2394 4715 1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH

(Slum Area) DI KELURAHAN MERANTI PANDAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR


KOTA PEKANBARU
Rudiansyah
1001112153
([email protected])
Dan
Drs. Jonyanis, M.Si
([email protected])
SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Kampus Bina Widya Simpang Baru Telp. 0761-6377

ABSTRACT
HYGIENIC BEHAVIOR AND HEALTHY COMMUNITIES IN URBAN SLUMS
MERANTI PANDAK AT RUMBAI PESISIR PEKANBARU DISTRICT CITY
BY: RUDIANSYAH
Health is state of well being of body, mind and social life that allows person to live
socially and economically productive. To achieving healthy principle, the Ministry of Health
(Depkes) has established 10 indicators of hygiene behavior and healthy. To achieve that, at least
65% of the people in region that is capable of running the PHBs as a pilot area to implement
clean and healthy behaviors.
Meranti Pandak village is one of the villagers in Pekanbaru city slums are still there and
will be prone to floods. There were 10 RW out of 13 RW classified as slum. This is because
density of population making those areas classified as slums.
Of the data pekanbaru city health department, noted that districts Rumbai Pesisir an area
prone diarrheal disease, one of the most common is in village Meranti Pandak. The case is going
on because there are many people in the area who havent running clean and healthy living
behaviors.
As for the purpose of this study was to determine whether people in the area are already
running 10 PHBs indicators by the government, as well as find out what the factors that
influence them in carrying out these PHBs
Based on the result of research on behavior of living clean and healthy (PHBs) it can be
seen the people in Meranti Pandak village has not reached the target 65% in running the 10
indicators PHBs. This is because the factors affect the community in running 10 indicators
PHBs.
Keywords: 10 Indicators PHBs, Health, Hygiene, Factors affecting.

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

Page 1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Pengertian sehat
menurut UU Pokok Kesehatan No.9 tahun
1960, Bab 1 Pasal 2 adalah Keadaan yang
meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani
(mental), dan sosial, serta bukan hanya
keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahannya. Pengertian sehat tersebut
sejalan dengan pengertian sehat menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1975 sebagai berikut: Sehat adalah kondisi
yang terbebas dari segala jenis penyakit,
baik fisik, mental, dan sosial.
Salah satu cara untuk sehat adalah
dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih
Sehat. Pemerintah telah menetapkan
beberapa indikator mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang mana
ketetapan indikator PHBS ini merupakan
kebijakan nasional promosi kesehatan
(Promkes) untuk mendukung upaya
meningkatkan
perilaku
sehat
yang
ditetapkan visi nasional Promkes sesuai
keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.1193/MENKES/SK/X/2004
yaitu
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010
(PHBS 2010). Program promkes di daerah
telah ditetapkan, program pelaksanaan
promkes di daerah berdasarkan dengan
keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.1114/Menkes/SK/VIII/2008.
Tujuan
promkes
yaitu
mewujudkan
derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan
ditandai oleh penduduk yang hidup dengan
perilaku bersih dan sehat dalam lingkungan
yang sehat serta produktif (Depkes RI,
2009).
Pembangunan kesehatan
paradigma
sehat
merupakan

dengan
upaya

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

meningkatkan kemandirian masyarakat


dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran
yang lebih bersifat promotif dan preventif.
Pembangunan dibidang kesehatan berjalan
dengan cepat, untuk itu diperlukan arah
kebijakan dan prioritas pembangunan
dibidang kesehatan. Dapat dinilai dengan
pencapaian target pembangunan kesehatan,
salah satu target pembangunan dibidang
kesehatan adalah tercapainya 65% rumah
tangga yang mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) (Depkes RI, 2004).
Pembinaan PHBS diluncurkan oleh
Pusat Penyuluhan Kesehatan (sekarang
Pusat Penyuluhan Kesehatan) pada tahun
1996 dengan menggunakan pendekatan
tatanan sebagai strategi pengembangannya.
Untuk masing-masing tatanan ditetapkan
indikator yaitu sebagai berikut:
1. Persalinan
ditolong
oleh
tenaga
kesehatan
2. Memberi bayi (ASI) eksklusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk
8. Mengkonsumsi buah dan sayur setiap
hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Dalam Notoatmodjo (2005), Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik individu, kelompok, atau
masyarakat yang dikelompokkan menjadi 4
menurut Blum, yaitu:
1. Lingkungan (Environment), yang
mencakup lingkungan fisik, sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya.
2. Perilaku (Behavior)
3. Pelayanan
kesehatan
(Health
Service)
4. Keturunan (Heredity)
Page 2

