PTK Fixs - Niken

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 40

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE KOOPERATIF DALAM


PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DALAM
PEMBELAJARAN GEOGRAFI MATERI BUDAYA
NASIONAL DAN INTERAKSI GLOBAL DI SMAN 3
PANGKALPINANG TAHUN 2018/2019

Oleh :

Niken kumala sari S.Pd

Nip. 198505292010012020

Guru Geografi SMA Negeri 3 Pangkalpinang


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelajaran geografi merupakan rumpun pelajaran ilmu pengetahuan social.Selama
ini ada semacam anggapan bahwa belajar IPS termasuk geografi identik dengan
hapalan, sehingga membosankan bagi siwa , apalagi dewasa ini siswa hanya
menganggap bahwa mata pelajaran rumpun IPS kurang penting dibandingkan dengan
rumpun IPA. Hal ini menyebabkan motivasi untuk belajarpun menjadi rendah.
Situasi diatas membuat seorang guru seringkali tidak bersemangat mengajar
karena melihat anak didiknya tidak mau belajar dan ternyata masalahnya adalah anak
didik tidak memiliki motivasi atau daya penggerak dalam belajar. Menghadapi situasi
yang demikian, guru yang professional harus menyadari bahwa semangat dan gairah
belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh anak didik itu sendiri, akan tetapi dirinya
juga harus berperan sebagai motivator.
Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru dituntut untuk menggunakan
strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan individual
siswa dengan guru,mendorong berkembangnya kemampuan baru yang ada, akhirnya
siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini seiring dengan pergeseran
paradigma pendidikan yang berubah dari pola teaching ( mengajar ) ke learning (
belajar )
Oleh karena itu seorang guru sebagai pendidik perlu memiliki berbagai
metodologi mengajar,karena keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM )
bergantung pada cara mengajar gurunya.Jika cara mengajar gurunya enak maka siswa
akan tekun,rajin,antusias menerima pelajaran yang diberikan sehingga diharapkan
akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya , sopan
santunya, motorik maupun gaya hidupnya.
Rendahnya motivasi dan partisipasi belajar dirasakan di SMA Negeri 3
Pangkalpinang. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan materi pelajaran, tampak
siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran oleh guru. Hal ini terlihat dari indikasi
adanya beberapa siswa yang tidak serius sewaktu mendengarkan penjelasan guru
seperti membuat tulisan – tulisan yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran,
berbisik – bisik dengan temannya atau bahkan kelihatan mengantuk.
Perilaku tersebut tentunya berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran geografi,sehingga prestasinyapun menjadi rendah.
Kondisi tersebut salah satunya mungkin disebabkan oleh metode mengajar yang
digunakan oleh guru, atau kurangnya media pembelajaran dan kurangnya guru dalam
mengembangkan bahan pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah ,
dengan diselingi Tanya jawab yang minim, sehingga hal ini membuat siswa cepat
bosan dan kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi ini akan teratasi
manakala guru berupaya untuk menentukan solusinya, yaitu mengganti model
pembelajaran yang selama ini digunakan.
Salah satu model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi permasalahan
belajar siswa diatas adalah model pembelajaran kelompok dengan strategi
pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning ). Model pembelajaran ini berangkat
dari dasar pemikiran “ getting better together “ yang menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif. Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir akhir ini dianjurkan
oleh para ahli.Menurut Slavin dalam Sanjaya ( 2006 ) mengemukakan dua alasan
tentang pembelajaran kooperatif, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan social,menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan ketrampilan. Dengan demikian pembelajaran kooperatif
memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena
dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang
lebih lama.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi inti permasalahan adalah bagaimana peningkatan motivasi dan partisipasi
belajar siwa serta kreativitas dan hasil belajar siswa dalam belajar geografi di kelas XI
IPS 1, SMA Negeri 3 Pangkalpinang. Adapun rumusan masalahnya dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Bagaimana desain model pembelajaran kelompok dengan strategi
pembelajaran kooperatif di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 pangkalpinang ?
2. Bagaimana langkah langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
pelajaran geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Pangkalpinang ?
3. Bagaimana strategi guru untuk membuat semua siswa aktif dalam kelompok
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif pelajaran Geografi di kelas
XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang ?
4. Bagaimana hasil pembelajaran geografi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang ?

C. Tujuan PTK
Tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Menemukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran Geografi.
2. Menemukan tingkat keberhasilan penggunaan Cooperative Learning dalam
meningkatkan partisifasi dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran
geografi
3. Menemukan tingkat keberhasilan penggunaan cooperative Learning dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran geografi.
4. Memberikan referensi bagi rekan guru yang lain mengenai pentingnya
penggunaan cooperative Learning dalam meningkatkan motivasi dan partisifasi
serta kreatifitas dan prestasi hasil belajar.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan menambah wawasan tentang pentingnya metode Cooperative
Learning pada pembelajaran geografi

2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa sehingga lebih
memahami dan menguasai materi pelajaran geografi sehingga dapat aktif
dalam belajar berkelompok
b. Bagi guru
Memperoleh seperangkat pengalaman baru bagi guru dalam memilih model
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar di kelas
c. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi
sekolah agar memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi belajar geografi.

d. Bagi Perpustakaan Sekolah


Dapat menambah referensi bagi pembaca di perpustakaan sekolah, sehingga
membuka wawasan bagi guru atau pembaca yang lain dalam menerapkan
metode Cooperative Learning.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Belajar
Pada dasarnya prinsip belajar lebih menitikberatkan pada aktivitas peserta didik
yang menjadi dasar proses pembelajaran. Menurut Robert M. Gagne ( dalam Muslich,
2007), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses petumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh factor dari luar dan factor dari dalam diri,
dan keduanya saling berinteraksi. Sementara itu Jung (dalam muslich, 2007) berpendapat
bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1992:84) mengemukakan bahwa belajar adalah
setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari definisi-definisi tersebut maka Muslich (2007) menyimpulkan bahwa


belajar adalah segenap rangkaian kegiatan aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan
atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh karena itu, apabila
setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti
tidak memiliki kecakapan baru serta wawadan pengetahuannya tidak bertambah maka
dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa


Berhasilnya atau tidaknya pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu:

a. Faktor internal (factor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan
rohani siswa.
b. Faktor eksternal ( factor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran
C. Konsep Strategi Pembelajaran cooperative
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
system pengelompokan/tim kecil yaitu antara 4 sampai 6 orang yang bersifat heterogen.
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok dimana kelompok yang mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan akan memperoleh penghargaan. Dengan
demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu
terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap
individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan
kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Menurut Sanjaya ( 2007 : 24 ),
Strategi pembelajaran kooperatif bias digunakan manakala :
 Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual
dalam belajar.
 Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan
dalam belajar
 Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya,
dan belajar dari bantuan orang lain.
 Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
 Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

