ID Pola Alokasi Waktu Dan Kontribusi Pendap
ID Pola Alokasi Waktu Dan Kontribusi Pendap
ID Pola Alokasi Waktu Dan Kontribusi Pendap
Angelina Pesik
Jenny Baroleh
Rine Kaunang
ABSTRACT
This study aims to determine the pattern of time allocation of women vegetable traders and their
contribution to the household income. This research was conducted in Pinasungkulan Market, Karombasan,
Manado for two month from June to July 2016. The primary data was collected from interviews with 15 women
vegetable sellers who have a family. Secondary data were obtained from Sub-office Pinasungkulan Market. Data
analysis was used descriptive analysis techniques. The results showed that, in general, women vegetables traders in
the Pinasungkulan Market have started selling vegetables after they were married. Because as wives, they realized
that they have to support their husbands to earn money for a living because of their husband's income is not
sufficient. Time allocation patterns of the woman vegetable seller shave used an average of 15 hours per day for all
their activities. They are selling vegetables, domestic activities and others social activities. Their time allocation
daily respectivley consists of sold vegetables activities spend on average 8.9 hours (59.40%), for households 2, 6
hours/day (17.30%) and for other activities such as watching television and attending worship and other social
activities, an average of 3.5 hours (23.3%). The conclusion from this study that the pattern of time allocation by
women vegetable vendors in the Market of Pinasungkulan, Karombasan, women spend more time on economic
activities than from domestic activities. Women vegetable sellers have earned average income of IDR 4.400 million
per month with a 59.27% contribution to the family income. While their husband shave contributed to the family
income is lower than the wife of 19.09% with an average income of IDR 1.417 million per month. The contribution
of other members of the household is income, especially children, are IDR 1.607 million per month (21.64%).
Therefore, it can be concluded that women vegetables traders in Pinasungkulan Market are primary source of
support for family.
Keywords: women, vegetable traders, time allocation, contribution, income, Pinasungkulan Market, Manado City
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola alokasi waktu perempuan pedagang sayuran dan
kontribusi pendapatan terhadap pendapatan keluarga. Penelitian dilaksanakan di Pasar Pinasungkulan
Karombasan Manado selama dua bulan dengan menggunakan data primer berasal dari wawancara dengan 15
perempuan yang telah berkeluarga yang berjualan sayuran hijau. Data sekunder diperoleh dari Kantor Sub
Dinas Pasar Pinasungkulan dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perempuan pedagang sayuran di pasar Pinasungkulan Karombasan umumnya berstatus
ibu rumahtangga dan umumnya usaha berjualan sayuran ini dimulai setelah perempuan menikah. Istri merasa
perlu membantu suami mencari nafkah karena penghasilan dari suami tidak mencukupi. Pola alokasi waktu
menunjukkan bahwa perempuan pedagang sayuran melakukan kegiatan rata-rata sebanyak 15 jam per hari.
Kegiatan mencari nafkah (berjualan sayuran) rata-rata menghabiskan waktu sebanyak 8,9 jam dan untuk
rumah tangga sebanyak 2,6 jam/hari. Untuk kegiatan lain seperti menonton televisi dan menghadiri ibadah dan
kegiatan sosial lainnya, rata-rata sebanyak 3,5 jam. Pendapatan tertinggi diperoleh istri dengan rata-rata
pendapatan Rp 4.400.050 per bulan dengan kontribusi sebesar 59,27 %. Kontribusi suami dalam pendapatan
keluarga lebih rendah dari istri yakni sebesar 19,09 % dengan rata-rata pendapatan Rp 1.417.000/bulan..
Sumbangan anggota rumah tangga dari anak yang bekerja dan tinggal serumah Rp 1.607.000 per bulan
(21,64%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pola alokasi waktu oleh perempuan yang berdagang sayuran
di Pasar Pinasungkulan Karombasan Manado lebih banyak mencurahkan waktunya (59,40%) untuk berjualan
sayuran (economic production) dibandingkan dengan mengurus rumahtangga (domestic production) (17,30%),
sehingga usaha ini merupakan aktivitas perempuan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Kontribusi
pendapatan ibu rumah tangga yang berusaha di bidang penjualan sayuran di pasar sekitar 59,27 persen
terhadap pendapatan rumah tangga.