Selain itu, ada juga faktor-faktor lain


yang dapat mempengaruhi perilaku hidup
bersih dan sehat bagi individu, kelompok
atau masyarakat yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Faktor
Internal:
Kepercayaan,
Kebiasaan, Kemauan.
2. Faktor
Eksternal:
Pendidikan,
Pendapatan, Pekerjaan.
Ada beberapa contoh lingkungan
yang kesehatannya tidak baik, salah satu
contohnya ialah lingkungan pemukiman
kumuh (Slum Area). Kawasan yang
sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai
pemukiman di banyak kota besar, oleh
penduduk miskin yang berpenghasilan
rendah dan tidak tetap diokupasi untuk
dijadikan tempat tinggal, seperti bantaran
sungai, dipinggir rel kereta api, tanah-tanah
kosong di sekitar pabrik atau pusat kota, dan
dibawah jembatan. Di Kota Pekanbaru
sendiri masih banyak daerah-daerah
pemukiman kumuh yang masih rawan akan
penyakit, salah satunya ialah di Kecamatan
Rumbai Pesisir. Menurut Dinkes Kota
Pekanbaru, Kecamatan Rumbai Pesisir
adalah salah satu Kecamatan di Pekanbaru
yang tingkat kesehatannya masih berada
pada kategori rendah.
Kecamatan ini juga masih terdapat
kawasan pemukiman kumuh (slum area).
Menurut Camat Rumbai Pesisir, Kelurahan
Meranti Pandak merupakan daerah yang
masih rawan penyakit Diare karena masih
banyak terdapat warga yang mengalami
penyakit Diare di daerah tersebut. Menurut
puskesmas Rumbai Pesisir, ini diakibatkan
karena
faktor
kurangnya
kesadaran
masyarakat di daerah tersebut dalam
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Walaupun di daerah tersebut rawan akan
terserang penyakit Diare, masyarakat di
daerah tersebut masih menganggap hal itu
bukanlah suatu masalah. Namun tentu saja
apabila
dibiarkan,
hal
ini
justru
menimbulkan pengaruh yang kurang baik
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

terutama terhadap kesehatan masyarakat


setempat.
Dari fenomena inilah penulis tertarik
untuk meneliti fenomena tersebut dan
peneliti memberi judul Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) Masyarakat
Pemukiman
Kumuh
(Slum
Area)
Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan
Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah masyarakat pemukiman
kumuh Kelurahan Meranti Pandak
Kecamatan Rumbai Pesisir Kota
Pekanbaru sudah menjalankan 10
indikator PHBS yang ditetapkan
pemerintah?
2. Apa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
hidup
bersih dan sehat masyarakat
pemukiman
kumuh
Kelurahan
Meranti Pandak Kecamatan Rumbai
Pesisir Kota Pekanbaru?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan 10
indikator perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) yang ditetapkan
Departemen Kesehatan (Depkes)
pada
masyarakat
pemukiman
kumuh (Slum Area) Kelurahan
Meranti
Pandak,
Kecamatan
Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku hidup
bersih
dan
sehat
(PHBS)
masyarakat pemukiman kumuh
(Slum Area) Kelurahan Meranti
Pandak,
Kecamatan
Rumbai
Pesisir, Kota Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan dan menambah
pengetahuan
dalam
bidang
Sosiologi Kesehatan
2. Acuan bahan peneliti selanjutnya
3. Sebagai sarana peningkatan ilmiah
dan pemahaman lebih lanjut bagi
Page 3

penulis dari teori-teori yang telah


didapat dalam aspek sosial.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tindakan Sosial
Weber
membuat
klasifikasi
mengenai perilaku sosial atau tindakan
sosial menjadi 4, yaitu:
a. Rasionalitas
Instrumental
(Zweckrationalitat)
Tingkat Rasionalitas yang paling
tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan
yang sadar yang berhubungan dengan tujuan
tindakan itu dan alat yang dipergunakan
untuk mencapainya.
b. Rasional yang Berorientasi Nilai
(Wertrationalitat)
Dibandingkan dengan rasionalitas
instrumental,
sifat
rasionalitas
yang
berorientasi nilai yang penting adalah bahwa
alat-alat
hanya
merupakan
obyek
pertimbangan dan perhitungan yang sadar;
tujuan-tujuannya
sudah
ada
dalam
hubungannya dengan nilai-nilai individu
yang bersifat nonrasional dalam hal dimana
seseorang tidak dapat memperhitungkannya
secara obyektif mengenai tujuan-tujuan
mana yang harus dipilih.
c. Tindakan Tradisional
Tindakan tradisional merupakan tipe
tindakan sosial yang bersifat nonrasional.
Kalau seorang individu memperlihatkan
perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi
yang sadar atau perencanaan
, perilaku seperti itu digolongkan sebagai
tindakan tradisional.
d. Tindakan Afektif
Tipe tindakan ini ditandai oleh
dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan yang sadar.
Seseorang yang sedang mengalami perasaan
meluap-luap seperti cinta, kemarahan,
ketakutan atau kegembiraan, dan secara
spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa
refleksi, berarti sedang memperlihatkan
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

tindakan afektif, dan tergolong tindakan


yang tidak rasional karena kurangnya
pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria
rasionalitas lainnya (Johnson, Doyle Paul,
1986).
2.2 Teori Struktural Fungsional
Suatu fungsi adalah kumpulan
kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan
kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem
melalui defenisi ini, Parsons yakin bahwa
ada 4 fungsi penting diperlukan semua
sistem tindakan , yang terkenal dengan
skema AGIL, yakni:
1.

2.

3.

4.

