Pedoman PMKP 2017 Fix
Pedoman PMKP 2017 Fix
Pedoman PMKP 2017 Fix
PMKP
TAHUN 2017
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar
dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di RS menyangkut berbagai
fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian serta mencakup berbagai tingkatan dan jenis
disiplin pelayanan serta dengan pasien yang sangat beragam tingkat sosial ekonominya.
Karena pelayanan sangat erat kaitannya dengan pelayanan yang berorientasi terhadap
pelanggan sedangkan pemberi pelayanan dalam suatu produk jasa adalah manusia sebagai
unsur utamanya, maka Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional baik dibidang
teknis medis maupun administrasi kesehatan haruslah tetap diupayakan. Unsur pendukung
lainnya yang sangat diperlukan adalah metode, prosedur tetap, sarana dan prasarana serta
dukungan pembiayaan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu Rumah Sakit, maka RS
mempunyai ukuran atau indikator yang menjadi pedoman untuk menjamin peningkatan
mutu di semua tingkat pelayanan.
Rumah Sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan,
untuk mengukur hasil kerja perlu ada tolok ukur berupa instrument mutu pelayanan yang
memilah dan memecahkan masalah pada hasil (output). Disamping pengukuran hasil kerja,
upaya pengendalian mutu terpadu di RS juga perlu ditingkatkan sehingga mutu pelayanan
kesehatan menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini khususnya untuk mengupayakan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang paripurna dan berkesinambungan serta adanya
sistem monitoring pelayanan kesehatan. Di bentuklah Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien yang ditugaskan untuk memonitor dan evaluasi mutu pelayanan rumah sakit, serta
menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan pasien.
BAB IV
PENGERTIAN MUTU
1. Kompetensi teknis :
Dimensi ini mengacu pada pengetahuan, keterampilan, capability dan performa
aktual parastaf klinis dan non klinis. Untuk profesional kesehatan, kompetensi
teknis termasuk pengetahuan klinis tentang pencegahan penyakit, penetapan
diagnosa, pemberian treatment dan konsuling kesehatan. Kompetensi teknis yang
terkait manajemen kesehatan menyangkut keterampilan melakukan pengawasan,
memberi pelatihan, dan menyelesaikan masalah.
2. Akses pelayanan :
Akses pelayanan yang dimaksud adalah bahwa pelayanan kesehatan tidak dibatasi
oleh letak geografis, tingkat sosial, ekonomi, budaya, organisasi, dan perbedaan
bahasa. Pasien harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat pada saat yang
tepat dan oleh staf medis yang tepat.
3. Efektifitas :
Kualitas pelayanan tergantung pada efektifitas pelaksanaan norma pelayanan
kesehatan dan pedoman klinis. Efektifitas pelayanan kesehatan terkait dengan
tingkatan dimana hasil (outcome) yang diharapkan dari pelayanan dapat tercapai.
Pasien harus mendapatkan pelayanan yang berdasarkan pada informasi ilmiah dan
pengetahuan terkini.
4. Efisiensi :
Pelayanan yang efisien adalah pelayanan yang diberikan secara optimal ketimbang
maksimal. Efisiensi pelayanan adalah pelayanan yang memberikan benefit yang
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG
besar meskipun dengan sumber daya yang terbatas untuk menghindari terbuangnya
suplai, peralatan, waktu, ide-ide, informasi secara percuma.
5. Hubungaan Interpersonal :
Hubungan interpersonal terkait dengan interaksi antara pemberi pelayanan dan
pasien, manajer dan pemberi pelayanan, serta antara pemberi pelayanan dengan
masyarakat. Hubungan interpersonal yang baik terbangun apabila ada kepercayaan,
kreadibilitas, respek, kerahasian, daya tangkap dan empati.
6. Kontinuitas :
Kontinuitas berarti pasien menerima pelayanan kesehatan secara lengkap dan
berkelanjutan sesuai yang kebutuhannya tanpa ada interupsi, penghentian sementara,
atau bahkan pengulangan yang tidak perlu. Ketiadaan kontinuitas dapat berimbas
pada efektifitas pelayanan, mengurangi efisiensi, serta mengurangi kualitas
hubungan interpersonal.
7. Keselamatan :
Keselamatan/ safety berarti meminimalkan resiko terjadinya luka, infeksi, bahaya
efek samping, dan bahaya lain yang berhubungan dengan pemberian pelayanan
kesehatan. Dimensi ini melibatkan pasien dan pemberi pelayanan, safety tidak hanya
menjadi faktor yang penting pada pelayanan kesehatan yang kompleks tapi juga pada
pelayanan dasar.
