Perencanaan Angkutan Umiim
Perkotaan Berkelanjutan
Ahmad Munawar
The realization ofpublic transportation incitiesinIndonesia has some obstacles. The
problems cover services because ofhigh operational cost, the decrease ofpassen
gers, and the safety in public transportation. The weakness ofpublic transportation
also grows the informalsectors inthis sector. The comparative analysis regardingpub
lic transportation between Yogyakarta andBandung including net way, vehicles, head
way, loadfactor, the quality and theobstacle. Hence, tobuild cities public transporta
tion either Inshort, middle and long term. Theses terms cover the sustainability, buy
service system, and massive public transportation system.
Kata kunci: angkutan umum,
berkelanjutan, sektor informal
Masalah transportasi yang terjadi di
daerah perkotaan Indonesia adalah
bagaimana memenuhl permlntaan jumlah
pegaianan yang semakin menlngkat, yang
tidak menimbulkan kemacetan arus
lalulintas di jalan raya. Masalahnya tIdak
hanyapada kemacetan lalulintas, tetapi juga
pada perencanaanregional. Inl memerlukan
suatu penanganan yang menyeluruh.
Kalau dillhat dari perkembangan
transportasi perkotaan yang ada, terlepas
dari krisis ekonomi yang mellbatkan Indo
nesia sejaktahun 1997, mobll pribadi tetap
merupakan moda transportasi yang
dominan, balk untuk daerah urban maupun
sub urban. Populasi pergerakan mobll pribadi
yang begitu besar dl daerah perkotaan
ditambah dengan pola angkutan umum yang
maslh tradisional, menimbulkan biaya'sosial
yang sangat besar akibat waktu tempuh
yang terbuang percuma, pemborosan bahan
UNISIANO. 59/XXIX/I/2006
bakar minyak, depresi kendaraan yang
terlalu cepat, kecelakaan lalulintas,
hilangnya opportunity cost, timbulnya
stress, meningkatnya polusi udara, dan
kebisingan. Hal ini sejalan dengan
pembangunan ekonomi dan makin
bertumbuhnyajumlahmasyarakat golongan
menengah dan menengah atas didaerah
perkotaan, yangterjadi jauhsebelum krisis.
Kenyamanan, keamanan, privacy,
fleksibilitas pergerakan dan prestise
merupakan faktor-faktor utama yang
menyebabkan kendaraan pribadi tetap
merbilikl keunggulan sebagai moda
transportasi, khususnya di daerah urban.
Sementara Itu "sistem angkutan urrium
massal" (SAUM) yang modern sebagai
bagianintegral dariketahanandaya dukung
kota {city survivaf) maslh dalam tahap
rancangan dan perencanaan serta beium
berada didaiam aiur utama {mainstream)
kebijakan dan keputusan pemerintah dalam
rangka menciptakan sistem transportasi
kota yang berimbang, efislen dan
53
Topik: Keterpaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan
berkualltas. BelumterclptanyaSAUM mod
em sebagai atribut menuju kota "metropoli
tan" dan oleh karenanya belum merupakan
alternatif yang patut diperhitungkan bagt
pembuat petjalanan mempakan pembenaran
daripemakaian kendaraan pribadi okupansi
mahalnya lahan, tetapi juga tidak akan
menghilangkan kemacetan masif oleh
karena adanya cadangan lalulintas
kendaraan yang terbangkitkan {reservoirof
traffic) yang selalu slap menunggu dan
menglsl setlap jengkal kapasitas ruang jalan
rendah yang tidak eflslen. Oleh karena
yang diberikan oleh fasllitas baru tersebut
selama beberapa dekade belakangan Ini
tidak ada langkah "terobosan" yang berarti,
makaantrian dan kemacetan lalullntas yang
berkepahjangan pada setlap korldor dan
dan dalam waktu singkat membuat
pusat kota. Sebagai akibatnya pemborosan
besar-besaran dari energi BBM serta polusi
udara akan terus menjadi menu sehari-hari
bag! mereka yang melakukan perjalanan dl
perkotaan {urban tripmakers). Ycgyakarta
yang mempunyai daya tarik wisata yang
cukup tinggi ak^ menyebabkan banyaknya
pengunjungdi pusat-pusat wisata dan pusat
kota (Malioboro) yang menguntungkan dari
segi perekonomian, tetapi perlu difasllitasi
dengan sarana prasarana yang memadal,
termasuk sistem transporlasi yang andal.
