Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
p-ISSN 2621-1610
e-ISSN 2620-9934
http://ejournal.upi.edu/index.php/jaz/ - e-mail:
[email protected] dan
[email protected]
DOI: http://10.17509/jaz.v2i1.14744
TINGKAT KERENTANAN BENCANA PADA SEKOLAH
Kasus: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Bandung
Article History:
First draft received:
7 Januari 2019
Revised:
15 Januari 2019
Irfan Reihandhiya Rinaldi1
Asep Yudi Permana2
1
Mahasiswa Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia
Koresponden Author dan Dosen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI
Jln. Dr. Setiabudhi no. 207 Bandung 40154
Email :
[email protected]
[email protected]
2
Accepted:
Abstract: This research is motivated by the importance of knowing the vulnerability of a
disaster in school buildings. Geological, topographic, environmental, and building
Final proof received:
planning factors affect the vulnerability of disasters. Adjustment of the direction of
development and strengthening in school buildings is the government's efforts in protecting
Print:
the education sector. This is stated in a disaster-safe school program in which there are 3
10 Februari 2019
(three) pillars, one of which is a school facility. This school facility becomes an important
factor because it accommodates the other pillars. This study aims to identify the
vulnerability level of a disaster at Public Vocational High School in Bandung. The diversity
Online
and complexity of Vocational High School environment conditions can be an example by
11 Februari 2019
other school levels. This research type is descriptive qualitative, with subject of research is
16 Public Vocational High School in Bandung City.
The results of research shows that the highest disaster vulnerability to Public Vocational
Jurnal Arsitektur High School in Bandung is a fire disaster, followed by successive earthquake, flood,
ZONASI is indexed and
tornado, and landslide.
listed in several databases,
Keywords: Disaster, Vulnerability, School is Vocational
23 Januari 2019
Abstrak:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya mengetahui kerentanan suatu bencana pada
bangunan sekolah. Faktor geologi, topografi, lingkungan, dan perencanaan bangunan
mempengaruhi terhadap kerentanan bencana. Penyesuaian arah pembangunan maupun
penguatan pada bangunan sekolah merupakan upaya pemerintah dalam melindungi sektor
pendidikan. Hal ini dituangkan dalam program sekolah aman bencana yang di dalamnya
terdapat 3 (tiga) pilar, salah satunya adalah fasilitas sekolah. Fasilitas sekolah ini menjadi
faktor penting karena mewadahi pilar yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat kerentanan suatu bencana pada SMK Negeri di Kota Bandung.
Keberagaman dan kompleksitas kondisi lingkungan SMK dapat menjadi contoh oleh
tingkatan sekolah yang lain. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, dengan
subjek penelitian adalah 16 SMK Negeri di Kota Bandung.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kerentanan bencana yang tertinggi terhadap SMK Negeri
di Kota Bandung adalah bencana kebakaran, selanjutnya diikuti secara berturut-turut gempa
bumi, banjir, angin putting beliung, dan bencana tanah longsor.
Kata Kunci: Bencana, Kerentanan, Sekolah Menengah Kejuruan
1. Pendahuluan
Persilangan dua benua dan dua samudera menyebabkan negara Indonesia rawan terhadap bencana
alam. Upaya pemerintah menanggulangi bencana salah satunya mengutamakan sektor pendidikan. Jawa
Barat sebagai salah satu provinsi yang sangat rawan terjadinya bencana alam di Indonesia (BAPPEDA
Provinsi Jawa Barat, 2010), mencakup Kota Bandung yang menduduki peringkat ke-52 indeks risiko
bencana cuaca ekstrim nilai 20 kategori risiko tinggi, peringkat ke-69 pada indeks risiko bencana gempa
12
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019
Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
bumi nilai 22 kategori risiko tinggi, dan juga menduduki peringkat 227 indeks risiko bencana banjir nilai 34
kategori risiko tinggi (Meliano, 2015).
Kota Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia (Permana dan Wijaya, 2013; Permana,
2014; Permana dan Wijaya, 2017; Permana, Susanti, dan Wijaya, 2018) perlu kiranya untuk mengidentifikasi
tingkat kerentanan pada gedung-gedung umum khususnya pada bangunan pendidikan. Pada penelitian ini
yang menjadi obyek penelitian adalah bangunan gedung sekolah khususnya SMK yang berada di Kota
Bandung.
