Penerapan dan Pengukuran Hasil Belajar dengan Facilitated Learning pada Pembelajaran
Kelompok Orang dewasa
Mata Kuliah
Psikologi Orang Dewasa (Pelatihan)
Dosen Pengampu:
Dr. Seta Wicaksana M. Psi., Psikolog
Kelompok 2
Nama Anggota:
Syahrani Ramadina
(6020210056)
Dini Aulia
(6020210057)
Nadiah Salsabila
(6020210058)
Nisrina Hasna
(6020210059)
Bianca Lastatia P
(6020210060)
Dhinda Ryanda A
(6020210061)
Nanda Ayu Sekarini
(6020210074)
Ghaisani Aqilah Azra
(6020210077)
Regita Mutia Cahyani Hadi (6020210078)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PANCASILA
2022
A. LATAR BELAKANG
Sebuah yayasan non-profit dunia, yaitu World Economic Forum mengungkapkan
bahwa berpikir kritis menjadi suatu keharusan yang dimiliki setiap orang bahkan menurut
Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) berpikir kritis
menjadi salah satu dari lima soft skills yang wajib dimiliki di tahun 2030. Di Indonesia
sendiri berpikir kritis masih kurang ditekankan dalam dunia pendidikan, justru menjadi
kelemahan sistem pendidikan di Indonesia karena dalam praktiknya pun masih kurang
untuk membantu pelajar berpikir kritis. Hal ini terbukti bahwa masyarakat Indonesia
mudah mempercayai berita-berita yang tidak kredibel (Sampoerna University,
2022). Salah satu penelitian yang ingin melihat kemampuan berpikir kritis dalam
membaca pada pelajar di Indonesia yang mana hasilnya menunjukkan bahwa secara
keseluruhan pelajar Indonesia cukup mampu berpikir kritis, tetapi kemampuan berpikir
kritis tersebut masih perlu dilatih secara koheren di lingkungan belajar yang tepat (Mbato,
2019).
Kreber (2005) berpendapat bahwa pendidikan tinggi juga memiliki peran dalam
menjalankan keadilan sosial, demokrasi, dan tanggung jawab. Hal ini dapat membantu
pembelajar untuk memperoleh rasa otonomi pribadi dalam arti kapasitas berpikir kritis dan
pengembangan intelektual serta rasa tanggung jawab sosial dalam arti perkembangan
moral. Ada banyak dan berbagai cara untuk mengkonseptualisasikan pengajaran yang
efektif. Namun, ada kesepakatan bersama bahwa pengajaran yang efektif harus
menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik (Mashau & Maphosa,
2014). Pengajaran dan pembelajaran yang efektif terjadi ketika berbagai strategi
pengajaran disediakan di kelas dan ketika penekanannya adalah pada memperoleh
pemahaman daripada hanya memahami jawaban yang salah dan benar (Munna & Kalam,
2021).
Pengajar yang efektif harus menyadari cara menangani keragaman pembelajar
sebagaimana diinformasikan oleh teori-teori keberagaman. Keragaman mengacu pada
“ketidaksamaan dalam sifat, kualitas, karakteristik, keyakinan, nilai, dan tingkah laku yang
ada dalam diri dan orang lain” (Abacioglu et al., 2020). Sejalan dengan keragaman di ruang
kelas, pedagogi yang tepat harus diadopsi. Selain itu, pengajar harus memiliki pemahaman
dan apresiasi yang jelas tentang peran yang dimainkan budaya dalam proses belajar
mengajar. Faktanya, pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches)
adalah fitur utama DPT (Diversity Pedagogy Theory). Salah satu cara untuk menerapkan
student-centered approaches adalah dengan melakukan facilitated learning (Mashau &
Maphosa, 2014). Untuk memfasilitasi pengajaran dan pembelajaran yang efektif terjadi,
pembelajaran perlu mengurangi teoritis dan menerapkan aplikasi praktis untuk kehidupan
nyata dan dunia kerja. Oleh karena itu, penting bagi pengajar untuk menghubungkan apa
yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata dan juga benar-benar melibatkan pelajar
dalam pembelajaran (Tovaglieri, 2022).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dibutuhkannya pembelajaran yang
difasilitasi tidak hanya bentuk sarana prasarana, tetapi juga pendamping seperti seorang
fasilitator, sehingga teknik pembelajaran yang tepat untuk kelompok orang dewasa adalah
facilitated learning. Dalam sebuah buku modul Facilitating Adult Learning
mengungkapkan terdapat lima metode yang fokus pada kelompok partisipan orang dewasa,
yaitu reflecting, summarizing, sharing knowledge, teaching, dan receiving. Kelima metode
tersebut mampu untuk mengasah dan membantu melatih kelompok orang dewasa dalam
belajar (Thiagarajan, 2005). Dengan adanya facilitated learning ini, dapat menjadi
jembatan bagi kelompok orang dewasa untuk tetap belajar khususnya bisa belajar melalui
course-course yang diambil atau pelatihan yang sangat memerlukan seorang fasilitator
seperti mentor atau pembimbing.