8. Infrastruktur Fisik :
Infrastrukur fisik berarti tampilan fisik dan fasilitas, kebersihan,kenyamanan,
privacy dan aspek lain yang penting bagi pasien. Infrastrukur fisik yang
memadai dan membuat pasien/keluarga/pengunjung nyaman dapat meningkatkan
kepuasan mereka serta memunculkan keinginan untuk kembali lagi mendapatkan
pelayanan kesehatan.
1. Aman :
Pasien harus menerima pelayanan yang aman dan bebas dari bahaya insiden dan
kesalahan
2. Efektif :
Pasien harus menerima pelayanan yang sesuai dan berdasarkan ilmu pengetahuan
terkini
3. Efisien :
Pelayanan yang diberikan harus mengutamakan pelayanan yang dapat memberikan
benefit yang besar dan secara berkelanjutan dapat menghindari pemborosan.
5. Akses :
Pasien harus mendapatkan pelayanan tepat waktu untuk mendapatkan outcome
kesehatan yang baik.
6. Adil :
Setiap pasien harus mendapatkan pelayanan yang berkualitas sama tanpa
memandang dari mana mereka berasal dan dimana mereka tinggal.
7. Terintegrasi :
semua bagian/ elemen dari pelayanan kesehatan harus diorganisir, saling terhubung
dan dapat bekerjasama untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas
8. Sumber daya yang memadai :
Untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas harus didukung dengan
sumber daya yang memadai seperti sumber daya manusia, dana, peralatan, suplai
dan fasilitas fisik yang dibutuhkan oleh pasien.
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG
Apabila divisualisasi maka prinsip panduan mutu di atas akan tampak seperti gambar
dibawah:
SISTEM YANG TERINTEGRASI
Adil
Efisien
Terpusat
pada
pasien
Akses
Efektif
Elemen pada prinsip dan dimensi mutu di atas pada dasarnya adalah sama dan
merupakan faktor yang penting dalam menentukan sasaran dan tujuan yang akan
menjadi fokus dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Elemen – elemen inilah
yang akan menjadi dasar penyusunan PMKP sehingga memudahkan menentukan faktor
faktor yang akan dipantau, baik indikator klinis maupun non klinis. Bagian dibawah
menampilkan prinsip dan dimensi mutu yang saling terintegrasi dengan PMKP
INDIKATOR
INDIKATOR
INDIKATOR
INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
MUTU YANKES
DEFINISI OPERASIONAL
1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut,
Struktur, proses dan Outcome (hasil) secara obyektif, Sistematik dan berlanjut, memantau dan
menilai mutu dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap
pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan
masalah-masalah yang terungkap sehingga pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit berdaya
dan berhasil guna (Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelanggan Rumah Sakit
Departemen Kesehatan (RI, 1994)
2. Upaya Peningkatan Mutu adalah upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif,
untuk memantau, menilai, memecahkan masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya.
5. Indikator Klinis adalah alat pengukuran, screening atau standarisasi yang digunakan
sebagai panduan untuk memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki kualitas pelayanan
kepada pasien (Mainz, 2003).
6. Kejadian Sentinel adalah suatu Kejadian Tidak Diharapkan yang mengakibatkan kematian
atau kejadian serius, yang bukan disebabkan oleh penyakitnya.
7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera.
8. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah kejadian terjadinya insiden yang belum terpapar ke
pasien.
9. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar kepasien, tetap tidak
timbul cedera.
10. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
11. RCA adalah sebuah tools problem solving untuk membantu tim menemukan dan
memahami akar penyebab masalah, dengan tujuan menghilangkan akar penyebab tersebut
dan mencegah masalah muncul kembali. Pada dasarnya RCA bertujuan untuk
mengidentifikasi asal-usul terjadinya masalah.
12. Manajemen Resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko
dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana
untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian serta memperkirakan
13. FMEA (failure modes and effect analysis) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
perbaikan sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan.
14. Penetapan Prioritas adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan prioritas dari yang paling penting
sampai yang kurang penting, penetapan ini dapat dilakukan dengan cara kualitatif dan
kuantitatif.