Di sisi lain, Yogyakarta akan tetap dibanjiri
oleh penduduk pendatang karena daya
tariknyasebagai kotapendidikan. Resultante
dari semua ituadalah bahwa kota menjadi
tempat dengan pergerakan orang dan
kendaraan makin menjadi sulit dan mahal.
Biaya sosial akan menjadi bagian yang
dominan dari biaya perjalanan perkotaan
{urban travel disutility), padahal "extemalh
tied' dan "intangibled yang lalnnya tidak
pernah diperhitungkan didalam proses
perencanaan dan manajemen transportasi
kota. Ketidakberdayaan kota bukan lagi
"economicassetd akantetapi justru menjadi
"economicliability. Dipandang darisisiraslo
jalan dengan lahan kota, memang masih
perlu membangun jarlngan jalan baru,
termasuk jembatan layang, namun
membangun jarlngan jalan kota termasuk
jalan bebas hambatan ditengah-tengah kota
bukan saja sangat mahal karenalangka dan
54
kemacetan baru. Perencanaan dan
kebijakan transportasi kota oleh karenanya
harus berubah, yaknl dari pendekatan
membangun sistem prasarana {supplyside)
menjadi pendekatan manajemen dan
efisiensisistem {demandside). Paradigma
baru Ini berpegang kepada prlnslp
manajemen sistem transportasi (MST) dan
bertujuan mencari keseimbangan antara
sistem angkutan umum yang mewaklll
pergerakan manusia di kota dengan sistem
jalan raya yang mewakili pergerakan
kendaraan pribadi. Artinya, selain sistem
jarlngan jalan kota yang memadai bagi
pergerakan angkutan pribadi, kota yang
efisien juga harus mampu menyediakan
sistem angkutan massal yang secara
efisien dan handal mampu melakukan
angkutan orang dalam jumlah besar dan
dalam waktu yang relatifsingkat.
Kesemuanya Ini memang memeriukan
suatu kebijakan yang dapat mendukung
perkembangan angkutan umum perkotaan.
Akan tetapi, dampak sosial dan budaya dari
kebijakan tersebut perlu diperhitungkan.
Sosialisasi kepada masyarakat perlu
dilakukan secara terus-menerus. Asplrasi
darisetlap unsurmasyarakatperlu didengar.
Dampak negatif dari setlap rencana
kebijakan hams diminimalkan,bahkan kalau
dapat tanpa menlmbulkan dampak negatif.
Kebijakan angkutan umum harus
mengakomodirasplrasi darioperator-opera
tor angkutan umum yang ada. Mereka hams
dilibatkan secara aktif dalam pengambilan
keputusan.
UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006
Perencanaan Angkutan Umum Perkotaan Yang Berkelanjutan; Ahmad Munawar
Permasalahan Ahgkutan Umum
Perkotaan di Indonesia
Penyelenggaraan angkutan umum
(bus) perkotaan di indonesia penuh dengan
permasalahah. Beberapa masalah utama
yaitu:
1. - rendahnya kuaiitas dan pilihan
2. penyebab kerriacetan dan kecelakaan
karena dislplln pengemudi yang rendah
3. tidak cukupnya dana untuk
memperbarul dan memperbaiki
kendaraan
4.
pengaturan pemberhentian dan nalk
turun penumpang oleh preman
5.
6.
7.
8.
kurangaman(banyakcopet)
kompleksltas dan kekakuan aturan
yang ada saat in!
struktur administrasi dan manajemen
yang kurang efektif
kepemilikan kendaraan secara pribadi
sehingga tidak dapat diatur dalam satu
kesatuan
Seharusnya
bus
perkotaan
memberikan pelbagai pilihan aitermatif
kualitas pelayananyang disesuaikan dengan
permlntaan. Saat ini sebaglan besar
penumpang angkutan umum hanyalah
golongan menengah ke bawah, yang tidak
mempunyaipilihan lainseiain menggunakan
angkutan umum {captive passenger).