Mengetahui kerentanan bencana pada sekolah menjadi hal penting dalam merencanakan atau
menguatkan bangunan sekolah yang aman terhadap bencana. Penentuan lokasi, perencanaan, struktur,
konstruksi, dan utilitas diciptakan sebaik mungkin agar kehilangan jiwa dan kerugian materi dapat dihindari.
Dalam Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, berdasarkan aspek hukum
mengenai SMK3 perlu memperhatikan aspek sistem manajemen keselamatan, kesehatan, dan keamanan
bahkan kemudahan dalam aksesibiltas di dalam gedung (Anonim, 2002; Suyono dan Maharani, 2011;
Rahmat, Prianto, dan Sasongko, 2018). Mengidentifikasi ke-rentanan bencana pada setiap sekolah menjadi
hal penting dalam mewujudkan perencanaan dan penguatan sarana dan prasarana bangunan sekolah sebagai
upaya penyelamatan dan mengurangi dampak buruk akibat bencana.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah kerentanan bencana yang terdapat di
SMK Negeri Kota Bandung?”, dari rumusan masalah peneliti menurunkannya ke dalam beberapa pertanyaan
penelitian, antara lain:
1. Kerentanan bencana apa saja yang terdapat di Kota Bandung ?
2. Bencana apa yang mempunyai frekuensi dan risiko tertinggi di Kota Bandung ?
3. Sekolah mana saja yang paling tinggi kerentanannya terhadap bencana ?
A.1 Bencana dan Jenis Bencan
Pengertian bencana yang cenderung merefleksikan karakteristik dari bencana (Carter, 1991; Walhi,
2011), bencana adalah kondisi pola tidak norma dalam kehidupan sebagai akibat gangguan atau kekacauan.
Kondisi ini akan menimbulkan banyak korban pada wilayah yang luas dan terjadi sangat hebat, baik secara
tiba-tiba ataupun tidak disangka. Sebagai dampaknya bisa berakibat secara materiil (kerugian harta benda)
maupun luka-luka bahkan kehilangan jiwa (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Tabel 1. Jenis-jenis Bencana
Bencana Alam
Bencana Non-Alam
Bencana Sosial
1. Gempa Bumi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
1.
2.
Tsunami
Letusan Gunung Api
Banjir
Longsor
Kekeringan
Kebakaran hutan dan lahan
Wabah Penyakit
Mal-Praktik Teknologi
Kelaparan
Kerusuhan Sosial
Konflik Sosial
Sumber: UU RI No. 24 Tahun 2007
Sitinjak (2011) menjelaskan bahwa kerentanan bencana adalah kondisi adanya ketidak mampuan
masyarakat/komunitas dalam menghadapi ancaman bencana. Pembagian kerentanan bencana menurut
Sitinjak (2011) terbagi atas 6 (enam) tipe, (PRNMB, Dikti, 2004) di antaranya: (1) Kerentanan lingkungan;
(2) Kerentanan sosial; (3) Kerentanan ekonomi; (4) Kerentanan kelembagaan; (5) Kerentanan sistem; dan
(6) Kerentanan akibat tindakan yang tidak memikirkan keberlanjutan.
Kerentanan berdasarkan sebabnya dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu: (1) Kerentanan karena
bahaya (hazard specific), yaitu kerentanan yang terjadi akibat kedekatan lokasi dari suatu objek terhadap
Copyright © 2019, Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
13
Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
sumber bahaya; dan (2) Kerentanan karena situasi/keadaan (setting specific), yaitu kerentanan yang
disebabkan oleh bentuk aktivitas sosio-ekonomi manusia(ADPC, 2003).
Sitinjak, (2011) mengemukakan bahwa dalam penanggulangan bencana yang paling utama adalah
pada saat sebelum terjadi bencana, antara lain bagaimana melakukan pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan. Menurut UU RI Nomor 24 tahun 2007 semua masyarakat memiliki hak yang sama untuk
mengikuti program pendidikan, penyulihan, pelatihan, dan keterampilan dalam penanggulangan bencana
(Anonim, 2007; Muhammadiyah Disaster Manajemen Center, 2010; Permana, 2011). Menurut BNPB (2015)
Sekolah Aman Bencana adalah sekolah yang mampu melindungi civitas akademika dan lingkungannya dari
bahaya bencana melaputi penerapan standar prasarana dan sarana serta budaya (Perka Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2012). Dalam pilar sekolah aman bencana terdapat tiga pilar yaitu, fasilitas
sekolah/struktural dan manajemen dan pengetahuan/non-struktural (BNPB, 2015).
