Analisis Jurnal Kelompok 1 (Mencuci Tangan Bersih) - 4

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

ANALISIS JURNAL TENTANG CUCI TANGAN BERSIH

KEL 1
1. Maulin Masyito (P17220191001)
2. Laila Firda Rahmawati (P17220191002)
3. Charisma Putri Lestyaningrum (P17220191004)
4. Lenia Dwi Nuriyanti (P17220191009)
5. Farza Aulia Ariskhputri (P17220191010)
6. Citra Noriya (P17220191012)
7. Dewi Suci Yanuari (P17220191013)
8. Qonita (P17220191015)

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)


PADA MASYARAKAT DI TANAH KALIKEDINDING

DETERMINANT FACTOR OF HANDWASHING WITH SOAP (CTPS) IN PEOPLE


ON THE TANAH KALIKEDINDING

Gracia Risnawaty
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: [email protected]

Abstract: One of the factors that are considered important for the development of social welfare in
Indonesia is health. Based on data from the WHO, diarrhea and ARI (Acute Respiratory Infection) is
an infectious disease remains a health problem in Indonesia. From the data obtained in 2015, it is
known that the village Tanah Kalikedinding RW II (RT 07 and 11) has a health problem with the
number of diarrhea and ARI are quite high, as many as 2.467 cases of diarrhea and 15.207 cases for
patients with respiratory infection. The purpose of this research is to find information about the
relationship between knowledge and attitudes toward behavior handwashing (CTPS) in the village
Tanah Kalikedinding. The research method is analytic with cross sectional approach. The population
in this study is the whole community in the village Tanah Kalikedinding. A total sample of 70 people
were selected using simple random sampling. The research variables are gender, age, knowledge,
education, employm ent, attitudes and behaviors CTPS. The primary data obtained from interviews
and questionnaires, while secondary data obtained from the data clinic. The results showed a
determinant factor in the behavior of people in the CTPS divided into three driving factors are gender,
age, knowledge, education, employment, attitudes and behaviors CTPS, enabling factors such as
facility and reinforcing factors are health workers. It is necessary to attempt a programmed
extension activities, sustainable, evaluation and monitoring at regular intervals in each program
activity CTPS on society as well as involving cross-sector cooperation in every program CTPS on
society.

Keywords: knowledge, attitudes, behavior, CTPS

Abstrak: Salah satu faktor yang dianggap penting untuk pembangunan kesejahteraan penduduk di
Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan data dari WHO, diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) yang merupakan penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dari data
yang diperoleh pada tahun 2015 diketahui bahwa Kelurahan Tanah Kalikedinding RW II (RT 07 dan
11) Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya memiliki masalah kesehatan dengan angka penderita diare dan
ISPA yang cukup tinggi yakni 2.467 kasus diare dan sebanyak 15.207 kasus untuk penderita ISPA.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari informasi tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap
terhadap perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Kelurahan Tanah Kalikedinding. Metode
penelitian merupakan analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat di Tanah Kalikedinding. Jumlah sampel sebanyak 70 orang yang dipilih dengan
menggunakan cara simple random sampling. Variabel penelitian yaitu jenis kelamin, umur,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap dan perilaku CTPS. Diperoleh data primer dari hasil
wawancara dan kuesioner, untuk data sekunder diperoleh dari data puskesmas. Hasil penelitian
menunjukkan faktor determinan pada masyarakat dalam perilaku CTPS terbagi menjadi tiga yaitu
faktor pendorong, faktor pemungkin dan faktor penguat. Maka perlu dilakukan upaya kegiatan
penyuluhan yang terprogram, berkelanjutan, upaya evaluasi dan monitoring secara berkala dalam
setiap program kegiatan CTPS pada masyarakat serta melibatkan kerjasama lintas sektor dalam setiap
program CTPS pada masyarakat.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, CTPS

dapat hidup produktif secara sosial dan


PENDAHULUAN ekonomis yang tertuang dalam Undang -
Kesehatan adalah suatu keadaan sehat, Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
baik secara fisik, mental, spiritual maupun 2009 tentang Kesehatan. Salah satu faktor
sosial yang memungkinkan setiap orang yang dianggap penting dalam
pembangunan

70
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 71
Tangan…

kesejahteraan penduduk di Indonesia adalah Cuci tangan pakai sabun sebagai


kesehatan. Akan tetapi masalah kesehatan di upaya preventif dalam melindungi diri dari
Indonesia masih banyak ditemukan dan harus berbagai penyakit menular. Cuci tangan
diselesaikan. Berdasarkan data dari WHO menggunakan sabun dapat kita lakukan
(World Health Organization), diare dan pada waktu-waktu berikut: sebelum
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) menyiapkan makanan, sebelum dan
yang merupakan penyakit menular masih sesudah makan, setelah BAK dan BAB,
menjadi masalah kesehatan yang ada di setelah membuang ingus, setelah
Indonesia. membuang dan atau menangani sampah,
Perolehan data yang didapatkan dari kemudian setelah bermain/memberi
Center Disease Control (CDC) Amerika makan/memegang hewan, serta setelah
Serikat, terdapat 10.080 kematian dengan batuk atau bersin pada tangan kita
lebih dari 80% kematian diakibatkan (Desiyanto dan Djannah, 2012).
karena diare. Di Asia selatan yaitu India Cuci tangan pakai sabun yang
terdapat 0,4 juta anak meningal dalam satu dipraktikkan secara tepat dan benar
tahun yang disebabkan oleh diare. merupakan cara termudah dan efektif
(Journal of Harvard School of Public untuk mencegah berjangkitnya penyakit.
Health) Mencuci tangan dengan air dan sabun
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, dapat lebih efektif menghilangkan kotoran
insiden diare pada balita sebesar 6,7% dan debu secara mekanis dari permukaan
(kisaran menurut provinsi 3,3%–10,2%) dan kulit dan secara bermakna mengurangi
insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum jumlah mikroorganisme penyebab penyakit
wawancara) dengan gejala pada seluruh seperti virus, bakteri dan parasit lainnya
kelompok umur sebesar 3,5% (menurut pada kedua tangan. Mencuci tangan
provinsi pada kisaran 1,6%-6,3%). Sedangkan dengan menggunakan air dan sabun dapat
period prevalence diare pada balita sebesar lebih efektif membersihkan kotoran dan
10,2% dan pada seluruh kelompok umur (>2 telur cacing yang menempel pada
minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada
berdasarkan gejala sebesar 7%. Terdapat kedua tangan (Desiyanto dan Djannah,
keluhan kesehatan yang paling sering dialami 2012).
oleh balita pada tahun 2014 yaitu pilek Hendrik L. Blum di dalam Notoatmodjo
(66,62 (2010) secara jelas mengungkapkan bahwa
%), batuk (63,76 %) dan panas (62,52 %) terdapat empat faktor utama yang berkaitan
merupakan penyakit yang paling sering dalam derajat kesehatan seseorang, kelompok
dialami balita baik di perkotaan maupun di dan masyarakat yaitu perilaku, pelayanan
pedesaan. (Kementerian Kesehatan Republik kesehatan, lingkungan dan keturunan atau
Indonesia, 2014) herediter. Faktor – faktor tersebut memiliki
Palancoi pada tahun 2014, melakukan keterkaitan dalam mempengaruhi derajat
sebuah penelitian yang menyatakan bahwa, kesehatan masyarakat dan kesehatan
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perorangan.
adanya kejadian diare yaitu perilaku, Diantara empat faktor tersebut faktor
pengetahuan dan lingkungan tentang diare. determinan yang paling berpengaruh besar
Perilaku kesehatan adalah suatu stimulus atau adalah faktor perilaku manusia dan disusul
objek dari respon seseorang yang berkaitan faktor lingkungan pada urutan kedua. Hal ini
dengan sakit dan penyakit, makanan, dapat terjadi akibat faktor perilaku
minuman, sistem pelayanan kesehatan dan memiliki pengaruh lebih besar dari faktor
lingkungan (Notoatmodjo, 2010). lingkungan sehingga lingkungan hidup
Provinsi Jawa timur merupakan salah manusia juga sangat dipengaruhi oleh
satu provinsi terjadinya KLB Diare yaitu perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
258 kasus dan kasus tertinggi ISPA sebesar Kebiasaan dalam cuci tangan
28,3 % Berdasarkan data kesehatan Provinsi menggunakan air saja tidak dapat
Jawa Timur, kejadian diare dan ISPA masih melindungi setiap individu dari bakteri dan
cukup tinggi. Terdapat kasus ISPA sebesar virus yang terdapat di tangan. Terlebih jika
15207 penderita dan 2467 penderita diare mencuci tangan tidak dibawah air mengalir.
pada tahun 2015 di Kelurahan Tanah Apalagi kebiasaan menggunakan dan
Kalikedinding Kecamatan Kenjeran Kota berbagi wadah cuci membiarkan kuman
Surabaya. (Kemenkes RI, 2014) tangan hal itu sama menempel pada
saja saling berbagi tangan. Kebiasaan itu
kuman dan tetap harus ditinggalkan dan
72 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

dirubah menjadi tautkan jari-jari antara diantaranya karena


yang lebih baik kedua telapak tangan rendahnya
dengan standar secara berlawanan, pengetahuan,
prosedur gosok ibu jari secara pendidikan dan
melakukan cuci memutar dilanjutkan kesadaran
tangan dengan daerah antara terhadap
menggunakan jari telunjuk dan ibu perilaku cuci
sabun (Kemenkes jari secara bergantian, tangan pakai
RI, 2014). gosok kedua sabun.
Indikator pergelangan tangan (Kemenkes RI,
PHBS (Perilaku dengan arah memutar, 2014)
Hidup Bersih dan bilas dengan air dan Menurut
Sehat) salah keringkan. Hal penelitian yang
satunya mencuci terpenting dalam CTPS telah dilakukan
tangan dengan air bukan berapa lama oleh Grayson et
mengalir dan waktu mencuci tangan, al pada tahun
sabun yang tetapi cara mencuci 2009, mencuci
merupakan tangannya (Kemenkes tangan
sekumpulan RI, 2014). menggunakan
perilaku yang Menggunakan sabun maupun
dilakukan karena sabun saat mencuci dengan
kesadaran dari tangan diketahui menggunakan
hasil pembelajaran, sebagai salah satu pencuci tangan
yang membuat upaya pencegahan berbasis
individu atau penyakit dan alkohol
keluarga dapat penularan penyakit. memberikan
menjaga dan Hal ini dilakukan efektifitas
memelihara karena tangan dalam
kesehatan serta merupakan agen yang mengurangi
berperan aktif membawa kuman dan konsentrasi
untuk menyebabkan patogen virus pada
mewujudkan berpindah dari satu tangan.
masyarakat sehat. orang ke orang lain, Pada
Salah satu pilar baik dengan kontak penelitian yang
utama dalam tidak langsung dilakukan
Indonesia Sehat maupun kontak Rahim (2007),
dan merupakan langsung juga
salah satu strategi (menggunakan mengungkapk
untuk mengurangi permukaan lain an bahwa cuci
beban negara dan seperti handuk dan tangan pakai
masyarakat gelas) (Kemenkes RI, sabun (CTPS)
terhadap 2013). dapat
pembiayaan Hal ini mencegah
kesehatan yaitu mengindikasikan bahwa infeksi
PHBS (Kemenkes perilaku cuci tangan cacingan
RI, 2014). menggunakan sabun (Mustika,
Cara CTPS merupakan suatu 2011). Bila
yang benar upaya yang memiliki tidak mencuci
adalah dampak besar bagi tangan
menggosok pencegahan penyakit- menggunakan
telapak tangan penyakit menular sabun, dapat
secara seperti diare dan menularkan
bersamaan, ISPA, namun mencuci infeksi pada
menggosok tangan masih belum diri sendiri
punggung kedua menjadi kebiasaan terhadap
tangan, jalinkan pada masyarakat. bakteri dan
kedua telapak Tentunya hal ini masih virus dengan
tangan lalu dipengaruhi oleh memegang
digosok-gosokkan, banyak hal bagian hidung,
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 73
Tangan…