Umumnya kenyamanan dan kualitas bus
perkotaansangat rendah, kursi-kursi sudah
banyak yang rusak, Interior dalam sudah
bobrok, ban sudah gundul serta sering
mogok. DItambah iagi dengan banyaknya
copet di dalamnya. Para penumpangnya
angkutan umumpun mempunyai cita-clta
agar dapat membeilkendaraan pribadi (mobii.
atau motor) agar tidak tergantung lagi ke
angkutan umum. Dikhawatirkan, jika Ini
diblarkan, maka keberadaan bus perkotaan
akan sangat dikhawatirkan kelanjutannya.
Secara periahan-iahan, eksistensi bus
perkotaan akan semakin pudar, diganti oleh
tumbuhnya kendaraan-pribadi, motor
maupun mobil, yang akan mendominasljalan
rayadan menyebabkan kemacetan dljalanjalan.
Di pelbagai kota besar di Indonesia,
sepertiJakarta, Bandungmaupun Yogyakarta,
bus perkotaan dlkontroi oleh preman. Mereka
mengaturjadualkeberangkatan dlhalte-hafte.
DI dalam kampus UGM, sopir pocokari
menggantikan sopIr yang asli mengitari
kampus UGM, sedangkan sopir yang asli
beristlrahat di warung pingglr jalan.
Sedangkan di sepanjang jaian, para calo
slap ikut menawarkan caion penumpang
untuk masuk ke dalam bus, dengan imbalan
terlentu.
Krisismoneteryang dialami Indonesia
baru-baru inisangat mempengaruhi kinerja
bus perkotaan. Kenaikan suku cadang yang
melambung tinggi menyebabkan blaya
pemeliharaankendaraan menjadimenlngkat
tajam. Dengan kemampuan daya beli
masyarakat yang rendah, maka kenaikan
tarifyang tinggi tidakdimungkinkan, karena
akan mempengaruhi demandyang ada. Ini
menyebabkanpelayanan angkutan umuiii
menjadi semakin rendah, kualitaskendaraan
menjadi semakin buruk. Guna perbalkan
kendaraan, dllakukan kanibaiisme, yaitu
harus sudah slap dengan pelbagai kondisi
-menggerogoti onderdii kendaraan yang
angkutan umurh seperti tersebut di atas.
sudah rusak berat, untuk dipasang pada
Oleh karena itu, mereka yang mempunyai
kendaraan yang rtiaslh lebih balk.Tentu saja
sepeda motor, mobil atau dapat
kendaraan yang rusak berat diblarkan
menggunakan taksi
akan • jararig
menggunakan angkutan umum. Mereka
yang tidak mempunyai pilihan lain seiain
UNISIA NO. 59/XXIXm006
semakin rusak dan tidak murigkin
beroperasi iagi.
55
Topik: Keterpaduan SektorFprmal dan Informal Perkotaan
Tidak ada proses perencanaan
perubahan jaringan trayek yang sistematis.
Jika ada perubahan permintaan, mlsalnya
perkembangan pemukiman-pemuklman
baru, tIdak segera diantislpasl dengan
pengembangan trayek baru. Jaringan trayek.
tidak berubah dalam waktu yang lama. Hal
Ini memliiki konsekuensl-konsekuensi:
1.
karena layanan angkutan umum tidak
sesuai dengan permintaan, cara-cara
informal telah berkembang untuk
mengisi kesenjangan tersebut.
Sebagal contoh, ojek yang tidak
.mempunyai ijin resmi menarik
penumpang dalam jumlah yang banyak
di malam hari dan di jalan-jalan kecil.
2. karena pemerintah kurang aktif dalam
perencanaan dan pengaturan angkutan
umum, cara-cara informal semakin
berkembang, 'kekosongan peraturan'
telah memberikan kesempatan bagi
kelompok informal untuk mengontrol
pengoperaslan angkutan umum. Setiap
jenis angkutan, seperti angkutan umum
resmi yang mempunyai ijin, kendaraan
umumplathitam,ojek, becakdan andong
diorganisir oleh suatu kelompok, daiam
satu trayek atau daerah. Kelompokkelompok ini telah menyepakati batasbatas wilayah mereka dan dapat
menggerakkan sejumlah besar orang
untuk mempertahankan trayek atau
kawasan mereka. Dengan demikian
kota terbagi ke dalam potongan
teritorial kecil-kecil untuk setiap jenis
trayek angkutan. Masing-masing
merasa menguasai daerahnya, karena
alasan historls. Angkutan umum
menjadi monopoii pemilik daerah
kekuasaan tersebut.
