Tugas Kelompok 4:
Mata Kuliah: Teori dan Isu Pembangunan
Dosen Dr. Sigit Rochadi, M. Si.
Judul:
Kemiskinan di Nusa Tenggara dan Papua, Indonesia Timur
Penyelesaian tugas Kelompok untuk Mata Kuliah Teori dan Isu Pembanguna
Oleh Dosen Pengajar Dr. Sigit Rochadi, M. Si.
NAMA KELOMPOK 4:
1. Kemas Hafiez Irsyad (206301918051)
2. Nurnadila (216301918026)
3. Irman Susandi (216301918021)
UNIVERSITAS NASIONAL
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
JAKARTA
TAHUN 2022
Abstrak
Kemiskinan di Indonesia khususnya di Indonesia bagian Timur bagai masalah yang tak dapat
dilepaskan dari persoalan Indonesia. Kemiskinan yang terjadi sudah meliputi aspek – aspek penting
dalam kehidupan seperti Sosial, Budaya, Ekonomi, Agama dan permasalahan lainnya. Permasalahan
ini menjadi topik utama dalam penulis Kelompok 4 ini, makalah ini ingin menjelaskan kemiskinan
yang terjadi di Papua dan Nusa Tenggara sebagai daerah yang dalam BPS masih tergolong daerah
miskin
Kata Kunci: Kemiskinan, Papua, Nusa Tenggara
Abstract
Poverty in Indonesia, especially in Eastern Indonesia, is a problem that cannot be separated from
Indonesia’s problems. Poverty that occur already covers important aspects of life such Social,
culture, Economic, Religion, and other problems. This problem is the main topic in the authors of this
group of 4, the paper wants to explain the poverty that occurs in Papua and Nusa Tenggara as areas
that in BPS are still classified as poor areas.
Keywords: Poverty, Papua, Nusa Tenggara
Pendahuluan
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah – langkah
penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Kemiskinan sering dipahami
sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Kemiskinan
diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pangan, perumahan,
pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Tinjauan kemiskinan dan dimensi ekonomi diartikan
sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkan mata pencaharian yang mapan dan
memberikan penghasilan yang layak untuk menunjang hidupnya. Definisi tentang kemiskinan telah
mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab indikator maupun
permasalahan lainnya yang melingkupinya (Mahsunah, Durrotul, 2013). Di Nusa Tenggara dan Papua
merupakan contoh provinsi yang menghadapi permasalahan kemiskinan dan penanggulangan
kemiskinan. Masih tingginya angka kemiskinan disetiap Kab. Kota di Provinsi Nusa Tenggara dan
Papua. Dalam pertandingan rata – rata tingkat kemiskinan di seluruh provinsi di Indonesia.
Untuk mengukur Kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar
(Basic Needs) yang dapat diukur dengan angkat atau hitungan Indeks Perkepala (Head Count Index),
yakni jumlah dan presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan. Terdapat
beberapa indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (2009), sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan memenuhi konsumsi dasar (sandang, pangan, papan)
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi,
air bersih dan transportasi)
3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam
4. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat
5. Tidak adanya lapangan kerja dan mata pencaharaina yang berkesinambungan
Beberapa jeni kemiskinan:
1. Kemiskinan Structural
Suatu kondisi dimana sekelompok orang berada didalam wilayah kemiskinan, dan tidak ada
peluang, bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan bahkan juga anak – anaknya
2. Kemiskinan Kultural
Budaya yang membuat orang miskin yang dalam antropologi disebut Koentjaraningrat dengan
mentalitas atau kebudayaan kemiskinan sebagai adanyba budaya miskin
3. Secara Mikro
Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola, kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan timpang
4. Akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia
Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada
gilirannya upahnya rendah.
5. Akibat perbedaan akses dalam modal
Isu dan Masalah
Kemiskinan
Kemiskinan jumlah penduduk miskin Indonesia semester 1 (Maret) tahun 2020 sebanya 26,42 juta jiwa
(9,78%), berkurang sebanyak 2,17 juta jiwa (1,44%) jika dibandingkan dengan penduduk miskin. Pada
tahun 2015 sebanyak 28,59 juta jiwa (11,22%). Pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin di wilayah
Nusa Tenggara mencapai 1,87 juta jiwa atau 7,07 p% dari total penduduk miskin di Indonesia.
