Kegiatan Critical Thinking dan Problem Solving Pada Mahasiswa Universitas Pancasila
Mata Kuliah
Psikologi Orang Dewasa (Pelatihan)
Dosen Pengampu:
Dr. Seta Wicaksana M. Psi., Psikolog
Kelompok 2
Nama Anggota:
Syahrani Ramadina (6020210056)
Dini Aulia (6020210057)
Nadiah Salsabila (6020210058)
Nisrina Hasna (6020210059)
Bianca Lastatia P (6020210060)
Dhinda Ryanda A (6020210061)
Nanda Ayu Sekarini (6020210074)
Ghaisani Aqilah Azra (6020210077)
Regita Mutia Cahyani Hadi (6020210078)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PANCASILA
2022
Latar belakang
Sebuah yayasan non-profit dunia, yaitu World Economic Forum mengungkapkan bahwa berpikir kritis menjadi suatu keharusan yang dimiliki setiap orang bahkan menurut Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) berpikir kritis menjadi salah satu dari lima soft skills yang wajib dimiliki di tahun 2030. Di Indonesia sendiri berpikir kritis masih kurang ditekankan dalam dunia pendidikan, justru menjadi kelemahan sistem pendidikan di Indonesia karena dalam praktiknya pun masih kurang untuk membantu pelajar berpikir kritis. Hal ini terbukti bahwa masyarakat Indonesia mudah mempercayai berita-berita yang tidak kredibel (Sampoerna University, 2022). Salah satu penelitian yang ingin melihat kemampuan berpikir kritis dalam membaca pada pelajar di Indonesia yang mana hasilnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelajar Indonesia cukup mampu berpikir kritis, tetapi kemampuan berpikir kritis tersebut masih perlu dilatih secara koheren di lingkungan belajar yang tepat (Mbato, 2019).
Kreber (2005) berpendapat bahwa pendidikan tinggi juga memiliki peran dalam menjalankan keadilan sosial, demokrasi, dan tanggung jawab. Hal ini dapat membantu pembelajar untuk memperoleh rasa otonomi pribadi dalam arti kapasitas berpikir kritis dan pengembangan intelektual serta rasa tanggung jawab sosial dalam arti perkembangan moral. Ada banyak dan berbagai cara untuk mengkonseptualisasikan pengajaran yang efektif. Namun, ada kesepakatan bersama bahwa pengajaran yang efektif harus menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik (Mashau & Maphosa, 2014). Pengajaran dan pembelajaran yang efektif terjadi ketika berbagai strategi pengajaran disediakan di kelas dan ketika penekanannya adalah pada memperoleh pemahaman daripada hanya memahami jawaban yang salah dan benar (Munna & Kalam, 2021).
Pengajar yang efektif harus menyadari cara menangani keragaman pembelajar sebagaimana diinformasikan oleh teori-teori keberagaman. Keragaman mengacu pada “ketidaksamaan dalam sifat, kualitas, karakteristik, keyakinan, nilai, dan tingkah laku yang ada dalam diri dan orang lain” (Abacioglu et al., 2020). Sejalan dengan keragaman di ruang kelas, pedagogi yang tepat harus diadopsi. Selain itu, pengajar harus memiliki pemahaman dan apresiasi yang jelas tentang peran yang dimainkan budaya dalam proses belajar mengajar. Faktanya, pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches) adalah fitur utama DPT (Diversity Pedagogy Theory). Salah satu cara untuk menerapkan student-centered approaches adalah dengan melakukan facilitated learning (Mashau & Maphosa, 2014). Untuk memfasilitasi pengajaran dan pembelajaran yang efektif terjadi, pembelajaran perlu mengurangi teoritis dan menerapkan aplikasi praktis untuk kehidupan nyata dan dunia kerja. Oleh karena itu, penting bagi pengajar untuk menghubungkan apa yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata dan juga benar-benar melibatkan pelajar dalam pembelajaran (Tovaglieri, 2022).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dibutuhkannya pembelajaran yang difasilitasi tidak hanya bentuk sarana prasarana, tetapi juga pendamping seperti seorang fasilitator, sehingga teknik pembelajaran yang tepat untuk kelompok orang dewasa adalah facilitated learning. Dengan adanya facilitated learning ini, dapat menjadi jembatan bagi kelompok orang dewasa untuk tetap belajar khususnya bisa belajar melalui course-course yang diambil atau pelatihan yang sangat memerlukan seorang fasilitator seperti mentor atau pembimbing. Pada kesempatan kali ini, kami sebagai fasilitator akan memberikan program facilitated learning dengan materi critical thinking dan problem solving yang diharapkan bisa membantu penyelesaian masalah dari kurangnya berpikir kritis di Indonesia. Bentuk pembelajaran yang diberikan adalah analisis studi kasus dan dilanjutkan dengan workshop.