Adaptation atau adaptasi : suatu


sistem harus menanggulangi
situasi ekstenal yang gawat.
Sistem harus menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
dan
menyesuaikan lingkungan itu
dengan kebutuhannya.
Goal attainment (pencapaian
tujuan) : sebuah sistem harus
mendefenisikan dan mencapai
tujuan utama.
Integration (integrasi) : sebuah
sistem harus mengatur antar
hubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya, konsep
ini dikaitkan dengan faktor
sosial.
Latency pattern maintenance
(pemeliharaan pola) : sosialisasi
atau terproduksi masyarakat
agar nilai-nilai tetap terpelihara.
(Raho SVD, Bernard, 2007).

Masyarakat yang bertempat tinggal


di pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak itu diharapkan dapat beradaptasi dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Adaptasi tersebut dimaksudkan untuk
mencapai tujuan yang ada di dalam
perencanaan pemerintah dalam kaitannya
dengan menjalankan 10 indikator PHBS,
yaitu seluruh lapisan masyarakat mampu
Page 4

untuk menjalankan 10 indikator PHBS


tersebut.
2.3 Perilaku Kesehatan
Menurut Mubarok (2007), perilaku
seseorang
atau
masyarakat
tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan
fasilitas, sikap dan perilaku para petugas
kesehatan
terhadap
kesehatan
juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
2.4 Bentuk-Bentuk Perilaku
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo
(2005), mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit
dan penyakit yaitu bagaimana
manusia merespon, baik secara pasif
(mengetahui,
bersikap
dan
mempersepsi penyakit dan rasa sakit
yang ada pada dirinya dan diluar
dirinya, maupun aktif (tindakan)
yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan
kesehatan adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan,
baik sistem pelayanan kesehatan
modern maupun tradisional. Perilaku
ini menyangkut respons terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan
dan obatobatannya.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition
behavior) yaitu respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan
vital bagi kehidupan, yang meliputi
pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya
(gizi),
pengolahan
makanan.
4. Perilaku
terhadap
kesehatan
lingkungan (environmental health
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

behavior) adalah respon seseorang


terhadap
lingkungan
sebagai
determinan kesehatan manusia.
2.5 Perilaku Peran Sakit
Dari segi sosiologi, orang sakit
(pasien) mempunyai peran, yang mencakup
hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban
sebagai orang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang
sakit sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya), yang selanjutnya disebut
perilaku peran orang sakit (the sick role).
Perilaku ini meliputi:
a. Tindakan
untuk
memperoleh
kesembuhan.
b. Mengenal/ mengetahui fasilitas atau
sarana pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak. Mengetahui
hak (misalnya: hak memperoleh
perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) dan
kewajiban
orang
sakit
(memberitahukan
penyakitnya
kepada orang lain terutama kepada
dokter/ petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakit kepada orang
lain,
dan
sebagainya)
(pusink.blogspot.com).
2.6 Budaya Hidup Bersih
Istilah
kebudayaan
menurut
Koentjaraningrat (1990:14) dalam Habibi
Juli (2012), kebudayaan diartikan sebagai
hal-hal yang menyangkut dengan akal atau
budi. Istilah kebudayaan atau budaya adalah
sesuatu yang kompleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan-kemampuan
lain
serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam
hal ini Koentjaraningrat juga membagi
wujud budaya kedalam tiga bagian, yaitu:

Page 5

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu


yang kompleks dari ide-ide, gagasangagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, yang berada di dalam
masyarakat.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktifitas kelakuan yang
berpola
dari
manusia
dalam
masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya manusia.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
2.7.1 Faktor Internal
a. Kepercayaan.
Menurut Notoatmodjo (1993),
semakin baik kepercayaan seseorang
maka akan semakin baik pula sikap
yang terbentuk, sehingga pada
akhirnya membuat semakin baik pula
perilaku yang dimunculkan oleh orang
tersebut.
b. Kebiasaan
Menurut
Theresia
(dalam
Nurhayati,
1990),
mengatakan
kebiasaan adalah suatu perilaku yang
merupakan kebiasaan yang akhirnya
menjadi
otomatis
dan
tidak
membutuhkan pemikiran si pelaku,
sehingga si pelaku dapat memikirkan
hal-hal lain yang lebih menarik ketika
ia sedang berprilaku yang merupakan
kebiasaan tersebut.
c. Kemauan
Menurut Rousseau (dalam
Nurhayati, 1990), kekuatan kemauan
sangat erat hubungannya dengan
keinginan. Jika seseorang memiliki
perbedaan keinginan dalam dirinya,
hal ini dapat menyebabkan konflik
keinginan.
2.7.2 Faktor Eksternal
a. Pendidikan.
Pendidikan memegang peranan
penting dalam kesehatan masyarakat.
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