Kata kunci : perempuan, pedagang sayuran, alokasi waktu, kontribusi, pendapatan keluarga, Pasar
Pinasungkulan, Kota Manado
65
Pola Alokasi Waktu dan Kontribusi Pendapatan Perempuan«......... (Angelina Pesik, Jenny Baroleh, Rine Kaunang)
66
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298, Volume 12 Nomor 3, September 2016 : 65 - 76
67
Pola Alokasi Waktu dan Kontribusi Pendapatan Perempuan«......... (Angelina Pesik, Jenny Baroleh, Rine Kaunang)
68
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298, Volume 12 Nomor 3, September 2016 : 65 - 76
69
Pola Alokasi Waktu dan Kontribusi Pendapatan Perempuan«......... (Angelina Pesik, Jenny Baroleh, Rine Kaunang)
70
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298, Volume 12 Nomor 3, September 2016 : 65 - 76
71
Pola Alokasi Waktu dan Kontribusi Pendapatan Perempuan«......... (Angelina Pesik, Jenny Baroleh, Rine Kaunang)
72
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298, Volume 12 Nomor 3, September 2016 : 65 - 76
Sebaliknya, suami memberi dukungan karena rumah yaitu berjualan sayuran, masih harus
mereka merasakan tekanan ekonomi lebih besar menyelesaikan pekerjaan rumahtangga yang
bila hanya mengandalkan penghasilan rumah menyita waktu yang tidak sedikit. Meskipun
tangga dari suami sendiri. suami turut membantu menyelesaikan urusan
rumahtangga (domestik), namun waktu yang
Pola Alokasi Waktu Perempuan Pedagang digunakan suami untuk urusan rumahtangga
Sayuran di Pasar relatif lebih sedikit dibandingkan istri. Secara
Perempuan dengan statusnya sebagai istri umum, perempuan lebih banyak mencurahkan
mempunyai peran yang berhubungan dengan waktunya pada kegiatan rumah tangga
kedudukannya sebagai ibu rumah tangga. dibandingkan dengan suami mereka. Suami,
Aktivitas-aktivitas dalam rumah tangga sebaliknya lebih banyak mencurahkan
merupakan realisasi peran domestik yang waktunya untuk kegiatan lain, yaitu aktivitas
dikenal pula sebagai produksi domestik. mencari nafkah di luar berjualan sayuran dari
Perempuan berangsur-angsur tidak lagi istrinya dan di luar kegiatan rumah tangga.
terbelenggu dalam peran domestik saja. Hal ini Berdasarkan aktivitas yang dilakukan
disebabkan semakin beratnya tuntutan untuk setiap anggota rumahtangga dari perempuan
memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan pedagang sayuran, untuk urusan rumahtangga
semakin luas hubungan sosial perempuan di maka istri lebih banyak mencurahkan waktunya
dalam masyarakat. yakni sebanyak 42,6 persen dibandingkan
Secara umum, perempuan lebih banyak dengan suaminya hanya 16,4 persen. Jika istri
mencurahkan waktunya pada kegiatan rumah berjualan sayuran di pasar maka pekerjaan
tangga (2,6 jam/hari) dibandingkan dengan rumahtangga digantikan oleh anak atau
suami mereka (1,0 jam/hari). Suami, orangtua yang menjadi tanggungan dalam
sebaliknya lebih banyak mencurahkan keluarga tersebut. Suami jarang membantu
waktunya untuk kegiatan lain (7,5 jam/hari), urusan rumahtangga kecuali hanya beberapa
yaitu aktivitas mencari nafkah di luar usaha pekerjaan yang ringan saja seperti menyapu
penjualan sayuran dan di luar kegiatan rumah halaman dan sebagainya dan bukan untuk
tangga. urusan memasak dan mencuci. Dalam keadaan
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa istri yang bekerja menjual sayuran maka suami
perempuan pedagang sayuran melakukan memberikan waktunya untuk membantu hanya
kegiatan rata-rata sebanyak 15 jam per hari. sekitar 0,5 jam (30 menit) dan dilakukan pada