D. Karakteristik dan prinsip – prinsip Strategi pembelajaran kooperatif


Menurut Sanjaya ( 2007 : 242 ) karakteristik strategi pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut :
Pembelajaran secara tim
 didasarkan pada manajemen kooperatif
 Kemauan untuk bekerjasama
 Keterampilan untuk bekerjasama
E. Langkah – langkah pembelajaran kooperatif
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif ( Arends dalam
Muslich, 2007 ). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi,
sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim
tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama
menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok
dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta member penghargaan terhadap usaha usaha
kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada
table berikut ini :
Tabel 1
Langkah langkah pembelajaran kooperatif
Fase Kegiatan guru
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan
memotivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotifasi
siswa belajar
Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
baik dengan peragaan ( demonstrasi atau
teks )
Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
kelompok – kelompok belajar caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan perubahan yang efisien
Fase 4 : Membantu kerja kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas
Fase 5 : Mengetes materi Guru mengetes materi pelajaran atau
kelompok menyajikan hasil hasil pekerjaan
mereka
Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru memberikan cara cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
F. Keterampilan dalam pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi


siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan
cooperative. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja
dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota
selama kegiatan. Menurut Lundgren (dalam Muslich, 2007) keterampilan kooperatif
yang meliputi keterampilan sebagai berikut:

1. Keterampilan tingkat awal


Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan
membagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong
partisifasi, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu.

2. Keterampilan tingkat menengah


Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati,
mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan
dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan
mengorganisasi serta mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan tingkat akhir


Keterampilan tingkat akhir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat
menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi
G. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperatif Learning )

Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan pendekatan


pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar ( M.
Sugiyanto )

Belajar dengan model Kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa


berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat siswa dan saling
memberikan pendapat ( sharing ideas )

Beberapa ciri dari cooperative learning adalah

a. Setiap anggota memiliki peran


b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman –
teman sekelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok dan
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Menurut Isjoni dalam bukunya yang berjudul cooperative learning (2007 : 21 ).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning sebagaimana
dikemukakan Slavin (1955) yaitu :

a. Penghargaan Kelompok

Cooperatif learning menggunakan tujuan – tujuan kelompok untuk memperoleh


penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok di peroleh jika kelompok
mencapai skor di atas criteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu
dan saling peduli.

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dan semua


anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban individu menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi
tes dan tugas – tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Cooperative Learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai


perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang
berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama – sama memperoleh kesempatan
untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Dengan melaksanakan Model Pembelajaran Cooperatif Learning, siswa


memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa
melatih siswa untuk memiliki ketrampilan, baik ketrampilan berpikir maupun
ketrampilan sosial, seperti ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima
saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi
timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas ( Stahl, 1994 )
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai bulan oktober pada semester
satu tahun Pelajaran 2018 / 2019 di SMA Negeri 3 pangkalpinang. Penelitian Tindakan
Kelas dilaksanakan di SMA Negeri 3 pangkalpinang yang beralamat di Jl. K.H Abdul
rasyid kel. Keramat Kec.Rangkui pangkalpinang.
B. Subyek Penelitian
Penelitian akan peneliti lakukan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang
dengan jumlah 31 siswa.. Siswa kelas XI IPS 1 merupakan siswa yang saat masuk kelas
X melalui seleksi yang ketat. Tahapan seleksi tersebut dimulai dari seleksi administrasi.
Setiap pendaftar bisa diterima sebagai Calon siswa untuk mengikuti tes yang meliputi tes
bidang studi yang terdiri dari mapel ( IPS , Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan baik tertulis maupun praktik ), tes potensi akademik.
C. Metode Penelitian
Penelitian inin menggunakan rancangan penelitian kelas dengan peningkatan
pada unsure motivasi dan prestasi belajar serta kreativitas siswa , untuk
memungkinkan ditemukan dan diperolehnya efektifitas tindakan yang dilakukan.
Konsep yang dipilih sebagai acuan peningkatan motivasi dan partisifasi belajar dalam
mata pelajaran geografi adalah keberanian siswa untuk bertanya atau menjawab,
sedangkan acuan peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran geografi adalah
hasil akhir nilai kognitif siswa yang harus mencapai ketuntasan.
Data penelitian dikumpulkan melalui observasi dan catatan lapangan. Observasi
dilakukan untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
geografi sesuai dengan RPP yang telah dirancang.Adapun catatan lapangan dilakukan
untuk menggali aspek aspek lainnya yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas
ini.
E. Langkah – langkah pengambilan data
Penelitian tindakan kelas ini. Peneliti rencanakan dua siklus, masing – masing
siklus terdiri dari tiga pertemuan. Alur Prosedur Penelitiannya sebagai berikut.

Kondisi Awal Guru Siswa

Belum menggunakan  Motivasi siswa dalam


Model Pembelajaran pembelajaran Geografi
Kooperatif dalam rendah
Pembelajaran Geografi
 Hasil belajar Geografi
rendah
Guru menggunakan
Model Pembelajaran
Tindakan Siklus I
Kooperatif dalam
Pembelajaran Geografi
Siklus II

Dengan menggunakan
Kondisi Akhir model Pembelajaran
kooperatif dapat
meningkatkan motivasi
belajar siswa materi

F. Pengolahan Data
Data dikumpulkan, kemudian dipetakan dan dianalisis bersama mitra kolaborasi
sejak penelitian tindakan dimulai. Selanjutnya data dikembangkan selama proses
penyusunan laporan. Teknis analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan ( Miles dan Huberman, 1989 )
G. Aspek yang diteliti
Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek yang menjadi focus untuk diteliti.
Aspek aspek tersebut meliputi :
1. Siswa : Keaktifan, Motivasi, Kreativitas, Hasil belajar
2. Guru : Penggunaan model pembelajaran kelompok dengan
strategi pembelajaran kooperatif
H. Instrumen penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument
pembantu, yaitu lembar observasi dan lembar hasil tes siswa.

I. Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini aspek yang diteliti adalah siswa dan guru, oleh karena itu
yang menjadi indicator kinerja adalah perubahan yang terjadi pada siswa baik dalam
proses pembelajaran maupun dalam hasil belajar. Sebagai indicator keberhasilan adalah
siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar kelompok, sehingga hasil
belajarpun akan meningkat. Sedangkan indicator kinerja bagi guru adalah adanya
perubahan model pembelajaran yang variatif yang salah satunya adalah dengan strategi
pembelajaran kooperatif, yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa
A. PELAKSANAAN TINDAKAN SIKLUS KE SATU
a. Perencanaan
Tindakan siklus ke satu dilaksanakan pada awal bulan oktober selama
2 minggu atau 2 kali pertemuan.Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada
tahap perencanaan tindakan ke satu ini adalah penyusunan persiapan mengajar
model pembelajaran cooperative learning.
Sebelum pelaksanaan tindakan atau siklus siklus berlangsung maka
berdasarkan temuan selama pembelajaran geografi terdapat kekurangan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dan siswa menjadi pasif sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar yang diharapkan. Hal ini terjadi karena
pembelajaran yang dikembangkan cenderung satu arah yaitu berpusat pada
guru, sedangkan siswa hanya menjadi pendengar dan hanya mencatat apa yang
telah disampaikan guru di depan kelas. Kondisi ini membuat siwa pasif dan
motivasi untuk belajar sangat rendah.Mereka terlihat mengantuk dan prestasi
belajar yang diinginkanpun menjadi relative rendah.
Dalam kondisi demikian maka kami membuat kesepakatan untuk
merubah model pembelajaran yaitu dengan cooperative learning yang
diharapkan dapat melibatkan siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Tahap
perencanaan dalam model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan
berembuk untuk membuat persiapan mengajar yang mencakup masalah-
masalah dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yang
mencerminkan model pembelajaran cooperative learning.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kami juga terlebih dahulu
membentuk kelompok berdasarkan heterogenitas, baik jenis kelamin, prestasi
akademik dan tingkah laku serta keberanian siswa. Hasilnya dari 31 siswa
terbentuk 6 kelompok yang terdiri dari 5- 6 orang. Rencana masalah yang
akan diangkat dalam pembelajaran cooperative learning pada tindakan kesatu
adalah masalah budaya nasional dan interaksi global yang terkait dengan
persebarannya.Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
b. Pelaksanaan
Tahap selanjutnya, kami mencoba menerapkan model cooperative
learning yang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Sebelum guru
menjelaskan materi pada hari itu, terlebih dahulu memberikan pre tes untuk
melihat kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran model
kooperatif learning. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah
menjelaskan materi secara umum dari budaya nasional dan interaksi global.
Setelah selesai kemudian meminta siswa untuk duduk sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan, untuk mendiskusikan LKS yang akan
diberikan guru pada tiap kelompok. Sebelum mereka berdiskusi guru
memberikan penjelasan bahwa dengan belajar kelompok dan berdiskusi
sesame teman, belajar akan lebih mudah mengerti, bisa saling
membantu,saling menghargai dan pekerjaan yang dianggap sulitpun akan
mudah diselesaikan kalau dikerjakan secara bersama-sama. Setelah guru
memberi penjelasan siswa tampak mulai bekerja menyelesaikan tugas yang
telah diberikan. Sementara siswa sedang sibuk meleksanakan pekerjaan di
kelompoknya, maka tindakan guru selanjutnya mengawasi jalannya diskusi
dan sesekali memberika arahan bekerja dalam kelompok.
Diskusi berjalan sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan
setelah itu guru menutup pembelajaran dengan meminta siswa masing-masing
kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah
semua kelompok maju, maka tahap akhir pembelajaran diakhiri dengan
memberikan post tes

c. Refleksi dan Revisi


Hasil evaluasi sesuai dengan pengamatan peneliti selama pelaksanaan
siklus 1 berlangsung, maka pada dasarnya guru sudah menerapkan langkah-
langkah pengembangan bahan ajar dengan melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Namum belum seperti yang dikehendaki karena beberapa
hal,baik cara guru maupun perilaku siswa masih belum sesuai harapan. Hal ini
terlihat dari hasil observasi bahwa ketika guru menjelaskan materi biosfer
secara umum diawal pembelajaran kurang memberikan contoh-contoh
kongkrit, sehingga kurang menimbulkan motivasi dan keingintahuan siswa
terhadap hal yang dijelaskan.
Selain itu hasil observasi juga menunjukkan bahwa pemantauan guru
terhadap jalannya diskusi kelompok masih kurang. Dalam proses
pemebelajaran juga terlihat masih banyaknya dominasi guru sedangkan siswa
asih kurang aktif.
Saat diskusi berlangsung hanya siswa yang memiliki prestasi akademik
tinggi yang lebih aktif berdiskusi, sedangkan yang lain masih ada yang
bermain-main dan bercanda, yang hanya akan terhenti bila ditegur oleh guru.
Aspek kerjasama juga belum terlihat maksimum. Siswa yang pintar
kurang berusaha membimbing siswa yang kurang dan hanya bertanggung
jawab pada pekerjaannya saja. Sedangkan di sisi lain mereka yang kurang
secara akademik juga seperti kurang peduli dengan permasalahan yang
seharusnya dipecahkan secara bersama.
Selain itu dalam diskusi juga terlihat kurangnya rasa untuk menghargai
orang lain, mereka yang pintar lebih mendominasi dan menyepelekan mereka
yang secara akademik lebih rendah sehingga membuat mereka menjadi minder
dan kurang percaya diri untuk berpendapat. Sementara itu penghargaan guru
bagi siswa yang aktif dalam diskusi berupa pujian yang masih kurang,
sehingga siswa yang secara akademik lebih rendah kurang termotivasi untuk
ikut aktif dalam diskusi. Kreatifitas siswa pada siklus kesatu ini juga belum
nampak, sementara gurupun kurang memberikan arahan pada siswanya untuk
menciptakan alat peraga dalam pembelajaran. Berikut ini adalah hasil
observasi yang dilakukan peneliti pada guru dan siswa pada pelaksanaan
tindakan siklus kesatu.
Tabel 2
Hasil observasi kemampuan guru dalam pengembangan bahan
ajar melalui model pembelajaran kelompok strategi pembelajaran
kooperatif pada siklus 1

No Bentuk Kemampuan Guru


A B C D E
1. Memusatkan perhatian
1.Merumuskan masalah v
2.Menjelaskan manfaatnya v
3.Memberikan contoh-contoh kongkrit v

2. Merencanakan kegiatan siswa


1. Membentuk kelompok v
2.Menjelaskan langkah-langkah kerja v

3. Mengembangkan kemampuan siswa


1.Memberikan keleluasaan waktu kepada siswa v
mengembangkan kemampuannya
2.Tidak cepat memotong pembicaraan v

4. Meningkatkan motivasi siswa


1.Memberikan pujian terhadap individu dan v
kelompok yang berprestasi

5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi


1.Mengontrol aktivitas siswa v
2.Mencegah pembicaraan yang berlebihan v
3.Menghentikan monopoli pembicaraan v