BAB V
KEBIJAKAN
KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
A. Kebijakan Umum
1. Program mutu dan keselamatan pasien wajib di jalankan di seluruh unit Rumah
sakit dan mengacu pada buku pedoman, panduan, kebijakan serta SPO mutu dan
keselamatan pasien
2. Pelaksanaan indikator mutu dan pelaporan insiden wajib dilaporkan, dianalisis,
ditidak lanjuti dan dievaluasi bersama unit terkait di rumah sakit
3. Unit rumah sakit wajib menjalankan pencegahan terjadinya insiden di rumah sakit
melalui pelaporan insiden, tindak lanjut dan solusi guna pembelajaran supaya tidak
terulang kembali
B. Kebijakan Khusus
a. Prioritas Pelaksanaan Peningkatan mutu dan keselamatan pasien meliputi lima
area yaitu Instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat, instalasi ICU , instalasi bedah
sentral dan instalasi farmasi.
b. Jenis indikator mutu yang dilaksanakan di rumah sakit yaitu jenis indicator mutu
pelayanan terdiri atas : Indikator Area Klinis, Indikator Area Manajemen , Indikator
Sasaran Keselamatan Pasien dan Internation Library Measures
c. Pelaksanan Indikator mutu meliputi : penyusunan jenis indikator, profil
indikator, sosialisasi indikator, implementasi indikator mutu, validasi pencatatan dan
pelaporan serta analisis data, rapat pimpinan, benchmarking, publikasi data, evaluasi
dan tindak lanjut (monitoring dan evaluasi) indikator mutu juga pelaporan ke
Karumkit Bhayangkara TK II Sartika Asih Bandung dan Dewan Pengawas.
d. Dewan Pengawas. menyetujui rencana mutu dan keselamatan pasien dan secara
regular menerima serta menindaklanjuti laporan tentang pelaksanaan program
perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
e. Hasil pelaksanaan target indikator, apabila dalam upaya pencapaian target dari
suatu proses, program / sistem tidak sesuai yang diharapkan, rumah sakit membuat
rancangan baru dan melakukan modifikasi dari sistem serta proses sesuai prinsip
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Rancangan proses yang baik adalah :
a. Konsisten dengan misi organisasi.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, masyarakat dan staf lainnya.
c. Menggunakan pedoman praktek terkini, standar pelayaan medik, kepustakaan
ilmiah, dan informasi lain berdasarkan rancangan praktek klinik.
d. Sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
e. Relevan dengan informasi dari manajemen resiko.
f. Berdasar pengetahuan dan keterampilan yang ada di RS.
g. Berdasar praktek klinik yang baik dari RS.
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan mutu terkait.
i. Mengintegrasikan dan menggabungkan berbagai proses dan sistem.
f. Dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit, Pedoman
Praktek Klinik, Clinical Pathway dan atau protokol klinis digunakan untuk pedoman
dalam memberikan asuhan klinik.
BAB VI
PENGORGANISASIAN
MISI
Menyelenggarakan pelayanan rumah sakit sesuai dengan standar mutu rumah sakit
kelas nasional.
Mengkoordinasi mutu penyelengaraan pelayanan kesehatan yang profesional
NILAI DASAR
Kualitas atau mutu rumah sakit yang rendah dapat membahayakan kosumen
pengguna jasa
Kualitas atau mutu yang rendah menimbulkan inefektifitas, baik bagi pemberi
pelayanan ataupun konsumen pengguna jasa.
Kualitas atau mutu yang rendah dapat berdampak terhadap makin mahalnya biaya
yang harus di tanggung konsumen pengguna jasa.
Upaya menjaga dan meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan rumah sakit yang
baik merupakan kebanggaan setiap SDM rumah sakit yang menjunjung
profesionalisme
Upaya menjaga dan meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan rumah sakit yang
merupakan kewajiban dan utama petugas kesehatan
KARUMKIT DEWAS
dr. FARID AMANSYAH ,Sp.PD
PENGUMPUL DATA
I. UNIT PERAWATAN :Kusnandar,S.Kep,Ners,
I. UNIT PENUNJANG :Muhammad Muayyad Billah,AMG
I. UNIT ADMINISTRASI : Agus Hermawan. Amd
I. AREA KLINIS : Ana Mulyani,S.Farm, Apt
I. AREA MANAJERIAL : Rian Runia . Amd
2. Karumkit
a. Uraian Tugas
1) Karumkit, menerima laporan secara berkala terkait program PMKP oleh
Komite PMKP.