Tujuan Kegiatan
Setelah diadakan program facilitated learning ini, diharapkan seluruh mahasiswa yang mengikuti program ini dapat memiliki wawasan baru terkait bagaimana individu mengembangkan soft skill-nya berupa critical thinking dan problem solving.
Setelah diadakan facilitated learning ini, diharapkan mahasiswa berpengalaman dalam menangani masalah-masalah yang ada.
Setelah diadakan facilitated learning ini, diharapkan para mahasiswa memiliki soft skill, yaitu critical thinking dan problem solving.
Target Luaran
Target luaran kegiatan Tim facilitated learning dari Fakultas Psikologi Universitas Pancasila terdiri dari dua target luaran wajib dan satu target luaran tambahan. Target luaran wajib Tim facilitated learning difokuskan tentang pentingnya critical thinking dan problem solving yang selanjutnya dapat diterapkan pada lingkungan kehidupan mereka. Target luaran tambahannya adalah untuk publikasi hasil kegiatan facilitated learning pada media sosial.
Tempat dan Waktu
Kegiatan facilitated learning diadakan secara offline pada Rabu–Jumat, 28–30 September 2022 bertempat di ruang 302 lantai 3 Fakultas Psikologi Universitas Pancasila.
Metode Kegiatan
Tim fasilitator melakukan kegiatan pelatihan kelompok orang dewasa yang diadakan secara offline di Fakultas Psikologi Universitas Pancasila. Kegiatan ini membahas terkait dengan critical thinking dan problem solving serta dilaksanakan dengan metode sebagai berikut:
Partisipan yang hadir merupakan seluruh mahasiswa dari kelas B tingkat semester 5 Fakultas Psikologi Universitas Pancasila yang berada di tahap dewasa awal.
Pelaksanaan Kegiatan facilitated learning pada mahasiswa Universitas Pancasila
Kegiatan facilitated learning dilangsungkan pada Rabu–Jumat, 28–30 September 2022. Mahasiswa dipersilakan masuk ke dalam ruangan, bertempat di ruang 302 lantai 3 Fakultas Psikologi Universitas Pancasila.
Penutupan
Tanggal 28 September 2022 pukul 15.40 WIB rangkaian kegiatan sosialisasi dari Tim facilitated learning Fakultas Psikologi berakhir ditandai dengan melakukan evaluasi kegiatan dengan memberikan Google Form berisikan tentang ringkasan materi apa yang mereka dapatkan, kesan, pesan, serta saran tentang kegiatan facilitated learning, kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.
F. Bentuk Kegiatan
Case Study;
Forum Group Discussion;
Evaluasi;
Pembuatan workshop;
Presentasi workshop.