6 Menutup diskusi
1.Merangkum/Menyimpulkan v
2.Memberi gambaran materi yang akan datang v
Keterangan :
A = seringkali dilakukan
B = sering dilakukan
C = kadang-kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan

Selain itu hasil pengamatan terhadap perilaku siswa yang dilakukan oleh guru dan
peneliti pada siklus kesatu ini juga dapat dilihat dalam hasil observasi berikut ini :

Tabel 3
Hasil Observasi partisipasi siswa selama pembelajaran
Melalui model pembelajaran kelompok strategi pembelajaran cooperative

No Bentuk kemampuan guru


A B C D E
1. Kerjasama
1.Memberikan bantuan terhadap temannya v
2.Melaksanakan tugas v
3.ikut berperan v

2. Kepemimpinan
1.Mengabsen anggota kelompok v
2.Memberi tugas v
3.Membuka diskusi v
4.Menutup diskusi v
5.Memberikan kesempatan berbicara kepada peserta v
secara adil
6.Mengajukan pertanyaan v
7.Mengajukan saran atau pendapat v
3. Mengembangkan nilai-nilai demokratis
1.Tidak berbicara saat orang berbicara v
2.Memberikan kesempatan pada orang lain untuk v
mengemukakan pendapat
3.Tidak menyalahkan secara langsung apabila ad v
aide yang kurang tepat
4.Menyelesaikan tugas tepat waktu v

4 Menghasilkan kreativitas
1.Media pembelajaran yang dapat dipakai di kelas v
2.Media pembelajaran untuk digunakan sendiri oleh v
siswa

Keterangan :
A = seringkali dilakukan
B = sering dilakukan
C = kadang-kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Indikator peningkatan motivasi belajar ini juga terlihat dari adanya peningkatan nilai
rata-rata tiap kelompok dari sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif dengan
sesudah pembelajaran kooperatif dimana sebelumnya hasil pre tes rata-rata nilai kelas
adalah 53,37 maka setelah pembelajaran kooperatif hasil pos tes meningkat menjadi 60,5.
Yang berarti mendekati nilai criteria ketuntasan minimal.Rekap nilai rata-rata tiap
kelompok terlihat pada table berikut ini :
Tabel 4
Rekapitulasi perbandingan pre tes dan pos tes
Hasil belajar siswa secara Individual pada siklus 1

No Kelompok Skor Keterangan


Pre Tes Pos Tes
1 I 55 66 Batas tuntas 75
2 II 56 73
3 III 49 70
4 IV 58 77
5 V 49 68
6 VI 56 77
7 VII 50 65
8 VIII 54 69
Jumlah 427 565
Rata-rata 53,37 70,62

d. Refleksi terhadap Pembelajaran siklus 1


Berdasarkan hasil evaluasi dari hasil observasi atau pengamatan selama implementasi
berlangsung pada siklus 1, terdapat beberapa hal yang dapat diajukan sebagai perbaikan
dalam siklus kedua sebagai hasil refleksi dari siklus kesatu.
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang diterapkan oleh guru
sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga tidak lagi bersifat teacher centered.
Namun dalam pelaksanaan masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki yaitu :
a.Dalam penjelasan materi awal disarankan lebih banyak memberikan contoh-contoh
kongkrit, sehingga dapat memotivasi keingintahuan siswa dan bersemangat untuk
mencari tahu lebih banyak.
b.Selama diskusi kelompok berlangsung, guru harus lebih intensif lagi memantau siswa
sehingga siswa yang masih bermain-main dalam diskusi dapat berubah untuk lebih aktif
belajar.
c.Motivasi belajar yang sudah meningkat perlu diarahkan untuk semua siswa dengan
selalu memberi reward berupa pujian atau bahkan nilai bagi setiap siswa yang ikut aktif
memberi masukan dalam diskusi kelompok sehingga dapat memotivasi semua siswa
aktif, dan diskusi kelompok bukan hanya milik siswa yang secara akademik lebih
tinggi.
d.Kerjasama dalam kelompok juga perlu terus dimotivasi dengan cara menekankan
kepada semua siswa yang secrara akademik lebih tinggi, bahwa kelompok yang
dianggap berhasil mendapatkan nilai baik adalah kelompok yang kompak, dapat
bekerjasama dengan sesame anggotanya, bukan bekerja masing-masing, sehingga
diharapkan terjalin kerjasama untuk saling member dan menerima, dan selalu
menghargai semua pendapat meskipun salah. Hal ini akan membuat siswa yang secara
akademik rendah lebih berani untuk berpendapat.

