningkatan curahan kerja anak pada non usahatani maka akan dapat
anak dari non usahatani elastis terhadap curahan kerja anak dari non usahatani.
Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan curahan kerja anak pada
kegiatan non usahatani sebesar satu persen maka akan dapat menambah
Tabel 18. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Anak dari Non
Usahatani
positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan anak dari non usahatani.
Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya pendidikan anak pada kegiatan non
usahatani maka pendapatan anak dari non usahatani juga bertambah. Hanya saja
pendidikan tidak respon terhadap pendapatan anak dari non usahatani. Ini berarti
dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan sedangkan pengeluaran investasi
bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai
berarti bahwa keragaan konsumsi pangan sebesar 45.99 persen dapat dijelaskan
oleh variabel pendapatan disposibel (PND), Komsumsi non pangan (KNP), dan
taraf 1 persen terhadap konsumsi pangan. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan
dan ini menunjukkan bahwa daya beli rumahtangga juga meningkat karena setiap
elastisitas yang diperoleh sebesar 1.30, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu
dan berpengaruh nyata terhadap pengeluaran untuk konsumsi pangan. Hal ini
97
berarti bahwa jika pengeluaran selain pangan bertambah maka konsumsi pangan
selain pangan.
taraf 10 persen terhadap konsumsi pangan. Hal ini berarti bahwa jika terjadi
juga merupakan aset konsumtif yaitu mereka yang bukan angkatan kerja. Makin
besar jumlah anggota keluarga maka keburtuhan hidup yang harus dipenuhi untuk
bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai
berarti bahwa keragaan konsumsi pangan sebesar 39.53 persen dapat dijelaskan
oleh variabel pendapatan disposibel (PND), konsumsi pangan (KPN), dan jumlah
taraf 1 persen terhadap konsumsi non pangan. Hal ini berarti bahwa ada
rumahtangga akan meningkat. Ini menunjukkan bahwa barang atau jasa yang
tergabung dalam kelompok non pangan pada penelitian ini adalah barang normal.
Rumahtangga yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi akan memiliki peluang
yang lebih besar untuk membelanjakannya dalam jumlah yang lebih besar jika
dengan menambah pengeluaran yang salah satunya untuk konsumsi non pangan
rumahtangga dapat mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi lagi atau
pengeluaran untuk konsumsi non pangan. Hal ini berarti bahwa jika pengeluaran
selain non pangan bertambah maka konsumsi non pangan akan berkurang. Respon
konsumsi non pangan tidak elastis terhadap pengeluaran selain non pangan.
berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan. Hal
ini berarti bahwa jika terjadi penambahan jumlah anggota rumahtangga maka
99
kebutuhan konsumsi non pangan yang harus dipenuhi untuk seluruh anggota
rumahtangga. Hal ini menunjukkan barang atau jasa non pangan di dalamnya
jumlah anggota rumahtangga, seperti pakaian, air, bahan bakar, kosmetik, listrik.
dugaan parameter sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis.
keragaan konsumsi pangan sebesar 51.07 persen dapat dijelaskan oleh variabel
jumlah anak sekolah (JAS). Hasil dugaan parameter dan elastisitas pendapatan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ini terjadi pada lokasi penelitian bahwa
usahatani maupun pada non usahatani karena bagi anak-anak yang masih
dengan sekolah/pendidikan.
investasi pendidikan. Ada keterkaitan antara investasi produksi dan konsumsi total
total berpengaruh tidak nyata terhadap investasi pendidikan dan respon investasi
produksi dan konsumsi total tidak elastis terhadap investasi pendidikan. Hal ini
terjadi karena pada umumnya investasi yang dilakukan untuk investasi produksi
sangat rendah karena pendapatan yang dihasilkan dari usahatani masih rendah
pada taraf 1 persen terhadap investasi pendidikan. Ada keterkaitan antara jumlah
101
anak sekolah dengan investasi pendidikan. Jika jumlah anak sekolah dalam
Hal ini berarti bila pendidikan merupakan cerminan dari keterampilan dan
kemampuan petani di lokasi penelitian masih rendah, apalagi dalam hal adopsi
teknologi baru dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya produktivitas
padi juga masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa anak-anak yang
umur dan tingkatan pendidikan yang ada di lokasi penelitian tersebut, ini berarti
bahwa sudah ada kesadaran petani terhadap pentingnya pendidikan untuk masa
7.1. Kesimpulan
penelitian tentang analisis curahan kerja rumahtangga petani lahan sawah sebagai
berikut:
pendapatan dari usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan
non usahatani. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja keluarga antara
2. Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan
pada kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan
curahan kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas
maka akan meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non
3.2. Saran
generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu menyerap
3. Perlunya penelitian lanjutan tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri,
dan anak dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani baik
ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial budayanya pada wilayah yang lebih
padat dan luas atau pada daerah penghasil padi yang berperan sebagai lumbung
padi nasional.