2) Karumkit membuat rekomendasi yang dibutuhkan sesuai dengan laporan yang
diberikan.
3) Karumkit, memberikan laporan kepada Dewas secara teratur.
3. Ketua Komite
a. Uraian Tugas
b. Wewenang
5) Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan
pasien dari unit-unit kerja di lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara TK. II
Sartika Asih Bandung
3) Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan
pasien dari unit-unit kerja di lingkungan RS
b. Wewenang
1) Meminta arahan dari penanggung jawab unit untuk melaksanakan tugas
2) Meminta fasilitas kepada penanggung jawab unit untuk melaksanakan tugas
3) Melakukan koordinasi dengan rekan kerja untuk terlaksananya monitoring
dan evaluasi unit kerja dalam hal mutu klinis
4) Meminta laporan pelaksanaan pemantauan program indikator mutu
penjaminan mutu dan pelaksanaan clinical pathways dari unit kerja terkait
5) Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan
pelaksanaan clinical pathway rumah sakit dari unit-unit kerja di lingkungan
Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Sartika Asih Bandung
b. Wewenang
1) Meminta arahan dari penanggung jawab unit untuk melaksanakan tugas
b. Wewenang
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup PMKP adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat dan meningkatkan secara kontinyu budaya mutu dan keselamatan
pasien
Pemantauan Sasaran Keselamatan Pasien
Pemantauan indikator klinis dan manajemen
Pemantauan kejadian yang tidak diinginkan
Pemantauan pedoman praktik klinis dan alur klinis.
F. Tata Laksana
1. Menentukan indikator Unit dan lima area prioritas sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimum (SPM)
a. Mempelajari SPM yang berlaku di RSBSA
b. Menentukan lima area prioritas dan indikator unit
c. Lima area Prioritas dan indikator unit disahkan oleh Karumkit.
2. Sensus harian
a. Lakukan sensus harian
- Penanggung jawab unit mengisi sensus harian berdasarkan temuan dilapangan
dan diisikan pada format laporan sensus harian pengamatan indikator unit kerja
INTERNAL
Komite-Komite RS
Komite PPI K3RS/
PANITIA PENINGKATAN MUTU
Komite PMKPPASIEN
DAN KESELAMATAN
Komite medik/keperawatan
ponek
EKSTERNAL
Kasubid /
Kasubbag
Ka. Unit
Komite
PJ Mutu Unit KARUMKIT
PMKP
Komite-Komite RS
BAB VII
B. Rincian Kegiatan
1. Standarisasi asuhan klinis secara bertahap
a) Pembentukan Tim clinical pathway
b) Penyusunan pedoman / panduan, pelaksanaan, standarisasi asuhan klinis
c) Penetapan 5 area prioritas untuk di standarisasi
d) Penyusunan panduan praktek klinis (PPK) untuk 5 area prioritas
e) Penyusunan clinical pathway (CP)
f) Edukasi ke staf klinis
g) Audit medis pra implementasi
h) Uji coba implementasi
i) Penyempurnaan PPK dan CP serta sistem Implementasi
j) Implementasi
k) Monitoring 5 PPK dan 5 CP (audit medis paska implementasi)
l) Pelaporan hasil audit
m) Rencana tindak lanjut
4. Monitoring kinerja (RS , unit kerja, para pimpinan, tenaga profesi, dan
tenaga non klinis/ staf non klinis)
a. Evaluasi kinerja dokter. dalam 1 tahun
b. Evaluasi kinerja Perawat dan staf klinis lainnya
c. Evaluasi kinerja staf non klinis
Untuk mendukung peningkatan kualitas medis maka rumah sakit menetapkan
kewenangan klinis bagi setiap staf medis. Kewenangan klinis atau clinical
privilage adalah hak khusus seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan tertentu untuk suatu periode waktu tertentu yang
dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis.Kewenangan klinis yang
diberikan kepada staf medis sesuai dengan rekomendasi dari Komite Medik
yang disetujui oleh Karumkit. Persetujuan ini di tandai dengan surat
penugasan klinis yang berlaku untuk periode 3 (tiga) tahun.
Selama periode tersebut, kinerja dokter akan dievaluasi setiap tahunnya.