B. PELAKSANAAN TINDAKAN SIKLUS KEDUA


a. Perencanaan
Rencana Pengajaran yang perlu mendapat perhatian adalah penentuan tugas yang
harus dilakukan siswa dalam kerjasama kelompok harus disesuaikan dengan alokasi
waktu, pola interaksi yang dilakukan oleh guru masih bersifat satu arah sehingga
siswa tampak pasif, metode penyampaian materi lebih variatif, guru lebih aktif
melalui pengawasan terhadap jalannya diskusi diantara siswa dalam kelompoknya.
Selain itu guru harus lebih banyak memberikan penguatan setiap hasil kerja siswa,
baik individu maupun kelompoknya.
b. Pelaksanaan dan Obsevasi
Berdasarkan revisi pembelajaran yang telah disepakati antara guru dan rekan
peneliti, maka tindakan kedua ini dilaksanakan pada pertengahan agustus tahun 2016.
Langkah pertama guru mengabsen siswa satu persatu, ternyta siswa pada hari itu hadir
seluruhnya. Setelah guru selesai mengabsen siswa, dilanjutkan dengan pembagian pre
test dengan maksud untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa secara kognitif
dalam hal penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan. Selanjutnya barulah
menjelaskan pembelajaran yang akan dibahas pada hari itu, dengan menggunakan
metode ceramah guru menjelskan secara singkat materi budaya nasional dan interaksi
global dengan menunjukkan gambar dan peta. Beberapa siswa tampak serius
mendengarkan penjelasan guru, namun ada juga siswa yang acuh karena memang
guru tidak memberikan pertanyaan yang memancing siswa dalam pembelajaran.
Setelah guru menjelaskan materi secara singkat, barulah guru memberikan pertanyaan
secara lisan kepada siswa tentang apa yang dijelaskannya. Peretemuan sebelumnya
guru telah meminta siswa untuk membawa peralatan yang dapat menggambarkan
kebudayaan nasional.
Kegiatan guru selanjutnya adalah menyuruh siswa duduk berdasarkan kelompok
yang telah dibentuk sebelumnya. Pembentukan kelompok ini pun telah diatur oleh
guru atas dasar karakteristik siswa sebagaimana yang telah dijelaskan oleh pengamat
/ peneliti sebelumnya. Tampak guru dapat memahami apa yang telah diterimanya dari
peneliti.
Setelah siswa duduk dengan tertib sesuai dengan kelompoknya masing-masing, guru
kembali menjelaskan kepada siswa tentang manfaat dan keuntungan yang akan
diperoleh dalam belajar dengan metode cooperative learning. Pekerjaan yang berat
dapat menjadi ringan karena dikerjakan bersama-sama, sehingga hasilnya akan lebih
baik dibandingkan dengan hasil yang dikerjakan secara sendiri-sendiri. Kemudian
siswa dipersilakan oleh guru untuk melakukan diskusi pada kelompoknya masing-
masing sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan guru.
Setelah diskusi kelompok selesai, saat presentasi di depan kelas tampak ketua
kelompok sudah melaksanakan tugasnya dengan baik yaitu sebelum membacakan
hasil diskusinya terlebih dahulu memperkenalkan anggota kelompoknya, dan
menyebutkan pembagian tugas masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok tersebut telah mampu mengembangkan nilai-nilai demokrasi yang
dikehendaki dalam model pembelajaran cooperative learning. Namun masih ada satu
kelompok yang belum dapat mengembangkan nilai-nilai demokrasi dalam
kelompoknya yaitu kelompok enam. Setelah selesai dilanjutkan dengan membuat
beberapa kreatifitas yang dapat menggambarkan kebudayaan nasional Indonesia.
Mereka sebelumnya bertanya kepada guru apakah kelompoknya boleh membuat satu
kreatifitas tertentu, dan guru memotivasi dengan mempersilahkan buat dalam bentuk
apapun, sesuai dengan kemauan. Karena keterbatasan waktu maka kreatifitas siswa
dilanjutkan di rumah masing-masing.
c. Refleksi Pada Pembelajaran Siklus Kedua
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning pada
tindakan kedua ini sudah cukup baik. Hal-hal yang dianggap kurang baik pada
tindakan pertama, seperti bagaimana guru membuka Pelajaran, teknik bertanya, teknik
pembentukan kelompok, penjelasan manfaat / keuntungan dan prosedur pelaksanaan
model pembelajaran cooperative learning telah diperbaiki sebagaimana yang
diharapkan peneliti. Walaupun kelemahan dan kekurangan sebelumnya telah
diperbaiki tidak berarti proses pembelajaran sudah baik, karena masih terdapat
kelemahan yang perlu diperhatikan. Guru telah berhasil menempatkan dirinya sebagai
motivator, fasilitator, mediator dan dinamisator dalam proses pembelajaran sehingga
dapat memotivasi dan mengarahkan siswanya untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang telah dilakukan sebelumnya, terutama dalam pelaksanaan diskusi.
Dalam hal kegiatan membuka Pelajaran, guru telah mampu memberikan
penjelasan mengenai sub pokok bahasan yang akan dipelajari, dan telah pula
dihubungkan dengan materi pembelajaran sebelumnya. Disamping itu guru sudah
cukup baik dalam menghidupkan suasana kelas dengan menjelaskan materi Pelajaran
yang mengkombinasikan berbagai metode mengajar seperti ceramah dan Tanya
jawab. Guru telah menjalankan fungsinya sebagai seorang pengembang kurikulum,
hal ini dibuktikan dari penyajian materi yang tidak lagi memakai satu buku sebagai
sumber belajar, namun ada lagi buku-buku lain yang digunakan. Media peta untuk
mempermudah pemahaman siswa juga mulai berfungsi dengan baik.
Dalam kegiatan inti, khususnya yang berkenaan dengan aspek-aspek kerjasama,
aspek kepemimpinan dan penanaman nilai-nilai demokrasi telah sesuai dengan yang
diharapkan, walaupun masih terdapat kelemahan yakni masih adanya siswa yang
kurang menghargai temannya yang sedang berbicara walaupun sudah dilarang oleh
ketua kelompoknya. Selain itu masih adanya satu kelompok yang masih belum
menunjukkan kepemimpinan ketua kelompoknya dalam proses diskusi, misalnya
dalam membacakan atau mempresentasikan hasil belum menyebutkan pembagian
tugas individu dalam kelompoknya.
Kemudian aspek yang agak lemah dalam pelaksanaan tindakan kedua adalah
masalah efisiensi waktu. Hal ini terlihat dari lambatnya penyelesaian tugas-tugas
kelompok, padahal jatah waktu yang diberikan oleh guru telah habis, namun masih
ada kelompok yang menyelesaikan tugasnya dengan buru-buru, walaupun guru telah
berulang kali menyebutkan bahwa waktu telah habis menandakan pengerjaan
kelompok pun harus dihentikan, karena harus dilanjutkan dengan presentasi
kelompok.
Kemudian dalam hal menutup Pelajaran, guru telah melakukannya dengan baik,
yaitu dengan membuat beberapa kesimpulan dari materi Pelajaran yang telah
dipelajari. Kegiatan ini tentunya sangat penting dilakukan oleh guru supaya masalah-
masalah intisari materi Pelajaran akan lebih mudah diingat dan dimengerti oleh siswa.
Masalah pemberian penghargaan atau reward oleh guru terhadap siswa-siswi baik
secara individu maupun kelompok sudah cukup tinggi, baik verbal dengan lisan
seperti mengucapkan “baik,bagus, ya” maupun dengan kode-kode non verbal seperti
menganggukan kepala, mengacungkan cap jempol dan lain-lain.Berikut hasil
pengamatan pada siklus kedua

Tabel 5
Hasil Observasi kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar melalui model
pembelajaran kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 2

No Bentuk kemampuan guru


A B C D E
1 Memusatkan perhatian
1.Merumuskan masalah v
2.Menjelaskan manfaatnya v
3.Memberikan contoh-contoh konkrit v
2 Merencanakan kegiatan siswa
1.Membentuk kelompok v
2.Menjelaskan langkah-langkah kerja v
3 Mengembangkan kemampuan siswa
1.Memberikan keleluasaan waktu kepada siswa V
untuk mengembangkan kemampuannya
2.Tidak cepat memotong pembicaraan v
4 Meningkatkan motivasi siswa
1.Memberikan pujian terhadap individu atau v
kelompok yang berprestasi
5 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
1.Mengontrol aktivitas siswa v
2.Mencegah pembicaraan yang berlebihan v
3.Menghentikan monopoli pembicaraan v
6 Menutup diskusi
1.Merangkum / menyimpulkan v
2.Memberi gambaran materi yang akan datang v

Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan D = Jarang dilakukan
B = Sering dilakukan E = Jarang sekali dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
Tabel 6
Hasil observasi partisipasi siswa selama pembelajaran melalui model
pembelajaran kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 2

No Bentuk Kemampuan Guru


A B C D E
1 Kerjasama
1.Memberikan bantuan terhadap temannya v
2.Melaksanakan tugas v
3.Ikut berperan v
2 Kepemimpinan
1.Mengabsen anggota kelompok v
2.Memberi tugas v
3.Membuka diskusi v
4.Menutup diskusi v
5.Memberikan kesempatan berbicara kepada v
peserta didik secara adil
6.Mengajukan pertanyaan v
7.Mengajukan saran atau pendapat v
3 Mengembangkan nilai-nilai demokrasi
1.Tidak berbicara ketika orang berbicara v
2.Memberikan kesempatan pada orang lain v
untuk mengembangkan pendapat
3.Tidak menyalahkan secara langsung apabila v
ad aide yang kurang tepat
4.Menyelesaikan tugas tepat waktu v
4 Menghasilkan kreativitas
1.Media pembelajaran yang dapat dipakai di v
kelas
2.Media pembelajaran untuk digunakan sendiri v
oleh siswa

Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan
B = Sering dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan

Indikator peningkatan motivasi belajar ini juga terlihat dari adanya peningkatan nilai
rata-rata tiap kelompok dari siklus tindakan kesatu dan kedua pembelajaran kooperatif pada
siklus kesatu, hasil pre tes rata-rata nilai kelas adalah 51,82, maka setelah pembelajaran
kooperatif hasil pos tes meningkat menjadi 74,37 . Yang berarti mendekati nilai criteria
ketuntasan minimal. Rekap nilai rata-rata tiap kelompok terlihat pada table berikut ini :

No Kelompok Skor jawaban Siswa Keterangan


Pre tes Pos tes
1 I 49 73 Batas tuntas 75
2 II 50 75
3 III 57 72
4 IV 52 74
5 V 49 78
6 VI 54 77
7 VII 49 70
8 VIII 55 70
Jumlah 415 595
Rata-rata 51,82 74,37

3.Pelaksanaan Tindakan Siklus Ketiga

a. Perencanaan

Rencana pembelajaran yang dibuat pada siklus ketiga dilakukan oleh peneliti dengan
berpedoman pada kekurangan sebagai hasil refleksi dalam pembelajaran siklus kedua.
Rencana pembelajaran yang mendapat focus perhatian adalah penentuan tugas LKS
yang harus dikerjakan siswa dalam diskusi kelompok disesuaikan dengan waktu yang
tersedia, penyampaian materi lebih variatif dengan memberikan banyak contoh konkrit
untuk memotivasi keingintahuan siswa pada materi Pelajaran yang dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan penggunaan media peta dan media lainnya. Dalam pelaksanaan diskusi
guru lebih aktif melakukan pengawasan terhadap jalannya diskusi diantara siswa dalam
kelompoknya. Selain itu pemberian reward berupa pujian atau penilaian kepada siswa yang
aktif selalu dilakukan. Di akhir proses pembelajaran guru berusaha banyak memberikan
penguatan setiap hasil kerja siswa, dan selalu membuat kesimpulan akhir dari materi
Pelajaran yang sudah didiskusikan oleh siswa.

b. Pelaksanaan dan observasi


Pembelajaran pada siklus ketiga langkah-langkah pelaksanaannya sama seperti siklus
pertama, tetapi ditiap langkah terjadi revisi untuk mengoptimalkan model pembelajaran
kooperatif. Siklus ketiga ini dilaksanakan pada pertengahan bulan agustus 2018.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan pre tes. Selanjutnya barulah guru menjelaskan materi yang sudah sampai pada
pembahasan tentang pelestarian lingkungan hidup, dengan terlebih dahulu mengajukan
pertanyaan untuk memancing siswa terkait dengan lingkungan hidup terlihat lebih variatif
dengan diselingi Tanya jawab dengan siswa. Selain itu dalam penjelasannya selalu member
contoh-contoh konkrit yang dapat dipahami siswa. Dalam penjelasannya guru selalu
menunjukan lokasi yang dijelaskan dalam sebuah peta dan hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi siswa.
Setelah penjelasan materi secara singkat, langkah berikutnya kembali guru meminta
siswa untuk duduk secara berkelompok dengan anggota yang sama seperti pada
pembelajaran sebelumnya. Lalu guru memberikan LKS yang harus dikerjakan oleh siswa
secara berkelompok. Pertemuan sebelumnya guru telah meminta siswa untuk membawa
data keadaan lingkungan hidup dari tempat tinggal salah satu siswa dimasing-masing
kelompok.
Sebelum diskusi dimulai, guru menegaskan bahwa yang akan dinilai dalam diskusi
adalah kekompakan kelompok, yang merupakan manfaat dari belajar dengan cooperative
learning. Guru juga meminta bahwa siswa yang lebih mampu untuk selalu memberikan
bantuan kepada yang kurang mampu. Selain itu guru memberikan penegasan bahwa
siapapun siswa yang ikut berpartisipasi dalam diskusi sekecil apapun pasti diberikan nilai,
dan jangan pernah takut salah untuk berpendapan.
Tahap berikutnya mulailah siswa bekerja dalam kelompok, untuk menjawab pertanyaan
dalam LKS. Selama siswa bekerja guru terus berkeliling memantau kerja tiap kelompok,
member pujian kepada kelompok yang aktif dan tak lupa sekecil apapun kontribusi mereka
selalu dinilai.
Setelah diskusi kelompok selesai, maka tiap kelompok presentasi di depan kelas, ketika
siswa presentasi di depan maka semua anggota kebagian tugas sehingga yang berbicara
bukan hanya ketua kelompok. Hali ini menunjukan nilai-nilai demokratis mulai berjalan.
Hali ini tidak lepas dari peranan guru yang terus memotivasi semua siswa dalam
pembelajaran untuk ikut aktif.
Setelah semua siswa presentasi, maka dibagian akhir sebelum dilakukan postes, maka
guru menguatkan lagi materi yang sudah dibahas dengan membuat kesimpulan dan tidak
lupa memberitahukan untuk materi pada pertemuan minggu berikutnya.