mata dan pada wawancara sekunder


mulut. masyarakat di dan didapatkan dari
Selain itu Kelurahan pengisian dokumen
juga dapat Tanah kuesioner. Puskesmas
menyebark Kalikedinding Sedangkan Tanah
an atau RW II (RT 07 data Kalikedinding.
menularka dan RT 11) Populasi frekuensi
n bakteri Kecamatan pada penelitian variabel
kepada Kenjeran Kota ini adalah -variabel
orang lain. Surabaya. Hasil seluruh penelitian
Penyakit penelitian ini masyarakat di tersebut.Variab
infeksi diharapkan Kelurahan el Independent
biasanya bermanfaat Tanah tersebut adalah
terjangkit bagi Dinas Kalikedinding jenis kelamin,
melalui Kesehatan dan RW II (RT 07 umur,
kontak Puskesmas dan 11) pendidikan,
tangan ke Tanah Kecamatan pekerjaan,
tangan Kalikedinding Kenjeran Kota pengetahuan,
termasuk flu serta dapat Surabaya dengan sikap dan
dan dijadikan jumlah variabel
common sebagai sumber keseluruhan dependet adalah
cold. Pada informasi untuk populasi sebesar perilaku CTPS.
tangan menurunkan 839 jiwa dan
yang angka kejadian besar sampel
kurang ISPA dan Diare yang dipakai HASIL
bersih tidak di Kelurahan pada penelitian PENELITIAN
hanya dapat Tanah ini berjumlah 70
menyebabka Kalikedinding Analisa
orang yang univariat
n ISPA dan RW II (RT 07 ditentukan
diare tetapi dan RT 11) dilakukan untuk
berdasarkan mendeskripsika
juga dapat Kecamatan perhitungan
menimbulka Kenjeran Kota n dari setiap
rumus Slovin. variabel
n penyakit Surabaya. Sampel dipilih
terkait independen
dengan yaitu jenis
infeksi menggunakan
bakteri kelamin, umur,
METODE cara acak pendidikan,
Salmonella sederhana
dan E.coli Penelitian pekerjaan,
(simple random pengetahuan dan
(Lestari, ini
sampling). sikap sedangkan
2008). menggunakan
Waktu untuk variabel
Berdasarkan metode
penelitian dependen yaitu
uraian data deskriptif.
masalah dan dilakukan perilaku mencuci
Penelitian
penelitian selama 2 hari tangan
dilaksanakan
diatas, yaitu pada menggunakan
di Kelurahan
sehingga tanggal 08
Tanah
penelitian sampai 11
Kalikedinding
ini Februari 2016.
RW II (RT 07
berfokus Analisis
dan 11)
pada tujuan data yang
Kecamatan
untuk dilakukan secara
Kenjeran Kota
mengetahui univariat dimana
Surabaya.
faktor menjelaskan
Pengolahan
determinan karakteristik
data yang
perilaku masing-masing
digunakan
Cuci variabel
adalah data
Tangan penelitian
primer yang
Pakai dengan cara
diambil
Sabun menyusun
langsung
(CTPS) distribusi
dengan
74 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

Tabel 1. Umur yang terdapat Umur


Distribu Responden pada responden
si berdasarkan jenis Jumlah
Frekuen Karakteristik kelamin yang
si responden diperoleh sebagai Persentase
Berdasa berdasarkan berikut: (%)
rkan umur yang Pada tabel 1 26-35 tahun 17 24.3
Jenis diperoleh sebagai menunjukkan 36-45 tahun 15 21.4
Kelami berikut: bahwa jenis
Pada tabel 2 Umur Jumlah Persentase
n kelamin
Respon menunjukkan responden di 46-55 tahun 28 40.0
den di bahwa mayoritas Kelurahan Tanah 56-65 tahun 10 14.3
Kelurah umur responden Kalikedinding
di Kelurahan Total 70 100
an terdapat
Tanah Tanah perempuan
Kaliked Kalikedinding dengan sebesar
inding adalah lebih dari 45 orang (64,3%)
Tahun 30 tahun dengan dan sisanya 25 Pendidikan
2016 jumlah 38 orang Responden
Jenis (54,3%),
sedangkan umur Karakteristik
responden yang responden
dibawah 30 tahun berdasarkan
Jumlah
sebanyak 32 pendidikan yang
Persentase diperoleh sebagai
orang (45,7%).
(%) berikut: Pada
Kelamin tabel 3
Perempuan 45 Tabel 2. karakteristik
Laki-Laki 25 Distribu responden
si berdasarkan
Total 70 Frekuen pendidikan
si diketahui bahwa
Berdasa mayoritas
orang (35,7%) rkan mempunyai
adalah laki-laki Umur pendidikan SMP
sehingga Respon sebanyak 61 orang
mayoritas jenis den di (87,1%).
kelamin yang Kelurah
Tabel 3. Distribusi Tabel 5
terdapat pada an Frekuensi Distri
Kelurahan Tanah Tanah Berdasark busi
Kalikedinding Kaliked an Freku
adalah jenis inding Pendidika ensi
kelamin Tahun n Berda
perempuan. 2016 Responde sarka
sabun. Karakteristik subjek penelitian yang n n
Pendidikan/ Penge
berubah dari satu kelamin, umur, tahua
subjek ke subjek pendidikan, Jumlah n
lainnya adalah pekerjaan, Respo
Persentase
variabel. pengetahuan, (%) Lulus nden
(Hidayat, A aziz sikap dan di
Alimul, 2007) perilaku CTPS Kelur
Berdasarkan terdapat pada ahan
hasil penelitian tabel di bawah Tanah
yang diketahui ini. Kalik
distribusi edindi
responden Jenis ng
berdasarkan Kelamin Tahu
karakteristik n
meliputi jenis Karakteristik
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 75
Tangan…

20 16 n Kelur
SD Pengetahuan
33 47.2 Si ahan
Jumlah ka Tanah
SMP 28 40.0
Persentase (%) p Kalik
SMA 8 11.4 R edindi
es ng
D3 1 1.4 C po Tahu
Total 70 100 T
nd n
P
S en 2016
di
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
K Pekerjaan orang (74,3%) dan
u
Responde pengetahuan yang
r
a n di kurang sebanyak 18
n Kelurahan orang (25,7%).
g Tanah
Kalikedin
1 ding
8 Tahun
2016
2
5 Jenis Pekerjaan
. Jumlah
7 Persentase (%)
Baik 52 Karyawan Swasta 9
Total 70 IRT 20
Wiraswasta 40
PNS 1
1.4
Sikap Responden
Total 70
Pekerjaan Karakterist 100
Responden ik responden
Karakteristik berdasarkan
responden sikap yang
berdasarkan diperoleh hasil
sebagai berikut: Tingkat
pekerjaan yang
Pada tabel Pengetahuan
diperoleh hasil
sebagai berikut: 6 karakteristik Responden
Pada tabel 4 responden
Karakteristik
bahwa berdasarkan
responden
karakteristik sikap
berdasarkan
responden diketahui
pengetahuan yang
berdasarkan bahwa
diperoleh dari hasil
pekerjaan mayoritas
penelitian terdapat
mayoritas adalah mendukung
pada tabel sebagai
wiraswasta untuk perilaku
berikut:
sebanyak 40 CTPS sebanyak
Pada tabel 5
orang (57,1%) dan 65 orang
menunjukkan
pekerjaan yang (92,9%).
bahwa
paling sedikit yaitu karakteristik
sebagai PNS hanya responden
1 orang (1,4%). Tabel 6. berdasarkan
Distri pengetahuan
busi terhadap CTPS,
Freku mayoritas
ensi memiliki
Berda pengetahuan yang
sarka baik sebanyak 52
76 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

Sikap karakteristik masyarakat di demografi.


responden Kelurahan Dalam
Jumlah berdasarkan Tanah penelitian ini
Persentase perilaku Kalikedinding yang diteliti
(%)
diketahui RW II (RT 07 demografi (Jenis
Mendukung 65 bahwa dan 11) kelamin, umur,
92.9 mayoritas Kecamatan pendidikan,
Tidak Mendukung responden Kenjeran Kota pekerjaan),
7.1 tidak Surabaya. pengetahuan,
Total 70 berperilaku Penelitian ini sikap dan
100 baik dalam telah dilakukan perilaku.
CTPS kepada 70
sebanyak 54 responden.
orang (77,1%) Waktu Jenis
Perilaku dan responden dilakukannya Kelamin
dengan penelitian selama
Responden Pada
perilaku yang 2 hari yaitu pada
Kelurahan Tanah
Karakt baik sebanyak tanggal 08
Kalikedinding
eristik 16 orang sampai 11
RW II (RT 07
responden (22,9%). Februari 2016.
dan 11)
berdasarkan Hasil yang
Kecamatan
perilaku didapatkan dari
PEMBAHASAN Kenjeran Kota
yang kegiatan
Surabaya jenis
diperoleh Pada penelitian ini
kelamin
terdapat di penelitian yang sebagai berikut:
responden
dalam tabel telah mayoritas adalah
7 dibawah dilaksanakan di Karakteristi perempuan
ini: Kelurahan k Responden dengan jumlah
Pada Tanah 45 orang
Green
data tabel Kalikedinding (64.3%). Dalam
mengatakan
7 RW penelitian ini
bahwa, terdapat
Tabel 7. tiga hal yang perempuan
Distrib berpengaruh memiliki
usi II (RT 07 dan terhadap perilaku peranan penting
Frekue 11) Kecamatan kesehatan itu dalam
nsi Kenjeran Kota sendiri, maka berperilaku CTPS
Berdasa Surabaya akan karakteristik dikarenakan
rkan menjelaskan responden di kegiatan yang
Perilak faktor jelaskan biasanya
u determinan berdasarkan dilakukan oleh
Respon perilaku CTPS faktor seorang
den di dalam masyarakat pendorong, perempuan
Kelurah yang diuraikan faktor
an dari hasil pemungkin dan
Tanah penelitian. faktor penguat,
Kaliked Penelitian yaitu:
inding ini bertujuan
Tahun untuk Faktor
2016 mengetahui pendorong
gambaran antara (predisposing
Perilaku factors)
jenis kelamin,
umur, Yang
Jumlah
pendidikan, diwujud dalam
Persentase(%) jenis pengetahuan,
pekerjaan, nilai-nilai, sikap,
Baik
pengetahuan, keyakinan
Tidak Baik sikap dan kepercayaan dan
Total perilaku CTPS variasi
pada
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 77
Tangan…

seperti menjaga terhadap 175 mengalir dan banyak


kebersihan individu (95 menggunakan tersentuh dan
makanan agar wanita dan 80 sabun dengan menyentuh
terhindar dari pria) menyatakan benar pada perubahan
bakteri sebaiknya bahwa 61% penelitian ini sosial yang
sebelum dan wanita dan 37% ditemukan pada sedang
setelah memasak pria mencuci sebagian besar berlangsung.
melakukan CTPS tangannya, tanpa responden Pada usia
yang benar, adanya berumur ≥ 30 tersebut biasanya
kemudian dalam peringatan. tahun berjumlah dijadikan sasaran
melakukan Sedangkan 97% 38 orang dalam program
aktivitas wanita dan 35% (54,3%). pembangunan,
membersihkan pria mencuci Menurut seperti program
rumah serta dalam tangannya pada Sadli (2010), kesehatan, gizi
mengasuh bayi keadaan ada usia dewasa dan program
maupun anak tanda peringatan. muda paling Keluarga
agar tetap Hal ini diteli Berencana (KB).
menjaga juga oleh Van de Pada usia Pendidikan
kebersihan Mortel, et al dewasa akan lebih
tangan untuk (2001), di dalam Responden
mudah dalam
menghindari Critical Care memberikan Pada penelitian ini
penularan dan Unit (CCU) bimbingan dan mayoritas responden
penyebaran sebuah institusi arahan dalam memiliki pendidikan
penyakit atau pendidikan menjaga kesehatan pada tingkat menengah
bakteri kepada kedokteran dan serta menyadari pertama. Menurut
bayi maupun keperawatan di pentingnya Notoatmodjo (2007),
anak. Australia. menjaga kesehatan. respon seseorang
Jenis kelamin Dimana mereka Sejalan dengan terhadap suatu hal
juga dapat menemukan pendapat yang dipengaruhi oleh
mempengaruhi bahwa staf CCU diungkapkan tingkat pendidikan.
tahap cuci tangan wanita secara Nursalam (2007), Pada individu dengan
seseorang. Antara signifikan bahwa level pendidikan tinggi
laki- laki dan mencuci tangan kedewasaan dan akan memberikan
perempuan mereka lebih kekuatan setiap respon yang logis
terdapat sering dibanding individu akan lebih terhadap informasi
perbedaan staf pria setelah matang dalam yang datang dan akan
kebiasaan kontak dengan berpikir dan berpikir sejauh mana
mengenai pola pasien, dengan bekerja seiring signifikan didapatkan
hidup bersih. Hal nilai (p = dengan semakin dari hal tersebut.
tersebut juga 0,0001). bertambahnya Pendidikan
dapat Dalam umur. Karena merupakan
menyebabkan penelitian dengan bimbingan yang
perilaku cuci tersebut bertambahnya diberikan seseorang
tangan antara disimpulkan umur seseorang termasuk perilaku
laki-laki dan bahwa faktor tingkat kedewasaan seseorang terhadap
perempuan dapat jenis kelamin dalam berpikir pola hidup, terutama
berbeda. Dalam mempengaruhi semakin meningkat dalam memotivasi
penelitian tingkat cuci dan muncul sikap yang memiliki
Johnson, et al tangan, meskipun motivasi atau peran serta dalam
(2003) ini dapat berubah dorongan dalam perkembangan
memasang tanda pada grup profesi melakukan kesehatan. Semakin
peringatan yang tertentu. pekerjaan. Umur tinggi tingkat
mengingatkan merupakan salah kesehatan seseorang
orang untuk satu faktor risiko semakin mudah dalam
mencuci Umur alami yang menerima informasi
tangannya di Responden mempengaruhi sehingga makin
kamar mandi kesehatan banyak pola
Perilaku
umum. Dilakukan (Nilawati, 2008). pengetahuan yang
terhadap cuci
observasi dimiliki. Maka
tangan pada air
78 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