Kegiatan mencari nafkah (berjualan sayuran) pekerjaan berupa mengantar atau menolong
rata-rata menghabiskan waktu sebanyak 8,9 jam membawa bahan sayuran ke pasar. Suami
dan untuk rumah tangga sebanyak 2,6 jam/hari. memberikan waktunya hanya relatif sedikit
Untuk kegiatan lain seperti menonton televisi karena mereka mempunyai pekerjaan lain diluar
dan menghadiri ibadah kolom, kaum ibu dan aktivitas rumahtangga yaitu sebagai sopir,
PKK rata-rata sebanyak 3 jam 30 menit. Waktu tukang ojek dan buruh harian lainnya. Ada
yang dicurahkan oleh suami rata-rata 6 jam sebanyak 3 suami yang tidak mempunyai
lebih rendah daripada waktu yang dicurahkan pekerjaan namun mereka membantu berjualan
oleh istri. Suami hanya mencurahkan waktunya sayuran dengan istri. Namun hal ini dilakukan
untuk rumah tangga sebanyak 60 menit per hari. pada saat istri pulang ke rumah siang hari dan
Peran ibu rumah tangga ketika sedang digantikan suaminya untuk berjualan sampai
beraktivitas di luar rumah yakni berjualan sore hari.
sayuran dan mengikuti kegiatan sosial (ibadah Pada umumnya perempuan bekerja
dan PKK), digantikan oleh anggota keluarga lebih lama jumlah jam kerjanya daripada suami
lain, dalam hal ini anak, atau orang tua, atau mereka. Keadaan ini ditunjukkan dalam hasil
kerabat yang tinggal dalam rumah yang masuk penelitian ini bahwa dilihat dari jumlah jam
dalam tanggungan keluarga dan ini memberikan kerja yang dicurahkan untuk kegiatan mencari
waktu rata-rata 2,5 jam/hari. nafkah (berjualan sayuran) dapat dikatakan
Dengan demikian istri yang bekerja bahwa perempuan bekerja berlebih
pada sektor publik memiliki beban kerja yang (overworked). Rata-rata perempuan berdagang
sangat berat, karena disamping bekerja di luar sayuran 8,9 jam dibandingkan dengan suami
73
Pola Alokasi Waktu dan Kontribusi Pendapatan Perempuan«......... (Angelina Pesik, Jenny Baroleh, Rine Kaunang)
yang bekerja rata-rata 7,5 jam per hari. 16.00-19.00 aktivitas/kegiatan dilakukan di
(Bandingkan dengan rata-rata 1 HOK untuk rumah sambil menonton televisi.
laki-laki yaitu 7 jam kerja dan perempuan 0,7 Dengan demikian penelitian ini
HKP = hari kerja laki-laki). memberikan suatu gambaran mengenai alokasi
Perempuan sebagai istri mempunyai waktu yang dicurahkan pada kegiatan produksi
peran yang berhubungan dengan dan reproduksi, baik oleh perempuan pedagang
kedudukkannya sebagai ibu rumahtangga. sayuran maupun anggota rumah tangga lain,
Aktivitas-aktivitas dalam rumahtangga dan kontribusi pendapatan yang berasal dari
merupakan realisasi peran di dalam penjualan sayuran terhadap pendapatan rumah
rumahtangga yang dikenal pula sebagai tangga. Umumnya, perempuan lebih banyak
produksi domestik. Secara perlahan-lahan mencurahkan waktunya pada kegiatan rumah
perempuan tidak lagi terbelenggu dalam peran tangga dibandingkan dengan suami mereka.
domestik saja. Hal ini disebabkan semakin Suami, sebaliknya lebih banyak mencurahkan
beratnya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan waktunya untuk kegiatan lain, yaitu aktivitas
hidup rumahtangga. mencari nafkah di luar berjualan sayuran dan di
Secara keseluruhan seluruh aktivitas luar kegiatan rumah tangga. Effendi (1990) dari
perempuan baik dalam rumah maupun aktivitas penelitiannnya di Jatinom, Jawa Tengah
di luar rumahtangga di dominasi oleh istri membenarkan bahwa kegiatan di luar pertanian
sebagai pedagang sayuran yakni sebesar 15 merupakan salah satu strategi kelangsungan
jam/hari dibandingkan dengan anggota hidup (survival strategy) rumah tangga.
