PTK Fixs - Niken
PTK Fixs - Niken
PTK Fixs - Niken
Oleh :
Nip. 198505292010012020
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi inti permasalahan adalah bagaimana peningkatan motivasi dan partisipasi
belajar siwa serta kreativitas dan hasil belajar siswa dalam belajar geografi di kelas XI
IPS 1, SMA Negeri 3 Pangkalpinang. Adapun rumusan masalahnya dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Bagaimana desain model pembelajaran kelompok dengan strategi
pembelajaran kooperatif di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 pangkalpinang ?
2. Bagaimana langkah langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
pelajaran geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Pangkalpinang ?
3. Bagaimana strategi guru untuk membuat semua siswa aktif dalam kelompok
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif pelajaran Geografi di kelas
XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang ?
4. Bagaimana hasil pembelajaran geografi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang ?
C. Tujuan PTK
Tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Menemukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran Geografi.
2. Menemukan tingkat keberhasilan penggunaan Cooperative Learning dalam
meningkatkan partisifasi dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran
geografi
3. Menemukan tingkat keberhasilan penggunaan cooperative Learning dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran geografi.
4. Memberikan referensi bagi rekan guru yang lain mengenai pentingnya
penggunaan cooperative Learning dalam meningkatkan motivasi dan partisifasi
serta kreatifitas dan prestasi hasil belajar.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan menambah wawasan tentang pentingnya metode Cooperative
Learning pada pembelajaran geografi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa sehingga lebih
memahami dan menguasai materi pelajaran geografi sehingga dapat aktif
dalam belajar berkelompok
b. Bagi guru
Memperoleh seperangkat pengalaman baru bagi guru dalam memilih model
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar di kelas
c. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi
sekolah agar memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi belajar geografi.
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Pada dasarnya prinsip belajar lebih menitikberatkan pada aktivitas peserta didik
yang menjadi dasar proses pembelajaran. Menurut Robert M. Gagne ( dalam Muslich,
2007), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses petumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh factor dari luar dan factor dari dalam diri,
dan keduanya saling berinteraksi. Sementara itu Jung (dalam muslich, 2007) berpendapat
bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1992:84) mengemukakan bahwa belajar adalah
setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
a. Faktor internal (factor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan
rohani siswa.
b. Faktor eksternal ( factor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran
C. Konsep Strategi Pembelajaran cooperative
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
system pengelompokan/tim kecil yaitu antara 4 sampai 6 orang yang bersifat heterogen.
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok dimana kelompok yang mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan akan memperoleh penghargaan. Dengan
demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu
terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap
individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan
kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Menurut Sanjaya ( 2007 : 24 ),
Strategi pembelajaran kooperatif bias digunakan manakala :
Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual
dalam belajar.
Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan
dalam belajar
Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya,
dan belajar dari bantuan orang lain.
Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
a. Penghargaan Kelompok
b. Pertanggungjawaban individu
Dengan menggunakan
Kondisi Akhir model Pembelajaran
kooperatif dapat
meningkatkan motivasi
belajar siswa materi
F. Pengolahan Data
Data dikumpulkan, kemudian dipetakan dan dianalisis bersama mitra kolaborasi
sejak penelitian tindakan dimulai. Selanjutnya data dikembangkan selama proses
penyusunan laporan. Teknis analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan ( Miles dan Huberman, 1989 )
G. Aspek yang diteliti
Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek yang menjadi focus untuk diteliti.
Aspek aspek tersebut meliputi :
1. Siswa : Keaktifan, Motivasi, Kreativitas, Hasil belajar
2. Guru : Penggunaan model pembelajaran kelompok dengan
strategi pembelajaran kooperatif
H. Instrumen penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument
pembantu, yaitu lembar observasi dan lembar hasil tes siswa.
I. Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini aspek yang diteliti adalah siswa dan guru, oleh karena itu
yang menjadi indicator kinerja adalah perubahan yang terjadi pada siswa baik dalam
proses pembelajaran maupun dalam hasil belajar. Sebagai indicator keberhasilan adalah
siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar kelompok, sehingga hasil
belajarpun akan meningkat. Sedangkan indicator kinerja bagi guru adalah adanya
perubahan model pembelajaran yang variatif yang salah satunya adalah dengan strategi
pembelajaran kooperatif, yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa
A. PELAKSANAAN TINDAKAN SIKLUS KE SATU
a. Perencanaan
Tindakan siklus ke satu dilaksanakan pada awal bulan oktober selama
2 minggu atau 2 kali pertemuan.Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada
tahap perencanaan tindakan ke satu ini adalah penyusunan persiapan mengajar
model pembelajaran cooperative learning.
Sebelum pelaksanaan tindakan atau siklus siklus berlangsung maka
berdasarkan temuan selama pembelajaran geografi terdapat kekurangan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dan siswa menjadi pasif sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar yang diharapkan. Hal ini terjadi karena
pembelajaran yang dikembangkan cenderung satu arah yaitu berpusat pada
guru, sedangkan siswa hanya menjadi pendengar dan hanya mencatat apa yang
telah disampaikan guru di depan kelas. Kondisi ini membuat siwa pasif dan
motivasi untuk belajar sangat rendah.Mereka terlihat mengantuk dan prestasi
belajar yang diinginkanpun menjadi relative rendah.
Dalam kondisi demikian maka kami membuat kesepakatan untuk
merubah model pembelajaran yaitu dengan cooperative learning yang
diharapkan dapat melibatkan siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Tahap
perencanaan dalam model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan
berembuk untuk membuat persiapan mengajar yang mencakup masalah-
masalah dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yang
mencerminkan model pembelajaran cooperative learning.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kami juga terlebih dahulu
membentuk kelompok berdasarkan heterogenitas, baik jenis kelamin, prestasi
akademik dan tingkah laku serta keberanian siswa. Hasilnya dari 31 siswa
terbentuk 6 kelompok yang terdiri dari 5- 6 orang. Rencana masalah yang
akan diangkat dalam pembelajaran cooperative learning pada tindakan kesatu
adalah masalah budaya nasional dan interaksi global yang terkait dengan
persebarannya.Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
b. Pelaksanaan
Tahap selanjutnya, kami mencoba menerapkan model cooperative
learning yang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Sebelum guru
menjelaskan materi pada hari itu, terlebih dahulu memberikan pre tes untuk
melihat kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran model
kooperatif learning. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah
menjelaskan materi secara umum dari budaya nasional dan interaksi global.
Setelah selesai kemudian meminta siswa untuk duduk sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan, untuk mendiskusikan LKS yang akan
diberikan guru pada tiap kelompok. Sebelum mereka berdiskusi guru
memberikan penjelasan bahwa dengan belajar kelompok dan berdiskusi
sesame teman, belajar akan lebih mudah mengerti, bisa saling
membantu,saling menghargai dan pekerjaan yang dianggap sulitpun akan
mudah diselesaikan kalau dikerjakan secara bersama-sama. Setelah guru
memberi penjelasan siswa tampak mulai bekerja menyelesaikan tugas yang
telah diberikan. Sementara siswa sedang sibuk meleksanakan pekerjaan di
kelompoknya, maka tindakan guru selanjutnya mengawasi jalannya diskusi
dan sesekali memberika arahan bekerja dalam kelompok.