Organisasi-organisasI
informal
kemungkinan dapat menjadi gangguan bagi
pemerintah guna pengawasan pada tiap
jenis kendaraan yang beroperasi di suatu
56
trayek atau daerah. Suatu kebljakan lalu
lintas dan angkutan perkotaan yang saling
terkait diperlukan yang akan mengelola
sistem angkutan kota sebagai satu
kesatuan. Kebijakan tersebut harus
mencerminkan kebutuhan semua pengguna
jalan, dan mengalokasikan tata ruang jalan
diantara para pengguna atas.dasar prioritas
kepentingan. Sangat penting bahwa
kelompok-kelompok informal dilibatkan
penuh dalam proses pembaruan dan
diyakinkan bahwa pengoperaslan angkutan
umum yang lebih efisien, dinamis dan
sesuai dengan permintaan, bebas dari
hambatan praktis juga menampung
keinginan mereka.
Kinerja Angkutan Umum: Studi
Kasus di Yogyakarta dan Bandung
Kinerja angkutan umum di dua kota,
Yogyakarta dan Bandung dianalisis sebagai
referensi. Kedua kota tersebut mempunyai
karakteristik cfemandangkutan umum yang
berbeda. Dari perbandingan yang dilakukan
oleh Departemen Perhubungan (1999),
pengguna angkutan.umum di Bandung
sangat tinggi,yaitu sebesar 73 % dari selumh
petjalanandiperkotaan,dibandingkan dengan
di Yogyakarta yang hanya sebesar 28 %.
Trayek angkutan umum yang melayani
wilayah perkotaan di Yogyakarta terdiri dari
16 trayek, yang terdiri dari jalur 1 sampai
dengan jalur 19, dengan 3 trayek yang tidak
aktif, yaitujalur8,13 dan 1S. Panjang trayek
bervariasi, mulai dari 25 km sampai 62 km.
Jumlah kendaraan seluruhnya 591 armada,
yang dikelola oleh 5 koperasi. Sebagian
besar armada berupa bus, dengan kapasitas
tempat duduk sebesar 24 penumpang.
Dengan jumlah armada sedemikian banyak,
maka waktu antara kedatangan kendaraan
{headway) sangat cepat, yaitu berkisar
antara 2 sampai 5 menit, sehingga
UNISIANO. 59/XXIX/U2006
Perencanaan Angkutan Umum Perkotaan Yang Berkelanjutan; Ahmad Munawar
penumpang tidak perlu menunggu terialu
lama untuk menaiki bus tersebut. Sebaglan
besar (55 %) dari pengguna angkutan umum
adalah pelajar/mahaslswa, dan mereka
merupakan capf/Vepasse/7ger(penumpang
yang tidak puny pillhan lain selain
menggunakan angkutan umum).-Dari
perbandingan hasil survey load factor
(tingkat isian) angkutan umum rata-rata di
perkotaan Yogyakarta, terjadi penurunan
yang sangat drastis. Pada tahun 2000, load
factor raia-rata bus perkotaan di Yogyakarta
sebesar.36 %. Jumlah inimenurun menjadi
27 % pada tahun 2004. BerartI rata-rata
penumpang bus perkotaan di Yogyakarta
saat ini kurang dari sepertlga kapasitasnya.
Permasalahan angkutan umum yang lain
adalah masalah keamanan. Bus perkotaan
yang cukup besar, memungkinkan copetcopet beraksi secara berkelompok.
Trayek angkutan umum perkotaan di
Bandung didominasi oleh angkot kecil
dengan jumlah tempat duduk untuk 12
penumpang. Jaringan trayek terdiridari 38
jalur angkot kecil, 11 jalur bus DAMRI dan
angkot-angkot informal (plat hitam). Total
jumlah angkutan umum perkotaan (formal)
di kota Bandung sebanyak 6418 armada.