Berdasarkan penyebaran jumlah penduduk miskin tahun 2020 antarprovinsi sebagian besar di Provinsi
NTT sebanyak 1,15 juta jiwa atau 61,78% dari total penduduk miskin wilayah Nusa Tenggara.
Penyebaran penduduk miskin di Provinsi NTT sebanyak 90,17% diantaranya berada di pedesaan,
sedangkan di Provinsi NTB sebanyak 713,89 ribu jiwa dan 51,61% diantaranya di perkotaan. Seperti
yang terlihat pada table berikut:
Tabel: 1
Persentasi penduduk miskin menurut provinsi se – Indonesia pada Maret 2021. Dari gambar tersebut
tampak bahwa 3 (tiga) provinsi di Kawasan timuer Indonesia yaitu Provinsi Papua, Papua Barat dan
Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan presentase, penduduk miskin terbesar yaitu secara
berurutan 26,86 persen, 21,84 persen dan 20,99 persen. Sedangkan 3 (tiga) provinsi dengan presentase
penduduk miskin terendah berada di Provinsi Bali sebesar 4,53 persen, diikuti ole Provinsi DKI Jakarta
sebesar 4,72 persen dan Provinsi Kalimantan Selatan dengan presentase penduduk miskin sebesar 4,83
persen bersumber dari table berikut ini:
Tabel: 1.1
Terjadinya ketimpangan Ekonomi antar wilayah ini membawa implikasi terhadapa tingkat ketimpangan
kesejahteraan masyarakat antar wilayah (fajri, 2016). Penyebab ketimpangan ekonomi antar wilayah
juga disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya alam. Perbedaan kandungan sumber daya ala
mini jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi daerah yang bersangkutan. Daerah dengan kandungan
sumber daya alam cukup banyak akan memproduksi barang dan jasa tertentu dengan biaya relative
murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih sedikit.
Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat.
Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daeraha bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan
daerah lain mempunyai kandungan SDA lebih kecil hanya akan memproduksi barang dan jasa dengan
biaya produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut selanjutnya
menyebabkan daeraha yang bersangkutan cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat
(Sjafrizal, 2014). Menurut Li (2008) pentingnya peningkatan keterampilan dan teknologi paling jelas
ditunjukkan di Asia termasuk Indonesia.
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tingkat Kemiskinan
Tabel: 1.3
1. Ekonomi Papua tanpa pertambangan dan penggalian triwula 1 – 2021 dibandingkan tahun
sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan negative 3,76%. Angka ini mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan triwulan 1 – 2020 (y on y) yang tumbuh 2,76 persen
2. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan 1 2021 mengalami kontraksi sebesar
negative 4,72 persen (y on y).
3. Gabungan 3 kota IHK di Papua tercatat mengalamai laju inflasi semesteran Maret 2021 sebesar
1,12 persen terhadap September 2020. Laju inflasi y on y sebesar 2,47 persen pada Maret 2021
terhadap tahun sebelumnya.
4. Pada Periode September 2020 – Maret 2021, harga eceran beberapa komoditas pokok
mengalami kenaikan antara lain dagin babi (49,62%), rokok kretek filter (38,07%), ketela
rambat (29,69%) dan ikan cakalan % tuna (2,07%).
5. Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) pada februari 2021 sebesar 3,77 persen naik jika
dibandingkan dengan kondisi Februari tahun sebelumnya.
6. Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua pada bulan Maret 2021 sebesar 102,90 turun 0,67
persen dibandingkan September 2020 dengan indeks NTP sebesar 103,59.
Pendekatan Teori
Teori Kemiskinan
Menurut Siregar dan Wahyuniarti (208:27) bahwa seseorang dikatan miskin atau hidup dalam masalah
kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap barang dan jasa relative rendah dibandingkan rata
– rata orang lain dalam perekonomian tersebut.
Menurut Bank Dunia (Rendra:2010), rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makana, tempat tinggal, pakaian, kesehatan dan pendidikan. Dalam Wikipedia menyebutkan
kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampun
mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara, dan
kemiskinan merupkana masalah global.