Tabel 2. Sub Pilar Sekolah Aman
Persiapan
1. Pemilihan Likasi
Pembangunan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pemeliharaan
Standar Bangunan
Standar kinerja
Desain aman bencana
Pelatihan bagi pembuat bangunan
Pengawasan konstruksi
Kontrol kualitas
Pemodelan ulang
Perkuatan (retrofit)
Sumber: (Kemendikbud, 2015)
2. Metode dan Lokasi Penelitian
2.1 Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu sebagai rangkaian kegiatan dalam
mendapatkan data yang bersifat apa adanya dan mendapatkan hasil yang lebih menekankan pada makna.
Penelitian ini mengeksplorasi masalah kerentanan bencana yang terdapat pada SMK Negeri Kota Bandung.
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah seluruh SMK Negeri Kota Bandung.
Dalam penelitian ini selain melakukan studi pustaka, peneliti juga menggunakan studi lapangan
dengan metode pengumpulan data dan instrumen, sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai potensi bencana yang terdapat di wilayah
kota Bandung. Peneliti mewawancarai narasumber dari instansi yang terkait, yaitu dengan Dinas Kebakaran
dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah/BPBD Provinsi
Jawa Barat.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai data indeks risiko bencana dan
kerentanan bencana dari pihak instansi terkait dan fisik dari fasilitas SMK Negeri di Kota Bandung.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan prasarana dan sarana sekolah sebagai
syarat dari SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan, Keselamatan, keamanan, dan kemudahaan, serta
kelayakan bagi penyandang disabilitas. Teknik analisis data menggunakan statistik sederhana penggunakan
prosentase dari perbandinga skor riil dengan skor ideal, yang kemudian dilakukan interpretasi. (Sugiyono,
2010; Soegiarto, 2013), dengan rumus sebagai berikut:
Pencapaian =
14
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019
x 100%
Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
Kriteria pencapaian yang digunakan untuk menghitung skor dari instrumen observasi sebagai berikut (Sugiyono,
2010; Soegiarto, 2013) :
• Terpenuhi
= 76% - 100%
• Kurang Terpenuhi
= 51% - 75%
• Tidak Terpenuhi
= 26% - 50%
• Sangat Tidak Terpenuhi = 0% - 25%
Untuk menentukan status sekolah terhadap kerentanan bencana dilakukan langkah yang sama dengan
menggunakan statistik sederhana yaitu prosentase. Kriterianya mengikuti:
• Aman
= 100%
• Rendah
= 80% - 99%
• Sedang
= 60% - 79,9%
• Tinggi
= 40% - 59,9%
• Sangat Tinggi
= 20% - 39,9%
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subyek penelitian pada 16 SMK Negeri di Kota
Bandungseperti terlihat pada gambar 1. Adapun waktu pelaksanaannya bulan Mei 2017 s.d. Juli 2017.
Gambar 1. Peta Kota Bandung, 2014
Sumber: (Permana, Soetomo, Hardiman, dan Buchori, 2013)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Kota Bandung Risiko Bencana Tinggi
Kejadian Bencana di Provinsi Jawa Barat perkembangan per-tahunnya menduduki tingkat risiko
bencana yang tinggi. Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) tercatat pada provinsi Jawa
Barat, telah mengalami 3.413 kejadian bencana alam dan 6.419 korban meninggal.
Terdapat 5 (lima) bencana yang memiliki tingkat risiko tinggi dan frekuensi kejadian tinggi di Kota
Bandung sebagai berikut:
1. Gempa Bumi
Analisis risiko bencana yang dikeluarkan BPBD Provinsi Jawa Barat menyebutkan Kota Bandung
memiliki luas potensi bahaya gempa bumi sebesar 16.767 Ha yang termasuk ke dalam kelas “tinggi”.
Beberapa kecamatan rawan gempa bumi berada di Sukasari, Sukajadi, Sumur Bandung, Regol, Coblong,
Copyright © 2019, Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
15
Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
Cinambo, Cicendo, Kiaracondong, Bojongloa Kaler, Batununggal, Bandung Wetan, dan bandung Kulon.
