PDF Jurnal
PDF Jurnal
PDF Jurnal
ABST RAK
L atar Belakang: Skrofuloderma dan tuberkulosis kutis verukosa merupakan bentuk klinis tuberkulosis kutis sekunder. Jarang
dilaporkan ditemukan secara bersamaan. Tujuan: melaporkan satu kasus, skrofuloderma dan tuberkulosis kutis verukosa pada
seorang pasien. Kasus: L aki-laki 27 tahun, dengan plak keunguan kasar di pangkal ibu jari tangan kanan, sejak 1,5 tahun lalu.
Terdapat riwayat trauma. Satu bulan lalu timbul benjolan di ketiak kanan, mengeluarkan nanah, tanpa rasa nyeri dan demam.
Tuberkulosis paru belum dapat disingkirkan. Pada region digiti I palmaris dekstra ditemukan lesi verukosa dengan dasar livide
bentuk serpiginosa, ukuran 4× 4 cm dan region aksila dekstra nodus livide, ukuran 0,5× 0,3 cm, tepi tidak rata, terdapat pus
dan jaringan nekrotik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan histopatologik. Penatalaksanaan:
Penderita diterapi dengan oral antituberkulosis dan memberikan hasil baik. Kesimpulan: Penularan tuberkulosis kutis verukosa
melalui trauma luka tusuk, sedangkan skrofuloderma tidak jelas. L esi sembuh dengan pengobatan oral antituberkulosis.
ABST RACT
Background: Scrofuloderma and verrucous tuberculosis cutis are categorized as secondary tuberculosis cutis. A concomitantly
manifestation is rarely found. Purpose: T he purpose of this paper report a case of scrofuloderma and tuberculosis verrucosa cutis
on a patient. Case: 27- year- old male, with purplish verrucous plak on his proximal digiti 1st of palmaris dextra, suffering since
1.5 years ago. H e had a traumatic history. A slight tumor at the right axilla were observed since one month ago, associated with
pus excretion, no pain and fever. T he pulmonary tuberculosis couldn’t be excluded yet. An erytematous verrucous lesion, with a
size 4× 4 cm with serpiginous form was observed on his palmaris dextra and showed a livide nodus 0,5× 0,3 cm, within irregular
margin, covered by pus and were also observed necrotic tissue. T he diagnosis based on the clinical feature and histopatology
examination. Case M anagement: Oral antituberculosis treatment was given to him and the good result. Conclusion: T he
spreading of tuberculosis verrucosa cutis was by penetration with through a puncture wound, while scrofuloderma was still
unclear. T he lesion cured by oral antituberculosis treatment.
221
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 22 No. 3 Desember 2010
perlunakan (abses dingin), kemudian abses mengalami nyeri pada bekas luka, pasien berobat ke dokter dan
supurasi, pecah dan membentuk ulkus linier dan diberi 3 macam obat minum dan salep, namun tidak
tidak teratur, di sekitarnya berwarna merah kebiru- ada perbaikan bah kan semakin besar. satu bulan
biruan (livide).2,6 setelahnya timbul benjolan di ketiak kanan sebesar
D iagn osis b an d in g sk r ofu lod er m a ad alah biji kacang hijau, bertambah besar mengeluarkan
h idraden itis supurativa, sin us den tal, tularemia, n an ah , tidak disertai n yeri dan dem am . Pasien
cat-scrath fever, blastomikosis, limfopatia venerum, menyangkal adanya riwayat batuk-batuk lama, alergi
kokidioidom ikosis, dan h ist oplasm osis kar en a terhadap makanan atau pun obat-obatan. Pasien juga
terdapat karakteristik pada limfadenitis supurativa mengatakan bahwa di dalam keluarga hanya pasien
dengan sinus-sinus kulit.6 yang sakit seperti ini.
Tuberkulosis kutis verukosa adalah ben tuk Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum
verukosa dari reinfeksi basil tuberkel eksogen pada sakit sedan g, kesadaran kompos men tis, tekan an
kulit orang yang telah memiliki kekebalan tingkat darah 110/70 mm H g, frekuensi nadi 80× /menit,
sedang atau tinggi terhadap M. tuberculosis.6,7 Predileksi frekuensi napas 20× /menit, dan suhu badan afebris.
tuberkulosis kutis verukosa adalah pada bagian tubuh Berat badan pasien adalah 61 kg, dan tinggi badan
yang terbuka dan sering mengalami trauma.7,8,9 162 cm. Jantung, paru, hati, dan limpa tidak ditemukan
Gambaran klinik berupa plak verukosa dengan kelainan. Pembesaran kelenjar getah bening aksila
tepi tidak teratur, berkonsistensi kasar atau lunak dekstra tanpa nyeri.