dalam penelitian Intensive pedagang 50 responden,


ini sesuai dengan Care Unit dimana dengan hasil
teori (ICU) dan sangat penelitian
Notoatmodjo, ICU bedah. menyita menunjukkan
dikarenakan Dari penelitian waktu bahwa
pendidikan pada tersebut sehingga pengetahuan
responden rendah diperoleh hasil kurang yang baik
membuat perilaku setelah memperha belum tentu
CTPS tidak baik. dilaksanakann tikan diri dapat membuat
Mubarak (2007), ya program dalam seseorang untuk
mengungkapkan pendidikan, menjaga berperilaku
bahwa tidak dapat kepatuhan dan kesehatan, cuci tangan
dipungkiri bahwa cara mencuci khususnya dengan benar.
semakin mudah tangan yang dalam hal Berdasarka
seseorang benar mencuci n penelitian
memahami mengalami tangan yang dilakukan
informasi perubahan setelah di Universitas
dipengaruhi oleh sedikit; ICU melakukan Newscastle,
tingkat pendidikan 14% (sebelum aktivitas Inggris, dengan
serta semakin diberikan tidak terlalu 300 sampel
bertambah pula pendidikan, diperhatika yang terdiri
informasi yang kepatuhan dan n. dari 150
diketahui dan cara mencuci Mubar sampel sibuk
sebaliknya. tangan yang ak (2007), dan 150 sampel
Pendidikan benar) dan mengatak tidak sibuk,
juga dapat 25% (sesudah an, ternyata
mempengaruhi diberikan lingkungan sebesar 26 %
perilaku cuci pendidikan, pekerjaan yang mencuci
tangan seseorang. kepatuhan dan membuat tangan benar
Hal tersebut cara mencuci seseorang pada sampel
didukung tangan yang mendapatk sibuk dan 67%
penelitian yang benar),ICU an pada sampel
dilakukan oleh bedah 6% pengalama tidak sibuk.
Larson, et al (sebelum) dan n dan (Tones dan
(1997), mengenai 13% (sesudah). informasi Tilford, 2001;
implementasi dari baik secara WHO 2005).
program langsung
intervensi edukasi Jenis Pekerjaan maupun
atau feedback tidak Tingkat
pada pasien di Berdasarka langsung. Pengetahuan
n hasil Sejalan
penelitian Berdasarka
dengan
mayoritas n hasil
penelitian
pekerjaan di penelitian,
Zuraidah,
Kelurahan sebanyak 52
Yeni
Tanah orang (74,3%)
Elviani
Kalikedinding memiliki
(2013),
RW II (RT 07 pengetahuan
yang
dan 11) yang baik
meneliti
Kecamatan tentang
tentang
Kenjeran Kota perilaku CTPS
hubungan
Surabaya dan terdapat 18
pengetahua
adalah orang (25,7%)
n dan sikap
wiraswasta yang memiliki
terhadap
sebanyak 40 pengetahuan
perilaku
orang (57,1%). kurang baik
mencuci
Pekerjaan tentang
tangan
wiraswasta perilaku CTPS.
dengan
terbanyak Dari
benar pada
adalah pengalaman
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 79
Tangan…

yang diperoleh, puskesmas Teori Bloom


perilaku yang (promotif dan setempat mengungkapkan
didasari oleh preventif). Dari (Kemenkes RI, bahwa domain
pengetahuan hasil survei 2014). penting untuk
ternyata akan Health Service Berdasarkan terbentuknya
lebih bertahan Program terdapat hasil penelitian, tindakan dan
lama 98 dari 100 tingkat penerimaan
dibandingkan orang Indonesia pengetahuan perilaku baru
dengan perilaku yang tidak terhadap yang
yang tidak mencuci tangan perilaku CTPS berladaskan
didasari oleh pakai sabun masyarakat pengetahuan
pengetahuan setelah buang termasuk tinggi bersifat long
(Notoatmodjo, air besar. yaitu sebesar lasting pada
2010). Sehingga tidak 74.2% namun seseorang
Pengetahua mengherankan pengetahuan adalah
n merupakan bila banyak bukan pengetahuan.
salah satu faktor warga Indonesia merupakan Sebaliknya,
yang yang masih faktor penentu apabila perilaku
mempengaruhi mengalami masyarakat itu tidak disadari
perilaku tentang diare untuk oleh
mencuci tangan, dikarenakan gaya berperilaku pengetahuan dan
mencuci tangan hidup yang tidak CTPS, sesuai kesadaran akan
merupakan suatu bersih maka dengan teori tidak berlangsung
perilaku meningkatkan Lawrence Green lama dan
kesehatan pengetahuan dalam berdasarkan teori
(Kustanty, 2013). tentang PHBS Notoatmodjo Rogers, yang
Berdasarka sangat (2010), yang menyebutkan
n data dari dibutuhkan mengatakan bahwa orang
WHO, perilaku dalam hal ini. terdapat beberapa yang sudah tahu
mencuci tangan Pengetahuan faktor yang (awarenes)
dengan sabun seseorang dapat mempengaruhi terhadap suatu
dapat diperoleh perilaku yaitu hal belum tentu
menurunkan melalui faktor dia akan
terjadinya kasus pendidikan, predispossing berperilaku
diare dan ISPA. pengalaman, (pengetahuan) yang benar
Terdapat hubungan sosial serta dipengaruhi sebelum yang
berbagai hal (lingkungan oleh faktor bersangkutan
yang sosial budaya), reinforcing serta melakukan
mempengaruhi paparan media faktor enabling. beberapa tahap
rendahnya masa (akses sampai pada
perilaku CTPS informasi) dan akhirnya dia
karena masih ekonomi mengadopsi hal
rendahnya (pendapatan). tersebut dengan
pengetahuan dan Sebagian besar tepat (Wawan,
kesadaran untuk responden 2011).
melakukan memiliki Dalam
perilaku CTPS pengetahuan penelitian Fajar,
yang benar. yang baik Nur Alam dan
Tangan mengenai perihal Misnaniarti
merupakan manfaat dan (2011), dimana
media penyalur resiko perilaku hasilnya
penyakit maka CTPS yang menunjukkan
dengan cuci diperoleh dari tidak ada
tangan yang penyuluhan pengaruh yang
merupakan hal kesehatan signifikan antara
mudah dan dimana di pengetahuan
murah dapat selenggarakan dengan perilaku
mengendalikan oleh pelayanan cuci tangan pakai
risiko penyakit kesehatan sabun. Menurut
80 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

Green ada suatu hal. responden, bahwa suatu sikap


beberapa hal yang sebagian besar belum pasti terealisasi
mempengaruhiny responden dalam suatu tindakan
a yaitu Sikap mendukung akan (over behavior). Untuk
kepercayaan, Responden perilaku CTPS mengimplementasikan
kebiasaan, nilai- (Wawan, 2011). sikap menjadi suatu
Berdasarkan
nilai, faktor sosio- Terdapat 10 tindakan nyata
hasil penelitian
demografi, Indikator PHBS dibutuhkan suatu
mayoritas sikap
lingkungan fisik dimana salah kondisi yang
di Kelurahan
dan sarana satunya adalah memungkinkan,
Tanah
(Maulana, 2009). mencuci tangan misalnya adalah
Kalikedinding
Lingkungan dengan air bersih fasilitas.
RW II (RT 07 dan
kehidupan juga dan sabun sebelum Disamping faktor
11) Kecamatan
dapat dan sesudah pemungkin, juga
Kenjeran Kota
memberikan makan, sesudah dibutuhkan faktor
Surabaya adalah
pengalaman buang air besar pendukung (support)
mendukung
tentang berbagai (BAB) dan buang yang di dapatkan dari
sebanyak 65
hal terhadap air kecil (BAK). pihak lain. Dari hasil
orang (92,9%)
setiap individu, Keberdayaan penelitian terdapat
dan yang tidak
contohnya buku masyarakat yang 92.8% mendukung
mendukung
petunjuk, media sadar, mau dan perilaku CTPS tetapi
dilakukannya
massa, media mampu terdapat 77.1%
perilaku CTPS
elektronik, mempraktekkan masyarakat
sebanyak 5 orang
media poster, perilaku hidup berperilaku tidak
(7,1%).
kerabat dekat bersih dan sehat mencuci tangan
Sikap
dan petugas dimana faktor menggunakan sabun.
merupakan
kesehatan yang perilaku secara Memahami sikap dan
sebagian dari
mengadakan teori mempunyai perilaku manusia
perilaku manusia.
kegiatan bagian sebesar 30- merupakan aspek yang
Didalam suatu
kesehatan. 35% terhadap sangat penting dalam
pembentukkan
Kegiatan derajat kesehatan, pengungkapan
atau perubahan,
kesehatan yang serta perilaku (assesment) atau
terdapat beberapa
mendidik yaitu memberikan pengukuran
hal yang
penyuluhan dampak yang (measurement) sikap.
mempengaruhi
kesehatan yang cukup besar Hal itu merupakan
perilaku baik dari
memberikan dan terhadap derajat respons evaluatif yang
internal individu
jangkauan yang kesehatan maka dapat berbentuk suatu
yaitu susunan
luas terhadap dibutuhkan dampak baik atau
saraf pusat,
pengalaman, bermacam upaya buruk (Wawan, 2011).
motivasi dan
sehingga dari untuk merubah
emosi sedangkan
bermacam perilaku menjadi
dari eksternal
kegiatan tersebut sehat, salah
individu seperti
dapat satunya melalui
lingkungan
memperoleh program Perilaku
(Wawan, 2011).
informasi tentang Hidup Bersih dan
Sikap adalah perilaku. Sikap dapat Sehat (PHBS)
suatu reaksi diukur dengan dua (Kemenkes RI,
tertutup, bersifat cara yaitu langsung 2014).
intagible, dan tidak langsung. Berdasarkan
merupakan Menanyakan data dari penelitian,
kesiapan atau bagaimana opini hasil dari penelitian
kesediaan untuk atau pertanyaan menunjukkan
bertindak. Sikap responden terhadap bahwa masyarakat
belum merupakan suatu objek merupakan bersikap
suatu tindakan cara langsung, dalam mendukung
akan tetapi penelitian ini berperilaku CTPS.
merupakan dilakukan pertanyaan Notoatmodjo
predisposisi mengenai perilaku (2010),
tindakan atau CTPS terhadap mengungkapkan
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 81
Tangan…