Peta kerentanan bencana gempa buki dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Peta Resiko Gempa Bumi Kota Bandung
Sumber: (Kementerian ATR, 2016)
2. Kebakaran Gedung dan Bangunan
BPBD Provinsi Jawa Barat mencatat yang paling sering terjadi di kecamatan: Arcamanik, Bandung
Wetan, Bojongloa Kaler, dan. Lengkong. Sedangkan daerah yang berisiko kebakaran meliputi kecamatan.
Babakan Ciparay,Ciburi, Cibeunying Kidul, Bojongloa Kaler, Batuninggal, Bandung Kulon, Sukajadi,
Bandung Wetan, Bandung Kidul, Astanaanyar, dan Cicendo.
3. Angin Puting Beliung
Berdasarkan catatan BPBD Provinsi Jawa Barat, merekam 11 kejadian angin puting beliung yang
diperkuat dengan data Dinas Sosial Kota Bandung yang tercatat 10 kejadian bencana angin puting beliung
sepanjang tahun 2016. Korban dan kerugian akibat angin puting beliung dapat disebabkan oleh faktor
sekunder seperti pohon tumbang, papan reklame yang roboh, puing bangunan dan lainnya.
4. Banjir
Kota Bandung memiliki luas banjir sebesar 14.570 Ha yang termasuk ke dalam kelas “tinggi”. Daerah
yang sering terjadi banjir terletak di daerah-daerah yang dilewati oleh 5 aliran sungai yaitu Cikapundung,
Cibeunying, Cipaku, Cipadung, dan Cipamokolan.
5. Tanah Longsor
Kota Bandung memiliki potensi luas bahaya tanah longsor sebesar 328 Ha yang termasuk ke dalam
kelas “tinggi”. Daerah berisiko longsor adalah Cidadap, Coblong, Ujungberung, Mandalajati, Cibeunying
Kaler, dan Cibiru. Peta Risiko tanah longsor dapat dilihat pada gambar 3.
16
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019
Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
Gambar 3. Peta Risiko Tanah Longsor Kota Bandung
Sumber: (Kementerian ATR, 2016)
3.2 Kerentanan Bencana Gempa Bumi
Berdasarkan hasil penyajian data rekapitulasi kerentanan risiko bencana dan peringkat sekolah pada
kerentanan gempa bumi di SMK Negeri Kota Bandung, maka diperoleh 8 (delapan) SMK yang memiliki
tingkat kerentanan yang tinggi. SMK yang memiliki tingkat kerentanan tinggi tersebut adalah SMK Negeri
10, SMK Negeri 7, SMK Negeri 5, SMK Negeri 15, SMK Negeri 8, SMK Negeri 3, SMK Negeri 11 dan
SMK PU Negeri.
Dilihat dari parameter kerentanan bencana gempa bumi, parameter bidang miring/ramp tidak dimiliki
oleh semua sekolah yang diteliti. Selain itu, sekolah yang memiliki kerentanan tinggi pada bencana gempa
memiliki nilai nol pada parameter geologi yang memiliki arti bahwa sekolah tersebut berada di daerah
patahan atau rawan pergerakan tanah.
Tabel 3. Peringkat Sekolah pada Kerentanan Bencana Gempa Bumi
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
1
SMK Negeri 11
54,20
Tinggi
2
SMK PU Negeri
62,13
Tinggi
3
SMK Negeri 3
63,20
Tinggi
4
SMK Negeri 8
65,33
Tinggi
5
SMK Negeri 15
66,20
Tinggi
6
SMK Negeri 5
66,40
Tinggi
7
SMK Negeri 7
66,33
Tinggi
8
SMK Negeri 10
68,60
Tinggi
Copyright © 2019, Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
17
Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
9
SMK Negeri 4
71,53
Sedang
10
SMK Negeri 14
71,60
Sedang
11
SMK Negeri 13
72,13
Sedang
12
SMK Negeri 1
73,13
Sedang
13
SMK Negeri 12
73,40
Sedang
14
SMK Negeri 9
77,47
Sedang
15
SMK Negeri 2
80,67
Sedang
16
SMK Negeri 6
82,73
Sedang
Sumber: diolah dari dokumen penulis (Rinaldi, 2017)
Dari tabel 3 dapat digambarkan perbandingan tingkat kerentanan Bencana Gempa Bumi di sekolah-sekolah
SMKN di Kota Bandung seperti terlihat pada gambar 4.