Definisi Kemiskinan BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia, menurut United Nations, komponen
kebutuhan dasar terdiri atas kesehatan, bahan makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja dan
kondisi pekerjaan, perumahan sandang, rekreasi, jaminan sosial. Dan kebebasan manusia.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara Kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan Kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau
jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di
banyak negara – negara berkembangan (LCDs), tidak terkecuali di Indonesia.
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis kemiskinan. Konsep, yang
mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konspe yang pengukurannya
tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute (Sigit Rochadi). Kemiskinan
relative adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat
didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata – rata dari distribusi yang dimaksud (Sigit
Rochadi). Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah kebutuhan – kebutuhan minimum
untuk bertahan hidup tidak terpenuhi (Sigit Rochadi).
Kemiskinan Menurut Chambers
Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang
memiliki lima dimensi: Kemiskinan (proper), Ketidak berdayaan (powerless), Kerentaan menghadapi
situasi darurat (state of emergency), ketergantungan (dependency) dan keterasingan (Isolation).
Poverty Trap Menurut Chambers (1993)
Maltushian Trap
Kekurangan pangan
Kesehatan turun
Pendapatan turun
Kemiskinan meningkat
Daya dukung SD berkurang
Kerja keras
Beban keluarga meningkat
Kematian meningkat
Populasi menurun ke bawah ambang
batas
Populasi melampaui batas ambang optimum
Beban keluarga berkurang
Kelahiran/ popuasi meningkat
Daya dukung SD cukup
Pendapatan perkapita meningkat
Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty)
Pembahasan
PERTUMBUHAN EKONOMI NTB TRIWULAN III-2021
Perekonomian Nusa Tenggara Barat berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 mencapai
Rp 35,75 triliun dan atas dasar harga konstan
2010 mencapai Rp24,33 triliun.
Ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III-2021 terhadap triwulan sebelumnya mengalami
pertumbuhan sebesar 0,50 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 46,53 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 8,60 persen.
Ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 mengalami pertumbuhan
sebesar 2,42 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Konstruksi mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 14,82 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami
pertumbuhan tertinggi sebesar 83,96 persen.
Ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan I s/d III-2021 terhadap triwulan I s/d III-2020 mengalami
pertumbuhan sebesar 2,01 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada
Lapangan Usaha Konstruksi sebesar 9,80 persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen
tumbuh, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 101,56 persen.
Tabel: 2
Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Tahun 2015 – 2020
Tabel: 2.1
Pada tahun 2020, masyarakat di wilayah perdesaan sebagian besar memiliki Jenis pekerjaan: (i)
pertanian, kehutanan, dan perikanan (87,25%), (ii) pertambangan dan penggalian (70,02%), (iii) jasa
pendidikan (63,39%). sementara itu, jenis pekerjaan yang sebagian besar berada di perkotaan adalah:
(i) informasi dan komunikasi (83,60%), (ii) jasa persewaan bangunan (74,96%), (iii) dan jasa
keuangandan asuransi (71,12%).
Berdasarkan pertumbuhan pekerja pada setiap jenis pekerjaan utama pada periode 2015-2020, tertinggi
pada jenis pekerjaan informasi dan komunikasi (366,02%), dan penyediaan akomodasi makan dan
minum (136,37%).
Indeks Pembangunan Manusia
IPM seluruh provinsi di wilayah Nusa Tenggara selama periode 2015 – 2019 menunjukkan
peningkatan, namun masih berada di bawah IPM Nasional (71,92). IPM Provinsi NTB tahun 2019
sebesar (68,14) menduduki ranking ke-29 di tingkat nasional, dan Provinsi NTT (65,23) dan menduduki
ranking 32 secara nasional.
Tabel: 2.2
Untuk menunjukkan kecepatan perkembangan IPM selama periode 2015-2019 dapat diindikasikan
melalui reduksi shortfall per tahun (annual reduction in shortfall) yaitu perhitungan secara sederhana
untuk menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus
ditempuh untuk mencapai IPM ideal (IPM =100).Berdasarkan hasil perhitungan, nilai reduksi shortfall
per tahun di Provinsi NTB sebesar 1,71 termasuk kategori cepat, sementara di Provinsi NTT dengan
nilai reduksi shortfall per tahun sebesar 1,62, termasuk kategori menengah (1,5-1,7).