Penilai responden pengukuran yang dapat


an yang berperilaku perilaku dilakukan
bisa berupa CTPS tetapi yang paling untuk
pendapat dalam baik adalah menurunkan
seseorang penelitian ini secara angka kejadian
terhadap masih langsung, diare dan ISPA
stimulus dan dibutuhkan yakni yaitu perilaku
objek dalam kesadaran dengan cuci tangan
hal ini individu dalam pengamata pakai sabun.
adalah terwujudnya n Salah satu
masalah perilaku CTPS (observasi) tindakan
kesehatan, dikarenakan yaitu dengan
termasuk masih mengamati membersihkan
penyakit rendahnya tindakan tangan dan jari
yang perilaku CTPS dari subjek jemari
diketahui pada dalam menggunakan
merupakan masyarakat rangka air dan sabun
sikap. Kelurahan memelihara oleh manusia
Setelah Tanah kesehatanny untuk menjadi
responden Kalikedinding. a. Metode bersih dan
mengetahui tidak memutuskan
mengenai langsung mata rantai
bahaya Perilaku adalah kuman yang
tidak Responden dengan disebut
mencuci menggunak mencuci tangan
Pada
tangan an dengan sabun.
penelitian ini
(melalui mengingat Hasil
terdapat
pengalaman kembali penelitian ini
perilaku CTPS
, pengaruh (recall), didukung oleh
yang tidak baik
orang lain, (Notoatmod penelitian
sebanyak 54
media jo, 2010). Burton, Cobb,
orang (77,1%)
massa, World Donachie,
dan yang
lembaga Health Judah, Curtis
berperilaku
pendidikan, Organizati dan Schmidit
baik dengan
emosi), on (WHO) (2011) dan
mencuci tangan
proses melakukan Pickering,
pakai sabun
selanjutnya sebuah Boehm,
sebanyak 16
akan penelitian Mwanjali dan
orang (22,9%).
menilai yaitu upaya Davis (2010),
Sesuatu yang
atau menunjukkan sekolah dasar
paling penting
bersikap bahwa cuci maupun rumah
dalam
terhadap tangan dengan sebagai sarana
mewujudkan
kegiatan menggunakan untuk cuci
perilaku
mencuci sabun lebih tangan juga
kesehatan
tangan efektif dalam sudah baik.
adalah masalah
tersebut, memindahkan Semakin
pembentukan
dengan kuman baik ketersediaan
dan proses
adanya dibandingkan sarana cuci
perubahan
pengetahua dengan cuci tangan pakai
perilaku.
n yang baik tangan hanya sabun (CTPS)
Pengukuran
serta sikap dengan pada setiap
atau cara
yang menggunakan rumah akan
mengamati
mendukung air. Penelitian ini semakin baik
perilaku
terhadap juga CTPS pada ibu
terdapat dua
perilaku menunjukkan rumah tangga
cara yaitu,
CTPS bahwa untuk
secara
diharapkan penyediaan menghindari
langsung
mampu sarana air bersih penyakit diare
maupun secara
membuat baik itu di dan ISPA. Hal
tidak langsung,
82 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

ini sejalan sikap terhadap fasilitas Dalam


dengan penelitian perilaku mencuci kesehatan bagi penelitian ini
Ambarwati tangan dengan masyarakat. tenaga kesehatan
dalam Utami benar pada kelas Dalam penelitian telah
(2010) yang V SD, hasil ini responden memberikan
tertulis dalam analisis yang memiliki air penyuluhan
penelitiannya menyatakan bersih yang perilaku hidup
bahwa tidak ada bahwa mencukupi dan bersih dan sehat
pengaruh yang sebanyak 50 tempat untuk yang dilakukan
bermakna pada responden yang mencuci tangan. pada saat
perilaku cuci mencuci tangan Namun hal posyandu balita,
tangan oleh dengan benar tersebut masih lansia dan saat
kelompok yang adalah 41 belum dapat pelayanan di
menyatakan responden merubah atau puskesmas.
sarana tidak dengan mendukung
memadai dengan pengetahuan masyarakat
kelompok yang baik dan dari dalam
menyatakan hasil analisisnya SIMPULAN
berperilaku
sarana memadai. mengatakan CTPS. Hasil
Dalam bahwa ada penelitian dapat
kehidupan hubungan Faktor penguat disimpulkan
sehari-hari pengetahuan (reinforcing dalam hal-hal
perilaku dapat dengan perilaku factors) sebagai berikut:
dipengaruhi mencuci tangan Karakteristik
pakai sabun pada Yang
karena adanya responden pada
kelas V sekolah realisasinya
persepsi. penelitian ini
dasar. dalam sikap dan
Stimulus yang menggambarkan
perilaku tenaga
diperoleh oleh Woodhwort jenis kelamin,
kesehatan yang
seseorang h mengatakan umur,
merupakan
memiliki bahwa motivasi pendidikan, jenis
panutan dari
perbedaan maka atau dorongan pekerjaan,
perilaku
menimbulkan akan pengetahuan,
masyarakat,
suatu persepsi menciptakan sikap dan
sehingga
yang berbeda sebuah perilaku. perilaku.
promotif dan
antar individu Dengan Responden
preventif
(Satriadi, 2011). dorongan terbanyak
kesehatan yang
Sedangkan John tersebut, akan perempuan
efektif adalah
Ivancevich memberikan sebanyak 45
meningkatkan
(2006), suatu keyakinan orang (64.3%),
promosi
mengatakan ada terhadap dengan rentan
kesehatan yang
hubungan antara seseorang umur 45-55 tahun
berkelanjutan dan
persepsi dengan untuk sebanyak 28
membuat
perilaku, dimana melakukan orang (40%),
pelatihan bagi
individu melalui perilaku lulus
tokoh
tindakan, bahasa tersebut. pendidikan SMP
masyarakat,
tubuh, dan cara (Wawan, 2011). sebanyak 28
kader dan tenaga
bicara, berusaha orang (40%),
Faktor kesehatan, agar
menciptakan pekerjaan
pemungkin sikap dan
suatu kesan wiraswasta
(enabling perilaku petugas,
tertentu dalam sebanyak 40
factors) kader dan tokoh
persepsi orang orang (57.1%),
masyarakat dapat
lain. Yang terjadi pengetahuan
menjadi teladan
Namun tidak dalam yang baik
atau acuan bagi
sesuai dengan lingkungan fisik, tentang CTPS
masyarakat
penelitian terdapatnya sebanyak 52
tentang perilaku
Zuraidah sarana dan orang (74.3%),
hidup bersih dan
(2013), dalam prasarana atau sikap dan
sehat
hubungan perilaku dalam
(Notoatmodjo,
pengetahuan dan penelitian
2010).
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 83
Tangan…

menunjukkan 65 mencuci tangan contamination United


orang (92,9) dengan benar dan of hands. Int. J. States. Vol
mendukung memakai sabun Environ. Res. 18.
dalam CTPS ditentukan oleh Public Health, No:4:08-
namun dalam perilaku diri 8, 97–104. CR- 0002
pelaksanaan sendiri dalam doi:10.3390/ijer Fajar, N. 2011.
CTPS mayoritas menjaga ph8010097 Hubungan
responden tidak kesehatannya, Desiyanto., & Pengetahua
berperilaku baik serta Djannah.2013. n dan Sikap
dalam CTPS menunjukkan Efektifitas terhadap
sebanyak 54 bahwa peran sikap Mencuci perilaku
orang (77,1%). dalam perilaku Tangan Cuci
Penelitian CTPS merupakan Menggunakan Tangan
ini dukungan dalam Cairan Pakai Sabun
me ngamba rka n tercapainya Pembersih Pada
determinan perilaku CTPS Tangan Masyarakat
yang benar. Antiseptik Di Desa
Kesehatan Mengupayakan (Hand Senuro
dengan perilaku evaluasi dan Sanitizer) Timur.
memiliki monitoring secara Terhadap Jurnal
hubungan yang berkala pada setiap JumlahAngka Pembangu
berkesinambung program kegiatan Kuman, Jurnal nan
an, seseorang CTPS di masyarakat. Kesehatan Manusia,
yang sehat akan Melibatkan lintas Masyarakat,V Vol.5, No.
terlihat dari sektor dalam setiap ol.2 No.2. 1, Tahun
perilaku yang sehat program kegiatan Green, L.1980. 2011
pula. Sesuai CTPS di masyarakat. Health Machfoedz, I.,
dengan hal tersebut Untuk masyarakat Education Suryani.
maka perilaku yang di Kelurahan Tanah Planning–a 2008.
sehat akan Kalikedinding Diagnostic Pendidikan
menggambarkan hendaknya menjaga Approach . Kesehatan
seseorang yang perilaku hidup bersih Mayfield Bagian
memiliki kualitas melalui kegiatan Publishing Co, Dari
hidup baik. CTPS, sebaiknya johns Hopkins Promosi
Sehingga perlu di dilakukan sebelum dan University, Kesehatan.
tingkatkan sesudah melakukan Boston. Fitramaya:
kesadaran kegiatan. Grayson et al . Yogyakarta
masyarakat dalam Bagi peneliti 2009. Efficancy Kemenkes -
perilaku CTPS. selanjutnya Of Soap And Direktorat
disarankan untuk Water And Penyehatan
meneliti tentang Alchol Based Lingkungan
variabel lainnya yang Hand Rub. . 2013.
SARAN
dapat mempengaruhi Buku
Disarankan perilaku mencuci Panduan
hal-hal sebagai tangan dengan sabun Penyelengg
berikut kepada misalnya motivasi. araan
pemberi pelayanan Kegiatan
kesehatan seperti HCTPS
puskesmas DAFTAR Sedunia
setempat : 2013. Dirjen
Mengupayakan PUSTAKA Pengendalia
kegiatan Burton, M., Cobb, E., n Penyakit
penyuluhan secara G,Curtis, V dan
terprogram dan Donachie, P., Penyehatan
berkelanjutan Judah., Schmidit, Lingkungan
dalam mewujudkan W. 2011. The effect . Jakarta.
perilaku CTPS of handswashing Kemenkes,
secara merata di with water or soap R.I.
setiap daerah. on bacterial 2013.Profil
84 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

Kesehat Perilaku with 270–278.


an CTPS, handwa Doi : 10.
Indonesi Skripsi shing 4269/ajtmh.
a.Jakarta Universitas with 2010.
Kemenkes, Katolik soap : a 09–0220
R.I. Soegijapran field Sadli, S.2010.
2014.Pr ata study in Pemikiran
ofil Maulana, H. 2009. Dar es Tentang
Kesehat Promosi Kesehatan. Salaam. Kajian
an Jakarta: EGC Tanzani Perempuan.
Indonesi Notoadmodjo, a Am. J. Jakarta: PT
a.Jakarta S. 2010. Trop. Kompas
Kustantya, Promosi Med. Media
N. 2013. kesehatan Hyg. 82 Nusantara
Karakter teori dan (2).
istik aplikasi. Kumar, S., Sebastian. 2011. “Does
Keluarg Jakarta: improved sanitation reduce diarrhea in
a Rineka Cipta children in rural India?. Journal of
tentang . Harvard School of Public Health.
Perilaku Notoadmodjo, Undang-Undang Republik Indonesia No.
Hidup S. 2010. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Bersih Ilmu Utami, W. 2010. Faktor-Faktor Yang
dan perilaku Berhubungan Dengan Kebiasaan Cuci
Sehat kesehatan. Tangan Pakai Sabun Pada Masyarakat
(PHBS) Jakarta: Di Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas
pada Rineka Kabupaten Sumedang Tahun 2010.
Tatanan Cipta.
Rumah Palancoi, NA.
tangga 2014.
di Desa Hubungan
Karanga pengetahuan
sem. dan
Jurnal lingkungan
gaster, dengan
Vol. 8, diare akut
No. 2 pada anak di
Larson, et kelurahan
al.1997; pabbunduka
Efficanc ng
y Of kecamatan
Soap pangkajan
And e
Water. kabupaten
Res.Publ pangkep.
ic Jurnal
Health, Kesehatan.
8, 97– Volume
104. VII. No 2/2014
doi:11.3 Pickering, A.J,
390/ijer Mwanjali,
ph80110 M,
77 Boehm,A.B
Lestari, D. & Davis, J.
2008. 2010.
Metode Efficacy of
Exposit waterless
ory hand
Teaching hygiene
terhadap compared
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci 85
Tangan…

Wawan. 2011. Teori dan Pengukuran


Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika : Yogyakarta
WHO. 2005. A Lively and Healthy Me,
diakses tanggal 10 April 2016 pukul
12.30
Zuraidah, Y. 2013. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Dengan Perilaku Mencuci
Tangan Dengan Benar Pada Siswa SD
Kota Lubuklinggau Tahun 2013. Jurnal
fakultas keperawatan. Politeknik
Kesehatan Palembang