c. Refleksi
Pembelajaran Geografi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang, dengan
menggunakan model cooperative learning pada siklus ketiga sudah berhasil dengan baik.
Hal ini terlihat dari adanya kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus kedua telah
berhasil diperbaiki, sehingga secara umum tidak ditemui lagi dalam tindakan ketiga.
Sebagai gambaran, guru telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara
sistematis, yang diawali dengan pembelajaran materi yang akan dipelajari. Dalam
penjelasannya guru juga menggunakan model yang variatif, dengan penggunaan media peta
secara optimal. Sementara itu dalam Tanya jawab, kesempatan bertanya atau menjawab
diberikan secara merata bagi semua siswa.
Pemanfaatan waktu yang diberikan guru dalam diskusi juga secara efisien sudah dapat
digunakan oleh setiap kelompok. Kerja sama antar anggota dalam kelompok juga sudah
mampu dijalankan, sehingga terlihat siswa yang akademik pintar mau membantu mereka
yang kurang, sehingga dapat dipastikan bahwa permasalahan yang ada dalam LKS semua
anggota mengetahui jawabannya.
Nilai demokrasi sudah berhasil dimunculkan dengan melihat bagaimana siswa memberi
kesempatan pada setiap anmggota untuk menjawab permasalahan ketika dia presentasi di
depan, ataupun ketika diskusi dalam kelompok, sehingga tidak ada lagi istilah bahwa
diskusi hanya milik mereka yang pintar. Hal ini sebagai indicator keberhasilan guru yang
mampu bertindak sebagai motivator dan fasilitator serta evaluator yang baik bagi siswa.
Pemberian reward berupa pujian ataupun iming-iming nilai ternyata telah mampu
memotivasi hamper semua siswa untuk aktif dalam diskusi baik bertanya ataupun
menjawab. Mereka tidak lagi merasa takut salah, karena yang penting dipuji, apalagi ketika
mereka bertanya kemudian membahas lagi pertanyaan dan menyebutkan penannyanya,
maka siswa yang bertanya kelihatan sekali merasa dihargai dan berbangga hati. Berikut
adalah hasil obserbvasi padsa siklus ketiga pada kemampuan guru :

Tabel 8
Hasil observasi kemampuan Guru dalam pengembangan bahan ajar melalui model
pembelajaran kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 3

No Bentuk Kemampuan Guru


A B C D E
1 Memusatkan perhatian
1.Merumuskan masalah v
2.Menjelaskan manfaatnya v
3.Memberikan contoh-contoh konkrit v
2 Merencanakan kegiatan siswa
1.Membentuk kelompok v
2.Menjelaskan langkah-langkah kerja v
3 Mengembangkan kemampuan siswa
1.Memberikan keleluasaan waktu kepada siswa v
mengembangkan kemampuannya.
2.Tidak cepat memotong pembicaraan v
4 Meningkatkan motivasi siswa
1.Memberikan pujian terhadap individu atau kelompok v
yang berprestasi
5 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
1.Mengontrol aktivitas siswa v
2.Mencegah pembicaraan yang berlebihan v
3.Menghentikan monopoli pembicaraan v
6 Menutup Diskusi
1.Merangkum/menyimpulkan v
2.Memberi gambaran materi yang akan datang v

Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan
B = Sering dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Sementara itu, keberhasilan siswa dalam model pembelajaran cooperative learning
dapat dilihat pada table berikut ini

Tabel 9
Hasil observasi partisipasi siswa selama pembelajaran melalui model pembelajaran
kelompok strategi pembelajaran kooperatif pada siklus 3
No Bentuk kemampuan guru
A B C D E
1 Kerjasama
Memberikan bantuan terhadap temannya v
Melaksanakan tugas v
Ikut berperan v
2 Kepemimpinan
Mengabsen anggota kelompok v
Memberi tugas v
Membuka diskusi v
Memberikan kesempatan berbicara kepada peserta v
secara adil
Mengajukan pertanyaan v
Mengajukan saran dan krirtik v
3 Mengembangkan nilai-nilai demokrasi
Tidak berbicara saat orang berbicara v
Memberikan kesempatan pada orang lain untuk v
mengemukakan pendapat
Menyelesaikan tugas tepat waktu v
4 Menghasilkan kreativitas
Media pembelajaran yang dapat dipakai di kelas v
Media pembelajaran untuk digunakan sendiri oleh v
siswa

Keterangan :
A = Sering sekali dilakukan
B = Sering dilakukan
C = Kadang – kadang dilakukan
D = Jarang dilakukan
E = Jarang sekali dilakukan
Meningkatnya motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran secara cooperative
learning juga tentu berdampak pada hasil pembelajaran. Hal ini terlihat pada rata-rata hasil
pembelajaran secara kelompok yang dibandingkan antar skor pos tes siklus sebelumnya
denga siklus ketiga serta perbandingan antara rata-rata hasil pembelajaran kelompok antar
siklus ke satu dengan siklus kedua berikut ini :
Tabel 10
Rekapitulasi perbandingan pre tes dan pos tes hasil belajar siswa secara individual pada
siklus 3
No Kelompok Skor Jawaban siswa Keterangan
Pre Tes Pos tes
1 I 65 79 Batas tuntas 75
2 II 73 80
3 III 70 78
4 IV 77 88
5 V 68 79
6 VI 76 82
7 VII 66 90
8 VIII 69 77
Jumlah 564 653
Rata-rata 70,5 81,62

Perbandingan antara rata-rata nilai kelompok antara siklus kesatu, siklus kedua dan
siklus ketiga adalah sebagai berikut :
Tabel 11
Rekapitulasi perbandingan nilai rata-rata kelompok pada siklus kesatu, siklus kedua
dan ketiga
No Kelompok Skor Jawaban Siswa Keterangan
Siklus Siklus kedua Siklus ketiga
kesatu
1 I 66 73 79 Batas tuntas 75
2 II 73 75 80
3 III 70 72 78
4 IV 77 74 88
5 V 68 78 79
6 VI 77 77 82
7 VII 65 70 90
8 VIII 69 70 77
Jumlah 565 595 653
Rata-rata 70,62 74,37 81,62

Berdasarkan table rekapitulasi nilai rata-rata di atas, maka tergambar bahwa setelah
dilakukan pembelajaran denagn model cooperative learning pada siklus ketiga maka nilai
siswa sudah mengalamai ketuntasan berdasarkan criteria ketuntasan minimal ( KKM ),
yang ada pada siklus kesatu dan kedua belum tuntas. Nilai menunjukkan bahwa rata-rata
nilai siswa hasil pos tes telah mencapai lebih dari 81,62
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan pada proses pembelajaran, dan
berdasarkan hasil pos tes pada siklus tindakan ketiga, maka model pembelajaran
cooperative learning sudah berhasil dilaksanakan dengan indicator, motivasi dan partisipasi
belajar meningkat serta nilai siswapun telah tuntas sesuai dengan criteria. Hasil akhir pada
siklus pembelajaran kedua juga telah menghasilkan kreativitas siswa berupa media
pembelajaran yang dapat mempermudah mereka memahami kebudayaan local dan nasional
di dunia maupun di Indonesia.