Evaluasi kinerja dokter dilakukan oleh Komite Medik dan dilaporkan kepada
Karumkit. Apabila kinerja dokter tidak baik atau tidak sesuai dengan Surat
Penugasan Klinik, maka akan dilakukan revisi terhadap kewenangan dokter
yang bersangkutan. Revisi dilakukan dengan baik dengan mengurangi atau
bahkan mencabut kewenangan dokter tersebut. Demikian juga kewenangan
klinis seorang dokter dapat ditambah apabila yang bersangkutan telah selesai
mengikuti pendidikan atau pelatihan untuk menambah kompetensinya.
Strategi komunikasi
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) atau near miss adalah kejadian yang
hampir menyebabkan cedera pada pasien akbat melaksanakan atau
tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Tujuan
penanganan near miss adalah :
Untuk mengurangi resiko kejadian adverse events
Untuk mengidentifikasi perbaikan yang potensial
Untuk peningkatan mutu pelayanan
Jenis KNC yang perlu dilaporkan setidak-tidaknya meliputi :
1. Administrasi
a. Kesalahan serah terima pasien
b. Ketidaklengkapan pengisian informed consent
c. Ketidaklengkapan identitas pasien
d. Keterlambatan pelayanan proses administrasi
2. Farmasi
a. Kesalahan proses obat (presception crew)
b. Kesalahan pengeluaran dan pengemasan obat (dispending
error)
Rumah sakit akan segera melakukan tindakan apabila terjadi kejadian yang
tidak diinginkan atau diharapkan. Hal ini bertujuan untuk menentukan dimana
sebaiknya berfokus untuk melakukan perubahan dan mencegah kejadian
serupa terulang kembali. Perbandingan terhadap data yang diperoleh
dilakukan secara internal dari waktu ke waktu ketika melakukan analisa
terhadap data kejadian yang tidak diharapkan/ diinginkan. Untuk melihat area
kejadian, alat statistik dan komputer digunakan dalam melakukan analisa data.
Sesuai dengan standar PMKP 7 (hal 129-130).
6. Manajemen Resiko
Dimanapun manajemen resiko bertujuan untuk meminimalisir resiko yang
dapat terjadi dimasa datang, dengan adanya tindakan yang antisifatif, bila
terjadi insiden maka sudah tersedia alternative keputusan yang dilengkapi
dengan analis dampak dan konsekuensi. Secara singkat proses manajemen
resiko dimulai dengan identifikasi resiko, analisis resiko mana yang perlu
tindakan segera, pengolahan resiko dan follow up langkah-langkah
penerapan manajemen resiko di RSBSA adalah sebagi berikut :
1. Tegakkan konteks
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menegakkan konteks yaitu :
a. Definisikan tujuan dan sasaran manajemen resiko
b. Definisikan tanggung jawab dan ruang lingkup
c. Deskripsikan faktor penghambat dan pendukung
d. Struktur dan organisasi manajemen resiko
2. Asesmen resiko
Merupakan proses untuk membantu organisasi dalam menilai luasnya
resiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak
resiko. Asesmen resiko harus dilakukan oleh staf dan semua pihak yang
terlibat seperti pasien dan masyarakat umum, bila memungkinkan proses
asesmen terdiri dari :
a. Identifikasi resiko
Adalah proses untuk mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa
dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Identifikasi dilakukan melalui
laporan insiden, komplain dan litigasi, risk profiling, dan survey.
b. Analis resiko
Tabel 3
Mingguan
No Uraian Ke Ke Ke Bulanan Tahunan Ket
Ke I
II III IV
Rapat komite mutu
bulanan dengan
1. √ √ √
Pimpinan RS
BAB VIII
METODE
Pada dasarnya terdapat banyak metoda, teknik dan tools (alat bantu) dalam
upaya perbaikan dan peningkatan mutu. Manfaatnya bukan saja mengurangi
kesalahan analisis terutama terkait dengan tindakan medis, namun juga berbagai hal
positif lainnya bagi peningkatan mutu dan kualitas pelayanan seperti mempercepat
waktu proses, memprediksi kemungkinan terjadi kesalahan, mengurangi biaya
operational, dan peningkatkan kepuasan pasien. Dimana secara spesifik penggunaan
metode atau alat bantu ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses di rumah sakit.