104
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2003. Sulawesi Tengah dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu.
Becker, G.S. 1976. The Economic Approach to Human Behavior. The University
of Chicago Press, Chicago.
__________. 1985. Human Capital, Effort and The Sexual Division of Labor.
Proc. Of the Trend in Women’s Work, Education, and Family Building.
Journal Of Labor Economics, 3(2): 33-58.
Cooper, D.R. dan W. Emory. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Terjemahan. Edisi
Kelima. Erlangga, Jakarta.
Chuzaimah. 2006. Analisis Keragaan Ekonomi Rumah Tangga Petani Peserta dan
Non Peserta Rice Estate di Lahan Pasang Surut Delta Telang I Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dirgantoro, M.A. 2001. Alokasi Tenaga Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan
dan Pengeluaran Rumahtangga Petani Sawi. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gunawan, M. dan I. Sodikin. 1990. Lahan Pertanian, Tenaga Kerja dan Sumber
Pendapatan di Beberapa Pedesaan Jawa Barat. Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 8(1-2): 12-22.
Hadi, P.U 1985. Pencurahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Pada Kegiatan Non-
Usaha Tani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Studi Kasus di
Pedesaan Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian Agro Ekonomi, Badan
Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, Bogor.
Ongge, J.K. 2001. Analisis Curahan Kerja Wanita dan Kontribusinya terhadap
Pendapatan Rumahtangga Petani di Kabupaten Jayawijaya-Irian Jaya.
Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sahara, D. dan Idris. 2007. Kajian Struktur Biaya dan Alokasi Curahan Tenaga
Kerja pada Sistem Usahatani Padi Sawah. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 10(2): 137-148.
Sawit, M.H. 1986. Perubahan Kesempatan Kerja dan Tingkat Upah di Pedesaan
Jawa. Implikasi untuk Sektor Pertanian. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 5(2): 50–56.
Soepriati. 2006. Peranan Produksi Usahatani dan Gender Dalam Ekonomi Rumah
Tangga Petani Lahan Sawah: Studi Kasus di Kabupaten Bogor. Tesis
Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sumaryanto. 1989. Penawaran Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi dan Faktor –
faktor yang Mempengaruhi Perubahannya. Tesis Magister Sains. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
109
CKRTUT = CKSUT+CKIUT;
CKRTNU = CKSNU+CKINU+CKANU;
BSPR = BBH+BPK+BPT;
BPUT = BTKL+BSPR;
PNRTU = PROD*HJL;
PDRTU = (PNRTU-BPUT);
PRTNU = PSNUT+PINUT+PANUT;
PDTRT = PDRTU+PRTNU;
PND = PDTRT-PBDB;
KP = KP;
KNP = KNP+IPRO+IPEN;
KTL = KPN+KNP;
INV = IPRO+IPEN;
PGTK = KTL+INV;
TAB = PND-PGTK;
Lampiran 1. Lanjutan
Instruments BTKL USM PDS JABL PAS BPK BBH BPT LL HJL UIS UAS PAK
UAK PDI PRTNU PBDB JART JAS;
/*persamaan struktural*/
CURAHAN_KER_SUAMI_PADI : model CKSUT = CKSNU CTKL PDS LL;
CURAHAN_KER_ISTRI_PADI : model CKIUT = CKINU CTKL LL JABL;
CURAHAN_KER_SUAMI_NON_UT : model CKSNU = PSNUT CKSUT PDS;
CURAHAN_KER_ISTRI_NON_UT : model CKINU = PINUT CKIUT JABL;
CURAHAN_KER_ANAK_NON_UT : model CKANU = PANUT UAK PAK;
JUMLAH_PERMINTAAN_TK_LAUR: model CTKL = LL CKRTUT CKRTNU PDTRT;
JUMLAH_PERMINTAAN_BENIH : model JBBH = LL JPPK PDTRT;
JUMLAH_PERMINTAAN_PUPUK : model JPPK = LL JBBH PDTRT;
JUMLAH_PERMINTAAN_RACUN : model JRCN = LL JBBH PDTRT;
PRODUKSI_PADI : model PROD = CKRTUT BSPR LL;
PENDAPATAN_SUAMI_NON_UT : model PSNUT = CKSNU USM PDS;
PENDAPATAN_ISTRI_NON_UT : model PINUT = CKINU UIS PDI;