B. LANDASAN TEORI
Facilitated learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang mendorong
seseorang untuk lebih bisa mengontrol proses belajarnya. Metode tersebut didapat dari
pelatihan yang menjadi fasilitator dan penyelenggara dengan menyediakan sumber daya
serta dukungan kepada peserta didik. Fasilitas pembelajaran tersebut didapat dengan
membentuk sebuah kelompok yang berkumpul untuk belajar dalam suatu pertemuan.
Kelompok tersebut bertujuan untuk bisa belajar dengan satu sama lain sehingga dapat
mengimplementasikan solusi dalam sebuah tantangan, masalah atau perkembangan
lainnya, dan juga menetapkan tujuan mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk menilai
pembelajaran.
Dalam facilitated learning menggunakan prinsip bahwa pengajar tidak banyak
mengajar atau “menceritakan” sesuatu dalam kelas. Pengajar tersebut hanya membimbing
untuk bisa menemukan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara
mandiri dalam kegiatan berbasis kelompok. Dengan menggunakan metode facilitated
learning, pengajar akan mendukung dan memfasilitasi peserta yang mengembangkan dan
membentuk tujuan dan pencapaian pembelajarannya sendiri.
Untuk itu, facilitated learning mempunyai makna bahwa pengajar harus siap dalam
materi sehingga terjadi diskusi yang akan berlangsung dan harus mempunyai jawaban yang
bisa membuat seseorang menjadi lebih ingin tahu akan suatu hal.
C. STUDI KASUS
I.I Sebelum sesi pembelajaran menggunakan facilitated learning
1. Mengemukakan inklusi topik yang ingin dipelajari
Dalam hal ini pengajar membagikan sebuah penelitian yang relevan dengan topik
yang ingin dipelajari.
2. Mengembangkan strategi untuk sesi pertanyaan
Dalam hal ini pengajar membentuk diskusi studi kasus terkait petunjuk untuk
pembelajar melakukan brainstorming terkait pertanyaan yang ingin diajukan dan
mengantisipasi kemungkinan tanggapan terhadap petunjuk diskusi studi kasus atau
pertanyaan potensial yang mungkin muncul.
3. Membentuk kelompok
Pengajar merumuskan teknik keterlibatan membentuk kelompok yang akan
digunakan dalam sesi pembelajaran. Pengajar memberikan sesi waktu untuk
berdiskusi dengan kelompok maupun individu. Selanjutnya, mengidentifikasikan
apakah sesi pembelajaran yang akan dilakukan lebih baik menggunakan kelompok
atau tidak.
4. Refleksi
Pengajar dan pembelajar mengidentifikasi tujuan menyeluruh untuk sesi
pembelajaran yang akan dilakukan dan mengkonfirmasikan bahwa studi kasus
mencerminkan tujuan pembelajaran.
II.I Selama sesi pembelajaran menggunakan facilitated learning
1. Sampaikan Masalah Keragaman dan Inklusi
•
Mengingatkan kepada audiens untuk mempertimbangkan suatu topik melewati
lensa keragaman.