G. Susunan Acara
Rabu, 28 September 2022
Waktu
Keterangan
11.00 WIB – 11.05 WIB
Pembukaan Acara Hari Pertama
11.05 WIB – 11.10 WIB
Perkenalan Tim Facilitated Learning
11.10 WIB – 11.20 WIB
Penjelasan Rancangan Kegiatan
11.20 WIB – 11.25 WIB
Pembagian Kelompok dan Kasus
11.25 WIB – 11.45 WIB
Kegiatan Diskusi
11.45 WIB – 12.00 WIB
Debat Kelompok
12.00 WIB – 12.05 WIB
Peserta Mengisi Form Evaluasi
12.05 WIB – 12.10 WIB
Penutupan
Kamis, 29 September 2022
Waktu
Keterangan
11.00 WIB – 11.05 WIB
Pembukaan Acara Hari Kedua
11.10 WIB – 11.20 WIB
Penjelasan Rancangan Kegiatan
11.20 WIB – 11.25 WIB
Pembagian Kelompok dan Kasus
11.25 WIB – 11.55 WIB
Kegiatan Diskusi
11.55 WIB – 12.05 WIB
Peserta Mengisi Form Evaluasi
12.05 WIB – 12.10 WIB
Penutupan
Jumat, 30 September 2022
Waktu
Keterangan
11.00 WIB – 11.05 WIB
Pembukaan Acara Hari Ketiga
11.05 WIB – 11.15 WIB
Penjelasan Rancangan Kegiatan
11.15 WIB – 11.25 WIB
Presentasi Workshop Berpikir Kritis Kelompok 1
11.25 WIB – 11.35 WIB
Presentasi Workshop Berpikir Kritis Kelompok 2
11.35 WIB – 11.45 WIB
Presentasi Workshop Berpikir Kritis Kelompok 3
11.45 WIB – 12.00 WIB
Peserta Mengisi Form Evaluasi
12.00 WIB – 12.05 WIB
Penutupan
Lampiran Kegiatan
Critical Thinking
Kegiatan I
Menanggapi Informasi yang Ambigu
Tujuan: Agar peserta dapat mengaplikasikan berpikir kritis dalam suatu keadaan.
Peralatan : Lembar pernyataan
Waktu: 35 menit
Metode: Diskusi
Prosedur:
Fasilitator membagikan lembar yang berisi 5 pernyataan kepada para mahasiswa. Fasilitator meminta mahasiswa untuk membacakan 5 pernyataan tersebut, kemudian meminta mahasiswa untuk mengisi lembaran pernyataan dengan jawaban setuju atau tidak setuju secara individu dalam waktu 5 menit.
Pernyataan tersebut adalah:
Penggerebekan paksa pasangan mahasiswa yang sedang berpacaran di dalam kos adalah hal yang benar karena jika didiamkan akan mendatangkan azab Tuhan.
Organisasi yang bertentangan dengan Pancasila dan ingin membubarkan NKRI seperti HTI memang layak dibubarkan.
Merokok adalah hak asasi seseorang sehingga pemberlakuan aturan yang membatasi tempat diperbolehkan merokok adalah peraturan yang diskriminatif. (kata kunci: surat ketentuan terkait wilayah bebas rokok)
Fasilitator membagi mahasiswa menjadi dua kelompok, lalu hasil individu didiskusikan secara berkelompok sehingga diperoleh hasil kelompok dengan alasan dalam waktu 20 menit.
Kemudian Fasilitator mengajak mahasiswa untuk kembali ke dalam kelompok besar untuk membahas hasil jawaban dua kelompok secara pleno dalam waktu 15 menit.
Setelah selesai, Fasilitator menyampaikan pertanyaan:
Kegiatan apa yang telah dilakukan?
Apa yang ia rasakan saat menjalani kegiatan?
Apa yang dapat diambil dari kegiatan ini?
Apakah mahasiswa sudah bisa menganalisis pernyataan dengan kriteria berpikir kritis sesuai dengan artikel yang diberikan?
Adakah manfaat yang didapat mahasiswa dari berpikir kritis?
Problem Solving
Kegiatan II
Selamatkan Dirimu!
Tujuan : Agar peserta dapat mengetahui manfaat bekerja sama
Peralatan : Lembar kerja dan alat tulis
Waktu : 30 menit
Metode : Aktivitas berkelompok
Prosedur :
Fasilitator memberikan Lembaran Bertahan Setelah Ledakan kepada mahasiswa dan minta mereka untuk membacakannya.
Minta mahasiswa untuk menjawab secara individu di kolom personal (A) dan menentukan prioritas barang dari 1 – 15 menurut mereka.
Setelah itu, fasilitator mengajak mahasiswa untuk berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan prioritas barang 1 – 15 dalam kelompok. Kesepakatan kelompok tidak boleh terbentuk berdasarkan hasil voting, melainkan berdasarkan hasil diskusi. Hasil keputusan kelompok diisi pada kolom kelompok (B).
Setelah diskusi selesai, minta mahasiswa untuk menghitung selisih antara skor personal dan skor kelompok serta hasilnya tuliskan di kolom I (|A-B|), berlaku juga untuk kolom II dan III. Nilai selisih menggunakan nilai mutlak sehingga tidak ada nilai minus.