Faktor Perilaku
Cuci Tangan
Pakai Sabun
(CTPS) di SMP

Bambang Murwanto
Jurusan
Kesehatan
Lingkung
an,
Politenik
Kesehatan
Tanjungka
rang
Email:
bamurwan
to@yahoo
.co.id

Abstract: Factors of
Handwashing Behavior with
Soap in Junior Secondary
Schools. Riskesdas (2013),
Diarrhea is the number one cause
of death in infants (31.4%),
children under five (25.2). Whereas
in all age groups is a cause number
four, or 13.2%. Various factors
affect the disease Diarrhoea among
the factors of health behavior,
especially the behavior of
Handwashing with Soap that has
been campaigned, both from the
national level. As well as health
offices District/City through PHC,
especially in schools, including
junior high school. The problem is
to what extent the role of behavior
Handwashing with Soap and the
factors associated with it in school
children. The purpose of this study
was to determine the role of factors
related to the behavior
Handwashing with Soap, in junior
high schools. This research method
was quantitative observational with
86 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–
81

a cross sectional approach, with Peranan Teman Sekolah yang


research time the months of April mempunyai hubungan bermakna
to July 2016. The study population terhadap Perilaku CTPS, dan
was all students of SMP Negeri 1 variabel Peranan Teman Sekolah
Penengahan, South Lampung, hubungan yang paling dominan.
2016. Samples were taken by a
proportional random sampling of Kata kunci: Perilaku, Cuci Tangan Pakai
156 junior high school students. Sabun (CTPS), Diare
Subjects were children of class VII
and Class VIII. The results of the
study are of most variables are Pembangunan
good (> 50%), except for the kematian nomor
kesehatan yang satu pada bayi
variable perception and the Role of
merupakan bagian (31,4%) dan pada
Health who are poor (<50%), and
the only variable values, Role of dari pembangunan balita (25,2%),
Teachers and the Role of Friends manusia, mempunyai sedangkan pada
Schools that have a relationship sasaran peningkatan semua golongan
significant overall Handwashing derajat kesehatan umur penyebab
Behavior and Role of School yang berujung pada kematian nomor
Friend variable most dominant peningkatan Umur empat (13,2%).
relationship. Harapan Hidup dan Menurut Riskesdas
memberi konribusi 2013, insiden diare
Keywords: Behavior, Handwashing by Soap, pada pada hasil
Diarrhea pada semua
manusia seperti kelompok umur
Abstrak: Faktor Perilaku Cuci
disebutkan di atas. mencapai 3,5%
Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Salah satu (rentang menurut
SMP. Riskesdas 2013, penyakit permasalahan status provinsi 1,6%-
Diare merupakan penyebab kesehatan di atas 6,3%), insiden diare
kematian nomor satu pada bayi adalah masalah pada balita sebesar
(31,4%), balita (25,2), pada semua penyakit Diare 6,7% (rentang
kelompok umur nomor empat karena penyakit menurut provinsi
(13,2%). Berbagai faktor yang merupakan salah satu
mempengaruhi penyakit Diare 3,3%-10,2%).
faktor kematian bayi Sedangkan periode
diantaranya faktor perilaku dan balita di negara-
kesehatan terutama perilaku Cuci prevalence diare
negara berkembang pada semua
Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang
telah dikampanyekan, dari tingkat termasuk Indonesia. kelompok umur
pusat maupun Dinas Kesehatan Di Indonesia menurut berdasarkan gejala
Kabupaten/Kota melalui Riskesdas 2013, sebesar 7% dan
Puskesmas, terutama di sekolah- Diare merupakan pada balita 10,2%,
sekolah, termasuk tingkat SMP. penyebab (Kementerian
Permasalahannya adalah sampai
Kesehatan, 2014).
seberapa jauh peranan perilaku
CTPS dan faktor-faktor yang
Walaupun periode
berhubungan dengannya pada anak prevalence diare
sekolah. Tujuan penelitian, untuk pada semua
mengetahui peranan faktor-faktor kelompok
yang berhubungan dengan perilaku
CTPS, di SMP. Metode Penelitian 269
kuantitatif observasional dengan
pendekatan Cross Sectional, waktu
penelitian antara April-Juli 2016.
Populasi seluruh murid SMP
Negeri 1 Penengahan, Kec.
Penengahan, Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2016. Sampel
diambil secara Proposional
Random Sampling sebesar 156
orang murid. Subyek, adalah murid
kelas VII dan Kelas VIII. Hasil
penelitian, sebagian besar variabel
bersifat baik (>50%), kecuali
variabel Persepsi dan Peranan
Petugas Kesehatan yang bersifat
buruk (<50%), dan hanya variabel
Nilai- nilai, Peranan Guru dan
umur berdasarkan gejala tingkat Propinsi yang memengaruhinya yaitu Predesposing
Lampung mencapai 3,7% (Kementerian Factors (Faktor-faktor yang mempermudah),
Kesehatan, 2013), namun tingkat Incidence Rate Enabling Factors (faktor-faktor pemungkin) dan
(IR) kecenderungannya semakin meningkat. Reinforcing Factors (Faktor-faktor penguat).
Tahun 2005 sebesar 9,8/1000 penduduk Tujuan penelitian, untuk mengetahui
menjadi 21,4/1000 penduduk tahun 2013. gambaran dan hubungan faktor-faktor
Sedangkan IR Kabupaten Lampung Selatan tahun determinan CTPS dengan CTPS pada anak
2013 termasuk tertinggi kedua setelah Kab. sekolah SMP.
Pesawaran, mencapai 32,9/1000 penduduk
(Pemerintah Provinsi Lampung, 2013).
Sedangkan IR menurut kasus Diare yang METODE
ditangani dari semua wilayah UPT Puskesmas
rata-rata 2,5/100 penduduk, tertinggi di Wilayah Penelitian ini bersifat kuantitatif
UPT Puskesmas Penengahan 5,7 dalam 100 observasional dan pendekatan Cross Sectional.
penduduk dan terendah di UPT Puskesmas Rawat Waktu penelitian, bulan April-Juli 2016, dengan
Inap Ketapang (0,6/100 penduduk) tahun 2014 lokasi di Kecamatan Penengahan, Kabupaten
(Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan; 2014). Lampung Selatan.
Menurut HL. Blum determinan faktor yang Populasi penelitian ini, seluruh murid
cukup besar peranannnya adalah faktor perilaku SMP Negeri I Penengahan, kelas VII dan kelas
kesehatannya (Blum, HL., 1983). Beberapa VIII berjumlah 655 orang, dengan sampel 250
faktor-faktor perilaku yang beresiko terhadap orang.Teknik pengambilan sampel, Proportional
terjadinya penyakit Diare adalah perilaku sanitasi Random Sampling menurut kelas.
(kesehatan lingkungan) yang merupakan bagian
dari Perilaku Kesehatan (Notoadmodjo,S.,
2010). Salah satu bentuk Perilaku Sanitasi yang HASIL
dimaksud salah satunya Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS). Perilaku Cuci Tangan A. ANALISIS UNIVARIAT
Pakai Sabun merupakan Perilaku Hidup Bersih
Tabel 1. Gambaran Distribusi Variabel
dan Sehat (PHBS) pada beberapa tatanan
Dependen dan Variabel Independen
diantaranya Tatanan Rumah Tangga, Tatanan Variabel Kriteria hasil Hasil (%)
Sekolah, Tatanan Institusi Pelayanan Kesehatan, Baik 55,9
Perilaku CTPS
atau dengan kata lain Perilaku Cuci Tangan Buruk 44,1
Pakai Sabun menjadi bentuk PHBS yang sangat Baik 80
Pengetahuan CTPS Buruk 20
penting. Mendukung 46,5
Menurut Organisasi kesehatan Dunia Sikap terhadap CTPS K.Mendukung 53,5
(WHO) setiap tahunya 100 ribu anak Indonesia Baik 37
Perpsepsi terhadap CTPS Buruk 63
meninggal karena penyakit Diare, dan Cuci
Baik 64,8
Tangan Pakai Sabun dapat mengurangi angka Citra Diri tentang CTPS Buruk 35,2
kejadian penyakit Diare sampai 47%, namun Baik 58
tingkat kesadaran masyarakat untuk Cuci Nilai-nilai terhadap CTPS Buruk 42
Tangan Pakai Sabun baru mencapai rata-rata Kepercayaan tentang Baik 63,7
12% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). CTPS Buruk 36,3
Ketersedian Tempat cuci Tersedia 88
Program CTPS aplikasinya, lebih difokuskan di Tdk tersedia 12
Tangan
sekolah melalui proram Usaha Kesehatan Kemudahan Mendapat Mudah 93
Sekolah (UKS) dan yang terbanyak pada sekolah Tempat CTPS Sulit 7
tingkat dasar (Sekolah Dasar). Penelitian ini Peran Guru terhadap CTPS
Baik 56,4
dilakasanakan di tingkat sekolah menengah Buruk 43,4
Peran Orang Tua terhadap Baik 71
pertama atau SMP, karena untuk mengetahui Buruk 29
CTPS
(mengevaluasi) kegiatan CTPS ditingkat SD Peran Petugas Kesehatan Baik 46,9
sampai seberapa pencapaian pada tingkat pasca terhadap CTPS Buruk 53,1
SD atau di tingkat SMP. Selain itu masa SMP Peran Teaman-teman Baik 70,7
dalam masa pertmbuhan fisiologis dan psikologis Sekolah terhadap CTPS Buruk 29,3
yang pesat dan maksimal (Kementerian
Kesehatan, 2014). Dengan memperhatikan tabel 1, diketahui
Permasalahan penelitian ini adalah masih dari 12 Variabel Independen, sebagai besar
rendahnya Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (9 variabel) bernilai positif yaitu Pengetahuan,
(CTPS), dan bagaimana peranan faktor-faktor Citra Diri, Nilai-nilai, Kepercayaan, Ketersedian
Tempat CTPS, Orang Tua dan Peran
Kemudahan Teman- teman Sekolah
mendapatkan CTPS, dengan Range nilai
Peran Guru, Peran persentase mulai dari
56,4% sampai 80%. vasiabel tergantung
Variabel yaitu Perilaku Cuci
independen yang nilai Tangan Pakai Sabun
positifnya kurang dari (CTPS) dengan
50%, yaitu variabel variabel-variabel
Sikap, Persepsi dan bebas (Independen
Peran Petugas Variabel), dengan
kesehatan, (37% - indikator nilai
46,9 %). P
signifikansi yaitu p- a
value, dengan OR d
B. ANALISIS 95%, bila nilai p- a
BIVARIAT value <0,05 maka ada Tabel
hubungan bermakna 2
Tabel 2. Hubungan (Signifikan), dan bila
Variabel Independen nilai p-value > 0,05 ,
dengan mengambarkan
maka tidak ada s
Variabel
Variabel Dependen OR
hubunganP-V bermakna
Signifikansi
(CTPS) Bebas (95%) e
(Tidak Signifikan).
1,482 (0,804- Tidak c
Pengetahuan 0,267
Berdasarkan
2,730) Signifikan a
Sikap tabel 0,128
1,519 (0,923- 2 di Tidakatas, r
2,500) Signifikan
diketahui hanya tiga a
1,065 (0,639- Tidak
Persepsi variabel independen
1,777) 0,910
Signifikan
yang
1,092 (0,652- mempunyai
Tidak r
Citra Diri 0,838
hubungan
1,830) bermakna
Signifikan i
1,772 (1,072-
(Signifikan) dengan
Nilai-nilai 2,931) 0,035 Signifikan n
perilaku CTPS g
1,310 (0,785- Tidak
Kepercayaan murid
2,186) SMP,
0,367 yaitu
Signifikan k
Ketersedian Variabel Nilai-nilai,
1,895 Tidak a
0,141
Tempat CTPS (0,885-4,055)
Peran GuruSignifikandan s
Kemudahan Peran Teman-teman
0,493 (0,160- Tidak
mendapatkan 0,229
Tempat CTPS Sekolah.
1,340) Signifikan h
Peran Guru
1,791
0,031 Signifikan a
C. ANALISIS
(1,085-2,956) s
Peran Orang 1,691 (0,983- MULTIVARIATTidak
Tua 2,908) 0,077 Signifikan i
Peran Petugas 0,774 (0,472- Tidak l
Kesehatan 1,269) Dalam Signifikan
0,373 rangka
Peran Teman mendapatkan
2,493 (1,436- h
4,326) 0,002 Signifikan
Sekolah gambaran hubungan u
beberapa variabel b
independen secara u
bersama-sama n
dengan satu variabel g
dependen (Hastono, a
SP., 2007), maka n
dilakukan teknik
analisis Regresi s
Logistik Berganda e
dengan menggunaan c
Model Prediksi dan a
dilakukan secara r
bertahap yaitu a
analisis Seleksi
Bivariat, dan s
Pemodelan t
Mutivariat. a
Hasil akhir t
analisis multivariat i
dapat dilihat pada s
tabel 3 berikut : t
i