Kerentanan Sedang
Gambar 4. Grafik Kerentanan Bencana Gempa Bumi
Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2017
3.3 Kerentanan Bencana Kebakaran
Berdasarkan hasil penyajian data rekapitulasi kerentanan risiko bencana dan peringkat sekolah pada
kerentanan kebakaran di SMK Negeri Kota Bandung diperoleh seluruh SMK memiliki kerentanan yang
tinggi dan 2 (dua) SMK yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi, yaitu SMK PU Negeri dan SMK
Negeri 8.
Dilihat dari paramameter bencana kebakaran, seluruh sekolah tidak memiliki sprinkler dan hydrant.
Bahkan hanya 2 (dua) sekolah yang memiliki APAR, yaitu SMK Negeri 1 Bandung dan SMK Negeri 11
Bandung, namun tidak sesuai standar karena jumlah minimal dan penempatannya. Selain itu, dari 7 (tujuh)
sekolah yang memiliki pasokan air, hanya 2 (dua) sekolah yang memenuhi kriteria.
Tabel 4. Peringkat Sekolah pada Kerentanan Bencana Kebakaran
18
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
1
SMK Negeri 8
47.93
Sangat Tinggi
2
SMK PU N
48
Sangat Tinggi
3
SMK Negeri 11
51.43
Tinggi
4
SMK Negeri 2
52.44
Tinggi
5
SMK Negeri 5
54.31
Tinggi
6
SMK Negeri 7
54.25
Tinggi
7
SMK Negeri 1
55.44
Tinggi
8
SMK Negeri 15
56.75
Tinggi
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019
STATUS
Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
9
SMK Negeri 3
57.12
Tinggi
10
SMK Negeri 14
59.18
Tinggi
11
SMK Negeri 9
59.62
Tinggi
12
SMK Negeri 13
60.62
Tinggi
13
SMK Negeri 4
60.81
Tinggi
14
SMK Negeri 10
63.68
Tinggi
15
SMK Negeri 6
66.19
Tinggi
16
SMK Negeri 12
66.43
Tinggi
Sumber: diolah dari dokumen penulis (Rinaldi, 2017)
Dari tabel 4 dapat digambarkan perbandingan tingkat kerentanan Bencana Kebakaran di sekolah-sekolah
SMKN di Kota Bandung seperti terlihat pada gambar 5.
Kerentanan Tinggi
Kerentanan Sangat Tinggi
Gambar 5. Grafik Kerentanan Bencana Kebakaran
Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2017
Pada parameter material struktur rangka atap, rata-rata sekolah berada pada taraf tidak aman. Rata-rata
sekolah menggunakan material struktur rangka atap kayu dan baja ringan. Penggunaan baja ringan dinilai
sangat rentan terhadap bencana kebakaran karena sifat materialnya yang mudah meleleh saat terkena panas
dan menyebabkan cepat runtuhnya penutup atap. Sehingga, durasi evakuasi korban sangat singkat.
3.4 Kerentanan Bencana Banjir
Pada hasil penyajian data rekapitulasi kerentanan risiko bencana dan peringkat sekolah pada
kerentanan bencana banjir di SMK Negeri Kota Bandung, maka diperoleh empat SMK yang memiliki
tingkat kerentanan yang tinggi yaitu, SMK Negeri 9, SMK Negeri 13, SMK Negeri 7, dan SMK Negeri 6.
Sedangkan hanya terdapat 2 (dua) SMK yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi, yaitu SMK Negeri
14 dan SMK Negeri 10.
Tabel 5. Peringkat Sekolah pada Kerentanan Bencana Banjir
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
1
SMK Negeri 10
49,85
Sangat Tinggi
2
SMK Negeri 14
49,85
Sangat Tinggi
3
SMK Negeri 6
64,14
Tinggi
4
SMK Negeri 7
64,14
Tinggi
5
SMK Negeri 13
68,85
Tinggi
6
SMK Negeri 9
68,85
Tinggi
7
SMK PU Negeri
71,28
Sedang
8
SMK Negeri 8
71,28
Sedang
Copyright © 2019, Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
19
Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
9
SMK Negeri 3
71,28
Sedang
10
SMK Negeri 4
76
Sedang
11
SMK Negeri 2
76,14
Sedang
12
SMK Negeri 12
80,85
Sedang
13
SMK Negeri 11
80,85
Sedang
14
SMK Negeri 15
80,86
Sedang
15
SMK Negeri 1
80,86
Sedang
16
SMK Negeri 5
85,71
Sedang
Sumber: diolah dari dokumen penulis (Rinaldi, 2017)
Dari tabel 5 dapat digambarkan perbandingan tingkat kerentanan Bencana Gempa Bumi di sekolah-sekolah
SMKN di Kota Bandung seperti terlihat pada gambar 6.