Pendidikan masyarakat yang rendah


menjadikan mereka sulit diberi tahu
mengenai
pentingnya
kesehatan
perorangan dan sanitasi lingkungan
untuk
mencegah
terjangkitnya
penyakit menular (Sander, 2005).
b. Pendapatan.
Bila ditinjau dari faktor sosial
ekonomi,
maka
pendapatan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
tingkat
wawasan
masyarakat
mengenai
sanitasi
lingkungan. Kemampuan anggaran
rumah tangga juga mempengaruhi
kecepatan untuk meminta pertolongan
apabila anggota keluarganya sakit
(Widoyono, 2008).
c. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas
adalah aktivitas utama yang dilakukan
oleh manusia. Dalam arti sempit,
istilah pekerjaan digunakan untuk
suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang bagi seseorang.
Dalam pembicaraan sehari-hari istilah
ini sering dianggap sinonim dengan
profesi.
2.8 Konsep Operasional
1. Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, maksudnya pada saat
melahirkan keluarga menggunakan
jasa Dokter, Bidan, atau para medis
lainnya.
2. Memberi bayi ASI eksklusif,
maksudnya pemberian ASI tanpa
makanan atau minuman tambahan
lain pada bayi mulai dari usia nol
hingga enam bulan.
3. Menimbang balita tiap bulan,
maksudnya penimbangan bayi dan
balita setiap bulan yang bertujuan
untuk memantau pertumbuhan bayi
dan balita itu setiap bulannya.
Penimbangan biasanya dilaksanakan
di Posyandu (Pos Pelayanan

Page 6

4.

5.

6.

7.

8.

Terpadu) mulai usia 1 bulan sampai


5 tahun.
Menggunakan air bersih, maksudnya
memanfaatkan air yang bersih dalam
kehidupan
sehari-hari
seperti
memasak, air minum, hingga
kebutuhan mandi agar tidak terkena
penyakit.
Mencuci tangan pakai sabun,
maksudnya menggunakan sabun saat
mencuci tangan agar terhindar dari
kotoran dan kuman yang menempel
ditangan sehingga tangan menjadi
bersih dan terhindar dari kuman.
Menggunakan
jamban
sehat,
maksudnya menggunakan suatu
ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk yang dilengkapi unit
penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
Memberantas
jentik
nyamuk
dirumah
sekali
seminggu,
maksudnya
upaya
seseorang
menjaga
kesehatan
dengan
melakukan
pemeriksaan
jentik
berkala (PJB) di lingkungan rumah
tangga. PJB adalah pemeriksaan
tempat perkembangbiakan nyamuk
yang ada didalam rumah, seperti bak
mandi, WC, vas bunga, tatakan
kulkas, dan di luar rumah seperti
talang air, dan lain-lain yang
dilakukan teratur setiap seminggu.
Selain
itu
juga
melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan cara 3 M (Menguras,
Menutup, Mengubur).
Makan buah dan sayur setiap hari,
maksudnya
seseorang
mengkonsumsi buah dan sayur agar
kesehatan dalam dirinya terjaga,
karena buah dan sayur banyak
mengandung
berbagai
macam

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

vitamin, mineral, dan serat yang


bermanfaat bagi tubuh.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari,
maksudnya suatu kegiatan yang
dilakukan baik berupa olahraga
maupun
kegiatan
lain
yang
mengeluarkan tenaga yang sangat
penting bagi kesehatan tubuh,
mental,
dan
mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah,
maksudnya
seseorang
tidak
mengkonsumsi
rokok
agar
kesehatannya terjaga, karena dalam
satu puntung rokok yang diisap akan
dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan
kimia
berbahaya,
diantaranya
nikotin, tar, dan karbon monoksida
(CO).
1. Faktor Internal terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Kepercayaan adalah keyakinan yang
ada dalam hati seseorang bahwa
sesuatu itu benar.
2. Kebiasaan adalah suatu hal yang
berlangsung dalam waktu yang lama
sebagai reaksi khas yang dilakukan
berkali-kali.
3. Kemauan adalah dorongan atau
tindakan seseorang untuk mencapai
tujuan yang dipengaruhi kecerdasan
dalam menggapainya.
2. Faktor Eksternal terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Pendidikan
adalah
ukuran
pengetahuan
seseorang
dalam
melihat atau menyikapi pandangan
yang dihadapi mengenai keadaan
sehat dan sakit.
2. Pendapatan
adalah
jumlah
penghasilan rumah tangga yang
merupakan pendukung kebutuhan
yang sangat mendasar.
3. Pekerjaan adalah usaha/kegiatan
yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan
yang
bertujuan

Page 7

memenuhi
seseorang.

kebutuhan

hidup

Berdasarkan ukuran diatas maka


perlu dilihat perilaku hidup sehat pada
masyarakat tersebut, yaitu sebagai berikut:
-

Sehat Pratama :
Apabila
Responden
melakukan
1-3
indikator PHBS atau jumlah
responden yang melakukan
PHBS sebanyak 10-30% dari
jumlah keseluruhan.
Sehat Madya :
Apabila
Responden
melakukan
4-5
indikator PHBS atau jumlah
responden yang melakukan
PHBS sebanyak 40-50% dari
jumlah keseluruhan.
Sehat Purnama :
Apabila
Responden
melakukan
6-7
indikator PHBS atau jumlah
responden yang melakukan
PHBS sebanyak 60-70% dari
jumlah keseluruhan.
Sehat Mandiri :
Apabila
Responden melakukan 8-10
indikator PHBS atau jumlah
responden yang melakukan
PHBS sebanyak 80-100% dari
jumlah keseluruhan.