Metode alat bantu yang digunakan oleh RSBSA telah ditetapkan resmi
melalui Surat Keputusan (SK) pemberlakuan model peningkatan mutu adalah metode
FOCUS PDSA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewart pada tahun pada
tahun 1930. PDSA kepanjangan dari Plan, Do, Study, Action, PDSA adalah 4 proses
interaktif dalam penyelesaian masalah yang umum digunakan dalam pengendalian
mutu. Metode ini dapat digunakan dalam lingkungan pelayanan kesehatan guna
meningkatkan kualitas pelayanan. RSBSA menggunakan FOCUS PDSA (Find,
Organize, Clarify, Understand, Select, Plan, Do, Study, Action) sebagai kerangka
kerja dalam upaya melakukan perbaikan secara kontinyu. FOCUS PDSA merupakan
rangkaian kegiatan yang terdiri menemukan masalah, mengorganisir tim kerja,
mengklarifikasi teori baru tentang permasalahan, memahami penyebab masalah,
memilih proses potensial untuk menyelesaikan masalah, perencanaan kerja,
palaksanaan kerja, pengawalan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus-
menerus dan berkesinambungan.
Perencanaan (Plan)
Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah
yang di tetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait
dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan cara
penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dalam perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja sebagai upaya penyelesaian masalah yang terkait
dengan mutu. Kepala rumah sakit akan
menetapkan dan membuat prioritas hal-hal yang akan dimonitor. Panitia PMKP
bertanggung jawab dalam menyusun PPMKP dan menghubungkan dengan bagian
terkait dalam menyusun frekuensi pemantauan, penetapan bagaimana cara dan
kapan seharusnya mengumpulkan data, penggunaan alat statistik untuk analisa
data, serta format dan tata cara pencatatan. Komite PMKP juga mengkoordinasi
hal-hal terkait dengan sumber daya yang akan digunakan waktu untuk
implementasi dan mendapat persetujuan dari kepala rumah sakit.
Pelaksanaan (Do)
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika perencanaan tersebut membutuhkan keterlibatan staf yang lain diluar tim,
perlu terlebih dahulu dilaksanakan orientasi, sehingga staf pelaksanaan tersebut
dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Setiap bagian
harus mengimplementasikan perencanaan yang telah disetujui dan menetapkan
orang yang bertanggung jawab untuk setiap tugas. Apabila diperlukan, Komite
PMKP akan melakukan pelatihan yang sesuai.
Pembelajaran (Study)
Tahapan yang ketiga yang dilakukan ialah secara berkala mempelajari kemajuan
dan menganalisa hasil yang telah dicapai. Orang yang bertanggung jawab dalam
pemantauan program mutu (Penanggung jawab / PJ) harus mengumpulkan data
dan menganalisa data tersebut sesuai perencanaan yang telah disetujui. Apabila
ada kegagalan atau kinerja yang buruk, PJ dapat merekomendasikan tindakan
perbaikan dan diberikan kepada Karumkit untuk mendapat persetujuan. Apabila
disetujui, maka mereka harus mengimplementasikan tindakan perbaikan tersebut.
Jika terjadi kegagalan maka sebuah rencana harus segera disusun sesuai dengan
arahan dan prioritas yang ditetapkan oleh karumkit dan kembali ke awal sesuai
lingkaran PDSA.
Semua perencanaan dan upaya perbaikan akan disebarluaskan kepada seluruh staf
sesuai dengan Perencanaan Komunikasi RSBSA. Penyebarluasan informasi dapat
dilakukan melalui internat dan presentasi laporan bagi staf terkait. Meskipun
demikian, pada beberapa kasus tertentu seluruh staf harus di informasikan. Petunjuk
teknis pelaksanaan FOCUS PDSA terlampir.
III. KERAHASIAAN
Bench marking adalah merupakan suatu alat bantu dalam upaya perbaikan dan
peningkatan mutu yang mengidentifikasi hal-hal berikut : (i) apa yang organisasi
lakukan, (ii) bagaimana organisasi melakukanya, (iii) bagaimana organisasi
melakukan hal serupa, (iv) seberapa baik organisasi melakukan hal itu disbanding
dengan standar yang ada, dan (v) apa dan bagaimana cara melakukan perbaikan.
Dari hasil Benchmarking, suatu organisasi dapat memperoleh gambaran dalam
(insight)mengenal kondisi kinerja organisasi sehingga dapat mengadopsi praktik
terbaik (best practice) untuk meraih sasaran yang diingkan.
2. Kepatuhan pelaporan
Sistematika pelaporan hasil pengumpulan data pemantauan indikator mutu adalah
sebagai berikut :
Unit/ bagian mengambil data hasil pemantauan di unit/ bagiannya masing-
masing
KARUMKIT
1. Tindak lanjuti laporan bulanan Unit dan PMKP
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
BAB XI
PENUTUP