k WP., et al., 2009). variabel di atas (9
Demikian pula terjadi Variabel).
a di sekolah-sekolah Dapat diasumsikan
n pemerintah di pedesaan pula bahwa Perilaku Cuci
t Andhra Pradesh India, Tangan Pakai Sabun
a bahwa tingkat seperti tersebut di atas
r pengetahuan murid disebabkan oleh
a tentang cuci tangan perbedaan persepsi buruk
Tabel 3. Hasil Pemodelan Akhir Variabel yang cukup tinggi, (>90%), yang mungkin juga
Berhubungan dengan Perilaku CTPS namun perilaku CTPS disebabkan oleh
Variabel B S.E Wald df hanya 40% (Takalkar, kurangnya peran petugas
AA., et al., 2013). kesehatan memberi
Nilai .521 .271 3.690 1 Dari analisis penyuluhan tentang Cuci
TCTPS .403 .410 .967 1 Angket, rerata jawaban Tangan Pakai Sabun.
Rangu .318 .283 1.270 1
pertanyaan tidak
Ranmansek .702 .307 5.217 1
Rantu .243 .295 .678 1
maksimal yaitu 3. 1. Pengetahuan
Rerata tertinggi pada Tentang nilai
pertanyaan 4 dan rerata pertanyaan
Berdasarkan tabel 3 PEMBAHASAN terendah pada Pengetahuan Cuci
tersebut, diketahui
pertanyaan 3. Hal ini Tangan Pakai Sabun
ternyata setelah Perilaku Cuci Tangan sekaligus belum maksimal, pada
dilakukan analisis Pakai Sabun menggambarkan bahwa pertanyaan nomor 6 pada
bersama terhadap
mencuci tangan pakai Angket
variabel independen Perilaku Cuci sabun hanya saat
yang memenuhi Tangan Pakai Sabun setelah Buang Air
kriteria analisis sebesar 55,9% Besar (BAK), di
multivariat, diketahui tidaklah terlalu negara- negara Asia
hanya variabel nilai- besar walaupun Tenggara hanya 26,5%
nilai dan variabel didukung sebagian (after toileting)
peran teman disekolah besar variabel yang (Peltzer., K., dan
yang secara statistik mempunyai nilai Pengpid., S., 2014).
menunjukkan positif (atas 50 %), Dengan
hubungan signifikan. seperti juga terjadi demikian dapat
SD Negeri 03 disimpulkan bahwa
Kertajaya, masih relatif rendahnya
Padalarang yaitu Perilaku Cuci Tangan
hanya 52,4% Pakai Sabun di
(Saptiningsih, M., sebagian besar
dkk, 2013). Bahkan komunitas seperti yang
pada anak Pra disebutkan di atas.
Sekolah di Wilayah
Puskesmas Pajang, Faktor-Faktor
Surakarta hanya 21% K., dan Pengpid., S., Predisposisi
(Listiyorini, W., dkk., (2014). Demikian pula
2012). Hasil di Dhaka, Bangladesh, Bila dilihat satu-
Riskesdas 2013, kegiatan mencuci persatu pada Tabel 1
perilaku cuci tangan tangan saja hanya hanya variabel Sikap,
yang benar juga 12,6% dan Persepsi dan Peran
masih rendah yaitu menggunakan sabun Petugas Kesehatan
hanya 23,2% hanya 3,7% (Luby., yang mempunyai nilai
(Pusdatin, 2015). Di SP., et al, 2010). negatif yaitu nilai yang
Burundi juga hanya Di lingkungan bersifat positif hanya
mencapai 66% pelajar pada universitas dibawah 50% (Persepsi
(Simetz, E., et al., (mahasiswa) cuci baik 37% dan Peran
2016). Gerakan CTPS tangan yang Petugas Kesehatan
di sekolah juga tidak meggunakan sabun di 47%). Itu daat
terlalu baik seperti Ghana hanya 20% diasumsikan bahwa
yang terjadi di (Mariwah, S., et al., Perilaku Cuci Tangan
negara-negara Asia 2012), Di Kenya Cuci Pakai Sabun yang
Tenggara yang di Tangan Pakai Sabun hanya 55,9% didukung
laporkan oleh Peltzer., hanya 25% (Schmitdt., oleh sebagian besar
Pengetahuan, yaitu mendukung kurang Pakai Sabun. menyeluruh (Berger,
dengan nilai mendukung atau Demikian pula B., 2013).
maksimal 1, yang negatif atas kegiatan terjadi di sekolah Kesalahpahaman
menggambarkan Cuci Tangan Pakai perawat East tentang Cuci Tangan
bahwa setiap Sabun. Demikian Tennessee State Pakai Sabun juga
mencuci tangan pula terjadi di University USA, terjadi di kalangan
tidak memakai Burundi Affective bahwa batasan yang pelajar/mahasiswa
sabun. Nilai ini Beliefs mencapai jelas tentang Cuci kedokteran di
cukup ekstrem 76% (Simetz, E., et Tangan Pakai Sabun Malaysia (Al-Naggar,
tentang gambaran al., 2016). Demikian yang baik dan benar RA., Al- Jashamy, K.,
pengetahuan pula di Turki seperti belum mereka 2013).
tentang Cuci yang dilaporakan pahami secara
Tangan Pakai oleh Tuzun., H. Et 4. Citra Diri yaitu 3,4 dan yang paling
Sabun. Demikian al (2015) bahwa Tentang variabel rendah nomor pertanyaan
pula terjadi di 78% responden Citra Diri yang 3 yaitu 3,2 nilai
Burundi Health menyatakan bahwa tergambar pada frekuensinya. Jika
Knowledge hanya mencuci tangan distribusi frekuensi dibandingka dengan hasil
sebesar 45% sangat penting pertanyaan angket, kumulatif yaitu Nilai-
(Simetz, E., et all., karena dapat bahwa yang nilai yang bersifat positif
2016). mencegah penyakit. mempunyai nilai hanya 58%, maka hal ini
Pengetahuan ini Sikap positif tertinggi adalah menggambarkan bahwa
sangat penting (positive attitudes) pertanyaan nomor 3 nilai Cuci Tangan Pakai
peranannya karena menjadi dasar bagi yaitu sebesar 3,7, Sabun belum sepenuhnya
dapat menjadi terbentuknya dibandingkan dengan sebagai nilai-nilai dalam
dasar (fondasi) keyakinan yang nomor pertanyaan kehidupan, karena
dari perubahan positif yang nomor 1 yaitu 3,1. Jika gambaran frekuensi dari
perilaku Cuci diperlukan bagi dibandingkan dengan 3 pertanyaan masih
Tangan Pakai perilaku cuci tangan hasil kumulatif nilai sangat fluktuasi belum
Sabun di India (Burusnukul., P., kuesioner dimana Citra ada kecenderungan yang
dalam jangka dan Broz., CC., Diri Baik mencapai solid atau semua
panjang (Biran., 2013). 64,8%. Disimpulkan pertanyaan menuju
A., et al., 2009). bahwa Citra Diri lebih kepada nilai frekuensi
Tingkat 3. Persepsi dilihat pihak luar yaitu yang maksimal. Hal yang
pengetahuan Gambaran teman-teman tidak jauh berbeda juga
tentang Cuci variabel Persepsi sekolahnya atau teman terjadi di Burundi, Social
Tangan Pakai tentang Cuci Tangan sebaya (peers review) Norm hanya 69%
Sabun tersebut Pakai Sabun cukup baik atau cukup (Simetz, E., et al., 2016).
yang cukup tinggi tergambar pada tiga tinggi. Cuci Tangan
(mencapai 80%) pertanyaan paka Pakai Sabun (CTPS) 6. Kepercayaan
tidak menjamin angket pertanyaan. menjadai kebanggaan Gambaran
perilaku Cuci Dari gambaran diri mereka dan merasa distribusi frekuensi rerata
Tangan Pakai tersebut nampak percaya diri (‘pede’) pertanyaan pada angket
Sabun seperti bahwa pada nilai bila melakukan Cuci pertanyaan tentang
terjadi di Nagolda, rerata pertanyaan Tangan Pakai Sabun. kepercayaan, dari empat
Andhra Pradesh, nomor 1 dan 2 Di Burundi juga tidak nomor pertanyaan juga
India (Takalkar, frekuensi relatif terlalu besar yaitu kecenderungannya masih
AA., et al., 2013). rendah hanya sekitar 70% fluktuatif belum kearah
dibandingkan (Simetz, E., et al., solid atau nilai nilai
2. Sikap pertanyaan nomor 3 2016). frekuensi yang maksimal.
Pada yang mendapatkan Dengan kemikian dapat
Variabel Sikap nilai rerata yang 5. Nilai-Nilai disimpulkan bahwa
yang di gambarkan paling tinggi. Variabel Cuci kegiatan Cuci Tangan
secara rinci pada Apalagi pertanyaan Tangan Pakai Sabun Pakai Sabun belum
angket pertanyaan, nomor 1 merupakan dilihat dari unsur Nilai- sepenuhnya sebagai suatu
secara rerata pertanyaan negatif. nilai, pada Distribusi kepercayaan yang
nilainya di atas 3 Dengan nilai yang Frekuensi hasil jawaban melekat pada
atau di atas nilai cukup variasi ini pada pertanyaan keyakinannya masing-
tengan 2,5, maka dapat simpulkan Angket, di bawah ini masing. Terbentuknya
dapat disimpulkan bahwa masih terjadi bahwa pertanyaan keyakinan/kepercayaan
bahwa sikapnya perbedaan persepsi nomor yang paing yang positif yang
cenderung tentang Cuci Tangan tinggi frekuensinya
diperlukan bagi Faktor-faktor yang secara resiko penyebaran
perilaku cuci tangan Pemudah (Enabling) kuantitatif Tempat infeksi demam tifus
(Burusnukul., P., dan Cuci Tangan 88%, (Tambekar, DH.,
Broz., CC., 2013) dan 1. Tempat Cuci nilai ini cukup Shirsat, SD., 2012).
upaya peningkatan Tangan besar, dengan kata Berkaitan tempat cuci
keyakinan/kepercayaa Pada lain responden tangan ini di Bogota,
n merupakan upaya gambaran Distribusi seolah-olah tidak Columbia, baru-baru
peningkatan perilaku Frekuensi nomor merasa kesulitan ini renovasi program
Cuci Tangan Pakai pertayaan Angket untuk mendapatkan di sekolah untuk
Sabun di Bangladesh tentang variabel tempat cuci tangan, memperoleh
(Halder. A, et al, Tempat Cuci dan belum tentu perubahan perilaku
2010). Tingkat Tangan, dapat pakai sabun. cuci tangan,
kepercayaan/ disimpulkan bahwa Sulitnya mendapatkan
keyakinan yang tinggi tempat cuci tangan mendapatkan tempat dukungan dari faktor
juga terjadi kalangan selain di kantin yang cuci tangan sangat lingkungan yaitu para
perawat (Aiello., AE., cenderung solid tergantung pada ada murid, guru, orang
et al., 2009). yaitu di kelas dan di atau tidaknya tua, pihak sekolah,
rumah, sedangkan di tersedia tempat cuci petugas kesehatan,
kantin masih relatif tangan organisasi swasta
sulit mendapatkan (handwashing maupun pemerintah
tempat cuci tangan. stations), (Baker., (Lopez-Quintero, C.,
Tempat mencuci KK., et al., 2014). dkk., 2009). Dari
tangan Beberapa reviu beberapa
(handwashing gambaran yang penelitian tentang
stations) yang pada cenderang sama di cuci tangan
daerah yang sulit beberapa tempat, menggambarkan
mendapat air dapat seperti di India bahwa kekurangan
dengan bahwa sesederhana fasilitas air bersih dan
menggunakan tempat cuci tangan sanitasi untuk harus
dengan hand atau tempat menjadi perhatian
sanitizer tanpa air penampungan air oleh manajemen
(waterless) dan dan hanya diberi sekolah, birokrat,
dapat mengurangi kran saja (water lintas sekotal dan
kontaminasi dengan storage container organisasi sosial
kotoran, seperti tisu with tap) sudah kemasyarakatan serta
basah, dsb. (Luby., dapat mengurangi menjadi focus
SP., et al, 2010), tingkat absensi sakit penelitian mendatang
walaupun sulit murid, dan (Jasper, C., dkk.,
diterapkan dengan meminimalkan 2012).
menggunakan Faktor-faktor melakukan Cuci Tangan
sabun. Pendorong Pakai Sabun karena
(Reninforcing) menjadi contoh dan
2. Kemudahan sekaligus menjadi proses
Mendapatkan 1. Peran Guru edukasi tentang higiene
Tempat Cuci Peran Guru perseorangan khususnya
Tangan terhadap kegiatan Cuci tentang kebersihan
Tentang Tangan Pakai Sabun tangan (Snow., M., et al.,
variabel Kemudahan pada, maka bila di 2008), juga dapat
mendapatan tempat sandingkan dengan data mendorong teknik cuci
cuci tangan distribusi rerata tangan yang tepat untuk
(aksesibiliti) pada pertanyaan, dapat mencegah penyebaran
distribusi frekuensi disimpulkan penyakit dalam kelas
nomor pertanyaan kecenderunganya sudah (Redmond, T., 2009).
Angket, disimpukan relatif solid, sehingga
bahwa sekalipun saat disimpulkan 2. Peran Orang Tua
tersedia tempat cuci Variabel Peran Guru Mengenai variabel
tangan di sekolah dapat dikakatan lebih Peran Orang Tua pada
namun lebih sulit positif. Di Negara distribusi frekuensi
mendapatkannya Bagian Utah, Amerika nomor pertanyaan seperti
daripada di rumah, Serikat, peran guru Gambar 11, bila