III. METODE PENELITIAN


3.1 Metoda Penelitian
Jumlah masyarakat yang berada di
Kelurahan
Meranti
Pandak,
jumlah
penduduk 11.708 jiwa, dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 2.562 KK. Luas
daerah Kelurahan Meranti Pandak 3,88 km2.
Karena jumlahnya sangat besar, maka
peneliti menggunakan metode Purposive
Sampling. Purposive Sampling dikenal juga
dengan sampling pertimbangan perorangan
atau pertimbangan peneliti. Kriteria atau
pertimbangan pengambilan sampel adalah
sebagai berikut:
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

a. Rumah Tangga yang memiliki Balita


(Usia 0-5 Tahun), karena dalam
indikator PHBS yang ditetapkan
pemerintah terdapat indikator mengenai
pemberian ASI Eksklusif,
b. Masyarakat yang tinggal di Kelurahan
Meranti
Pandak
yang
kategori
pemukiman kumuh (Slum Area).
Menurut data Kelurahan Meranti
Pandak, ada 10 dari 13 RW di daerah
tersebut yang masuk dalam kategori
pemukiman kumuh (slum area), yaitu
RW 2, RW 3, RW 4, RW 5, RW 6, RW
7, RW 8, RW 9, RW 12, dan RW 13.
c. Data Jumlah KK yang memiliki balita
(0-5 tahun) di 10 RW tersebut ialah
sebagai berikut:
Jumlah KK dan KK yang
Memiliki Balita di RW yang
Tergolong Pemukiman Kumuh
(Slum Area) di Kelurahan Meranti
Pandak
No RW
Jumlah
Jumlah
KK
KK yang
memiliki
Balita
1. RW 2
230
64
2. RW 3
225
58
3. RW 4
231
45
4. RW 5
243
70
5. RW 6
212
63
6. RW 7
223
67
7. RW 8
198
59
8. RW 9
215
74
9.
235
RW
98
12
10. RW
195
72
13
2207
Jumlah
670
Sumber: RW beserta Posyandu
setempat
Dari data tersebut, maka peneliti
mengambil sampel sebanyak 10%
dari jumlah KK yang memiliki balita
di 10 RW yang tergolong
pemukiman kumuh (slum area)
Page 8

tersebut, yaitu 10% dari 670 KK


sehingga diperoleh sampel sebanyak
67 KK yang memiliki balita.

3.2 Teknik Pengumpulan data


1. Observasi, yaitu data diperoleh
dengan cara pengamatan langsung
yang meliputi pengamatan terhadap
kondisi lingkungan masyarakat baik
yang fisik maupun non-fisik.
2. Wawancara, yaitu mengumpulkan
informasi dengan cara menanyakan
secara
langsung
pertanyaanpertanyaan kepada responden untuk
memperoleh data yang dapat
menjelaskan dan menjawab masalah
penelitian.
3. Dokumentasi, yaitu data yang
diperoleh melalui pengumpulan
seluruh informasi yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
3.3 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dengan
kegiatan reduksi data, penyajian data
(display data), mengambil kesimpulan dan
verifikasi. Untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi PHBS akan dianalisis
dengan tabulasi silang (cross tabulation)
antara faktor internal dengan faktor
eksternal dihubungkan dengan indikator
PHBS. Kemudian makna hubungan antar
variabel
dianalisis
secara
deskriptif
kuantitatif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Kelurahan
Meranti
Pandak
merupakan salah satu Kelurahan yang ada di
Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru
yang memiliki luas wilayah sekitar 3,88
km2. Kelurahan Meranti Pandak memiliki
letak yang sangat strategis karena berada di
daerah lintas antara Pekanbaru-Minas,
berada dekat dengan pusat kota Pekanbaru,
serta dekat dengan jembatan yang menjadi
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

penghubung
lintas
Pekanbaru-Minas
membuat daerah ini memiliki potensi yang
sangat tinggi untuk berkembang.
Kelurahan Meranti Pandak sangat
rentan terkena banjir luapan dari Sungai
Siak, karena lokasinya yang dekat dengan
Sungai
Siak.
Dalam
infrastruktur,
pembangunan Kelurahan tersebut terbilang
lambat dibandingkan Kelurahan lainnya
yang berada di sekitar Kota Pekanbaru. Di
Kelurahan ini banyak pengusaha pengrajin
rotan, sehingga tidak heran jika di pinggiran
jalan sekitar Kelurahan ini banyak terdapat
penjual berbagai kerajinan dari rotan.
Kelurahan ini bertetangga dengan Kelurahan
Kampung Nelayan dan Kelurahan Umban
Sari.
4.2 Indikator PHBS
Rumah Tangga ber-PHBS berarti
mampu menjaga, meningkatkan, dan
melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan
lingkungan yang kurang konduktif untuk
hidup sehat. Pusat promosi kesehatan
sebagai institusi yang bertanggung jawab
dalam mewujudkan perilaku hidup sehat ini
menjabarkan berbagai indikator perilaku
yang harus dicapai oleh program promosi
kesehatan. Salah satunya adalah perilaku
hidup sehat bagi masyarakat ditatanan
rumah tangga. Penerapan indikator PHBS
pada pemukiman kumuh di Kelurahan
Meranti Pandak ialah sebagai berikut:
Penerapan Indikator PHBS Masyarakat
di Pemukiman Kumuh
Kelurahan Meranti Pandak
No Penerapan
Jumlah Persentase
PHBS
(%)
1 Tinggi
29
43,28
2 Sedang
26
38,81
3 Rendah
12
17,91
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Dapat dilihat bahwa responden yang
telah tergolong dalam kategori bersih dan
Page 9