Diskusi berjalan sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan
setelah itu guru menutup pembelajaran dengan meminta siswa masing-masing
kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah
semua kelompok maju, maka tahap akhir pembelajaran diakhiri dengan
memberikan post tes
6 Menutup diskusi
1.Merangkum/Menyimpulkan v
2.Memberi gambaran materi yang akan datang v
Keterangan :
A = seringkali dilakukan
B = sering dilakukan
C = kadang-kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Selain itu hasil pengamatan terhadap perilaku siswa yang dilakukan oleh guru dan
peneliti pada siklus kesatu ini juga dapat dilihat dalam hasil observasi berikut ini :
Tabel 3
Hasil Observasi partisipasi siswa selama pembelajaran
Melalui model pembelajaran kelompok strategi pembelajaran cooperative
2. Kepemimpinan
1.Mengabsen anggota kelompok v
2.Memberi tugas v
3.Membuka diskusi v
4.Menutup diskusi v
5.Memberikan kesempatan berbicara kepada peserta v
secara adil
6.Mengajukan pertanyaan v
7.Mengajukan saran atau pendapat v
3. Mengembangkan nilai-nilai demokratis
1.Tidak berbicara saat orang berbicara v
2.Memberikan kesempatan pada orang lain untuk v
mengemukakan pendapat
3.Tidak menyalahkan secara langsung apabila ad v
aide yang kurang tepat
4.Menyelesaikan tugas tepat waktu v
4 Menghasilkan kreativitas
1.Media pembelajaran yang dapat dipakai di kelas v
2.Media pembelajaran untuk digunakan sendiri oleh v
siswa
Keterangan :
A = seringkali dilakukan
B = sering dilakukan
C = kadang-kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Indikator peningkatan motivasi belajar ini juga terlihat dari adanya peningkatan nilai
rata-rata tiap kelompok dari sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif dengan
sesudah pembelajaran kooperatif dimana sebelumnya hasil pre tes rata-rata nilai kelas
adalah 53,37 maka setelah pembelajaran kooperatif hasil pos tes meningkat menjadi 60,5.
Yang berarti mendekati nilai criteria ketuntasan minimal.Rekap nilai rata-rata tiap
kelompok terlihat pada table berikut ini :
Tabel 4
Rekapitulasi perbandingan pre tes dan pos tes
Hasil belajar siswa secara Individual pada siklus 1
Tabel 5
Hasil Observasi kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar melalui model
pembelajaran kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 2
Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan D = Jarang dilakukan
B = Sering dilakukan E = Jarang sekali dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
Tabel 6
Hasil observasi partisipasi siswa selama pembelajaran melalui model
pembelajaran kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 2
Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan
B = Sering dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Indikator peningkatan motivasi belajar ini juga terlihat dari adanya peningkatan nilai
rata-rata tiap kelompok dari siklus tindakan kesatu dan kedua pembelajaran kooperatif pada
siklus kesatu, hasil pre tes rata-rata nilai kelas adalah 51,82, maka setelah pembelajaran
kooperatif hasil pos tes meningkat menjadi 74,37 . Yang berarti mendekati nilai criteria
ketuntasan minimal. Rekap nilai rata-rata tiap kelompok terlihat pada table berikut ini :
a. Perencanaan
Rencana pembelajaran yang dibuat pada siklus ketiga dilakukan oleh peneliti dengan
berpedoman pada kekurangan sebagai hasil refleksi dalam pembelajaran siklus kedua.
Rencana pembelajaran yang mendapat focus perhatian adalah penentuan tugas LKS
yang harus dikerjakan siswa dalam diskusi kelompok disesuaikan dengan waktu yang
tersedia, penyampaian materi lebih variatif dengan memberikan banyak contoh konkrit
untuk memotivasi keingintahuan siswa pada materi Pelajaran yang dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan penggunaan media peta dan media lainnya. Dalam pelaksanaan diskusi
guru lebih aktif melakukan pengawasan terhadap jalannya diskusi diantara siswa dalam
kelompoknya. Selain itu pemberian reward berupa pujian atau penilaian kepada siswa yang
aktif selalu dilakukan. Di akhir proses pembelajaran guru berusaha banyak memberikan
penguatan setiap hasil kerja siswa, dan selalu membuat kesimpulan akhir dari materi
Pelajaran yang sudah didiskusikan oleh siswa.
c. Refleksi
Pembelajaran Geografi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang, dengan
menggunakan model cooperative learning pada siklus ketiga sudah berhasil dengan baik.
Hal ini terlihat dari adanya kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus kedua telah
berhasil diperbaiki, sehingga secara umum tidak ditemui lagi dalam tindakan ketiga.