•
Berbagi hasil dari riset tentang keragaman yang relevan saat berdiskusi.
•
Menanyakan bagaimana suatu topik dapat dialami secara berbeda melalui lensa
identitas sosial yang berbeda.
2. Kembangkan Strategi Bertanya dan Mengkoreografi Dinamika Kelompok
•
Memberikan porsi waktu yang cukup untuk refleksi setiap individu, interaksi
kelompok, dan pelaporan.
•
Mengumumkan kepada para partisipan tentang strategi yang digunakan untuk
mendorong keterlibatan (misalnya: “Kita akan membentuk kelompok kecil
untuk mendiskusikan studi kasus individual. Setelah itu, kita akan berkumpul
kembali untuk melaporkan kesimpulan dan solusinya”).
•
Mengumpulkan berbagai macam suara yang berkontribusi (misalnya: individu
yang berbeda, ruangan yang berbeda).
•
Gunakan teknik pembelajaran aktif untuk mengajak para partisipan dalam
mendiskusikan pertanyaan yang timbul (misalnya: berbincang dengan tetangga;
berpikir, berpasangan, berbagi).
•
Berikan kesimpulan untuk memutuskan suatu perbincangan jika beberapa
individu mendominasi.
•
Membatasi siapa yang bertanya dan dari bagian ruangan yang mana. Dapatkan
berbagai macam suara (misalnya: junior dan senior dari fakultas, laki-laki dan
perempuan).
3. Evaluasi Sesi
•
Perhatikan apa yang bekerja dengan baik dan apa yang tidak. Buat catatan
tentang hal apa yang perlu diubah dan hal apa yang tidak.
•
Meminta audiens untuk memberi kesimpulan dari keseluruhan sesi.
•
Perhatikan pada studi kasus mana yang mendapatkan perhatian dan umpan balik;
simpulkan dengan segera dan bagikan hasil dari pengamatan di akhir sesi.
•
Ingatlah untuk selalu meminta partisipan untuk menyelesaikan evaluasi.
•
Tinjau umpan balik evaluasi peserta.
•
Tinjau catatan-catatan sesi.
Seorang pengajar melakukan lebih sedikit “mengajar” dan lebih banyak
“memfasilitasi”. Seperti pengajar lebih berfokus untuk menggali “lebih dalam” topik yang
akan dibahas, melalui pembelajaran yang difasilitasi. Oleh karena itu, terdapat
pengurangan jam kontak tatap muka kepada pembelajar, Misalnya, jumlah kuliah dalam
semester tertentu dapat dikurangi karena jumlah pengajaran berkurang sehingga yang perlu
dipertahankan adalah sesi pembelajaran yang difasilitasi, melalui kelas tutorial atau
praktik.
D. PEMBAHASAN
I.I Karakteristik:
•
Menempatkan penekanan yang kuat di tempat belajar untuk memberikan konteks
yang bermakna untuk belajar.
•
Mendorong pendekatan “langsung” dan interaktif untuk kegiatan pembelajaran yang
dapat memungkinkan pembelajar menerapkan dan berinteraksi secara setara dengan
aspek berpikir dan melakukan pembelajaran dengan baik.
•
Menetapkan hasil belajar yang jelas dalam niat mereka untuk mencapai “kesiapan
belajar” bagi pembelajar.
•
Memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berkolaborasi dan bernegosiasi
dalam menentukan proses pembelajaran dan penilaian mereka.
•
Memahami pembelajar sebagai “co-produsen” pengetahuan dan keterampilan baru.
•
Mengakui bahwa pembelajaran sebelumnya dan pengalaman hidup pembelajar
adalah dasar yang berharga untuk membangun pengetahuan dan keterampilan baru.
•
Menggunakan pendekatan pengajaran yang fleksibel yang membahas gaya belajar
pembelajar yang berbeda.
•
Menghargai interaksi sosial yang terlibat dengan pembelajaran dalam kelompok.
