Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Alan Mutahir, Asep Darodjat

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE TIPE CONCEPT SENTENCE


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Alan Mutahir, Asep Darodjat1
1)

Program Studi Pend. Matematika, FKIP, Universitas Islam Nusantara, Bandung,


Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRACT

The problem in this research is the low of students' mathematics learning


outcomes. One alternative learning that can be applied to improve students'
mathematics learning outcomes is Sentence Concept type of Cooperative
Learning model. The aims of this research were to determine the effect of
Sentence Concept type of Cooperative Learning model to the students'
mathematics learning outcomes and want to know the response of students for
Sentence Concept type of Cooperative Learning model. The experiment was
conducted in SMP 2 Cileles Lebak regency. The population in this study were all
students of class VII SMP 2 Cileles Lebak regency. The sample in this study were
students of class VII - A as an experimental class and class VII - B as a class
controls that were randomly selected. The instruments that used are achievement
test and questionnaire. In this study the data obtained are qualitative and
quantitative data. Based on the analysis of learning outcomes, research concluded
that Sentence Concept type of Cooperative Learning model gave positive effect to
the students' learning outcomes. While based on the analysis of the questionnaire
obtained a conclusion that students respon positively to the learning of
mathematics by using Sentence Concept type of Cooperative Learning model.
Keywords: Sentence Concept type of Cooperative Learning model, Students'
Learning Outcomes, Students' respon.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, hal ini
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Lidya, 2010). Pendidikan pertama didapat di
lingkungan keluarga, kedua di lingkungan sekolah dan ketiga di lingkungan
masyarakat. Di sekolah seseorang akan sepenuhnya mendapatkan pendidikan
karena sekolah merupakan tempat belajar.
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru dan sekolah, tetapi
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Karena dalam pendidikan Ada

tiga pilar yang merupakan fondasi utama dari pendidikan, yaitu: Pemerintah,
Sekolah dan Keluarga. Guru dan sekolah merupakan tumpuan harapan para orang
tua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap dan sifat-sifat kepribadian utama, sebagai sarana pengembangan karier,
peningkatan status sosial, dan bekal hidup lainnya di dunia kini dan di akhirat
nanti.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan maka hendaklah seorang guru
memperhatikan keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran
ditunjukkan melalui penguasaan tujuan pembelajaran oleh siswa, tujuan
pembelajaran dikatakan berhasil jika perubahan yang terjadi pada siswa akibat
dari belajar.
Belajar menurut Gagne (Suprijono, 2009: 2) adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah. Belajar dikatakan berhasil jika ada perubahan tingkah laku yang
mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Menurut Suprijono (2009: 2) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Secara
garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah menurut
Benyamin Bloom (Sudjana, 2010:22), yaitu: (a) Ranah kognitif, berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (b) Ranah
Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; (c) Ranah
psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran (Sudjana, 2010:23).
Keberhasilan hasil belajar matematika dapat tercapai jika dilakukan
dengan sungguh-sungguh mengatasi hambatannya. Adanya hambatan dalam
tercapainya keberhasilan hasil belajar matematika seperti masih kurangnya minat
siswa terhadap pelajaran matematika yang mengakibatkan siswa tidak berperan
aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan observasi di SMPN 2 Cileles Kab. Lebak, khususnya pada
kelas VII ditemukan beberapa kelemahan diantaranya adalah hasil belajar
matematika yang dicapai siswa masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai
rata-rata hasil belajar matematika kelas VII semester satu tahun pelajaran 20132014 adalah 61 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan oleh sekolah adalah 66. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran matematika di SMPN 2 Cileles Kab. Lebak, peneliti
menyimpulkan bahwa hal tersebut terjadi karena siswa kurang aktif dalam
pembelajaran, serta peran seorang guru bukan sebagai fasilitator melaikan