Kerentanan Sedang
Kerentanan Tinggi
Kerentanan Sangat Tinggi
Gambar 6. Grafik Kerentanan Bencana Banjir
Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2017
Parameter yang tidak terpenuhi standarnya oleh seluruh sekolah adalah kondisi Daerah Aliran Sungai
(DAS). Sedangkan pada parameter drainase yang mencapai standar aman hanya dicapai oleh SMK Negeri 5
Bandung. Sedangkan sekolah lain berada pada taraf rentan dan sangat rentan karena selokan yang tersedia
tidak terurus. Parameter tanggul yang taraf rentan terhadap risiko bencana banjir, karena memiliki kondisi
beresiko roboh apabila terjadi luapan air yang tinggi hanya dialami oleh 2 (dua) sekolah, yaitu oleh SMK
Negeri 10 dan SMK Negeri 14.
Pada parameter drainase yang mencapai standar aman hanya dicapai oleh SMK Negeri 5 Bandung.
Sedangkan sekolah lain berada pada taraf rentan dan sangat rentan karena selokan yang tersedia tidak
terurus. Berbeda dengan parameter tanggul yang taraf rentan terhadap risiko bencana banjirnya hanya
dialami oleh 2 (dua) sekolah, yaitu oleh SMK Negeri 10 dan SMK Negeri 14. Tanggulnya memang tersedia.
Namun, kondisi tanggulnya rentan roboh bila terjadi luapan air yang tinggi.
3.5 Kerentanan Bencana Angin Puting Beliung
Hasil penyajian data rekapitulasi kerentanan risiko bencana dan peringkat sekolah pada kerentanan
angin puting beliung di SMK Negeri Kota Bandung, diperoleh 3 (tiga) SMK yang memiliki kerentanan yang
tinggi, yaitu SMK Negeri 14, SMK Negeri 6, dan SMK Negeri 1.
Tabel 6. Peringkat Sekolah pada Kerentanan Bencana Angin Puting Beliung
NO
20
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
1
SMK Negeri 1
66,27
Tinggi
2
SMK Negeri 6
66,64
Tinggi
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019
Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
3
SMK Negeri 14
67,18
Tinggi
4
SMK Negeri 10
68,18
Sedang
5
SMK Negeri 3
71,27
Sedang
6
SMK PU Negeri
72,09
Sedang
7
SMK Negeri 12
72,63
Sedang
8
SMK Negeri 9
73,18
Sedang
9
SMK Negeri 8
73,36
Sedang
10
SMK Negeri 7
73,91
Sedang
11
SMK Negeri 13
74
Sedang
12
SMK Negeri 5
74,27
Sedang
13
SMK Negeri 11
74,36
Sedang
14
SMK Negeri 4
76,9
Sedang
15
SMK Negeri 2
77,64
Sedang
16
SMK Negeri 15
86,64
Sedang
Sumber: diolah dari dokumen penulis (Rinaldi, 2017)
Pada parameter atap teras, hanya SMK Negeri 15 yang mencapai standar aman. Karena struktur rangka atap
terasnya dibuat terpisah dengan struktur atap utama atau bukan struktur atap perpanjangan. Namun untuk
kemiringan atap, semua sekolah telah mencapai standar aman (30̊ < x < 45̊)
Pada parameter objek berbahaya di sekitar, hanya SMK Negeri 1 yang memiliki kerentanan risiko
bencana angin puting beliung Hal tersebut karena di depan gerbang masuk area sekolah tersebut terdapat
pohon-pohon besar yang berisiko tumbang.
Dari tabel 6 dapat digambarkan perbandingan tingkat kerentanan Bencana Gempa Bumi di sekolahsekolah SMKN di Kota Bandung seperti terlihat pada gambar 7.