Ekonomi Papua triwulan II-2021 terhadap triwulan I-2021 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar
2,06 persen. Semua komponen pada PDRB menurut pengeluaran mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan terbesar pada komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 71,38 persen.
Tabel: 2.3
Komponen dengan pertumbuhan terbesar kedua adalah Impor Luar Negeri. Pertumbuhan komponen ini
sebesar 29,97 persen. Komponen ini mengalami kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan permintaan barang
pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Komponen terbesar selanjutnya adalah komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Komponen ini tumbuh sebesar 6,75 persen. Pertumbuhan
komponen ini terjadi dikarenakan adanya pencairan THR bagi ASN. Kemudian, komponen PMTB
tumbuh sebesar 3,52 persen, komponen PK-LNPRT tumbuh sebesar 2,73 persen, dan komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 0,89 persen.
Dialog Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Nusa Tenggara dan Papua. Artinya inflasi memiliki pengaruh terhadap
tingkat kemiskinan. Ketika permintaan terhadap barang komoditas dan jasa meningkat relatif lebih
tinggi dari penawarannya, maka permintaan tenaga kerja pun akan meningkat seiring kebutuhan
perusahaan memproduksi produknya lebih banyak. Upah sebagai pendapatan masyarakat secara
nominal juga meningkat dan mendorong daya beli masyarakat menjadi lebih tinggi Maggi (2013).
Ketika daya beli masyarakat secara nominal meningkat, pasar akan bereaksi dengan naiknya harga
komoditas dan jasa secara umum (inflasi) Sarah (2017).
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh bahwa inflasi memoderasi pengaruh investasi
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Timur. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Abdul
Latif Hamzah (2018) yang mengatakan inflasi sebagai variabel moderasi akan dapat memperkuat
hubungan investasi terhadap tingkat kemiskinan di Nusa Tenggara dan Papua. Implikasi kebijakan yang
dapat diambil berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemsikinan di Nusa Tenggara dan Papua yaitu produk domestik regional bruto memiliki peranan dalam
pengentasan kemiskinan di Indonesia Timur.
Apabila suatu keadaan perekonomian meningkat dari adanya lapangan usaha yang menghasilkan
barang maupun jasa guna meningkatkan PDRB memiliki perannya, dimana tingkat kemiskinan akan
berangsur-angsur menurun karena peningkatan lapangan pekerjaan. Permasalahan yang timbul ke
permukaan berkaitan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk adalah ketidak seimbangan antara
pertumbuhan lapangan pekerjaan dengan semakin bertambahnya tenaga kerja setiap tahunnya. Hal ini
akan menimbulkan kelebihan penawaran tenaga kerja dibandingkan dengan permintaannya, sehingga
fenomena ini memunculkan adanya pengangguran
Infographic
Tabel: 3
1. Pada tahun 2020 NTB mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya
2. Sektor Primer menjadi ujung tombak pendapatan ekonomi
3. Melimpahnya sumber daya alam (SDA) tersebut sesua dengan data yang dianalisa
4. Pada tahun 2020 terjadi kenaikan sebesar 5% untuk pendapatan usaha dari sektor primer
Gini Ratio
Tabel: 3.1
Berdasarkan data BPS, perkembangan nilai koefisien Gini Ratio secara nasional pada periode 20152020 menunjukkan penurunan, yaitu sebesar 0,408 pada tahun 2015 berkurang sebesar 0,027 menjadi
0,381 pada tahun 2020. Perkembangan nilai koefisien Gini Ratio di Provinsi NTB dan NTT pada
periode 2015-2020, menunjukkan tren fluktuatif dan menunjukkan peningkatan dengan nilai koefisien
Gini Ratio pada tahun 2020, tertinggi di Provinsi NTB sebesar 0,376, dan di Provinsi NTT sebesar
0,354. Peningkatan ketimpangan tersebut, dikontribusi dari peningkatan nilai koefisien Gini Ratio di
perdesaan maupun di perkotaan, dengan peningkatan nilai koefisien Gini Ratio tertinggi di Provinsi
NTT sebesar 0,015.