menjadi seorang penceramah sehingga berakibat dalam suasana belajar tidak ada
interaksi antara guru dan siswa.
Dari permasalahan rendahnya hasil belajar siswa, maka perlu upaya untuk
menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran serta menumbuhkan interaksi antara
siswa dan guru, sehingga siswa pun akan lebih memaknai pembelajaran dan hasil
belajar bisa meningkat. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran yang
tepat merupakan jawaban untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya hasil
belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa
dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Cooperative tipe Concept
Sentence.
Tindaon (2012) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Concept Sentence
merupakan pembelajaran yang lebih mengarah pada interaksi antara guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa. Model ini merupakan bagian dari kelompok model
pengajaran sosial. Kelompok model pembelajaran sosial, sebagaimana dengan
namanya, menitikberatkan pada karakter sosial, bagaimana setiap individu
mempelajari tingkah laku sosial, dan bagaimana interaksi sosial tersebut dapat
mempertinggi hasil pencapaian pembelajaran akademik. Hampir semua
penggegas teori percaya bahwa peran utama pendidikan adalah untuk
mempersiapkan warga negara yang akan mengembangkan tingkah laku
demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial serta
meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial proaktif.
Keunggulan dari model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence
menurut Tindaon (2012) bahwa antara; (a) guru dan siswa lebih memahami kata
kunci dari materi pokok pelajaran; (b) interaksi proses belajar mengajar
berlangsung hidup dan menciptakan karakter sosial di antara individu yang
terlibat di dalamnya; (c) siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang
pandai. Hal ini akan menciptakan suasana kerjasama yang baik serta
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa yang kurang pandai untuk lebih
serius dan berusaha; (d) mental dan kecakapan siswa terbangun dalam segala
aspek keterampilan berbahasa; (e) lebih memahami kata kunci dari materi pokok
pelajaran; (f) meningkatkan semangat belajar siswa, membantu terciptanya
suasana belajar yang kondusif; (g) memunculkan kegembiraan dalam
belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif; (h) mendorong
siswa untuk memandang susuatu dalam pandangan yang berbeda, memunculkan
kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik.
Dari permasalahan rendahnya hasil belajar matematika siswa, maka guru
perlu menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses belajar. Hal
ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan interaksi antar guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa lainnya. Salah satu pemecahan masalahnya dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence. Sehingga
diteliti pengaruh model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence terhadap
hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui
pengaruh model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence terhadap hasil
belajar siswa; (2) mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran
Cooperative tipe Concept Sentence.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen pada dua kelas
dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran konvensional sebagai perlakuan. Adapun
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent
Control Group Design. Menurut Sugiyono (2012: 116), desain Non-equivalent
Control Grup Design sebagai berikut:
O1
O3

O2
O4

Keterangan:
O : Pretest/ posttest hasil belajar
X : Perlakuan, kelompok atas sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu
model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen
tes dan instrumen non tes. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes
tertulis yakni pretest dan posttest, pretest diberikan untuk mengukur
kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran diberikan kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan posttest
diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang telah mendapatkan pembelajaran. Tes yang
digunakan berbentuk uraian atau essay, dengan menggunakan tes uraian, dapat
dilihat proses berpikir, ketelitian, dan sistematika pola jawaban melalui langkahlangkah penyelesaian soal serta dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa,
sehingga memungkinkan dilakukannya perbaikan. Analisis data kuantitatif dari
pretest dan posttest hasil belajar matematika pada kelas eksperimen dan kontrol di
analisis dengan uji statistik yang digunakan adalah uji-t. Uji-t dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran Cooperative tipe
Concept Sentence terjadap hasil belajar matematika siswa.
Instrumen non tes digunakan untuk mengevaluasi bidang afektif atau
psikomotorik. Bentuk instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu angket. Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative tipe Concept Sentence. Skala yang digunakan yaitu skala Likert.
Sugiyono (2012: 134) menyatakan Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala Likert yang digunakan yaitu skala Likert bentuk checklist, cara ini
dianggap lebih mudah karena hanya memberikan tanda cheklist () pada jawaban
yang dianggap paling tepat, dengan empat pilihan jawaban yang sudah tersedia
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Sugiyono (2012: 135) menyatakan bahwa untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban pernyataan angket dapat diberi skor. Adapun skor
analisis kuantitatif, yaitu: (1) untuk pernyataan positif, jawaban: Sangat Setuju

(SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 1; (2)
untuk pernyataan negatif, jawaban: Sangat Setuju (ST) diberi skor 1, Setuju (S)
diberi skor (2), Tidak Setuju (TS) diberi skor (3), Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi skor 4. Setelah dianalisis, kemudian dilakukan interpretasi kriteria respon
siswa menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 235) adalah: (1) rerata skor 3 =
respon positif, (2) rerata skor < 3 = respon negatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari analisis data hasil belajar awal kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata dan deviasi standar yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Nilai Rata-rata dan Deviasi Standar
Pretest Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Rata-Rata
38,78
38,92

Deviasi Standar
7,21
8,69

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh nilai rata-rata 38,78 untuk kelas eksperimen


dengan deviasi standar 7,21 dan nilai rata-rata 38,92 untuk kelas kontrol dengan
deviasi standar 8,69.
Untuk melihat keberartian perbedaan rata-rata nilai hasil pretest dilakukan
uji perbedaan rata-rata yaitu uji-t. Syarat-syarat untuk uji-t, yaitu populasinya
berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji normalitas kedua kelas disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2: Hasil Uji Normalitas Pretest
Shapiro-Wilk
Kelas
Keterangan
df
Sig.
Eksperimen
41
0,119
Normal
Kontrol
41
0,068
Normal
Berdasarkan Tabel 2 untuk kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi 0,119.
Hal ini berarti data pretest kelas eksperimen berdistribusi normal. Sama halnya
dengan kelas kontrol, berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi
0,068 yang berarti data pretest kelas kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan uji
normalitas Shapiro-Wilk, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berdistribusi
normal.
Dari hasil uji normalitas data pretest diketahui kedua sampel berdistribusi
normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas
kedua kelas disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3: Hasil Uji Homogenitas Pretest
Kelas
N Based on Mean
Keterangan