Kerentanan Sedang
Kerentanan Tinggi
Gambar 7. Grafik Kerentanan Bencana Angin Puting Beliung
Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2017
3.6 Kerentanan Bencana Tanah Longsor
Berbeda dari bencana lainnya, hasil penyajian data rekapitulasi kerentanan risiko bencana dan
peringkat sekolah pada kerentanan bencana tanah longsor di SMK Negeri Kota Bandung menggambarkan
bahwa SMK Negeri di Kota Bandung berada pada tingkat kerentanan rendah dengan SMK Negeri 5 memilki
tingkat kerentanan tertinggi diantara SMK Negeri lainnya. Hal ini disebabkan karena sekolah berada pada
lereng dengan kemiringan lahan kurang dari 30̊. Selain itu, SMK Negeri 5 pun berada pada wilayah yang
berpotensi besar terkena risiko gempa, seperti terlihat pada tabel 7.
Copyright © 2019, Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
21
Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
Tabel 7. Peringkat Sekolah pada Kerentanan Bencana Tanah Longsor
NO
NAMA SEKOLAH
NILAI
STATUS
1
SMK Negeri 5
79.2
Sedang
2
SMK Negeri 1
100
Rendah
3
SMK Negeri 2
100
Rendah
4
SMK Negeri 3
100
Rendah
5
SMK Negeri 4
100
Rendah
6
SMK Negeri 6
100
Rendah
7
SMK Negeri 7
100
Rendah
8
SMK Negeri 8
100
Rendah
9
SMK Negeri 9
100
Rendah
10
SMK Negeri 10
100
Rendah
11
SMK Negeri 11
100
Rendah
12
SMK Negeri 12
100
Rendah
13
SMK Negeri 13
100
Rendah
14
SMK Negeri 14
100
Rendah
15
SMK Negeri 15
100
Rendah
16
SMK PU Negeri
100
Rendah
Sumber: diolah dari dokumen penulis (Rinaldi, 2017)
Dari tabel 7 dapat digambarkan perbandingan tingkat kerentanan Bencana Gempa Bumi di sekolahsekolah SMKN di Kota Bandung seperti terlihat pada gambar 8.
Kerentanan Sedang
Kerentanan Rendah
Gambar 8. Grafik Kerentanan Bencana Tanah Longsor
Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2017
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kerentanan bencana yang terdapat di Kota Bandung adalah gempa bumi, kebakaran, angin puting
beliung, banjir, dan tanah longsor.
2. Kerentanan bencana yang memiliki frekuensi dan risiko tertinggi di Kota Bandung adalah bencana
kebakaran, diikuti berturut-turut bencana gempa bumi, banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor.
3. SMK Negeri dengan tingkat kerentanan bencana Kebakaran tertinggi adalah SMK Negeri 8. SMK Negeri
dengan tingkat kerentanan bencana Gempa Bumi tertinggi adalah SMK Negeri 11. SMK Negeri dengan
tingkat kerentanan bencana banjir tertinggi adalah SMK Negeri 10. SMK Negeri dengan tingkat
22
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019
Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
kerentanan bencana angin puting beliung adalah SMK Negeri 1, SMK Negeri 6, dan SMK Negeri 14.
SMK Negeri Kota Bandung yang memiliki kerentanan terhadap bencana tanah longsor adalah SMK
Negeri 5.
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh Kepala Sekolah SMKN se-Kota Bandung yang
telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian, serta seluruh Pimpinan Departemen, Dosen,
Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI.
6. Referensi
ADPC. (2003). Community-Based Disaster Risk Management: Field Practitioners. Bangkok Thailand: Asian
Disaster Preparedness Center.
Anonim. (2002). Undang-undang RI Nomor 28 tahun 202 tentang Bangunan Gedung.
Anonim. (2007). Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Retrieved
from https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf
BAPPEDA Provinsi Jawa Barat. (2010). Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010. Bandung. Retrieved from
http://www.bapeda-jabar.go.id/bapeda_design/docs/perencanaan/20070801_102211.pdf?cv=1
BNPB.
(2015).
Kebijakan
Penanggulangan
Bencana.
Jakarta.
Retrieved
from
https://bnpb.go.id/website/asp/berita_list.asp?c=4
Carter, W. N. (1991). Disaster Management, Disaster Manager’s Handbook. Manila: Publication of the
Asian Development Bank.