Sebagai gambaran, guru telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara
sistematis, yang diawali dengan pembelajaran materi yang akan dipelajari. Dalam
penjelasannya guru juga menggunakan model yang variatif, dengan penggunaan media peta
secara optimal. Sementara itu dalam Tanya jawab, kesempatan bertanya atau menjawab
diberikan secara merata bagi semua siswa.
Pemanfaatan waktu yang diberikan guru dalam diskusi juga secara efisien sudah dapat
digunakan oleh setiap kelompok. Kerja sama antar anggota dalam kelompok juga sudah
mampu dijalankan, sehingga terlihat siswa yang akademik pintar mau membantu mereka
yang kurang, sehingga dapat dipastikan bahwa permasalahan yang ada dalam LKS semua
anggota mengetahui jawabannya.
Nilai demokrasi sudah berhasil dimunculkan dengan melihat bagaimana siswa memberi
kesempatan pada setiap anmggota untuk menjawab permasalahan ketika dia presentasi di
depan, ataupun ketika diskusi dalam kelompok, sehingga tidak ada lagi istilah bahwa
diskusi hanya milik mereka yang pintar. Hal ini sebagai indicator keberhasilan guru yang
mampu bertindak sebagai motivator dan fasilitator serta evaluator yang baik bagi siswa.
Pemberian reward berupa pujian ataupun iming-iming nilai ternyata telah mampu
memotivasi hamper semua siswa untuk aktif dalam diskusi baik bertanya ataupun
menjawab. Mereka tidak lagi merasa takut salah, karena yang penting dipuji, apalagi ketika
mereka bertanya kemudian membahas lagi pertanyaan dan menyebutkan penannyanya,
maka siswa yang bertanya kelihatan sekali merasa dihargai dan berbangga hati. Berikut
adalah hasil obserbvasi padsa siklus ketiga pada kemampuan guru :
Tabel 8
Hasil observasi kemampuan Guru dalam pengembangan bahan ajar melalui model
pembelajaran kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 3
Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan
B = Sering dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Sementara itu, keberhasilan siswa dalam model pembelajaran cooperative learning
dapat dilihat pada table berikut ini
Tabel 9
Hasil observasi partisipasi siswa selama pembelajaran melalui model pembelajaran
kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 3
No Bentuk kemampuan guru
A B C D E
1 Kerjasama
Memberikan bantuan terhadap temannya v
Melaksanakan tugas v
Ikut berperan v
2 Kepemimpinan
Mengabsen anggota kelompok v
Memberi tugas v
Membuka diskusi v
Memberikan kesempatan berbicara kepada peserta v
secara adil
Mengajukan pertanyaan v
Mengajukan saran dan krirtik v
3 Mengembangkan nilai-nilai demokrasi
Tidak berbicara saat orang berbicara v
Memberikan kesempatan pada orang lain untuk v
mengemukakan pendapat
Menyelesaikan tugas tepat waktu v
4 Menghasilkan kreativitas
Media pembelajaran yang dapat dipakai di kelas v
Media pembelajaran untuk digunakan sendiri oleh v
siswa
Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan
B = Sering dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Meningkatnya motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran secara cooperative
learning juga tentu berdampak pada hasil pembelajaran. Hal ini terlihat pada rata-rata hasil
pembelajaran secara kelompok yang dibandingkan antar skor pos tes siklus sebelumnya
denga siklus ketiga serta perbandingan antara rata-rata hasil pembelajaran kelompok antar
siklus ke satu dengan siklus kedua berikut ini :
Tabel 10
Rekapitulasi perbandingan pre tes dan pos tes hasil belajar siswa secara individual pada
siklus 3
No Kelompok Skor Jawaban siswa Keterangan
Pre Tes Pos tes
1 I 65 79 Batas tuntas 75
2 II 73 80
3 III 70 78
4 IV 77 88
5 V 68 79
6 VI 76 82
7 VII 66 90
8 VIII 69 77
Jumlah 564 653
Rata-rata 70,5 81,62
Perbandingan antara rata-rata nilai kelompok antara siklus kesatu, siklus kedua dan
siklus ketiga adalah sebagai berikut :
Tabel 11