II.I Cara Menerapkan Facilitated Learning Secara Efektif:
•
Mendorong pembelajar
Mendorong pembelajar untuk berinteraksi saat mereka belajar, yaitu dengan
mengizinkan pembelajar untuk bekerja dengan satu sama lain saat mereka
membangun pemahaman bersama. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan bahwa
mereka tetap terikat sepanjang pelajaran dan memberi mereka kesempatan untuk
mengambil manfaat dari pengetahuan dan keterampilan bersama teman sekelas
mereka.
•
Menyajikan Pertanyaan Tanpa Memberikan Jawaban
Menyajikan beberapa pertanyaan tanpa memberikan jawaban dapat mendorong
mereka untuk bekerja sama dan mencari penjelasan untuk diri mereka sendiri.
pembelajar
juga
lebih
mungkin
untuk
menginternalisasi
informasi
dan
menempatkannya di memori jangka panjang mereka.
•
Daya Tarik
Memilih aktivitas yang menarik dalam berbagai gaya belajar yang berbeda.
Menentukan gaya belajar pembelajar dengan menyajikan inventaris gaya belajar
kepada mereka. Saat merencanakan pelajaran dan kegiatan belajar, pengajar dapat
memasukkan dan mencoba kegiatan dengan gaya belajar yang menarik.
•
Ciptakan kerjasama dengan pembelajar
Alih-alih mengambil peran biasa sebagai pengajar dan pembelajar yang patuh,
membuat kerja sama dengan pembelajar yang diajar. Menjelaskan bahwa pengajar
bekerja bersama sebagai kelompok di dalam kelas untuk menemukan informasi dan
meningkatkan pemahaman kelompok tentang materi pembelajaran. Pengajar harus
menghindari penempatan dirinya sebagai ahli dalam suatu materi, tetapi bekerja
sebagai pemandu yang mendampingi pembelajarnya dan memberikan petunjuk serta
bimbingan kepada pembelajar dalam pembelajaran.
•
Kegiatan Pengaplikasian Materi Pembelajaran
Jika pembelajar menerapkan informasi yang telah mereka pelajari, mereka lebih
mungkin untuk memasukkan informasi tersebut ke dalam memori. Pengajar perlu
membuat proyek/tugas yang dirancang khusus untuk mendorong penerapan
informasi pembelajaran. Misalnya, jika membahas cara mengkonversi satuan dalam
matematika, buatlah tugas yang memerlukan konversi satuan untuk diselesaikan.
Dengan melakukan bukan hanya melihat, pembelajar akan lebih mungkin
mempertahankan informasi tersebut dalam memorinya.
III.I Elemen dalam memfasilitasi belajar
•
Dalam facilitated learning, pengajar/instruktur berperan untuk memfasilitasi dan
mendukung proses pembelajaran sesuai kebutuhan belajar bagi pembelajar saat
proses belajar berlangsung. Ruang lingkup untuk memfasilitasi pembelajar
(facilitating) adalah meliputi ruang kelas, sekolah, teknologi yang mumpuni untuk
proses pembelajaran.
•
Pengajar dapat menjadi sumber belajar bagi pembelajar saat terlaksananya proses
belajar dalam hal sikap atau tingkah laku sebagai pengajar, yang bisa dijadikan
teladan bagi pembelajar tersebut.
IV.I Evaluasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat proses evaluasi ketika pengajar memfasilitasi
untuk mendukung pembelajaran kelompok dan peningkatan pemahaman:
•
Ruang terbuka: teknik untuk menghasilkan diskusi dalam kelompok (tidak peduli
ukurannya), yang digunakan untuk menciptakan solusi untuk masalah tertentu atau
mengatasi tantangan atau untuk menetapkan tujuan dan strategi. Kepercayaan
ditempatkan pada kebijaksanaan kelompok. Dengan teknik ini, kelompok dapat
menjadi sangat kreatif dan cepat dalam memberikan ide dan solusi dibandingkan
dengan jenis pengaturan yang lebih tradisional.