PENDAPATAN_ANAK_NON_UT : model PANUT = CKANU UAK PAK;
KONSUMSI_PANGAN : model KPN = PND KNP JART;
KONSUMSI_NON_PANGAN : model KNP = PND KPN JART;
INVESTASI_PENDIDIKAN : model IPEN = PND IPRO KTL JAS;
111
Lampiran 1. Lanjutan
/*persamaan identitas*/
identity CKRTUT = CKRTUT+0;
identity CKRTNU = CKRTNU+0;
identity BPUT = BPUT+0;
identity PDRTU = PDRTU+0;
identity PNRTU = PNRTU+0;
identity PDTRT = PDTRT+0;
identity PRTNU = PRTNU+0;
identity PND = PND+0;
identity KTL = KTL+0;
identity INV = INV+0;
identity PGTK = PGTK+0;
identity TAB = TAB+0;
run;
Model CURAHAN
Dependent Variable CKSUT
Label Curahan Kerja Suami pada Usahatani
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 48404.03 12101.01 17.73 <.0001
Error 93 63486.68 682.6524
Corrected Total 97 157745.9
Parameter Estimates
Model CURAHAN
Dependent Variable CKIUT
Label Curahan Kerja Istri pada Usahatani
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 16724.85 4181.214 59.32 <.0001
Error 93 6554.712 70.48077
Corrected Total 97 24003.29
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model CURAHAN
Dependent Variable CKSNU
Label Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 121475.8 40491.94 41.83 <.0001
Error 94 90997.04 968.0536
Corrected Total 97 299518.6
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model CURAHAN
Dependent Variable CKINU
115
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 59943.22 19981.07 59.81 <.0001
Error 94 31403.49 334.0796
Corrected Total 97 113811.9
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model CURAHAN
Dependent Variable CKANU
Label Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 138147.3 46049.11 43.60 <.0001
Error 94 99282.89 1056.201
Corrected Total 97 258833.2
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 52344.11 13086.03 43.13 <.0001
Error 93 28214.43 303.3809
Corrected Total 97 80211.92
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 18725.76 4681.439 25.84 <.0001
Error 93 16846.93 181.1497
Corrected Total 97 36310.00
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model PRODUKSI
Dependent Variable PROD
Label Produksi Usahatani Padi
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model PENDAPATAN
Dependent Variable PSNUT
Label Pendapatan Suami dari Non Usahatani
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 1.972E15 6.573E14 35.86 <.0001
Error 94 1.723E15 1.833E13
Corrected Total 97 2.984E15
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model PENDAPATAN
Dependent Variable PINUT
Label Pendapatan Istri dari Non Usahatani
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 3.418E14 1.139E14 54.40 <.0001
Error 94 1.969E14 2.094E12
Corrected Total 97 7.696E14
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model PENDAPATAN
Dependent Variable PANUT
123
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model KONSUMSI
Dependent Variable KPN
Label Konsumsi Pangan
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 3 2.289E14 7.631E13 26.68 <.0001
Error 94 2.689E14 2.86E12
Corrected Total 97 5.007E14
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model KONSUMSI
Dependent Variable KNP
Label Konsumsi Non Pangan
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Lampiran 2. Lanjutan
Model INVESTASI
Dependent Variable IPEN
Label Investasi Pendidikan
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Model 4 2.489E13 6.222E12 24.26 <.0001
Error 93 2.385E13 2.564E11
Corrected Total 97 5.061E13
Parameter Estimates