Rekapitulasi perbandingan nilai rata-rata kelompok pada siklus kesatu, siklus kedua
dan ketiga
No Kelompok Skor Jawaban Siswa Keterangan
Siklus Siklus kedua Siklus ketiga
kesatu
1 I 66 73 79 Batas tuntas 75
2 II 73 75 80
3 III 70 72 78
4 IV 77 74 88
5 V 68 78 79
6 VI 77 77 82
7 VII 65 70 90
8 VIII 69 70 77
Jumlah 565 595 653
Rata-rata 70,62 74,37 81,62
Berdasarkan table rekapitulasi nilai rata-rata di atas, maka tergambar bahwa setelah
dilakukan pembelajaran denagn model cooperative learning pada siklus ketiga maka nilai
siswa sudah mengalamai ketuntasan berdasarkan criteria ketuntasan minimal ( KKM ),
yang ada pada siklus kesatu dan kedua belum tuntas. Nilai menunjukkan bahwa rata-rata
nilai siswa hasil pos tes telah mencapai lebih dari 81,62
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan pada proses pembelajaran, dan
berdasarkan hasil pos tes pada siklus tindakan ketiga, maka model pembelajaran
cooperative learning sudah berhasil dilaksanakan dengan indicator, motivasi dan partisipasi
belajar meningkat serta nilai siswapun telah tuntas sesuai dengan criteria. Hasil akhir pada
siklus pembelajaran kedua juga telah menghasilkan kreativitas siswa berupa media
pembelajaran yang dapat mempermudah mereka memahami kebudayaan local dan nasional
di dunia maupun di Indonesia.
4.Pembahasan
Motivasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh siswa itu sendiri, akan tetapi juga
ditentukan oleh seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran baik didalam maupun
diluar kelas. Oleh karena itu, ketika menemukan situasi motivasi belajar siswa yang rendah
yang berdampak pada prestasi belajar, guru yang professional tidak serta merta memfonis
bahwa siswanya bodoh, akan tetapi guru akan mencari jalan keluar dengan menetapkan
berbagai model pembelajaran.
Hasil penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang, menunjukkan bahwa
rendahnya motivasi dan hasil belajar yang selama ini hanya menggunakan model ceramah
dan Tanya jawab yang membosankan siswa, ternyata permasalahan dapat teratasi dengan
penerapan salah satu model pembelajaran yaitu model cooperative learning. Berdasarkan
hasil penelitian, system pembelajaran denagn menggunakan model cooperative learning
dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Hal ini terbukti dari beberapa fenomena
berikut ini :
a. Motivasi belajar siswa
Berdasarkan data hasil penelitian, melalui penggunaan model pembelajaran cooperative
learning, keseriusan siswa untuk belajar meningkat, yang ditunjukkan oleh aktivitas mereka
ketika guru menjelaskan dan ketika mereka diskusi, dimana mereka berusaha untuk
bertanya, menjawab dan menaggapi, sehingga jarang ditemukan siswa yang mengantuk
seperti ketika mendengar ceramah guru yang dianggap membosankan.
b. Efektifitas pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunanakan model cooperative learning,terbukti cukup ampuh
dalam mengaktifkan siswa sehingga dapat berubah pola teacher centered ke student
centered. Hal ini tidak terlepas dari strategi yang diterapkan baik dalam hal perencanaan,
implementasi maupun evaluasi. Dalam proses perencanaan hasil sharing pendapat dengan
rekan peneliti lain dan hasil observasi pada pembelajaran sebelumnya telah menjadi
masukan yang sangat berarti dalam penyusunan perencanaan, sehingga dapat diambil
tindakan kelas yang tepat dalam pembelajaran. Dalam proses implementasi atau
pelaksanaan terhadap beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan.Pertama, setiap
kelompok adalah perpaduan antar anggota yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun
kemampuan akademik. Kedua, pemberian tugas yang lebih efektif disesuaikan dengan
alokasi waktu dan sarana yang tersedia. Ketiga, kemampuan guru yang berhasil
memposisikan diri sebagai fasilitator, motivator dan evaluator.