•
Pemetaan pikiran: teknik brainstorming yang efisien yang membantu menangkap
pemikiran dan ide yang berbeda dari para pemangku kepentingan dengan
menghubungkan dan mengelompokkan konsep bersama-sama, daripada mendaftar
mereka secara tidak berurutan yang menghasilkan lebih banyak ide dan menemukan
makna dan koneksi yang lebih dalam dalam subjek. Hal ini berguna untuk situasi
yang kompleks.
•
Metode A3: merupakan alat berpikir yang menyediakan analisis akar masalah dan
pengembangan rencana untuk menutup kesenjangan antara target dan kinerja aktual.
Kertas A3 akan mencantumkan:
➢
Masalah;
➢
Status saat ini;
➢
Hasil yang diinginkan;
➢
Tindakan untuk masa depan.
V.I Kelebihan:
•
Bagi pengajar, memfasilitasi pembelajaran berarti kelas yang lebih terikat, di mana
pembelajar menunjukkan bahwa pengajar telah membuat kemajuan dalam tujuan
pengajaran. Selanjutnya, pengajar belajar dari memfasilitasi pembelajaran; pengajar
belajar bagaimana menyesuaikan strategi pengajarannya, bagaimana menghapus
tugas dan metode yang tidak bekerja, belajar dengan cepat beradaptasi dengan
berbagai gaya belajar pembelajar.
•
Pembelajar belajar bagaimana berpikir kritis dan mempertanyakan suatu informasi,
peran lingkungan membuat mereka kurang rentan terhadap informasi online palsu,
karena lingkungan akan membuat pola pikir individu berkembang sesuai dengan
kebiasaan di lingkungannya tersebut.
•
Menciptakan pembelajar yang ingin belajar bagaimana mempertanyakan hal-hal di
sekitar mereka secara rasional. Hal ini membuat mereka menjadi orang dewasa yang
lebih cerdas dan berpikir kritis yang akan terus membuat penyesuaian dan perubahan
positif kemanapun mereka hidup.
•
Pembelajar belajar soft skill mengenai komunikasi, di mana saat mereka berinteraksi
satu sama lain dan komunikasi tersebut dapat menjadi fasilitator dalam proses
pembelajaran. Soft skill sangat berperan penting di tempat kerja dan dalam hubungan
interpersonal. Dengan pendekatan pembelajaran yang difasilitasi, pembelajar dapat
belajar berinteraksi dengan teman sebaya dan mentor secara sehat, seperti tidak
bertele-tele dan tidak terlalu cepat dalam menyampaikan pesan, dapat diterima dan
dipahami, dan terbuka. Hal ini dapat memperkaya bisnis dan kehidupan pribadi
mereka di tahun-tahun mendatang.
VI.I Kekurangan
•
Proses pembelajaran relatif memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah materi
yang akan dipelajari, karena setiap materi tentunya memerlukan waktu untuk
dipahami.
•
Facilitated learning mengakibatkan pengajar yang seharusnya berperan sebagai
pengajar atau instruktur menjadi tidak terlalu berkontribusi dengan efektif, pengajar
tidak dapat memberikan banyak materi karena hanya sebagai fasilitator.
•
Proses pembelajaran dengan facilitated learning dalam kelompok cenderung terdapat
free rider dalam kelompok tersebut.
VII.I Peran Fasilitator
•
Sebagai pemandu proses (process guide) yang terbuka, inklusif, dan adil sehingga
setiap individu berpartisipasi aktif secara seimbang dan membangun situasi yang
nyaman agar pembelajar berpartisipasi secara aktif.
•
Sebagai Tool Giver atau pemberi alat bantu. Untuk memudahkan sebuah proses
pencapaian tujuan, fasilitator dapat menciptakan alat-alat bantu sederhana agar
proses diskusi menjadi lebih lancar.
•
Sebagai Process Educator. Fasilitator melakukan peran-peran yang bersifat
pendidikan, di antaranya dalam bentuk pembelajaran terus menerus dari fasilitator
untuk memperbaiki keterampilan, cara berpikir, cara berinteraksi serta cara
menyelesaikan masalah pada kehidupan pembelajar.