Kontrol
41
0,172
H0 diterima
Eksperime
41
n
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,172 >
0,05. Berdasarkan kriteria pengujian jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan varians
secara signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga
memenuhi syarat untuk melakukan uji perbedaan dua rata-rata.
Hasil uji perbedaan dua rata-rata pretest disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4: Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest
N

df

Sig. (2-tailed)

Kontrol

41

Eksperimen

41

0,08
3

80

0,934

Kelas

Keteranga
n
H0
diterima

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh nilai signifikansi 0,934 > 0,05. Berdasarkan


kriteria pengujiannya bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H o
diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan awal secara signifikan antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa siswa kelompok eksperimen dan
siswa kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama.
Hasil posttest dilakukan untuk mengukur hasil belajar matematika setelah
diberikan perlakuan (treatment), yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence pada
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Diperoleh
nilai rata-rata dan deviasi standar yang terlihat pada tabel 5.
Tabel 5: Nilai Rata-Rata dan Deviasi Standar
Posttest Hasil Belajar Matematika
Kelas
Rata-Rata Deviasi Standar
Eksperimen
86,29
4,41
Kontrol
81,07
4,24
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai rata-rata 86,20 untuk kelas eksperimen
dengan deviasi standar 4,41 dan nilai rata-rata 81,07 untuk kelas kontrol dengan
deviasi standar 4,24.
Untuk melihat keberartian perbedaan rata-rata nilai hasil Posttest
dilakukan uji perbedaan rata-rata yaitu uji-t. Syarat-syarat untuk uji-t, yaitu
populasinya berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji normalitas kedua kelas
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Posttest
Kelas
Shapiro-Wilk
Keterangan
6

Eksperimen
Kontrol

df
41
41

Sig.
0,082
0,073

Normal
Normal

Berdasarkan Tabel 6 untuk kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi 0,082.


Hal ini berarti data posttest kelas eksperimen berdistribusi normal. Sama halnya
dengan kelas kontrol, berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi
0,073 yang berarti data posttest kelas kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan
uji normalitas Shapiro-Wilk, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berdistribusi
normal.
Dari hasil uji normalitas data posttest diketahui bahawa kedua sampel
berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Hasil uji
homogenitas kedua kelas disajikan pada Tabel 7 .
Tabel 7: Hasil Uji Homogenitas Posttest
Kelas
N Based on Mean
Keterangan
Kontrol
41
0,576
H0 diterima
Eksperime
41
n
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,576 > 0,05.
Berdasarkan kriteria pengujian jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan varians secara
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga
memenuhi syarat untuk melakukan uji perbedaan dua rata-rata.
Hasil uji perbedaan dua rata-rata posttest disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8: Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest
Kelas

Kontrol

41

Eksperimen

41

df

Sig. (2-tailed)

5,455

80

0,000

Keteranga
n
H0
ditolak

Berdasarkan Tabel 8 diperoleh nilai signifikansi = 0,000 < 0,05.


Berdasarkan kriteria pengujiannya bahwa jika nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka Ho ditolak. Karena H0 ditolak, maka H1 digunakan.
Berdasarkan hasil pengolahan analisis data tes hasil belajar matematika
siswa, rata-rata skor posttest kelompok eksperimen 86,29 dan rata-rata skor
posttest kelas kontrol 81,07. Hal ini menunjukkan bahwa secara signifikan hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen yaitu kelompok yang
mendapatkan model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence lebih baik
dari pada hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol yaitu kelompok yang
mendapatkan pembelajaran konvensional. Maka dapat disimpulkan bahwa model
7

pembeajaran Cooperative tipe Concept Sentence berpengaruh positif terhadap


hasil belajar siswa.
Untuk mengetahui besar pengaruh model pembelajaran Cooperative tipe
Concept Sentence terhadap hasil belajar siswa, maka dilakukan uji Cohens d.
Pengujian dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010,
setelah dilakukan pengujian didapat hasil uji Cohens d yaitu 0,76
sesuai dengan interpretasi tinggi. Hal ini membuktikan bahwa ada
pengaruh model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence terhadap
hasil belajar matematika siswa.
Penggunaan angket pada penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
respon siswa tentang model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence.
Angket ini hanya diberikan kepada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan
model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence. Setelah dilakukan
analisis angket, berikut hasil analisisnya disajikan dalam Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9: Hasil Analisis Angket Respon Siswa
NO
1
2
3

