Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
9 pages
1 file
Salah satu kompetensi guru menurut Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 dalam dimensi pedagogik adalah dapat menyelenggarakan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar, dengan kompetensi inti mengembangkan instrumen penilaian.
Inkuiri: Jurnal Pendidikan IPA, 2018
JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), 2020
Mahasiswa perlu memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk dapat menghadapi berbagai perkembangan di abad ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir mahasiswa dalam menyelesaikan soal IPA tipe HOTS pada mata kuliah sains lanjut. Subjek Penelitian adalah mahasiswa PGSD semester IV tahun ajaran 2018/ 2019 berjumlah 87 orang. Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara serta soal tes berbasis HOTS. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa mencapai 72,28 % dan masuk ke dalam kriteria cukup. Mahasiswa yang dapat mencapai tingkat C4 (Analisis) mencapai 81,52%, C5 (Evaluasi) 71,91%, dan C6 (Kreasi) 60,67%. Sedangkan hasil wawancara menujukkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan dalam merancang percobaan, merumuskan masalah, dan meyelesaikan percobaan. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kemampuan mahasiswa PGSD dalam menyelesaikan soal IPA tipe HOTS...
Indonesian Journal of Community Services, 2019
AbstrakKemampuan berpikir tingkat tinggi mengajarkan siswa untuk mampu mengaplikasikan kemampuan yang mereka miliki dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu kemampuan yang erat kaitannya dengan penalaran yang bukan hanya sekedar mengingat kembali, ataupun menyatakan kembali, kemampuan ini menitik beratkan pada kemampuan untuk menganalisis, membuat keputusan yang tepat dan memecahkan suatu masalah. Berdasarkan observasi yang dilakukan ditemukan permasalahan guru belum terlatih mengembangkan soal-soal yang berorientasi HOTS pada muatan IPA, guru masih kesulitan memahai soal soal berdasarkan kategori tingkatan kognitif siswa sesuai dengan taksonomi bloom terbaru. Untuk mengembangkan kemampuan guru dalam menyususn soal-soal berbasis HOTS maka diperlukan pelatihan yang dapat mengaktifkan guru dalam membuat soal-soal yang berorientasi HOTS. Pelaksanaan pengabdian masyarakat, dalam bentuk kegiatan pelatihan, dis...
Abstrak : Salah satu ciri pembelajaran abad 21 adalah kegiatan pembelajaran yang mengasah HOTS (high order thinking skill) dan literasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan HOTS, literasi, dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Alam Ar-Ridho TA. 2017/2018 dengan model belajar PjBL (project base learning) berupa proyek membuat mainan berbasis gerak dan gaya. Tahap awal, siswa mengakses ragam literasi untuk mencari ide/inspirasi karya, kemudian dalam tahap proses pembuatan karya melibatkan kemampuan HOTS, yaitu : menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating). Pada tahap akhir, siswa mempresentasikan dan mendemonstrasikan hasil karyanya. Untuk hasil belajar IPA berupa tes tulis materi gerak dan gaya, ketuntasan belajar siswa mencapai 90,9 % dengan nilai rata-rata 80,5. Kata Kunci : HOTS, Literasi, project base learning, mainan berbasis gerak & gaya Abstract : One of 21 st learning characteristic is learning based on HOTS (high order thinking skill) sharpening and literacy. This goal research is to enrichment HOTS, literacy, and IPA learning result of 5 th grade SD Alam Ar-Ridho students academic year 2017/2018 with PjBL model by making toys based on motion and force project. In the beginning, students access vary of literacy to find idea or inspiration, then in the process making toys, students using HOTS skill : analyzing, evaluating, and creating. In the last stage, students presented and demonstrated their project. For the IPA learning result by evaluation test of motion and force subject, students learning mastery is 90,9 % and GPA 80,5. Keywords : HOTS, Literation, project base learning, toys based on motion & force
Abstrak. Pelaksanaan Kurikulum Sekolah Dasar 2013 dilakukan melalui pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, dengan tematik pendekatan terintegrasi dari Kelas I sampai Kelas VI (Permendikbud No. 65 dan 67 tahun 2013). Pembelajaran Terpadu Tematik diimplementasikan dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu. Integrasi materi agar kompetensi tematik terkait satu sama lain, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari tumpang tindih dan menjaga keselarasan belajar (interdisipliner) dan kontekstual (transdisciplinary). Integrated tematik pembelajaran yang relevan untuk mengakomodasi perbedaan dalam belajar, dan diharapkan menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Integrated pembelajaran tematik memiliki pengaruh berbeda dengan