Kasus Kromoblastomikosis Pada Seorang Perempuan
Kasus Kromoblastomikosis Pada Seorang Perempuan
Kasus Kromoblastomikosis Pada Seorang Perempuan
Mariani V. Lasut
Rita S. Tanamal
Grace M. Kapantow
Abstrak: Kromoblastomikosis merupakan infeksi jamur kronis pada kulit dan jaringan
subkutan, disebabkan jamur berpigmen, umumnya pada laki-laki, banyak ditemukan di daerah
tropis/subtropis, terisolasi di lingkungan dari kayu, sisa tanaman, dan tanah. Lesi awal berupa
papul yang membesar membentuk plak hipertrofi dalam beberapa tahun menjadi massa
hiperkeratotik. Kromoblastomikosis sukar disembuhkan. Kami melaporkan seorang
perempuan 37 tahun dengan lesi pada kaki kanan sejak 20 tahun lalu berupa plak,
papulonodul, verukous multipel, konsistensi keras, disertai erosi, krusta, pus yang minimal.
Pada pemeriksaan KOH 20% didapatkan badan sklerotik, pemeriksaan kultur jamur
ditemukan Fonsecaea pedrosoi, histopatologis menunjukkan radang kronik granulomatik.
Terapi itrakonazole 2x200 mg/hari akan diberikan selama 8–12 bulan. Setelah 2 bulan
pengobatan terdapat perbaikan. Simpulan: Pada kasus ini, diagnosis kromoblastomikosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
KOH, kultur jaringan, dan histopatologi. Hasil kultur menunjukkan Fonsecaea pedrosoi
sebagai penyebab kromoblastomikosis. Pemberian antimikotik oral itrakonazole 2 x 200
mg/hari menunjukkan perbaikan setelah 2 bulan pengobatan. Evaluasi akan terus dilanjutkan
sampai pengobatan selesai.
Kata kunci: kromoblastomikosis, Fonsecaea pedrosoi, itrakonazole
62
Lasut, Tanamal, Kapantow; Kasus Kromoblastomikosis pada Seorang Perempuan 63
A B C
A B C
Gambar 2. A, Hasil kultur jaringan menggunakan media Sabouraud dextrose agar pada
pemeriksaan makroskopik ditemukan koloni filamen warna coklat tua, merah kehitaman, dengan
latar belakang merah tua/hijau tua. B, Mikroskopik tampak hifa bersepta positif, spora coklat tua,
serta konidia dan hifa berwarna coklat. C, Mikroskopik slide kultur ditemukan konidia bercabang
bentuk oval menonjol pada ujung hifa, hiperpigmentasi warna coklat dan spora warna coklat.
A B C
Gambar 3. A dan B, Epidermis yang hiperkeratosis, papilomatosis, dan sedikit degenerasi vaskuler.
C, Pada dermis tampak fokus-fokus infiltrat sel-sel radang limfosit, PMN, dan histiosit yang
sebagian membentuk granuloma
A B C
butuh pengawasan fungsi hati. Pemeriksaan biopsi harus dilakukan pada SDA.
radiologis toraks menunjukkan jantung dan Umumnya jamur tumbuh dalam 10-14 hari
paru dalam batas normal. Pemeriksaan dan tampak seperti koloni beludru dengan
radiologis pedis dekstra didapatkan hasil warna hijau tua dan kemudian akan
normal dan tulang dalam keadaan intak. menjadi hitam. Pada gambaran
Pemeriksaan mikroskopik langsung mikroskopik akan tampak hifa dematiseus
dengan KOH 10% atau 20% pada kerokan dengan septa, bercabang dan konidia.15,17,18
kulit akan memperlihatkan badan medlar Pada kasus ini dilakukan kultur jaringan
yang biasa dikenal sebagai badan dengan SDA yang ditambahkan
sklerotik/sel muriform atau copper pennies, chloramphenicol, dievaluasi setelah 14
yang kecil, bulat, dan warna kecoklatan.5 hari, dan didapatkan hasil secara
Pada kasus ini pemeriksaan dilakukan makroskopik koloni filamen warna coklat
dengan menggunakan KOH 20% dan tua, merah kehitaman dengan latar
didapatkan hasil adanya badan sklerotik/sel belakang merah tua/hijau tua. Pada
muriform. gambaran mikroskopik tampak hifa
Pemeriksaan histopatologik dengan pe- bersepta positif, spora coklat tua, serta
warnaan hematoxylin eosin (HE) pada konidia dan hifa berwarna coklat. Pada
kromoblastomikosis akan tampak gambaran kultur slide secara mikroskopik tampak
granuloma inflamasi berupa hiperplasia konidia bercabang bentuk oval menonjol
epidermal pseudoepiteliomatous dengan pada ujung hifa, hiperpigmentasi berwarna
parakeratosis, spongiosis, dan infiltrat coklat dengan spora berwarna coklat yang
dermal ekstensif yang terdiri dari histiosit merupakan gambaran Fonsecaea pedrosoi
epitelioid yang banyak. Komponen lain (penyebab kromoblastomikosis) sehingga
dari infiltrat yaitu adanya multinucleated kasus ini didiagnosis pasti sebagai
giant cells dimana di dalamnya terdapat kromoblastomikosis yang disebabkan
badan sklerotik, netrofil, limfosit, sel Fonsecaea pedrosoi.
plasma, dan eosinofil.16 Pada kasus ini Terdapat beberapa pilihan terapi yang
didapatkan hasil pemeriksaan histopato- dapat digunakan untuk kromoblastomikosis
logik berupa jaringan kulit dengan yaitu itrakonazole 100-400 mg/hari yang
epidermis yang hiperkeratosis, papiloma- digunakan dalam periode lama, biasanya
tosis dan sedikit degenerasi vaskuler. Pada selama 8-12 bulan bahkan lebih lama.