VIII.I Sikap Fasilitator
•
Empati
•
Peka terhadap situasi
•
Tidak hanya memikirkan target penyampaian materi (hasil), melainkan proses
belajar para pembelajar
•
Percaya diri
•
Jujur dan terbuka
•
Tidak menunjukkan sikap yang dibuat-buat
•
Ramah dan menghormati pembelajar
•
Menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan kepercayaan yang dianut
pembelajar
•
Objektif
E. KESIMPULAN
Facilitated learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang mendorong
seseorang untuk lebih bisa mengontrol proses belajarnya. Metode tersebut didapat dari
pelatihan yang menjadi fasilitator dan penyelenggara dengan menyediakan sumberdaya
serta dukungan kepada peserta didik. Pada facilitated learning ini, pengajar membentuk
sebuah kelompok dengan tujuan untuk dapat belajar dengan satu sama lain sehingga dapat
mengimplementasikan solusi dalam sebuah tantangan, masalah atau perkembangan
lainnya, dan juga menetapkan tujuan mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk menilai
pembelajaran. Selain itu, agar facilitated learning dapat berjalan dengan efektif pada suatu
kelompok, pengajar dapat menerapkan beberapa cara, seperti mendorong pembelajar untuk
saling berinteraksi dan bekerja sama dengan kelompok, menyajikan beberapa pertanyaan
tanpa memberikan jawaban untuk membuat pembelajar saling bekerja sama.
Facilitated Learning memiliki manfaat yang sangat penting baik untuk pengajar
dan pembelajar. Bagi pengajar, ia dapat belajar menyesuaikan strategi pengajaran.
Sedangkan pada pembelajar, facilitated learning dapat membuat mereka berpikir kritis,
ingin belajar dan bertanya rasional, mengembangkan komunikasi. Oleh karena itu,
facilitated learning penting diterapkan sebagai penghubung mengenai apa yang diajarkan
dengan situasi kehidupan nyata dan melibatkan pembelajar dalam proses pembelajaran.
Facilitated learning tidak hanya dalam bentuk sarana prasarana, tetapi juga terdapat
pendamping seperti seorang fasilitator. Dalam facilitated learning, terdapat lima metode
yang fokus pada kelompok partisipan orang dewasa, yaitu reflecting, summarizing, sharing
knowledge, teaching, dan receiving. Kelima metode tersebut mampu untuk mengasah dan
membantu melatih kelompok orang dewasa dalam belajar.
F. SARAN DAN REKOMENDASI
Gaya belajar Facilitated Learning pembelajar didorong untuk mengontrol proses
belajarnya sendiri. Peran fasilitator hanya menyediakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
pembelajar dan dukungan. Agar lebih efektif sebaiknya fasilitator juga memperhatikan dan
memberikan feedback dari proses belajar pembelajar. Selain itu, fasilitator juga harus
membangun kondisi yang nyaman agar pembelajar dapat aktif dalam proses belajarnya.
Dalam memberikan materi, fasilitator dapat menggunakan metode dari pemberian
materi yang menarik serta menantang yang mengutamakan proses belajar kolaboratif.
Metode yang menantang seperti pembelajaran yang mengharuskan pembelajar langsung
terjun atau berkontribusi di dalam masyarakat. Untuk metode yang menarik kelompok bisa
melakukan role-play sesuai dengan pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abacioglu, C. S., Volman, M., & Fischer, A. H. (2020). Teachers' multicultural attitudes
and perspective-taking abilities as factors in culturally responsive teaching. The British
journal
of
educational
psychology,
90(3),
736–752.
https://doi.org/10.1111/bjep.12328
Arief, H. (2017, Mei 13). Why is Indonesia Lagging in Critical Thinking? Hijauku.com.
https://hijauku.com/2017/05/13/why-is-indonesia-lagging-in-critical-thinking/
Bottamedi,
F.
(2019).
Why
use
facilitation
in
evaluation?