pada bagian ten gah , dikelilin gi oleh suatu h alo Status dermatologis, pada regio palmaris dekstra
hiperpigmentasi dan terdapat lesi serpiginosa, biasanya didapatkan plak verukosa, diameter 4 cm, tebal
tidak nyeri dan tanpa gejala sistemik.10,11,12 0,3 m m d en gan d asar er it em at ou s k eu n gu an ,
D iagn osis t u b er k u losis k u t is d it egak k an men yebar serpigin osa. Status dermatologis pada
berdasarkan gam baran klin is dan pem eriksaan regio aksila dekstra: didapatkan nodul eritematous
penunjang.8,13 kebiruan (livide), diameter 2 cm, pada puncak terdapat
Diagnosis banding tuberkulosis kutis verukosa, ulkus berukuran tidak 0,5× 0,3 cm, tepi tidak rata,
an tara lain : in feksi mikobakteria atipik (N T M), terdapat pus dan jaringan nekrotik (gambar 1 dan 2).
sarkoidosis, veruka vulgaris, blastomikosis, kusta, Pemeriksaan bakteriologis dari pus menunjukkan
sifilis tertier.4 Pengobatan tuberkulosis kutis adalah tidak ditemukan bakteri tahan asam (BTA).
sama dengan pengobatan tuberkulosis paru yaitu Beberapa diagnosis banding yang dibuat pada
kemoterapi dengan menggunakan oral antituberkulosis pasien in i adalah t uber kulosis kut is ver ukosa,
(OAT). berupa izoniazid (INH), rifampisin, etambutol, skrofuloderm a, blastom ikosis, dan h idraden itis
dan vitamin B6.14,15,16 supurativa dengan diagnosis kerja tuberkulosis kutis
Prognosis dari penyakit ini baik jika pengobatan verukosa dan skrofuloderma.
dilakukan secara teratur.8,10,16 Ren can a d iagn ost ik ad alah p em er ik saan :
Laporan kasus ini akan membahas skrofuloderma pemeriksaan darah len gkap, urin e len gkap, fases
dan tuberkulosis kutis verukosa pada seorang pasien lengkap, glukosa darah sewaktu (GDS), faal hati, faal
yang jarang ditemukan di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado.
KASUS
Seorang laki-laki umur 27 tahun, bekerja sebagai
tukang meubel, berobat ke Unit Rawat Jalan Kulit
dan Kelamin RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado,
dengan keluhan utama bercak kasar berwarna merah
keunguan di pangkal ibu jari tangan kanan sejak
1,5 tahun yang lalu disertai benjolan dan luka bernanah
di ketiak kanan satu bulan sebelum berobat ke RS.
Mula-mula, pasien mengelukan luka kecil karena
tertusuk bambu, tetapi sembuh tanpa pengobatan.
Enam bulan kemudian, timbul bercak kasar berwarna G ambar 1. Tuberkulosis Kutis Verukosa, sebelum
ungu sebesar biji kacang tanah tanpa rasa gatal dan terapi (hari ke-1)
222
Laporan Kasus Diagnosis Skrofuloderma dan Tuberkulosis Kutis Verukosa pada Seorang Pasien
Gambar 2. Skrofuloderma, sebelum terapi hari ke-1 G ambar 3. H istopatologik skrofuloderma (regio
aksila dekstra)
223
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 22 No. 3 Desember 2010
G ambar 5. Tuberkulosis Kutis Verukosa, setelah G ambar 7. Tuberkulosis Kutis Verukosa, setelah
1 bulan terapi 6 bulan terapi
G ambar 6. Skrofuloderma, setelah 1 bulan terapi G ambar 8. Skrofuloderma, setelah 6 bulan terapi
rencana pemeriksaan ulangan DL, TFH, TFG, GDS, PEM BAH ASAN
UL, FL. Terapi INH 400, rifampisin 600 mg, vitamin B6
D iagn osis tuberkulosis kutis pada kasus in i
10 mg diberikan 3 kali seminggu sampai 6 bulan.
ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis,
L im a bu lan set elah pen gobat an , lesi ku lit
dan pemeriksaan histopatologis.2,4,8
membaik. Pada regio palmaris dekstra: didapatkan
Pada anamnesis didapatkan seorang laki-laki
m ak u la h iper pigm en t asi bat as jelas, d iam et er
umur 27 tahun dengan keluhan bercak kasar berwarna
4 × 4 cm dan pada regio aksila dekstra didapatkan
merah keunguan di pangkal ibu jari tangan kanan
skar dengan ukuran tambah besar 0,2 × 0,2 cm.
sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya timbul luka kecil
Kelenjar getah bening aksila dekstra: tidak teraba.
karena tertusuk bambu, sembuh tanpa pengobatan.