sangat penting
disandingkan dengan Peran Tema Sekolah variabel saja yang menggambarkan
distribusi rerata sangat positif. mempunyai peranan anak sekolah
pertanyaan, Reandahnya peran hubungan bermakna memotivasi teman
kecenderngan masih petugas kesehatan terhadap Perilaku kelasnya dalam
belum solid, sehingga dalam Cuci Tangan Cuci Tangan Pakai merubah perilaku
disimpulkan bahwa Pakai Sabun bukan saja Sabun yaitu Nilai- (Rohde JE., Sadjimin
Peran Orang Tua dalam komunitas nilai, Peran Guru T., 1980), demikian
belum positif. Padahal sekolah tetapi dan Peran Teman- pula terjadi di Bogota,
peran orang tua contohnya terjadi pada teman sekolah. Columbia tentang
sebagai sumber penjamah makanan di Seperti juga peran murid (Lopez-
informasi cuci tangan Pantai Kedongan, Bali Pengetahuan dan Quintero, C., dkk.,
pada anak sekolah yaitu 34% (Sundari, Sikap dengan 2009). Peranan pihak
cukup tinggi yang DWH, dkk., 2014). Perilaku Cuci sekolah atau kampus
terjadi di Kecamatan Tangan Pakai Sabun di Turki dalam
Selat, Kapuas, Analisis Variabel yang tidak ada hubungan program pendidikan
(Setyautami, T., et al., Berhubungan yang bermakna kesehatan masyarakat
2012). seperti terjadi di SD sangat diharapkan
Menindaklanjuti Negeri 03 Kertajaya, (Ergin., A., et.all,
3. Peran Petugas analisis univariat di Padalarang 2011).
Kesehatan atas, maka analisis (Saptiningsih, M., Peranan
Variabel Peran bivariat mendapatkan dkk, 2013). Peran sekolah dalam
Petugas Kesehatan hanya tiga guru dan orang tua meningkatkan
pada distribusi dalam gerakan cuci motivasi perubahan
frekuensi nomor tangan juga terjadi perilaku semua murid
pertanyaan Angket, di Bogota, Columbia dan petugas sekolah
maka seperti yang perlu di
kecederungannya dilaporkan oleh pertimbangkan untuk
masih belum solid Lopez-Quintero, C., program cuci tangan
sehingga dapat dkk., (2009). kedepannya (Blanton,
disimpulkan bahwa E. Et. All., 2010).
Peran Petugas Analisis Multivariat Perlunya peranan
Kesehatan belum (Variabel yang institusi sekolah di
positif. Demikian pula Dominan) Turki dalam program
yang di laporkan oleh Cuci Tangan Pakai
Barrett, R., dan Memperdala Sabun melalui
Randle, J., (2008). m analisis Bivariat Promosi Kesehatan di
Peran petugas untuk mencari sekolah juga
kesehatan memang variabel mana ditekankan oleh
tidak terlalu menonjol paling dominan dari Tuzun., H. Et al
karena bersifat ketiga variabel di (2015).
pengawasan dan atas, didapat Kurangnya
pembinaan Variabel Peran peranan petugas
(supervised) terhadap Teman Sekolah. Hal kesehatan yang
guru yang menjadi ini dapat berarti dirasakan oleh para
ujung tombak memberi peran reponden yang
perubahan perilaku paling besar pada digambarkan pada
cuci tangan yang pembentukan variabel di atas serta
positif (Setyautami, Perilaku Cuci peranan teman
T., et al., 2012). Tangan pakai sekolah sebagai teman
Sabun. Peranan sebaya (peers) yang
4. Peran Teman di teman sekolah cukup dominan maka
Sekolah memegang peranan peranan kebijakan
Pada variabel penting sebagai Dinas Kesehatan
Peran Teman Sekolah agen perubahan dalam progam UKS
pada distribusi perilaku kesehatan seharusnya
frekuensi nomor dalam suatu difokuskan pada
pertanyaan Angket, komunitas ini juga peningkatan perilaku
maka terjadi di Cina cuci tangan pakai
kecederungannya (Bowen, A., dkk., sabun dengan
solid sehingga dapat 2007). Pada studi mengupayakan
disimpulkan bahwa lainnya, peranan teman
sekolah. Berarti peningkatan SARAN Perilaku Cuci
pembinaan Perilaku Cuci Tangan Pakai
peranan kader Tangan Pakai 1. Kepada Dinas Sabun, seperti
UKS di tingkat Sabun. Pada Kesehata PMR,
SMP yaitu Palang akhirnya peranan Lampung Kepramukaan,
Merah Remaja promosi kesehatan Selatan dan OSIS, dan
(PMR), dan tentang Cuci Tangan UPT organisasi-
lembaga organisasi Pakai Sabun Puskesmas organisasi teman
ekstra kurikuler merupakan strategi Rawat Inap sebaya lainnya.
lainnya seperti yang efektif untuk dalam 2. Kepada lembaga
Kepramukaan meningkatkan pembinaan penelitian atau
bekerjasama dalam kebiasaan UKS di SMP peneliti lain, agar
program Negeri 1 melanjutkan
perilaku higienis dan Petugas kesehatan, Penengahan penelitian ini
meningkatkan derajat atau pada dengan
kesehatan (Bowen., kecenderungannya khsususnya dan memperdalam
A., et al., 2013). Di negatif. Sekolah- peranan teman
China mengadopsi sekolah lainnya sekolah dalam
kerangka Promosi agar upaya
Kesehatan di Sekolah memfokuskan peningkatan
(Health Promotion pembinaan Perilaku Cuci
School/HPS) kedalam Perilaku Cuci Tangan Pakai
kurikulum yang Tangan Pakai Sabun dan
didukung oleh Sabun melalui variabel-variabel
lingkungan sekolah pembinaan lain yang belum
dan pemerintah Lee, organisasi- diukur pada
et al, 2008 dalam organinasi penelitian seperti
Redmond, T., (2009). kesiswaan baik keberadaan
intra maupun tempat cuci
ekstra kurikuler tangan
SIMPULAN yang (Handwashing
menjangkau Station),
1. Perilaku Cuci peranan teman pengetahuan,
Tangan Pakai sekolah sebagai sikap dan
Sabun (CTPS) di teman sebaya perilaku Cuci
SMP sudah cukup (peer friends) Tangan Pakai
baik (mencapai untuk bersinerji Sabun para guru,
55,9%). dalam upaya dsb.
2. Sembilan variabel peningkatan
bernilai positif
(Pengetahuan,
Citra Diri, Nilai- DAFTAR PUSTAKA
nilai,
Kepercayaan, Al-Naggar, RA., Al- Biran., A., et al. 2009.
Ketersedian Jashamy, K. The Effect of Soap
Tempat CTPS, 2013. Promotion and
Kemudahan Perceptions and Hygiene Education
mendapatkan Barriers of Campaign on
CTPS, Peran Guru, Hands Hygiene Handwashing
Peran Orang Tua Practice Among Behaviour in Rural
dan Peran Teman Medical Science India: Cluster
Sekolah) atau Students in a Randomised Trial.
kecenderungannya Medical School Tropical Medicine
ke positif. in Malaysia. The and International
3. Terdapat tiga International Health, Vol. 14,
variabel Medical Journal No. 10. Hal. 1303-
mempunyai nilai Malaysia, Vol. 1314.
positifnya kurang 12 Number 2, Blum HL. 1983.
dari 50%, yaitu Dec 2013, Hal. Expanding Health
variabel Sikap, 11-14. Care Horizons,
Persepsi dan Peran
From a Theses.Paper Antara Pajang,
General 176.http://dc.e Kebiasaan Surakarta.
Systems tsu.edu/ ho- Mencuci http:/eprint.ums
Concept of nors/176 Tangan Anak .ac.id/22549, 11
Heath To a (Diakses pada Praksekolah Juli 2016, 20.31.
National 26 Oktober Dengan Lopez-Quintero, C.,
Health Policy. 2016) Kejadian dkk. 2009.
Second Edition, Hastono, SP. 2007. Diare di Hand Washing
Third Party Analisis Data Wilayah Among School
Publishing Kesehatan. Kerja Children in
Company, Fakultas Puskesmas Bogota,
Oakland. Kesehatan Columbia. Penelitian
Bowen., A., et al. Masyarakat. American Kesehatan.
2013. Sustained Jakarta: Journal of Jakarta:
Inprovement in Universitas Public Health, Rineka Cipta.
Handwashing ndonesia. January 2009, Pemerintah Provinsi
Indicators More Halder., A, et al. Vol. 99, No.1, Lampung.
Than 5 Years 2010. h. 94-101. 2014. Profil
After a Cluster- Observed Luby., SP., et al. Kesehatan
Randomized, Hand 2010. A Lampung
Community- Cleanliness Community- Provinsi
Based Trial of and Other Randomised Lampung
Handwashing Measures of Controlled Tahun 2013.
Promotion in Handwashing Trial Lampung:
Karachi, Behavior in promoting Dinas
Pakistan. Rural Waterless Kesehatan,
Tropical Bangladesh. Hand Sanitizer Pemerintah
Medicine and BMC Public and Provinsi
International Health 2010 Handwashing Lampung.
Health, Vol. 10- With Soap, Peltzer., K., dan
18, No. 3, 545, Hal. 1-9. Dhaka, Pengpid., S.
March 2013, Jasper, C., dkk. Bangladesh. 2014. Oral and
Hal. 259-267. 2012. Water Tropical Hand Hygiene
Berger, B. 2013. and Sanitation Medicine and Behaviour and
"Hand Hygiene in Schools:A International Risk among
Perceptions of Systematic Health, Vol. In-School
Student Review of the 15 No. 12 Adolescents in
Nurses.". Health and December Four
Undergraduate Educational 2010, Hal. Southeast
Honors Outcomes. 1508-1516. Asian
Intern- Mariwah, S., et al. Countries. Int.
ational 2012. The J. Environ.
Journal of Impact of Res. Public
Environmenta Gender and Health 2014,
l Research Physical 11, Hal. 2780-
and Public Environment 2792.
Health, 9, h. on The Pusdatin. 2015.
2772-2787. Handwashing Perilaku Cuci
Kementerian Behaviour of Tangan Pakai
Kesehatan. University Sabun di
2014. Profil Student. Indonesia.
Kesehatan Tropical Infodatin,
Indonesia Medicine and Jakarta:
Tahun 2013. International Kemenkes RI.
Jakarta: Health, Vol. Redmond, T. 2009.
Kementerian 17, No. 4, The Teacher’s
Kesehatan RI. April 2012, Role in
Listiyorini, W., dkk. Hal. 447-454. Enforcing
2012. Notoadmodjo, S. Hand Washing
Hubungan 1993. Techniques
Metodelogi Among-Age
School in State Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada
The Midst of University,
the Hal.39- 41 Masyarkat di Tanah Kalikending
Pandemic. A Saptiningsih, M, Penulis : Gracia Risnawaty
Journal of dkk. 2013.
College and Faktor- Tahun : Tahun 2016
Health faktor Yang
Professions, Berhubunga ABSTRAK
Vo. 10, Issue n Degan Latar Belakang: Salah satu faktor yang dianggap
I, Spring Perilaku penting untuk pembangunan kesejahteraan
2009, Mencuci penduduk di Indonesia adalah kesehatan.
Columbus
Berdasarkan data dari WHO, diare dan ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yang
merupakan penyakit menular masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Dari data yang
diperoleh pada tahun 2015 diketahui bahwa
Kelurahan Tanah Kalikedinding RW II (RT 07
dan 11) Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya
memiliki masalah kesehatan dengan angka
penderita diare dan ISPA yang cukup tinggi yakni
2.467 kasus diare dan sebanyak 15.207 kasus
untuk penderita ISPA. Tujuan: dari penelitian ini
adalah mencari informasi tentang hubungan antara
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Kelurahan Tanah
Kalikedinding. Metode Penelitian: merupakan
analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi: dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat di Tanah Kalikedinding. Jumlah
sampel sebanyak 70 orang yang dipilih dengan
menggunakan cara simple random sampling.
Variabel penelitian yaitu jenis kelamin, umur,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap dan
perilaku CTPS. Diperoleh data primer dari hasil
wawancara dan kuesioner, untuk data sekunder
diperoleh dari data puskesmas. Hasil: penelitian
menunjukkan faktor determinan pada masyarakat
dalam perilaku CTPS terbagi menjadi tiga yaitu
faktor pendorong, faktor pemungkin dan faktor
penguat. Kesimpulan: Maka perlu dilakukan
upaya kegiatan penyuluhan yang terprogram,
berkelanjutan, upaya evaluasi dan monitoring
secara berkala dalam setiap program kegiatan
CTPS pada masyarakat serta melibatkan
kerjasama lintas sektor dalam setiap program
CTPS pada masyarakat.
Kata Kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, CTPS