Evalforward.
https://www.evalforward.org/blog/why-use-facilitation-evaluation
Crockett, M., & Foster, J. (2005). Paket Bahan Pelatihan bagi Instruktur. ICA Section on
Archival
Education
and
Training.
http://www.ica-
sae.org/trainer/indonesian/index.htm
Idhom, A. (2022, Juli 21). Apa itu Critical Thinking dan Mengapa Penting bagi Orang
Indonesia?.
tirto.id.
https://tirto.id/apa-itu-critical-thinking-dan-mengapa-penting-
bagi-orang-indonesia-gukZ
Mahdiraji, G. A., Chung, E. C. Y., Namasivayam, S. N., & Fouladi, M. H. (2019).
Engineering grand challenges in scholar programs. In Engineering Grand Challenges
in Scholar Programs. Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-13-3579-2
Mashau, Takalani & Maphosa, Cosmas. (2014). Facilitation of Learning in the University:
Journal of Social Sciences. 41. 403-414. 10.1080/09718923.2014.11893375.
Mbato, C. L. (2019). Indonesian EFL Learners’ Critical Thinking in Reading: Bridging the
Gap between Declarative, Procedural and Conditional Knowledge. Jurnal Humaniora,
31(1), 92. https://doi.org/10.22146/jh.v31i1.37295
Munthe, A. P. (2016). PERAN pengajar MENTOR DALAM FACILITATING
LEARNING BAGI MAHASISWA PGSD SAAT PRAKTEK PENGALAMAN
LAPANGAN 1. J D P, 9(1), 1–8.
Sampoerna University. (2022, Februari 16). Critical Thinking: Membangun Keterampilan
Berfikir Dalam Diri. https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/critical-thinking/
SCHREINER,
E.
(2020).
How
to
Design
Teaching
Classroom.
Material.
https://classroom.synonym.com/ensure-students-engaged-classroom-7702283.html
Schreiner,
E.
(2020).
How
to
Design
Teaching
Material
-
Synonym.
Https://Classroom.Synonym.Com/. https://classroom.synonym.com/design-teachingmaterial-5762889.html
Smith, P., & Blake, D. (2005). Facilitating learning through effective teaching: At a
glance.
Tovaglieri, F. (2022). Facilitating Learning: What Senior Leaders in Education Should
Know?
https://Hospitalityinsights.Ehl.Edu/.
https://hospitalityinsights.ehl.edu/facilitating-learning-education
Yatimah, D. (2015). STRATEGI FASILITASI PERUBAHAN SOSIAL.
FACILITATED
LEARNING
Metode pembelajaran yang
mendorong seseorang untuk lebih
bisa mengontrol proses belajarnya.
Facilitated learning sebagai
jembatan bagi kelompok orang
dewasa untuk tetap belajar.
Facilitating Adult Learning mengungkapkan ada
lima metode yang fokus pada kelompok
partisipan orang dewasa, yaitu reflecting,
summarizing, sharing knowledge, teaching, dan
receiving. Kelima metode tersebut mampu untuk
mengasah dan membantu melatih kelompok
orang dewasa dalam belajar (Thiagarajan).
Menerapkan aplikasi yang
praktis untuk kehidupan nyata
dan dunia kerja.
Dapat memperoleh rasa otonomi
pribadi dalam arti kapasitas
berpikir kritis dan pengembangan
intelektual serta rasa tanggung
jawab sosial.
KELEBIHAN
STUDI KASUS
Pengajar dapat belajar menyesuaikan strategi pengajaran, menghapus
tugas dan metode yang tidak bekerja, cepat beradaptasi dengan
berbagai gaya belajar pembelajar.
Pembelajar belajar bagaimana berpikir kritis dan peran lingkungan
membuat pola pikir individu berkembang sesuai dengan kebiasaan di
lingkungannya tersebut.
Sebelum sesi pembelajaran menggunakan facilitated learning:
1. Mengemukakan inklusi topik yang ingin dipelajari;
2. Mengembangkan strategi untuk sesi pertanyaan;
3. Membentuk kelompok;
4. Refleksi.
Menciptakan
pembelajar
yang
ingin
belajar
bagaimana
mempertanyakan hal-hal di sekitar mereka secara rasional dan
mengembangkan komunikasi dengan baik kepada teman-teman dalam
kelompok.