sehat sebanyak 29 responden atau sekitar


43,28% dari jumlah keseluruhan responden,
sedangkan kurang bersih dan kurang sehat
dalam menjalankan 10 indikator perilaku
hidup bersih dan sehat ditanggapi sebanyak
26 responden atau sekitar 38,81% dari
jumlah keseluruhan responden, dan untuk
yang kategori tidak bersih dan tidak sehat
dalam menjalankan 10 indikator yang
ditetapkan pemerintah mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat ditanggapi sebanyak
12 responden atau sekitar 17,91% dari
jumlah keseluruhan responden.
Ini menunjukkan bahwa dari
keseluruhan indikator perilaku hidup bersih
dan sehat yang telah ditetapkan, masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak ini masih belum sepenuhnya
menjalankan 10 indikator perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang ditetapkan
oleh pemerintah. Jika dilihat pada tabel
diatas, 29 responden atau sekitar 43,28%
dari keseluruhan responden sebanyak 67
responden di pemukiman kumuh (slum
area) Kelurahan Meranti Pandak telah
menjalankan 10 indikator PHBS yang telah
ditetapkan. Artinya, penerapan fungsi AGIL
mereka sudah tinggi, dimana dalam
adaptasinya ialah mereka telah melakukan
rutinitas yang tinggi dalam mengkonsumsi
buah dan sayur agar kesehatan dapat terjaga
dengan baik walaupun tinggal di
pemukiman yang kumuh. Kesadaran
masyarakat disana juga sudah tinggi dalam
mengikuti program-program yang diadakan
oleh posyandu dan juga gotong royong
dalam membersihkan lingkungan sekitar. Ini
menunjukkan kalau masyarakat disana
sudah memelihara perilakunya dalam
menjalankan PHBS dan memiliki kemauan
akan pentingnya menerapkan 10 indikator
PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Namun
jika dilihat jumlah yang belum menjalankan
PHBS, masih banyak responden yang belum
memiliki kesadaran akan pentingnya
menerapkan PHBS, sehingga kesadaran
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

serta kemauan masyarakat disana harus


lebih ditingkatkan lagi dalam hal
menjalankan 10 indikator PHBS tersebut.
4.3 Faktor yang mempengaruhi
4.3.1 Faktor Internal
a. Kepercayaan
Kepercayaan
atau
keyakinan
merupakan suatu sikap yang ditunjukkan
oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan
menyimpulkan
bahwa
dirinya
telah
mencapai kebenaran (Dani Vardiansyah,
2008). Dalam menciptakan perilaku hidup
bersih dan sehat setiap masyarakat harus
menumbuhkan rasa kepercayaan bahwa
berperilaku hidup bersih dan sehat
merupakan hal yang penting. Adapun hasil
mengenai hubungan faktor kepercayaan
dengan menjalankan PHBS dapat dilihat
sebagai berikut:
Tingkat Kepercayaan Responden
Terhadap Indikator PHBS
No
Tingkat
Jumlah Persentase
Kepercayaan
(%)
1 Tinggi
34
50,75
2 Sedang
23
34,33
3 Rendah
10
14,92
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Dapat dilihat bahwa masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak sudah memiliki kepercayaan yang
tinggi dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat. Hal tersebut berdasarkan jumlah
tanggapan dari responden, dimana rata-rata
responden yang memiliki kepercayaan yang
tinggi berjumlah 34 responden atau sekitar
50,75% dari jumlah keseluruhan, sedangkan
untuk yang sedang berjumlah 23 responden
atau sekitar 34,33%, dan untuk yang rendah
berjumlah 10 responden atau sekitar
14,92%. Ini menunjukkan masyarakat disana
telah meyakini pentingnya melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Kebiasaan
Page 10

Kebiasaan
ataupun
budaya
merupakan cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak,
dan luas (Deddy Mulyana dan Jalaluddin
Rakhmat, 2006). Dalam menciptakan
perilaku hidup bersih dan sehat harus
didukung oleh kebiasaan yang dilakukan
oleh responden dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk melihat hasil rekapitulasi faktor
kebiasaan dalam mempengaruhi perilaku
PHBS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tingkat Kebiasaan Responden Terhadap
Indikator PHBS
No
Tingkat
Jumlah Persentase
Kebiasaan
(%)
1 Tinggi
24
35,82
2 Sedang
30
44,78
3 Rendah
13
19,40
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Dapat dilihat bahwa sebanyak 24
responden atau sekitar 35,82% memiliki
kebiasaan tinggi dalam berperilaku hidup
bersih dan sehat, 30 responden atau sekitar
44,78% yang memiliki kebiasaan sedang
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat,
dan sekitar 13 responden atau sekitar
19,40% yang memiliki kebiasaan rendah
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kebiasaan masyarakat pemukiman kumuh di
Kelurahan
Meranti
Pandak
dalam
menjalankan 10 indikator PHBS dari
pemerintah berada pada kategori sedang.
c. Kemauan
Kemauan
merupakan
proses
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuan.
Kemauan adalah alasan yang mendasari
sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