INDIKATOR
Respon siswa terhadap Pembelajaran
Matematika
Respon siswa terhadap Model
Pembelajaran Cooperative tipe
Concept Sentence
Respon siswa terhadap soal hasil
belajar matematika
RATA-RATA

RATA-RATA
SKOR

SIKAP
SISWA

3,04

Positif

3,02

Positif

3,06

Positif

3,04

Positif

Berdasarkan Tabel 9 aspek yang menunjukkan respon siswa terhadap


pembelajaran matematika adalah positif dengan rerata skor 3,04. Respon siswa
terhadap model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence adalah positif
dengan rerata skor 3,02, dan respon siswa terhadap soal hasil belajar matematika
adalah positif dengan rerata 3,06. Dengan demikian, secara keseluruhan respon
siswa terhadap angket yang telah diberikan adalah positif dengan rerata 3,04.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa hasil belajar
matematika pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda. Hasil tes
awal siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol menunjukkan bahwa
rerata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 38,78 untuk
kelas eksperimen dan 38,92 dari skor maksimum 100. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dikatakan sangat rendah.
Kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen
mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence, sedangkan kelas kontrol
mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Kemudian setelah

beberapa kali pertemuan, maka dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa. Dari analisis hasil posttest didapat bahwa hasil belajar
matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda.
Rerata posttest kelas eksperimen adalah 86,29, sedangkan rerata tes akhir posttest
kelas kontrol adalah 81,07. Ternyata rerata kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan rerata kelas kontrol. yakni melihat pengaruhnya bisa dilihat
dari selisih rerata posttest dengan rerata pretest, untuk kelas eksperimen yaitu
47,51. Sedangkan untuk kelas kontrol selisihnya adalah 44,89. Dilihat dari selisih
antara posttest dan pretest dari kedua kelas, kelas eksperimen mendapatkan selisih
yang besar dibandingkan kelas kontrol, artinya ada pengaruh dari perlakuan yang
diberikan kepada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan
model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence.
Dilihat dari tes awal ha sil belajar matematika siswa kelas
ekperimen dan kelas kontrol berbeda. Dari hasil posttest, hasil
belajar matematika kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
dengan hasil belajar matematika kelas kontrol. Akan tetapi belum
dapat
dipastikan
bahwa
dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Concept
Sentence berpengaruh untuk memperbaiki hasil belajar
matematika siswa. Maka untuk melihat besarnya pengaruh
dalam pembelajaran tersebut dapat dilihat dari hasil uji cohensd,
yaitu didapatkan nilai sebesar 0,76 artinya bahwa pengaruh
model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence
terhadap hasil belajar matematika siswa dikategorikan tinggi.
Pengaruh model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence
terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest. Sesuai
dengan pendapat Tindaon (2012) bahwa Siswa di kelas eksperimen memberikan
respon positif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan serta manfaat
pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil analisis angket siswa yang
memperlihatkan bahwa pada umumnya siswa memiih respon positif terhadap
pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan serta
manfaatnya. model pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence membantu
siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok, siswa yang lebih pandai
mengajari siswa yang kurang pandai, siswa lebih terampil berdiskusi, aktif
bertanya, kreatif dalam mengeluarkan ide dan pendapat, dan saling menghargai
pendapat satu sama lain.
Berdasarkan pengolahan hasil angket siswa di kelas eksperimen, secara
umum dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas eksperimen memberikan respon
positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence, hal ini dimungkinkan terjadi
karena: (a) Pada umumnya siswa senang belajar kelompok dan seluruh siswa
9

menyatakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran


Cooperative tipe Concept Sentence tidak membuat siswa jenuh atau bosan. (b)
Dengan belajar kelompok siswa lebih terpacu untuk berinteraksi dengan
temannya, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dan lebih
bebas mengeluarkan pendapat. (c) Siswa merasa nyaman untuk berdiskusi dengan
teman sekelompoknya, tidak ragu untuk mengungkapkkan pendapatnya dan tidak
merasa malu untuk bertanya kepada teman sekelompoknya ketika mereka merasa
kesulitan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model
pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence terhadap hasil belajar
matematika siswa, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Model Cooperative
tipe Concept Sentence pada pembelajaran matematika berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika siswa. (2) Sebagian besar siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative tipe Concept Sentence.
DAFTAR PUSTAKA
Lidya, P.S. (2010, Mei). Resume UU SISDIKNAS Pendidikan. Juni 17, 2014.
http://lidyapuspasaripknr08.blogspot.com/2010/05/resume-uu-sisdiknaspendidikan.html.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suherman, E dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tindaon. (2012, November). Hakikat Model Pembelajaran Concept Sentence.
Juni 18, 2014. http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/hakikatmodel-pembelajaran-concept.html.

10

You might also like