Bering terjadi penyimpangan mte angkot,
keluar dari trayek yang seharusnya dijalani.
Ada dua hal yang menyebabkan penyimpangantersebut:
1. untuk menghlndari kemacetan
2. untuk menghindari daerah-daerah
dengan demand yang kecil, agar
segera sampai ke lokasi dengan demandyang lebih besar.
FrekuensI angkot sangat tinggi. Waktu
antara kedatangan angkot (headway) rata-
rata hanya 2,2 menlt. Enam trayek
mempunyai headway rata-rata dibawah 1
menit, sedangkan 22 trayek mempunyai'
headwayar\\ara 1 sampai 2 menit. Panjang
trayek sangat pendek, rata-rata sepanjang
UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006
12 km. Sebagian besar (69 %) penumpang
merupakan' penumpang yang tidak
mempunyai altematif lain untuk melakukan
perjalanannya (captive passengers). Load
factor (Wngkat isian) rata-rata angkot cukup
tinggi, yaitu 68 %. Berbeda dengan di
Yogyakarta, dengan dayaangkut yang kecil,
maka keamanan lebih teijamln. Kendaraan
yang kecil initidak member! peluang adanya
copet yang beraksi secara berkelompok.
Selain angkutan formal, angkutan informal
yang berupa ojek sangat popular di Bandung.
Jika di Yogyakarta pangkalan ojek
kebanyakan hanya diisi oleh kurang dari 10
sepeda motor, di Bandung banyak
pangkalan ojek yang diisi oleh lebih dari 10
sepeda motor. Bahkan di Terminal Dago,
terdapat 170 sepeda motor ojek. Pada sore/
malam harl, kebanyakan angkot hanya
menjalani sebagian dari trayek-trayek yang
seharusnya dijalani oleh angkutan umum
tersebut, yang mempunyai pangsa pasar
yang tinggi. DI trayek-trayek ujung, mereka
memutar sebelum sampai ke tujuan akhir
trayek. Kekosongan inllah yang diisi oleh
pengemudi ojek tersebut. Ojek kemudian
sudah di"formarkan oleh Pemerintah Kota
Bandung dengan mengeluarkan Perda
tentang ojek.
Sistem Buy the Service
Suatu altematif perbaikan bus
perkotaan yang saat ini dalam proses
pelaksanaan di Yogyakarta adalah dengan
merubah manajemen pelayanan bus
perkotaan menjadi sistem buy the service.
Sistem ini akan merombak secara total sys-
tem yang ada saat Ini, yaitu sistem setoran.
Pengelolaan angkutan umum dilakukan
secara bersama-sama antara pemerintah
dan operator yang ada. Semua plhak yang
terkait dengan angkutan umum perkotaan
dilkut sertakan dalam sistem yang baru
tersebut, mulai dari koperasi-koperasi, op-
57
Topik: Keterpaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan
erator, crew dan juga merekayang terlibat
secara Informal pada bisnis angkutan umum
perkotaanini. Tidakada penambahan jumiah
bus perkotaan. Operator bus yang lama
diberi kesempatanuntukmengganti menjadl.
bus yang baru. Biaya penggantian bus akan
disubsldi oleh pemerlntah.
Sebenarnya
sebelumnya rencana Ini sudah akan
dianggarkan oleh DPRD DIY untuk tahun
anggaran 2005, tetapl akhlmya dlputuskan
untuk ditunda satu tahun guna soslailsasj.
Anggaran Ini selain untuk penyedlaan bus
juga termasuk penyedlaan halte-halte di
tempat henti yang sudah ditentukan. Busbus dirancang khusus, dengan lantal dasar
bus agak tinggi, sehlngga penumpang hanya
dapat turun dl halte saja. Pembellan karcis
dilakukan di halte, sehlngga sopir tidak
memegang uang lagl. Sopir, satpam (untuk
menjaga keamanan dalam bus dan halte)
serta penjual karcis digaji tetap (mingguan
berangsur-angsur. Untuk tahun 2006,
direncanakan merubah dulu 50 armada bus
perkotaan menjadi bus patas AC untuk
melayani 3 trayek, yaitu:
1.
trayek Prambanan - Adisuclpto - Tugu
- Malloboro - Kusumanegara Adisuclpto - Prambanan pp,
2. trayek Terminal Jombor- fi/langkubumi
-
Malloboro -
Gondomanan -
. Gembiraloka-StaslunLempuyangan
- Kotabaru - Gejayan - Ring Road
Utara—Terminal Jombor pp dan
3. trayek Adisuclpto - Ring Road Utara Terminal Condong Catur - Jalan
Kaliurang - UGM - Diponegoro Malloboro - Ngasem - Pojok Beteng
Kulpn/Wetan - Kotagede - JantI Adisuclpto pp.