seorang individu. Seseorang dikatakan


memiliki kemauan tinggi dapat diartikan
orang tersebut memiliki alasan yang sangat
kuat
untuk
mencapai
apa
yang
diinginkannya
dengan
mengerjakan
pekerjaannya yang sekarang (Judge,
Timothy A, 2008). Adapun mengenai faktor
kemauan dalam mempengaruhi perilaku
PHBS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tingkat Kemauan Responden
Terhadap Indikator PHBS
No
Kemauan
Jumlah
Persentase
(%)
1 Tinggi
39
58,21
2 Sedang
20
29,85
3 Rendah
8
11,94
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Dapat dilihat bahwa sebanyak 39
responden atau sekitar 58,21% sudah
memiliki kemauan dalam menjalankan 10
indikator PHBS, 20 responden atau sekitar
29,85% tingkat kemauan dalam melakukan
PHBS berada pada kategori sedang, dan 8
responden atau sekitar 11,94% tingkat
kemauan dalam melakukan PHBS berada
pada kategori rendah. Ini menunjukkan
bahwa tingkat kemauan masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak dalam melaksanakan 10 indikator
PHBS berada pada kategori tinggi.
4.3.2 Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Tingkat
pendidikan
dapat
menggambarkan bagaimana keadaan latar
belakang seseorang dalam kemampuan serta
keahlian yang dapat digunakan untuk
memperoleh pendapatan dan meningkatkan
taraf kesejahteraan hidup. Dalam kaitannya
dengan pelaksanaan 10 indikator PHBS,
dimana diharapkan masyarakat pemukiman
kumuh di Kelurahan Meranti Pandak yang
memiliki
tingkat
pendidikan
tinggi
Page 11

mengetahui pentingnya hal tersebut untuk


dilakukan. untuk melihat tingkat pendidikan
responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tingkat Pendidikan Responden
No
Tingkat
Jumlah Persentase
Pendidikan
(%)
1 Tinggi
5
7,46
2 Sedang
48
71,64
3 Rendah
14
20,90
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak berada pada kategori menengah,
berdasarkan tanggapan responden yang
berjumlah 48 responden untuk pendidikan
tingkat menengah atau sekitar 71,64%. Ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan
Meranti Pandak bukan merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku mereka dalam
menjalankan 10 indikator PHBS.
b. Pendapatan
Latar belakang pendidikan dan
keahlian seseorang dapat mempengaruhi
terhadap tingkat pendapatan seseorang.
Untuk melihat tingkat pendapatan responden
yang mewakili masyarakat pemukiman
kumuh di Kelurahan Meranti Pandak dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tingkat Pendapatan Responden
No

Tingkat
Jumlah Persentase
Pendapatan
(%)
1 Tinggi
11
16,42
2 Sedang
41
61,19
3 Rendah
15
22,39
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dilihat
bahwa
tingkat
pendapatan
masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan
Meranti Pandak berada pada kategori sedang
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

berdasarkan jumlah responden yang


menanggapi sebanyak 41 responden atau
sekitar 61,19%. Ini menunjukkan kalau
masyarakat tersebut rata-rata masih berada
pada ekonomi menengah sehingga jika
dikaji mengenai harapan dalam melakukan
10 indikator PHBS nya juga seharusnya
lebih banyak responden yang menanggapi
perilakunya berada pada kategori sedang. Ini
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan
Meranti Pandak bukan merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku mereka dalam
menjalankan 10 indikator PHBS.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu profesi
yang digeluti oleh seseorang untuk
mendapatkan penghasilan yang berguna
untuk memenuhi kebutuhannya. Pekerjaan
merupakan sekumpulan kedudukan (posisi)
yang memiliki persamaan kewajiban atau
tugas-tugas pokoknya.. Untuk melihat
tingkat
pekerjaan
responden
pada
masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan
Meranti Pandak dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tingkat Pekerjaan Responden
No
Tingkat
Jumlah Persentase
Pekerjaan
(%)
1 Tinggi
19
28,36
2 Sedang
32
47,76
3 Rendah
16
23,88
Jumlah
67
100,00
Sumber: Data Lapangan Tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dilihat bahwa tingkat pekerjaan masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak berada pada kategori sedang
berdasarkan jumlah responden yang
menanggapi sebanyak 32 responden atau
sekitar 47,76%. Ini menunjukkan kalau ratarata masyarakat disana memiliki pekerjaan
tingkat menengah dimana dalam penelitian
ini yang termasuk pada kategori menengah
ialah pengrajin, pedagang, berjualan dan
Page 12