rumahtangga lainnya dalam keluarga. Hal ini Kegiatan tersebut memberikan peluang
mengindikasikan bahwa rumahtangga pedagang berusaha, merangsang pertumbuhan ekonomi
sayuran lebih mengutamakan bekerja sebagai dan mampu menekan migrasi tenaga kerja ke
penjual sayuran dibandingkan dengan pekerjaan luar daerah. Bagi seorang perempuan, aktivitas
lain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berjualan sayuran memberikan keuntungan
terhadap seluruh responden yang menyatakan bekerja karena bidang pekerjaan ini cenderung
bahwa usaha menjual sayuran ini merupakan merupakan perluasan kegiatan rumah tangga,
mata pencaharian utama. Dengan demikian baik dilihat dari jenis aktivitas maupun
peranan istri dalam rumahtangga sangat kemudahan usaha. Bentuk nyata dari
penting, dimana istri berperan sebagai ibu keuntungan yang diperoleh perempuan adalah
rumahtangga dan sebagai pekerja dalam merealisasikan kemampuan mereka sebagai
memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga. pencari nafkah utama atau pencari nafkah
Berdasarkan Tabel 6, kebiasaan ibu tambahan. Namun yang lebih penting adalah
rumah tangga untuk bangun pagi yakni sekitar dalam aktivitas penjualan sayuran ini,
jam 02.00 ± 03.00 subuh, rata-rata sama dengan perempuan dapat menemukan kebebasan
perempuan penjual sayuran yang lain namun finansial dari suami, bahkan beberapa
berbeda dengan kebiasaan ibu-ibu kebanyakan perempuan sama sekali menggantikan fungsi
yang lain yang bukan pedagang sayuran di suami sebagai pencari nafkah utama.
pasar. Berdasarkan hasil wawancara ada yang
melakukan doa pagi namun ada juga ibu-ibu Kontribusi Perempuan Pedagang Sayuran
yang tidak melakukan itu. Menyiapkan sarapan terhadap Pendapatan Rumah Tangga
pagi sudah rutin dilakukan oleh ibu-ibu untuk Perempuan pedagang sayuran dengan
suami yang juga akan bekerja. Jika mereka sendirinya memiliki kontribusi pendapatan
terlambat dari jam 3 subuh untuk ke pasar, terhadap pendapatan total rumahtangga.
mereka tidak mendapatkan sayuran sebagai Dengan memaparkan kontribusi pendapatan
bahan dagangan yang berasal dari supplier atau dapat dilihat anggota keluarga mana yang
pedagang pengumpul. Konsekuensinya, bahan memiliki peran yang besar terhadap
sayuran akan didapatkan dengan harga yang pendapatan total rumahtangga. Disamping itu
mahal. Untuk kegiatan arisan, kegiatan PKK dapat diketahui usaha atau pekerjaan lain
atau ibadah kelompok tidak setiap hari yang memberikan kontribusi paling besar.
dilakukan sehingga kalau tidak ada kegiatan-
kegiatan tersebut di luar rumah pada jam-jam
74
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907± 4298, Volume 12 Nomor 3, September 2016 : 65 - 76
Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan Oleh karena itu, semakin rendah tingkat sosial
bahwa pendapatan dari masing-masing anggota ekonomi suatu masyarakat, maka tingkat
rumahtangga dihitung dalam Rp/bulan, tampak partisipasi angkatan kerja perempuan cenderung
bahwa pendapatan tertinggi diperoleh istri semakin meningkat pula. Faktor hambatan
dengan rata-rata pendapatan Rp 4.400.050 per ideologis yang berupa keterikatan perempuan
bulan dengan kontribusi sebesar 59,27 %. pada kegiatan rumah tangga akan membatasi
Sumbangan atau kontribusi suami dalam ruang gerak sehingga ia akan memilih pekerjaan
pendapatan keluarga lebih rendah dari istri yang paling mudah untuk digelutinya, karena
yakni sebesar 19,09 % terhadap pendapatan faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
rumah tangga dengan rata-rata pendapatan kesempatan perempuan untuk memasuki
suami sebesar Rp 1.417.000/bulan. Sumbangan lapangan kerja.
anggota rumah tangga dari anak yang belum
menikah dan tinggal serumah dengan responden
sebesar Rp 1.607.000 per bulan (21,64%). KESIMPULAN DAN SARAN
Jumlah kontribusi dari anak yang belum
menikah ini masih lebih tinggi dibandingkan Kesimpulan
dengan kontribusi dari pendapatan suami.