Kesimpulan
Faktor – faktor yang berpengaruh pada tingkat kemiskinan di Papua
1. Ekonomi Papua tanpa pertambangan dan penggalian triwula 1 – 2021 dibandingkan tahun
sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan negative 3,76%. Angka ini mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan triwulan 1 – 2020 (y on y) yang tumbuh 2,76 persen
2. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan 1 2021 mengalami kontraksi sebesar
negative 4,72 persen (y on y).
3. Gabungan 3 kota IHK di Papua tercatat mengalamai laju inflasi semesteran Maret 2021 sebesar
1,12 persen terhadap September 2020. Laju inflasi y on y sebesar 2,47 persen pada Maret 2021
terhadap tahun sebelumnya.
4. Pada Periode September 2020 – Maret 2021, harga eceran beberapa komoditas pokok
mengalami kenaikan antara lain dagin babi (49,62%), rokok kretek filter (38,07%), ketela
rambat (29,69%) dan ikan cakalan % tuna (2,07%).
5. Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) pada februari 2021 sebesar 3,77 persen naik jika
dibandingkan dengan kondisi Februari tahun sebelumnya.
Dilihat dari fakta – faktanya daerah Indonesia Timur menjadi daerah yang tidak dijadikan proriatas
pembangunan pada negara Indonesia. Walaupun pemerintah telah mengimplementasikan program –
progam untuk menanggulangi permasalahan ini tetap saja permasalahan ini masih menjadi masalah
utama kesenjangan ekonomi di daerah Indonesia Timur. Pembangunan yang dilakukan dirasakan tidak
memberikan dampak atau langsung dirasakan oleh masyarakat disana. Akses – akses dan infrastruktur
yang mendukung, bisa memberikan dan meningkatkan ekonomi pembangunan tidak dilakukan dengan
alasan luasnya daerah tersebut yang memerlukan dana dan waktu, serta perencanaan yang panjang.
Itulah yang menjadikan pembangunan ekonomi disana masih belum bergerak di tingkat masyarakat
yang mayoritas miskin.
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, Lembaga – Lembaga, dan masyarakat terjebak dalam lingkaran
setan kemiskinan (Circle of life poverty). Bisa disimpulkan para aktor kebijakan dan masyarakat tidak
memahami masalah utama dalam kemiskinan di daerahnya. Indonesia Timur dianugerahkan dengan SD
alam yang banyak dan memikat tetapi itu tidak dimaksimalkan karena kurangnya SDM yang memenuhi
yang dapat memproses Sumber daya – sumber daya tersebut menjadi PAD (Pendapatan Asli Daerah)
yang dapat meningkatkan taraf hidup ekonomi disana.
Daftar Pustaka
Alghofari, Farid. 2010. Analisis tingkat pengangguran Di Indonesia Tahun 1980- 2007. Jurnal
Universitas Diponegoro Semarang. Vol. 1 no. 1 2007
Abdul Latif Hamzah.2018. Pengaruh pengangguran dan investasi dengan inflasi sebagai Variable
moderasi terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Bagian Timur tahun 2009-2017, Jurnal
Universitas Diponegoro Semarang Hal 18-25
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua 2021
https://simreg.bappenas.go.id/assets/temaalus/document/Publikasi/DokPub/Gabung_PDDA_2020_Nu
stra_FINAL_100121.pdf
Indeks Kemiskinan Nusa Tenggara September 2021
Li. Muqun. 2008. Indonesia in Comparative Perspective Series Prospects for Skills-Based Export
Growth in A Labour-abundant, Rource-rich Developing Economy. Journal Bulletin of Indonesian
Economic Studies, Vol. 44, No. 2, 2008: 199–228
Peraturan Presiden Republik Indonesia No 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Wijono, Wiloejo, Wiryo. 2005. Mengungkap Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dalam Lima Tahun Terakhir, Jurnal Manajemen dan Fiskal, Volume V, Nomor 2, Jakarta.