memang saat diteliti dilapangan kebanyakan


responden yang diteliti disana berprofesi
sebagai pengrajin ataupun pedagang.
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat
bahwa tingkat pekerjaan masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Meranti
Pandak kurang mempengaruhi perilaku
mereka dalam menjalankan 10 indikator
PHBS yang ditetapkan pemerintah. Ini
berdasarkan dari data yang didapat, dimana
yang memiliki kesesuaian antara tingkat
pekerjaan dengan tingkat perilakunya ialah
responden yang jumlahnya terendah,
sedangkan pada tingkat pekerjaan yang
tinggi dan menengah tidak memiliki
kesesuaian dengan jumlah pada tingkat
perilakunya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian mengenai
distribusi masyarakat pemukiman kumuh di
Kelurahan
Meranti
Pandak
dalam
menjalankan 10 indikator PHBS yang
ditetapkan pemerintah, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi
masyarakat
dalam
menjalankan 10 indikator perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang
ditetapkan oleh pemerintah melalui
departemen kesehatan (Depkes)
belum sepenuhnya dijalankan oleh
masyarakat di daerah tersebut,
berdasarkan jumlah responden yang
telah
menjalankan
indikatorindikator PHBS tersebut yang
berjumlah 29 responden atau sekitar
43,28% dari jumlah keseluruhan
responden
yang
mewakili
masyarakat pemukiman kumuh
tersebut
yang
berjumlah
67
responden. Ini menunjukkan kalau
masyarakat pemukiman kumuh di
Kelurahan Meranti Pandak dalam
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

perilaku menjalankan
indikator
PHBS nya sudah berada pada
kategori Sehat Madya, karena jumlah
responden
yang
menanggapi
perilakunya berada pada kategori
bersih dan sehat telah masuk pada
kisaran
40-50%
dari
jumlah
keseluruhan
responden
yang
ditetapkan.
2. Dilihat dari faktor internal dan
eksternal
masyarakat
dalam
menjalankan 10 indikator PHBS dari
hasil
penelitian,
yang
lebih
mendominasi pengaruhnya ialah
faktor internal yaitu kepercayaan,
kemauan dan kebiasaan, sedangkan
faktor eksternalnya yaitu pekerjaan,
pendapatan, serta pendidikannya
kurang mempengaruhi mereka dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat.
3. Dari ketiga faktor internal yang
ditetapkan
yaitu
kepercayaan,
kemauan dan kebiasaan, yang paling
mempengaruhi ialah kepercayaan
dan kemauan responden, sedangkan
untuk
kebiasaannya
kurang
mempengaruhi
mereka
dalam
menjalankan perilaku hidup bersih
dan sehat. Hal tersebut dapat
menyatakan kalau responden yang
kepercayaannya tinggi terhadap
pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat di Kelurahan Meranti Pandak
sudah memiliki tindakan dengan
rasionalitas,
karena
responden
tersebut menjalankan 10 Indikator
PHBS atas apa yang mereka
percayai. Mereka telah mempercayai
bahwa dengan menerapkan PHBS
dapat meningkatkan taraf kesehatan
walaupun tindakan tersebut tidak
didukung oleh lingkungan sekitar
yang baik di dalam kesehariannya.
Dengan keterbatasan ini, mereka
mencari alternatif lain agar dapat
hidup di pemukiman kumuh, salah
Page 13

satu
caranya
ialah
dengan
beradaptasi terhadap lingkungan
hidupnya tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka
saran yang dapat peneliti berikan ialah
sebagai berikut:
1. Seluruh lapisan masyarakat di daerah
tersebut harus meningkatkan lagi upaya
dalam melaksanakan indikator-indikator
PHBS yang ditetapkan pemerintah
tersebut agar taraf kesehatannya dapat
meningkat lebih baik lagi kedepannya.

Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

2. Pemerintah harus memberikan perhatian


khusus dan mencari solusi dalam
lingkungan pemukiman di Kelurahan
Meranti Pandak, dimana kita tahu
daerah tersebut merupakan daerah yang
masih rawan bencana banjir sehingga
diharapkan agar dibangunnya drainase
yang memadai untuk aliran air.
3. Pemerintah
diharapkan
dapat
memberikan fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan yang lebih banyak
dan
memadai
agar
terciptanya
peningkatan taraf kesehatan yang lebih
baik di daerah tersebut.

Page 14

VI. DAFTAR PUSTAKA


Buku
Dani Vardiansyah, 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 2006. Komunikasi Antar Budaya: Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta:
Depkes RI
_________, 2009. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat, Tersedia dalam:
http:/www.depkes.go.id.
Johnson, Doyle Paul, 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia
Judge, Timothy A, 2008. Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Mubarok, W.I, Cahyani. N, Rozikin, K, Supardi, 2007. Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Graha
Ilmu
Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
___________, 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan,
Yogyakarta: Andi Offset
___________, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, PT Rineka Cipta: Jakarta
Nurhayati, 1990. Hubungan Antara Pendidikan dengan Kebiasaan. Pendidik Malang
Raho SVD, Bernard, 2007. Teori Sosiologi Modern. Prestasi Pustaka Publisher
Sander, M.A, 2005. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Kejadian Diare di Desa
Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol.2, No. 2. Juli-Desember
2005
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi,
Pemberantasannya. Semarang: Penerbit Erlangga

Penularan,

Pencegahan,

dan

Web
http://wwwpusink.blogspot.com/p/hubungan-antara-lingkungan-dan-perilaku.html
(diakses tanggal 16 Agustus 2013 Pukul 19.00)
Skripsi
Habibi Juli, 2012. Persepsi Dan Tingkat Disiplin Masyarakat Menjaga Budaya Bersih Terhadap
Lingkungannya di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru.
Pekanbaru: UNRI
Jom FISIP Volume 2 No. 1 Oktober 2014

Page 15

You might also like