4.Pembahasan
Motivasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh siswa itu sendiri, akan tetapi juga
ditentukan oleh seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran baik didalam maupun
diluar kelas. Oleh karena itu, ketika menemukan situasi motivasi belajar siswa yang rendah
yang berdampak pada prestasi belajar, guru yang professional tidak serta merta memfonis
bahwa siswanya bodoh, akan tetapi guru akan mencari jalan keluar dengan menetapkan
berbagai model pembelajaran.
Hasil penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang, menunjukkan bahwa
rendahnya motivasi dan hasil belajar yang selama ini hanya menggunakan model ceramah
dan Tanya jawab yang membosankan siswa, ternyata permasalahan dapat teratasi dengan
penerapan salah satu model pembelajaran yaitu model cooperative learning. Berdasarkan
hasil penelitian, system pembelajaran denagn menggunakan model cooperative learning
dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Hal ini terbukti dari beberapa fenomena
berikut ini :
a. Motivasi belajar siswa
Berdasarkan data hasil penelitian, melalui penggunaan model pembelajaran cooperative
learning, keseriusan siswa untuk belajar meningkat, yang ditunjukkan oleh aktivitas mereka
ketika guru menjelaskan dan ketika mereka diskusi, dimana mereka berusaha untuk
bertanya, menjawab dan menaggapi, sehingga jarang ditemukan siswa yang mengantuk
seperti ketika mendengar ceramah guru yang dianggap membosankan.
b. Efektifitas pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunanakan model cooperative learning,terbukti cukup ampuh
dalam mengaktifkan siswa sehingga dapat berubah pola teacher centered ke student
centered. Hal ini tidak terlepas dari strategi yang diterapkan baik dalam hal perencanaan,
implementasi maupun evaluasi. Dalam proses perencanaan hasil sharing pendapat dengan
rekan peneliti lain dan hasil observasi pada pembelajaran sebelumnya telah menjadi
masukan yang sangat berarti dalam penyusunan perencanaan, sehingga dapat diambil
tindakan kelas yang tepat dalam pembelajaran. Dalam proses implementasi atau
pelaksanaan terhadap beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan.Pertama, setiap
kelompok adalah perpaduan antar anggota yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun
kemampuan akademik. Kedua, pemberian tugas yang lebih efektif disesuaikan dengan
alokasi waktu dan sarana yang tersedia. Ketiga, kemampuan guru yang berhasil
memposisikan diri sebagai fasilitator, motivator dan evaluator.
c.Aspek – aspek keberhasilan siswa
Aspek-aspek keberhasilan siswa sebagai akibat dari penggunaan cooperative learning,
dapat ditinjau dari aspek keaktifan, motivasi dan hasil belajar. Ditinjau dari kreatifitas
siswa, proses pembelajaran dengan cooperative learning telah mampu mengaktifkan
sebagian besar siswa dalam belajar, sehingga siswa yang aktif dalam belajar bukan hanya
milik siswa yang secara akademik tinggi, akan tetapi juga berhasil mengaktifkan siswa
yang sebelumnya malas atau minder untuk bertanya, menjawab, atau berpendapat.
Dilihat dari aspek, model pembelajaran cooperative learning, telah mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa, sehingga mau mencari atau menanyakan jawaban dari permasalahan
yang dihadapi kepada teman sekelompoknya. Motivasi tinggi juga dapat dilihat dari
meningkatnya rasa keingintahuan mereka terhadap permasalahan, sehingga kadang-kadang
mereka kalau tidak puas bertanya di kelas, diluar kelas dapat menanyakan kembali karena
rasa penasaran terhadap fenomena geografis yang ada. Ditinjau dari aspek prestasi dan
kreatifitas siswa, model pembelajaran cooperative learning, telah mampu meningkatkan
hasil tes belajar siswa untuk mencapai criteria ketuntasan minimal dibandingkan dengan
hasil tes dengan model pembelajaran sebelumnya yang banyak dari siswa tidak mendapat
nilai tuntas. Selain itu kreatifitas siswa juga muncul dengan menghasilkan beberapa hasil
kreatifitas yang dapat dijadikan media pembelajaran, baik berbentuk peta persebaran
kebudayaan local maupun bentuk kreatifitas lain yang dapat membantu mereka
mempermudah dalam menjaga kebudayaan local Indonesia.Aspek lain yang dihasilkan dari
pembelajaran cooperative learning ini adalah prinsip getting better together yang
memunculkan rasa kebersamaan, kekompakan rasa saling menghargai dengan berbagai
perbedaan yang ada, dengan tetap bersaing secara sehat baik secara individu atau
kelompok.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan penelitian seperti yang telah diungkapkan di muka
secara umum dapat disimpulkan bahwa melalui penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam penelitian ini berhasil mencapai tujuan penelitian yaitu dapat
meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dalam belajar geografi.
Keberhasilan ini tercermin dari hasil evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar.
Evaluasi proses ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar yang semua telah
mencapai tuntas berdasarkan criteria yang ditentukan, evaluasi hasil juga telah berhasil
menghasilkan salah satu bentuk hasil kreatifitas sederhana yang dapat digunakan
sebagai media dalam pwembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan penelitian maka kami peneliti dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan motivasi dan partisipasi serta prestasi dan kreatifitas belajar, dengan
menggunakan model cooperative learning, hanya merupakan salah satu model
pembelajaran saja, oleh sebab itu perlu dikembangkan model-model lainnya yang
sesuai dengan karakteristik bidang studi.
b. Penggunaan sumber belajar dalam penelitian ini, belum dilakukan secara optimal,
karena keterbatasan sumber-sumber belajar berupa buku-buku di sekolah.
c. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
seperti praktek lapanagn ke pegunungan untuk membuktikan adanya pengaruh
factor geografis dengan kebudayaan local tiap daerah.
LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

1. Judul :
Penerapan Metode Kooperatif dalam Peningkatan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran Geografi materi Budaya Nasional dan Interaksi Global di Kelas XI IPS
1 SMA Negeri 3 Pangkalpinang Tahun 2018/2019

2. Peneliti
a. Nama Lengkap dengan gelar : Niken Kumala Sari, S.Pd
b. NIP : 198505292010012020
c. Pangkat/ Golongan : III-B
d. Jabatan : Guru
e. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 pangkalpinang
f. Mata Pelajaran yang diteliti : Geografi

3. Lokasi penelitian : SMA Negeri 3 pangkalpinang

Pangkalpinang, 04 Februari 2019

Mengetahui,

Kepala SMA Negeri 3 pangkalpinang Peneliti

Dra. SR. Kunlistiani Niken Kumala Sari, S.Pd


NIP. 196208141987012001 NIP.198505292010012020

You might also like