dermis tampak fokus–fokus infiltrat sel Selain itu, juga ada pilihan terapi terbinafin
radang limfosit, PMN dan histiosit yang 250 mg setiap hari, fluconazole 200-600
sebagian membentuk granuloma dengan mg/hari, thiabendazole 25 mg/hari yang
simpulan radang kronik granulomatik. dibagi dalam 3 dosis, ketokonazole 200-
Gambaran histopatologik demikian dapat 400 mg/hari, saperconazole, dan pada lesi
ditemukan pada infeksi kromo- yang luas dapat digunakan intravena
blastomikosis namun tidak patognomonik. amphotericin B (sampai 1 mg/kg setiap
Spesies jamur penyebab kromoblasto- hari).1,4,15,19 Seluruh agen terapi ini
mikosis tidak dapat dibedakan dari dihubungkan dengan efek yang dapat
pemeriksaan histopatologik sehingga merugikan pasien sehingga dibutuhkan
diperlukan identifikasi kultur jaringan. monitoring fungsi hati dan ginjal. Di daerah
Secara makroskopik, hasil kultur jaringan endemik, pada kasus dengan terapi intra-
dari jamur umumnya memberikan vena amphotericin B dapat diminimalisasi
gambaran yang hampir sama yaitu koloni dengan penggunaan formulasi liposomal
kehitaman. Identifikasi kultur secara walaupun harganya cukup mahal.15
mikroskopik bergantung pada adanya Kumpulan senyawa dari golongan azole
perbedaan tipe sporulasi. Diferensiasi yang bekerja secara in vitro dan in vivo pada
akurat dari berbagai jamur cukup sulit beberapa infeksi jamur, termasuk agen
untuk dilakukan.1 Pemeriksaan kultur kromoblastomikosis.8 Aktivitas anti jamur
jamur dari kerokan kulit atau jaringan itrakonazole lebih lebar dan efek samping
68 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 62-69
4. Sober JO, Elewski BE. Fungal diseases. In: 13. Chandran V, Sadanandan SM,
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, Sobhanakumari. Chromoblasto-
editors. Dermatology (2nd ed). mycosis in Kerala, India. Indian Journal
Spanyol: Mosby, 2008; p. 1150. of Dermatology, Venerology, and
5. Roy AD, Das D, Deka M. Leprology. 2012;78:728-33.
Chromoblastomycosis a clinical mimic 14. Ramraje SN, Gakhale J. Cutaneous
of squamous carcinoma. Australian chromoblastomycosis. Journal of Case
Medical Journal. 2013;6(9):458-60. Reports. 2013; 3(2):286-90.
6. Hay RJ, Ashbee HR. Mycology. In: Burns 15. Martínez RL, Tovar LJM.
T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Chromoblastomycosis. Clinics in
editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 2007;25:188-94.
Dermatology (8th ed). Oxford: 16. Hinshaw M, Longley JB. Fungal diseases.
Blackwell Publishing; 2010. p. 36.75-6. In: Elder DE, Elenitsas R, Johnson BL,
7. Buot G, Bachmeyer C, Benazeraf C, Murphy GF, editors. Lever’s
Bourat E, Garrely EB, Binnet O. Histopathology of the Skin (9th ed).
Chromoblastomycosis: an unusual Philadelphia: Williams & Wilkins,
diagnosis in Europe. Acta Derm 2005; p. 619-20.
Venereal. 2004;85:259-60. 17. Santos ALS, Palmeira VF, Rozental S,
8. Esterre P, Queiroz-Telles F. Management Kneipp LF, Nimritcher L, Alviano
of chromoblastomycosis: novel DS, et al. Biology and pathogenesis of
perspectives. Curr Opin Infect Dis. Fonsecaea pedrosoi, the major etiologic
2006;9:148-152. agent of chromoblastomycosis. FEMS
9. Minotto R, Bernardi CDV, Mallmann Microbiol Rev. 2007;31(5):570-591.
LF, Edelweiss MIA, Scroferneker
18. Zhang J, Xi L, Lu C, Li X, Xie T, Zhang
ML. Chromoblastomycosis: A review
H, et al. Successful treatment for
of 100 cases in the state of Rio Grande
chromoblastomycosis caused by
do Sul, Brazil. J Am Acad Dermatol.
Fonsecaea monophora: a report of three
2001;44:585-92.
cases in Guangdong, China. Journal
10. Pradeepkumar NS, Joseph NM.
Chromoblastomycosis caused by compilation. Mycoses. 2008;52:176-81.
Cladophialophora carrionii in a child 19. Ranawaka RR, Amarasinghe N, Hewage
from India. J Infect Dev Ctries. D. Chromoblastomycosis: combined
2011;5(7):556-60. treatment with pulsed itraconazole
11. Bhagwat PV, Tophakhane RS, Kudligi S, therapy and liquid nitrogen
Noronha T. Multiple asymptomatic cryotherapy. International Journal of
verrucous plaques over the legs. Indian Dermatology. 2009;48:397-400.
Journal of Dermatology, Venereology 20. Huang CF, Chen JF, Wu BY, Chiang CP,
and Leprosy. 2010;76(1):86-8. Wang WM. Sporotrichoid
12. Khan I, Khan RA, Khan SM. chromoblastomycosis successfully
Clinicopathological study of cutaneous treated by combinative therapy with
chromoblastomycosis in Pakistan. systemic oral antifungal agent and
Journal of Pakistan Association of topical cryotherapy. J Med Sci.
Dermatologists. 2012;22:122-5. 2011;31(1):51-5.