model pembelajaran lainnya, karena memandu peserta didik mencapai tingkat yang lebih tinggi dari berpikir untuk mengoptimalkan beberapa kemampuan berpikir, proses inovatif untuk dimensi pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Namun, kecenderungan memiliki telah mengajar di sekolah dasar lebih menekankan pada (banyak) keterampilan berpikir tingkat rendah yang hanya mampu menjawab pertanyaan faktual yang dengan alternatif satu jawaban dan jawabannya adalah biasanya sesuatu yang dapat ditemukan secara langsung dalam buku atau menghafal. Tingkat rendah kemampuan berpikir adalah media keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Itulah sebabnya pola yang perlu dimulai HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi) belajar. Keterampilan ini perlu dilatih sejak usia SD untuk membuat siswa terbiasa dengan cara berpikir yang akan menjadi modal belajar pada tingkat pendidikan berikutnya. Keterampilan berpikir tingkat tinggi juga membuat siswa mampu menyampaikan ide-ide argumentatif, logis, dan percaya diri, baik tertulis, lisan, dan tindakan. Kata Kunci: pembelajaran, hots, keterampilan berfikir, anak usia sekolah dasar. Abstact. The implementation of the Primary School Curriculum 2013 is done through partial learning towards an integrated learning, with a thematic approach-integrated from Class I to Class VI (Permendikbud No. 65 and 67 in 2013). Integrated Thematic learning is implemented using the principles of integrated learning. The integration of the thematic order competency materials related to one another, so as to be mutually reinforcing, avoid overlapping and maintain alignment of learning (interdisciplinary) and contextual (transdisciplinary). Integrated thematic learning relevant to accommodate differences in qualitative learning environment, and is expected to inspire learners to acquire learning experience. Integrated thematic learning has a qualitatively different with other learning model, because it guides learners achieve higher levels of thinking to optimize multiple thinking skills, an innovative process for the development dimension of attitudes, skills and knowledge. However, the tendency has been teaching in elementary schools put more emphasis on (LOTS) Lower Order Thingking Skills are only able to answer factual questions which alternative is only one answer and the answer is usually something that can be found directly in the book or memorizing. Low-level thinking skills is the medium of higher thinking skills. That is why learning patterns that need to be initiated HOTS (Higher Order Thinking Skills). These skills need to be trained since elementary school age to make students familiar with the way of thinking that would be a high level of capital in the next education level. High-level thinking skills also make students able to convey ideas argumentative, logical, and self-confident, whether written, oral, and action.
Achievement of competence at an education unit implemented through learning activities. One of the subjects that must be mastered competency at the elementary level are Natural Sciences. Learning science in elementary school should be an opportunity to foster the curiosity of learners scientifically. This will help them develop the ability to ask and seek answers to natural phenomena. But in fact not all learners master the competencies as expected. Mastery of concepts lacking IPA is due to the difficulty in responding to the learners' learning by their teachers. The findings of this study provide information on the cause of learning difficulties in the elementary science learners 1) internal factors which aspects of interest, motivation, selfconfidence, study habits, and ideals; and 2) external factors that many foreign terms, the material is too dense, the students seem inevitably have to memorize the material, lack of instructional media, students seem difficult to understand the material without the availability of media, teachers tend to dominate learning, mastery of the teacher will be the material is weak, and too monotonous.
Global Storytelling: Journal of Digital and Moving Images 2(2): 131-173, 2023
THẨM QUYỀN VÀ NHIỆM VỤ CỦA TTV & HỘI ĐỒNG TRỌNG TÀI TRONG TRỌNG TÀI THƯƠNG MẠI QUỐC TẾ, 2022
Dakini Publications, 2020
Revista de derecho (Valdivia), 2007
Por falar em virtudes; separação dos poderes, força vital da Constituição e a leadade institucional (ou quis custodiet ipsos custodes?), 2023
PWD Group Texas, United States, 2023
Putri Miftahul Jannah, 2020
İstanbul Üniversitesi Çeviribilim Dergisi, (19), 191-205, 2023
BioMed Research International, 2020
Journal of Historical Geography, 1988
IEEE Transactions on Industrial Electronics, 2014
2019
Journal of Clinical Psychopharmacology, 2020
Iranian Journal of Physics Research, 2014
Environment and Development Economics, 2005