Soslallsasi sudah dilakukan
kepada para crew angkutan umum
perkotaan dan disambut dengan sangat
atau bulanan). Crew bus perkotaan Ini antusias. Sistem Ini juga sudah
diambllkan dari crew bus perkotaan yang disoslalisasikan kepada juru parkir dan
lama, termasuk mereka yang ikut serta pedagang kaki llrna. Mereka tidak menolak
dalam bisnisangkutan umumperkotaan ini -sistem tersebut, karena memang tidak akan
secara informal. Standar pelayanan dan
berpengaruh terhadap pekeijaan mereka.
jadual perjalanan ditentukan secara tetap
oleh badan pengelola, yang terdiri dari unsur
pemerintah proplnsi,organda dan koperasi
angkutan yang ada pada saat ini.
Pengelolaan dilakukan secara bersama-
sama, dengan suatu perjanjian bersama
antara pihak-pihakyang mengelola. Jlka ada
kerugian, maka Pemerintah Proplnsi akan
menanggung kerugian tersebut dalam
bentuk subsidl. Pelayanan diharapkan
selama 16 jam, dari pukul 5.00 sampal
Penutup
Untuk jangka pendek, kebljakanyang
sebalknya diambll untuk memperbalkl
angkutan umum adalah perbalkan
manajemen, yang merubah sistem yang ada
saat Ini (sistem setoran) menjadlsistem buy
the service. Dengan cara Ini, maka standar
minimum pelayanan angkutan umum akan
terjamin, termasuk keandalannya (reliabii21.00, dengan penempatan crew secara 2 - it^, yaltu ketepatan jadual dan trayek, serta
shift, yaltu shift pertama(pukul 5.00-13.00) keamanannya. Dalam perubahan tersebut,
dan shift kedua (73.00 - 21.00).
Dtrencanakan akan disedlakan pelbagal
dianjurkan sedapat mungkin dapat mengikut
tingkat pelayanan bus, mulal dari bus
sertakan para crew yang lama, termasuk
para pelaku Informal dari bisnis angkutan
ekonomi, patas sampal patas AC.
umum tersebut.
Perubahan Ini akan dilakukan secara
58
UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006
Perencanaan Angkutan Umum Perkotaan Yang Berkelanjutan; Ahmad Munawar
Untuk kota besar dan medium seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan,
Semarang dan Yogyakarta, sistem angkutan
umum massal sudah harus dipiklrkan untuk
jangka menengah/panjang. Sistem
angkutan umummassa! dapat berupa sistem
Maglster Sistem dan Teknik TransportasI
jaringan jalan re! ataupun jalurkhususbus.•
Maglster Sistem dan Teknik TransportasI
UGM, StudI Kelayakan ReformasI
Sistem TransportasI Angkutan Umum
Daftar Pustaka
Abubakar, Iskandar, Mass Transit as a
Possible Mode for Sustainable City
Development, Paper at Sured 1®'
Yogyakarta: Seminar UGM.Maret
2000
Departemen Perhubungan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat,
Kebijakan TransportasI Perkotaandl
UGM, Perubahan Jalur Angkutan
Umum Perkotaan Terhadap
Beroperaslnya Terminal Glwangan,
Laporan Akhir, Oktober, 2004
Perkotaan dl Proplnsi DIY, Laporan
AkhIr, Desember 2005
Munawar, A., BudI Hartanto, TitI LlllanI S.
dan MoenadjI, Tinjauan Kebijakan
Angkutan Umum Perkotaan (StudI
Kasus Bandung), makalah pada
Seminar Naslonal TransportasI di
ITB, Bandung, November, 2001
Indonesia, Jakarta, Mel, 1999
•••
UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006
59