Kontribusi pendapatan setiap anggota Berdasarkan hasil penelitian, maka
rumahtangga pada setiap aktivitas kerjanya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
yang lebih besar merupakan konsekuensi dari 1. Pola alokasi waktu oleh perempuan yang
proporsi curahan kerja setiap anggota keluarga berdagang sayuran di Pasar Pinasungkulan
yang besar pada aktivitas tersebut. Dari total Karombasan Manado lebih banyak
pendapatan rumahtangga dapat diungkapkan mencurahkan waktunya (59,40%) untuk
bahwa kontribusi istri sebagai ibu rumahtangga berjualan sayuran (economic production)
yang berdagang sayuran di pasar, lebih besar dibandingkan dengan mengurus
dari kontribusi suami dan anggota keluarga rumahtangga (domestic production)
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap (17,30%), sehingga usaha ini merupakan
anggota keluarga bersama-sama mencari nafkah aktivitas perempuan sebagai pencari
untuk memenuhi kebutuhan hidup nafkah utama dalam keluarga.
rumahtangganya. Ware (1981) mengemukakan 2. Kontribusi pendapatan perempuan sebagai
bahwa ada dua alasan pokok yang ibu rumah tangga yang berusaha di bidang
melatarbelakangi keterlibatan perempuan dalam penjualan sayuran di pasar sekitar 59,27
angkatan kerja. 3HUWDPD DGDODK ³KDUXV´ \DQJ persen terhadap pendapatan rumah tangga.
mencerminkan kondisi ekonomi rumah tangga
yang bersangkutan rendah sehingga bekerja Saran
untuk meringankan beban rumah tangga adalah
penting. Perempuan pada golongan pertama ini Berdasarkan kesimpulan yang telah
pada umumnya berasal dari masyarakat yang dikemukakan, maka beberapa saran sebagai
status sosial ekonominya rendah. Kedua adalah berikut:
³PHPLOLK XQWXN EHNHUMD´ \DQJ PHQFHUPLQNDQ 1. Usaha ini memberikan potensi dan peluang
kondisi sosial ekonomi pada tingkat menengah yang sangat menjanjikan bagi perempuan
ke atas. dalam meningkatkan pendapatan dalam
Pendapatan kepala rumah tangga keluarga sehingga pendapatan yang
sudah dirasa cukup memenuhi kebutuhan diperoleh bisa disisihkan untuk tabungan
rumah tangga sehingga masuknya Perempuan dan modal usaha.
pada angkatan kerja semata-mata bukan 2. Karena perempuan sebagai pencari nafkah
karena tekanan ekonomi. Keterlibatan utama, maka diperlukan penelitian lanjutan
mereka karena motivasi tertentu seperti, tentang pola pengambilan keputusan dalam
mencari kesibukan untuk mengisi waktu keluarga, khususnya bagi perempuan
luang, mencari kepuasan diri, mencari afiliasi pedagang sayuran di pasar.
diri, atau mencari tambahan penghasilan.
75
Pola Alokasi Waktu dan Kontribusi Pendapatan Perempuan«......... (Angelina Pesik, Jenny Baroleh, Rine Kaunang)
Oey, May Ling. 2005 ³3HUXEDKDQ SROD NHUMD Ware, K. 1981. Kemiskinan dan Kebutuhan
kaum wanita di Indonesia selama Pokok. Rajawali Press. Jakarta.
GDVDZDUVD VHEDE GDQ DNLEDWQ\D´
Prisma 14(10). Wolfman, B. R. 1986. Peranan Kaum Wanita.
Kanisius. Yogyakarta
76