Populasi : Populasi pada penelitian ini adalah se

TELAAH JURNAL CUCI TANGAN Kalikedinding RW II (RT 07 dan 11)

BERSIH dengan jumlah keseluruhan populasi se

Analisis Jurnal 1 dipakai pada penelitian ini berjumlah 70

Judul : Faktor Determinan Perilaku kelamin, umur, pengetahuan, pendidikan


Diperoleh data primer dari hasil wawanc
diperoleh dari data puskesmas.Kabupaten/Kota melalui Puskesmas, terutama di
sekolah-sekolah, termasuk tingkat SMP.
Permasalahannya adalah sampai seberapa jauh
Intervension : Penelitian ini menggunakan metodeperilaku
peranan deskriptif.
CTPS Penelitian dilaksanakan
dan faktor-faktor di
yang
Kelurahan Tanah Kalikedinding berhubungan
RW II dengannya pada anak sekolah.
Tujuan: untuk mengetahui peranan faktor-faktor
(RT 07 dan 11) Kecamatan yang Kenjeran Kota Surabaya.
berhubungan denganPengolahan
perilaku data
CTPS,yangdi
SMP. Metode
digunakan adalah data primer yang diambil langsung Penelitian: kuantitatif
observasional dengan pendekatan Cross Sectional,
dengan wawancara dan pengisian kuesioner.
waktu penelitian antaraSedangkan data Populasi:
April-Juli 2016. sekunder
seluruh Tanah
didapatkan dari dokumen Puskesmas murid Kalikedinding.
SMP Negeri 1 Penengahan, Kec.
Comparisson Penengahan, Kabupaten Lampung
: Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu Selatan
dengan Tahun
jurnal
2016. Sampel diambil secara Proposional
yang lain, hanya ada satu jurnal saja yaitu
Random hasil penelitian
Sampling sebesar yang
156 dilakukan oleh
orang murid.
Subyek,meneliti
Penulis Gracia Risnawaty (2016) adalah murid kelas di
masyarakat VIIKelurahan
dan KelasTanah
VIII.
Hasil: sebagian besar variabel bersifat baik
Kalikedinding RW II (RT 07 dan 11)
(>50%), Kecamatan
kecuali variableKenjeran
PersepsiKota
danSurabaya
Peranan
Petugas(CTPS)
tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Kesehatan yang bersifat
berdasarkan buruk (<50%),
jenis kelamin, umur,
dan hanya variabel Nilainilai, Peranan Guru dan
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
Peranansikap.
Teman Sekolah yang mempunyai
Outcomes : Penelitian ini mengambarkan determinan
hubungan mencuci
bermakna tanganPerilaku
terhadap dengan CTPS,
benar dan
dan
memakai sabun ditentukan oleh variabel Peranan Teman Sekolah hubungan yang
perilaku
paling dominan. Kesimpulan: Maka perlu
diri sendiri dalam menjaga kesehatannya,
dilakukan serta
upayamenunjukkan bahwa peran sikap
kegiatan penyuluhan yang
terprogram, berkelanjutan, upaya
dalam perilaku CTPS merupakan dukungan dalam tercapainya perilaku CTPS evaluasi dan
monitoring secara berkala dalam setiap program
yang benar. Kesehatan kegiatandengan CTPSperilaku
pada memiliki
masyarakathubungan yang
serta melibatkan
berkesinambungan, seseorangkerjasama
yang sehatlintas sektor dari
akan terlihat dalam setiapyang
perilaku program
sehat
CTPS.
pula. Sesuai dengan hal Kata tersebut
Kunci:maka perilaku
Perilaku, yang Pakai
Cuci Tangan sehat Sabun
akan
menggambarkan seseorang yang (CTPS), Diarekualitas hidup baik. Sehingga perlu
memiliki
di tingkatkan kesadaran masyarakat dalam perilaku CTPS.
Times : Waktu penelitian dilaksanakan
Populasi : Populasi penelitian ini, seluruh murid
Februari 2016. dan kelas VIII berjumlah 655 orang, den
Intervension : Penelitian ini bersifat kuantitatif o
Sectional. Waktu penelitian, bulan April-
Analisis Jurnal 2
lokasi di Kecamatan Penengahan, Kabup
Judul : Faktor Perilaku Cuci Tangan
Populasi penelitian ini, seluruh murid S
Pakai Sabun (CTPS) di SMP
dan kelas VIII berjumlah 655 orang, den
Penulis : Bambang Murwanto
orang.Teknik pengambilan sampel, Pro
Tahun : Tahun 2016
kelas.
ABSTRAK Comparisson : Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pe
Latar Belakang: Riskesdas 2013, penyakit jurnal yang lain, hanya ada satu jurn
Diare merupakan penyebab kematian nomor
satu pada bayi (31,4%), balita (25,2), pada dilakukan oleh Penulis Bambang Murw
semua kelompok umur nomor empat (13,2%). penelitian ini adalah masih rendahnya
Berbagai faktor yang mempengaruhi penyakit
Diare diantaranya faktor perilaku kesehatan (CTPS), dan bagaimana peranan fakto
terutama perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Predesposing Factors (Faktor-faktor yan
(CTPS) yang telah dikampanyekan, dari tingkat
pusat maupun Dinas Kesehatan Enabling Factors (faktor-faktor pemung
faktor penguat). atau tempat untuk mencuci tangan pada posisi
Outcomes : Perilaku Cuci Tangan Pakai
yangSabun (CTPS)
strategis di SMP
agar mudah sudah cukup
dijangkau baik
oleh para
(mencapai 55,9%). Sembilan variabel bernilai
murid. Bukan positif
hanya (Pengetahuan,
tanggung Citra
jawab dari Diri,
pihak
Nilai-nilai,Kepercayaan, sekolah
Ketersedian Tempat pihak
saja, melainkan CTPS, Kemudahan
dari tenaga
mendapatkan CTPS, Peran Guru, Peran Orang
kesehatan Tua dan Peran
pun seharusnya Teman
ikut andil Sekolah)
untuk
atau kecenderungannya ke positif. Terdapat
menangani tigabudaya
masalah variabel
cucimempunyai nilai
tangan bersih
positifnya kurang dari 50%, yaitu
denganvariable Sikap, Persepsi
cara mengadakan dan Peran
sosialisasi atau Petugas
seminar
kesehatan, atau kecenderungannya
untuknegatif
mendukung terciptanya budaya cuci tangan
bersih agar lebih optimal.
Times : Waktu penelitian dilaksanakan Namun selain adanya dukungan faktor
eksternal, mencuci tangan bersih juga butuh
Kesimpulan
dorongan internal, karena jika kita secara pribadi
Kebiasaan cuci tangan menggunakan
masih belum memahami dan menyepelekan cuci
sabun atau cuci tangan bersih masih kurang
tangan bersih, maka saat kita sudah difasilitasi
diperhatikan oleh masyarakat. Padahal tangan
dengan baik untuk membudayakan cuci tangan
adalah anggota tubuh yang paling banyak
pun kita akan malas untuk menerapkannya.
digunakan untuk berinteraksi atau bersentuhan
dengan benda disekitar kita dan pastinya
menjadi tempat berkumpulnya kuman dan
bakteri. Pada jurnal 1 bisa kita lihat bagaimana
respon masyarakat terhadap kebiasaan cuci
tangan bersih. Masyarakat mendukung adanya
perilaku atau kebiasaan cuci tangan bersih
namun mereka belum melaksanakannya secara
maksimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mereka mengetahui tentang teori dari cuci
tangan bersih namun belum menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Pada jurnal 2 dapat dilihat bahwa para


murid dari Sekolah Menengah Pertama sudah
cukup memahami dan membiasakan budaya
cuci tangan bersih. Hal ini merupakan suatu hal
yang baik dan mereka sudah terbiasa maka
mereka juga bisa mengarahkan keluarga
dirumah untuk memulai budaya cuci tangan
bersih. Sekolah pun harus mendukung budaya
tersebut dengan cara menyediakan wastafel
Tangan Pada Anak Sekolah Dasar
Negeri 03 Kertajaya Padalarang;
http://eprints.
undip.ac.id/42527/1/Bab_I-IV.pdf
(Diakses pada 14 Juli 2016).
Setyautami, T., et al. 2012. Proper Hand
Washing Practice Among Elementary
School Student in Selat Sub-District,
Indonesia. Journal of Public Health
and Development, Vol. 10, No. 2, May-
August
2012, Hal. 3-20.
Schmitdt., WP., et al. 2009. Determinan of
Handwashing Pratice in Kenya, The
Role of Media Exposure, poverty and
Infrastructure. Tropical Medicine and
International Health, Vol. 14 No. 12
December 2009, Hal. 1534-1541.
Seimetz, E., et al. 2016. The Inluence of
Contextual and Psychosocial Factors of
Handwashing. Am. J. Trop. Med Hyg,
93(6), Hal. 1407-1417.
Takalkar, AA., et al. 2013. Hand Hygiene:
Perception and Practices of School
Going Children from Rural Goverment
Schools of Nalgonda, Andhra Pradesh.
Int J Med Health Sci, April 2013, Vol
2, Issue 2-2,
Hal. 154-160.
Tambekar, DH., Shirsat, SD. 2012.
Minimization of Illness Absenteeism in
Primary School Students Using Low-
Cost Hygiene Intervetion. Online
Journal of Health and Allied Science,
Vol. 11, Issue 2; Apr-Jun 2012, h. 1-4.
Tuzun., H. et al. 2015. Turkey Handwashing
Survey: Suggetion for Taking the
Ecological Model into Better
Consideeration. Environ. Health Prev.
Med. (2015) 20, Hal. 325-331.

You might also like