KEKURANGAN
Proses pembelajaran relatif memakan banyak waktu sesuai
dengan jumlah materi yang akan dipelajari, karena setiap materi
tentunya memerlukan waktu untuk dipahami.
Selama sesi pembelajaran menggunakan facilitated learning:
1. Sampaikan masalah keragaman dan inklusi;
2. Kembangkan strategi bertanya dan mengkoreografi dinamika
kelompok;
3. Evaluasi sesi.
Seorang pengajar melakukan lebih sedikit 'mengajar' dan lebih
banyak 'memfasilitasi. Seperti, pengajar lebih berfokus untuk
menggali 'lebih dalam' topik yang akan dibahas, melalui
pembelajaran yang difasilitasi.
Facilitated learning mengakibatkan pengajar yang seharusnya
berperan sebagai pengajar atau instruktur menjadi tidak terlalu
berkontribusi dengan efektif.
Proses pembelajaran dengan facilitated learning dalam
kelompok cenderung terdapat free rider dalam kelompok
tersebut.
SUMBER
Abacioglu, C. S., Volman, M., & Fischer, A. H. (2020). Teachers' multicultural attitudes and perspective taking abilities as factors in culturally responsive teaching. The British journal of educational psychology, 90(3), 736–752. https://doi.org/10.1111/bjep.12328
Arief, H. (2017, Mei 13). Why is Indonesia Lagging in Critical Thinking?. Hijauku.com. https://hijauku.com/2017/05/13/why-is-indonesia-lagging-in-critical-thinking/
Bottamedi, F. (2019). Why use facilitation in evaluation? Evalforward. https://www.evalforward.org/blog/why-use-facilitation-evaluation
Crockett, M., & Foster, J. (2005). Paket Bahan Pelatihan bagi Instruktur. ICA Section on Archival Education and Training. http://www.ica-sae.org/trainer/indonesian/index.htm
Idhom, A. (2022, Juli 21). Apa itu Critical Thinking dan Mengapa Penting bagi Orang Indonesia?. tirto.id. https://tirto.id/apa-itu-critical-thinking-dan-mengapa-penting-bagi-orang-indonesia-gukZ
Mashau, Takalani & Maphosa, Cosmas. (2014). Facilitation of Learning in the University:. Journal of Social Sciences. 41. 403-414. 10.1080/09718923.2014.11893375.
Mahdiraji, G. A., Chung, E. C. Y., Namasivayam, S. N., & Fouladi, M. H. (2019). Engineering grand challenges in scholar programs. In Engineering Grand Challenges in Scholar Programs. Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-13-3579-2
Mbato, C. L. (2019). Indonesian EFL Learners’ Critical Thinking in Reading: Bridging the Gap between Declarative, Procedural and Conditional Knowledge. Jurnal Humaniora, 31(1), 92. https://doi.org/10.22146/jh.v31i1.37295
Munthe, A. P. (2016). PERAN pengajar MENTOR DALAM FACILITATING LEARNING BAGI MAHASISWA PGSD SAAT PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 1. J D P, 9(1), 1–8.
Sampoerna University. (2022, Februari 16). Critical Thinking: Membangun Keterampilan Berfikir Dalam Diri. https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/critical-thinking/
Schreiner, E. (2020). How to Design Teaching Material - Synonym. Https://Classroom.Synonym.Com/. https://classroom.synonym.com/design-teaching-material-5762889.html
Smith, P., & Blake, D. (2005). Facilitating learning through effective teaching: At a glance.
SCHREINER, E. (2020). How to Design Teaching Material. Classroom. https://classroom.synonym.com/ensure-students-engaged-classroom-7702283.html
Tovaglieri, F. (2022). Facilitating Learning: What Senior Leaders in Education Should Know? https://Hospitalityinsights.Ehl.Edu/. https://hospitalityinsights.ehl.edu/facilitating-learning-education
Yatimah, D. (2015). STRATEGI FASILITASI PERUBAHAN SOSIAL.