c.Aspek – aspek keberhasilan siswa
Aspek-aspek keberhasilan siswa sebagai akibat dari penggunaan cooperative learning,
dapat ditinjau dari aspek keaktifan, motivasi dan hasil belajar. Ditinjau dari kreatifitas
siswa, proses pembelajaran dengan cooperative learning telah mampu mengaktifkan
sebagian besar siswa dalam belajar, sehingga siswa yang aktif dalam belajar bukan hanya
milik siswa yang secara akademik tinggi, akan tetapi juga berhasil mengaktifkan siswa
yang sebelumnya malas atau minder untuk bertanya, menjawab, atau berpendapat.
Dilihat dari aspek, model pembelajaran cooperative learning, telah mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa, sehingga mau mencari atau menanyakan jawaban dari permasalahan
yang dihadapi kepada teman sekelompoknya. Motivasi tinggi juga dapat dilihat dari
meningkatnya rasa keingintahuan mereka terhadap permasalahan, sehingga kadang-kadang
mereka kalau tidak puas bertanya di kelas, diluar kelas dapat menanyakan kembali karena
rasa penasaran terhadap fenomena geografis yang ada. Ditinjau dari aspek prestasi dan
kreatifitas siswa, model pembelajaran cooperative learning, telah mampu meningkatkan
hasil tes belajar siswa untuk mencapai criteria ketuntasan minimal dibandingkan dengan
hasil tes dengan model pembelajaran sebelumnya yang banyak dari siswa tidak mendapat
nilai tuntas. Selain itu kreatifitas siswa juga muncul dengan menghasilkan beberapa hasil
kreatifitas yang dapat dijadikan media pembelajaran, baik berbentuk peta persebaran
kebudayaan local maupun bentuk kreatifitas lain yang dapat membantu mereka
mempermudah dalam menjaga kebudayaan local Indonesia.Aspek lain yang dihasilkan dari
pembelajaran cooperative learning ini adalah prinsip getting better together yang
memunculkan rasa kebersamaan, kekompakan rasa saling menghargai dengan berbagai
perbedaan yang ada, dengan tetap bersaing secara sehat baik secara individu atau
kelompok.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan penelitian seperti yang telah diungkapkan di muka
secara umum dapat disimpulkan bahwa melalui penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam penelitian ini berhasil mencapai tujuan penelitian yaitu dapat
meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dalam belajar geografi.
Keberhasilan ini tercermin dari hasil evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar.
Evaluasi proses ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar yang semua telah
mencapai tuntas berdasarkan criteria yang ditentukan, evaluasi hasil juga telah berhasil
menghasilkan salah satu bentuk hasil kreatifitas sederhana yang dapat digunakan
sebagai media dalam pwembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan penelitian maka kami peneliti dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan motivasi dan partisipasi serta prestasi dan kreatifitas belajar, dengan
menggunakan model cooperative learning, hanya merupakan salah satu model
pembelajaran saja, oleh sebab itu perlu dikembangkan model-model lainnya yang
sesuai dengan karakteristik bidang studi.
b. Penggunaan sumber belajar dalam penelitian ini, belum dilakukan secara optimal,
karena keterbatasan sumber-sumber belajar berupa buku-buku di sekolah.
c. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
seperti praktek lapanagn ke pegunungan untuk membuktikan adanya pengaruh
factor geografis dengan kebudayaan local tiap daerah.
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul :
Penerapan Metode Kooperatif dalam Peningkatan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran Geografi materi Budaya Nasional dan Interaksi Global di Kelas XI IPS
1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang Tahun 2018/2019
2. Peneliti
a. Nama Lengkap dengan gelar : Niken Kumala Sari, S.Pd
b. NIP : 198505292010012020
c. Pangkat/ Golongan : III-B
d. Jabatan : Guru
e. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 pangkalpinang
f. Mata Pelajaran yang diteliti : Geografi
Mengetahui,