Kemendikbud. (2015). Modul 1 pilar 1 - fasilitas sekolah aman. Jakarta: Biro Perencanaan dan Kerjasama
Luar Negeri Sekjen Kemendikbud bekerjasama dengan UNICEF.
Kementerian ATR. (2016). Peta Risiko Bencana di Indonesia. Jakarta.
Kodoatie, R. J., & Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Offset. Retrieved from
https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1822_Tata Ruang Air_djvu.txt
Meliano, I. (2015). Analisis Resiko dan Arah Mitigasi Kota Bandung. In Seminar Sosialisasi Hasil Penilaian
Ketahanan Kota Bandung terhadap Bencana. Bandung: Pemerintah Kota Bandung.
Muhammadiyah Disaster Manajemen Center. (2010). Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana di Sekolah. Jakarta. Retrieved from http://eprint.ums.ac.id
Perka Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari
Bencana. Jakarta. Retrieved from https://bnpb.go.id/website/asp/berita_list.asp?c=4
Permana, A. Y. (2011). Penerapan Konsep Perancangan Smart Village sebagai Local Genius Arsitektur
Nusantara. Jurnal Arsitektur Komposisi, 9(1), 24–33.
Permana, A. Y. (2014). Transformasi Gubahan Ruang: Pondokan Mahasiswa di Kawasan Balubur
Tamansari Kota Bandung. Universitas Diponegoro. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/62084/
Permana, A. Y., Soetomo, S., Hardiman, G., & Buchori, I. (2013). Smart Architecture as a Concept of
Sustainable Development in the Improvement of the Slum Settlementarea in Bandung, 2(9), 26–35.
Permana, A. Y., Susanti, I., & Wijaya, K. (2018). The Transformation of Gegerkalong Girang Area,
Bandung City: amid Educative and Religious Areas. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 213(1), 012022. https://doi.org/10.1088/1755-1315/213/1/012022
Permana, A. Y., & Wijaya, K. (2013). Education City As Identity of Bandung City. In International
Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastrcture Development (UHSID) (pp. 15–19).
Semarang: Architecture Departement of Diponegoro University.
Permana, A. Y., & Wijaya, K. (2017). Spatial change transformation of educational areas in Bandung Spatial
change transformation of educational areas in Bandung. In IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science (International Conference on Sustainable in Architecture Design
Urbanism/ICSADU) (Vol. 99, p. 012029). Semarang: IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science. https://doi.org/10.1088/1755-1315/99/1/012029
Rahmat, A., Prianto, E., & Sasongko, S. B. (2018). Studi Evaluasi Model Bentuk Atap Dan Fenomena.
Jurnal Arsitektur Zonasi, 1(2), 112–122. https://doi.org/http://10.17509/jaz.v1i2.13560
Rinaldi, I. R. (2017). Identifikasi Kerentanan Bencana pada SMK Negeri Kota Bandung. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sitinjak, F. (2011). Adaptasi dan antisipasi bencana gempa berdasarkan persepsi masyarakat studi kasus:
kota tarutung. Univesitas Sumatera Utara. Retrieved from http://repository.usu.ac.id
Copyright © 2019, Irfan R. Rinaldi; Asep Yudi Permana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
23
Irfan R. Rinaldi, Asep Yudi Permana., Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah
Volume 2 - Nomor 1 - Februari 2019
Soegiarto, M. (2013). Evaluasi Sarana dan Prasarana Laboratorium Komputer SMK Muhammadiyah
Prambanan Berdasarkan PERMENDIKNAS NO. 40 TAHUN 2008. Universitas Negeri Yogyakarta.
Retrieved from https://eprint.uny.ac.id
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (XIII. Bandung: Alfabet, CV.
Suyono, & Maharani, A. (2011). EVALUASI JALUR EVAKUASI PADA GEDUNG BERTINGKAT 7 LANTAI
(Studi Kasus di Gedung Graha Universitas Widyatama Bandung). Bandung. Retrieved from
http://repository.widyatama.ac.id
Walhi. (2011). Bencana Bukan Murka Melainkan Akumulasi Kerusakan Alam. Nusa Tenggara Timur.
Retrieved from https://walhi.or.id/en/kampanye-dan-advokasi/tematik/kelola-bencana
24
jurnal arsitektur ZONASI : Vol. 2 No. 1, Februari 2019