Selanjutnya Fasilitator memberikan kunci jawaban dan penjelasan jawaban (lihat di nomor tujuh). Kemudian minta mahasiswa untuk membandingkan kembali selisih nilai personal dengan nilai ahli (kolom II) dan nilai kelompok dengan nilai ahli (kolom III).
Fasilitator menyampaikan pertanyaan:
Kegiatan apa yang tadi mahasiswa lakukan? (kata kunci: waktu yang digunakan dalam menjawab sendiri lebih cepat dibandingkan ketika menjawab dalam kelompok, semua orang terlibat dalam diskusi).
Apa yang mahasiswa rasakan saat menjalani kegiatan? (kata kunci: apa yang kamu rasakan ketika pendapatmu tidak diterima menjadi kesepakatan? Apa yang kamu rasakan ketika ada yang tidak berkontribusi dalam diskusi kelompok? dan apa yang kamu rasakan ketika ada anggota kelompok yang terlalu dominan?)
Apa yang bisa didapatkan dari kegiatan? Dan minta mereka menjelaskan makna dari I, II, dan III. (kata kunci: selisih antara nilai personal dan nilai kelompok (kolom I) adalah bagaimana posisi kekuatan negosiasi kita dalam kelompok, selisih nilai personal/kelompok dengan nilai dari ahli (kolom II & III) adalah seberapa besar keuntungan/kerugian yang kita peroleh dari kelompok).
Di masa depan apa yang bisa mahasiswa lakukan setelah mengetahui hal tersebut?
Pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan ini:
Bekerja dalam kelompok memang lebih sulit tapi kemungkinan mendapatkan perspektif yang lebih beragam mungkin terjadi.
Ada kemungkinan dalam kelompok muncul orang-orang yang tidak berkontribusi atau sebaliknya malah terlalu mendominasi. Hal ini terjadi karena seringkali di awal kelompok terbentuk tidak jelas tujuan dan pembagian tugas di antara anggota kelompok
Kelompok yang baik adalah kelompok yang semua anggota kelompoknya mendapatkan kebaikan dari bergabungnya mereka dalam kelompok tersebut.
Sering terjadi pada setiap anggota kelompok gagal berempati terhadap kelompoknya. Harus diingat setiap orang memiliki perasaan dan aspirasi, ada kalanya kita harus peka dengan perubahan raut wajah atau bahasa tubuh teman kelompok kita. Ada yang bisa mengemukakan pendapatnya tanpa diminta tetapi ada juga yang harus didorong agar bisa berpendapat.
Bertahan Setelah Ledakan
Kamu tinggal di suatu kota yang sumber utama energinya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Di satu siang ketika kamu sedang berkumpul bersama teman-temanmu, terdengar alarm bahaya. Alarm bahaya ini hanya akan terdengar ketika terjadi kebocoran nuklir. Dalam setiap kali latihan gawat darurat yang diselenggarakan secara rutin oleh Pemerintah Kota, ketika alarm dibunyikan, warga diwajibkan harus segera mencari ruang bawah tanah tempat berlindung karena jatuhan partikel yang mengandung radiasi nuklir bisa membunuh manusia. Kamu memiliki akses menuju ruang bawah tanah yang cukup untukmu dan teman-temanmu.
Kamu segera menuju ruang bawah tanah akan tetapi setelah itu kamu tidak bisa sembarangan keluar dari ruang bawah tanah itu. Untuk itu kamu harus membawa barang-barang untuk bertahan di ruang bawah tanah itu.
Dalam waktu yang begitu sempit itu kamu harus mengurutkan barang-barang di bawah ini sesuai tingkat kepentingannya untuk dibawa ke dalam ruang bawah tanah.
1 tong sampah besar 1 kaleng kecil dengan penutup
Korek dan lilin
Sapu
Galon air mineral
Selimut
Pemanas makanan kaleng
Sabun dan handuk
Alat masak dan makan
Senter dan baterai
Makanan kalengan dan kering
Cairan klorin pemutih
Alat pemadam api
Radio berbaterai
P3K dengan betadine dan obat
Pengukur kadar radiasi