H asil pemeriksaan laboratorium menunjukkan H b:
Enam bulan kemudian timbul bercak kasar berwarna
16 g/dL , L ED: 4 mm/jam, leukosit: 7000/uL , GDS:
ungu pada bekas luka, bertambah besar tanpa nyeri.
96 mg/dL , ureum: 43 mg/dL , kreatinin: 1 mg/dL ,
Timbul benjolan disertai luka bernanah di ketiak
SGOT: 35 U/L , SGPT: 30 U/L , urin lengkap dan
kanan tanpa rasa sakit dan demam satu bulan sebelum
feses len gkap dalam batas n orm al. Mem otivasi
pasien datang berobat ke rumah sakit. Kepustakaan
pasien untuk berobat rutin dan INH 400, rifampisin
m en gat ak an bah wa in fek si pad a t u ber k u losis
600 mg, vitamin B6 10 mg diberikan 3 kali seminggu
verukosa kutis terjadi secara eksogen yaitu kuman
sampai 6 bulan.
M. tuberculosis langsung masuk melalui luka kecil atau
En am bulan set elah pen gobat an , lesi kulit
abrasi mengadakan inokulasi membentuk papul atau
m en galam i pen yem buh an . Pada regio palm aris
nodus, biasanya soliter namun dapat juga multipel,
dekstra: makula hiperpigmentasi batas jelas, ukuran
kemudian menjadi hiperkeratotik, menyerupai kutil
4 × 4 cm. Regio aksila dekstra: skar dengan berukuran
(wartypapules) di atas dasar eritematous, tanpa disertai
0,2 × 0,2 cm. Kelenjar getah bening aksila dekstra:
nyeri dan gejala sistemik.3,5,6
tidak teraba (gambar 7 dan 8).
224
Laporan Kasus Diagnosis Skrofuloderma dan Tuberkulosis Kutis Verukosa pada Seorang Pasien
225
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 22 No. 3 Desember 2010
4. Yates VM, Rook GAW. Mycobacterial infections. In: 12. Barakbah J, Atlas Pen yakit K ulit dan K elam in .
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths Ch, editors. Surabaya: AUP; 2007.
Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. Massachusetts: 13. Lucas S. Bacterial Diseases. In: Elder DE, Elenitsas R,
Blackwell publishing; 2004. p. 2810–14. Johnson BL, Murphy GF, editors. Lever’s histopathology
5. H o CK , H o MH , Chong LY. Cutaneous tuberculosis of the skin. 9th ed. New York: Williams L , Wilkins,
in H ong Kong: an update. H ong Kong Med J 2006; K luwer AW Co; 2005. p. 562–3.
12: 272–7. 14. T Perh impun an D okter Paru In don esia. Pedoman
6. Meltzer MS et al. Cutaneous tuberculosis. Available d iagn osis d an pen at alaksan aan t u ber ku losis d i
from URL : http://www.emedicine.com/derm/topic. In don esia. Perh im pun an D okter Paru In don esia
7. Moschella SL. Diseases of the mononuclear phagocytic 2003.
system (T he So-Called Reticuloendothelial System). 15. Pet r i WA, Jr. Ch em ot h er ap y of t u b er cu losis,
In: Moschella SL, Hurley HJ, editors. Dermatology. 2nd Mycobacterium avium complex disease, and leprosy. In:
ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 1991. p. 933–42. Brunton L L , L azo JS, Parker K L , editors. Goodman
8. Ramos-e-Silva M, de Castro MCR. Mycobacterial & Gilman’s the pharmacological basic of therapeutics;
infections. In: Bolognia Jl, Jorizzo Jl, Rapini RP, editors. 11 th ed. N ew York: T h e McGraw-H ill Co; 2006.
Dermatology. y. 1st ed. Toronto: Mosby; 2004. p. 1152–5. p. 1203–16.
9. Sehgal VN, Wagh SA. Cutaneous Tuberculosis, Current 16. Istian toro YH , Setiabudi R. Tuberkulostatik dan
Consept. Int J of Dermatol 1990; 29: 237–51. lepr ost at ik. D alam : Gun awan SG, Set iabud i R,
10. Tyring SK, Lupi O, Hengge UR. Tropical Dermatology. Nafrialdi, Elysabeth, editor. Farmakologi dan terapi.
Oxford: Churchill L ivingstone 2006: 251–5. Edisi ke-5. Jakarta: D epartemen Farmakologi dan
11. Steger JW, Barrett TL. Cutaneous Tuberculosis. Military Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
dermatology. San Diego, US Army. 1999. 2007. h. 613–32.
226