Papers by Jurnal Ibn Abbas
URNAL IBN ABBAS MERUPAKAN JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ALQURAN DAN TAFSIR (S2) FAKULTAS USH... more URNAL IBN ABBAS MERUPAKAN JURNAL PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ALQURAN DAN TAFSIR (S2) FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM YANG SECARA KOMPREHENSIF MENGKAJI BIDANG ALQURAN DAN ILMU-ILMU ALQURAN BERBASIS TURATS, ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Islam sebagai sebuah ideologitidak dapat dilepaskan dari mazhab pemikiranatau sistem keyakinan. D... more Islam sebagai sebuah ideologitidak dapat dilepaskan dari mazhab pemikiranatau sistem keyakinan. Dalam hal Islam sebagai ideologi dapat dipahami merupakan ajaran, ide, gerakan kemanusiaan, historis dan intelektual, atau dengan kata lain Islam ideologi adalah islamnya seorang intelektual yang tercerahkan. Proses ideologisasi Islam ini tidak bisa dipaksakan ataupun dibayang-bayangi kekuatan di luar diri seorang intelektual, melainkan harus terinternalisasi secara sukarela atas dasar kehendak bebasnya untuk memilih dan menerapkan Islam secara total dalam kehidupannya. Sebagaimana pandangan sosiolog Islam, Ali Shariati, bahwa ideologi bukan semata-mata manifestasi kehendak merdeka seorang intelektual ataupun dipaksakan kehadirannya, jika demikian ia(baca: intelektual tersebut) akan kehilangan ruhnya dan berubah menjadi sekedar sebuah tradisi sosial bagian dari kebudayaan, ia telah kehilangan karakteristik aslinya, sebagaimana diungkapkannya: Islam adalah agama yang dengan segera melahirk...
Al-Hikmah: Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam
Buku ini merupakan kumpulan artikel yang pernah dimuat di harian Mimbar Umum,Harian Waspada dan M... more Buku ini merupakan kumpulan artikel yang pernah dimuat di harian Mimbar Umum,Harian Waspada dan Majalah DInamika IAIN Sumatera Utara dalam kurun waktu 2000-2004. Semula rencana pembukuan tulisan ini sudah dimulai akhir tahun 2004, namun disebabkan oleh beberapa hal sehingga terkendala dan terhenti begitu saja. Adapun tujuan dibukukannya tulisan ini adalah untuk sekedar dokumentasi pribadi penulis agar tulisan tersebut tidak terserak atau bahkan bisa hilang. Selain itu buku ini dapat pula mengingatkan penulis terhadap kegiatan akademik sewaktu duduk di bangku kuliah Fak. Ushuluddin IAIN-SU Medan.
Abstrak Makhluk Allah yang paling sempurna adalah manusia karena diberikan akal, pikiran serta na... more Abstrak Makhluk Allah yang paling sempurna adalah manusia karena diberikan akal, pikiran serta nafsu. Manusia juga diberikan fitrah oleh Allah, salah satunya mencintai atau dicintai (mahabbah) ialah yang dikenal istilah dalam Islam. yaitu cinta yang mendalam seorang hamba kepada Allah. Cinta kasih menurut keyakinan Kristen adalah dapat diungkapkan dalam berbagai cara, seperti belas kasih, kesetiaan, dan kebaikan, karena cinta kasih suatu keutamaan yang khusus menurut kaum Kristiani yang ingin mengikuti Tuhan. Mengkaji mahabbah dan cinta kasih ini bisa menambah wawasan dan meningkatkan keimanan seseorang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pendekatan teologi ialah pendekatan yang cendrung normatif dan subjektif terhadap agama atau disebut juga dengan pendekatan kewahyuan yang bersumber dari kitab-kitab suci, yang mana kitab suci Alquran menjelaskan tentang mahabbah dan cinta kasih di dalam bible . Dari penelitian ini peneliti mengetahui kons...
Jurnal Harakah, 2015
Rausyanfik adalah orang yang tercerahkan, baik dari aspek akademis, sosial, politik, budaya dan k... more Rausyanfik adalah orang yang tercerahkan, baik dari aspek akademis, sosial, politik, budaya dan keagamaan. Ia adalah pembebas.
Rekognisi: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan Volume 1, No.1, 2016 PGSD, Universitas Nahdlatul Ul... more Rekognisi: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan Volume 1, No.1, 2016 PGSD, Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara Preaching congregation in Indonesia initially occurs through informal approach, which continues to formal education. Islamic education informally implemented by adjusting the feelings and the way of life of people at that time. Informal education delivered by oral or oral propoganda and behaviour through direct interaction beetween the giver and the receiver. Over time, informal education through by local people formed the muslim community who have the same desire to practice the teacings of Islam in their daily lives, which is characterized by the construction of a mosque in the area. Formal education was held in institutionalized. Preaching congregation through formal education implemented in the mosque, langgar, boarding, meunasah, rangkang, dayah, and surau. In education institutions, preaching congregation in Indonesia carried out by teachers and clerics.
Fathia Nuzula Rahma, 2018
Abstract
This study explains to mean Qath'iyy and Zhanniyy in terms of the decline in the verses ... more Abstract
This study explains to mean Qath'iyy and Zhanniyy in terms of the decline in the verses of Alquran or in terms of nature. In other terms, Qath'iyy and Zhanniyy can be classified as basic and not basic religion in Islam. Why is it called basic Islamic religion? Because the basic religion are verses or hadith mutawatir that Allah sent down when seen from within him he is Qath'iyy in that which is certain to show. It is no longer necessary for us to look for other meanings of the verse. Because it is very clear what God meant in the verse. The second religion is a non-basic religion, that is, if we trace the entire verse of Alquran that most verses are Zhanniyy. From the point of view we cannot immediately conclude that the purpose of God in the verse is that, therefore interpretation is needed, and judgment of the verse is needed. The results of this interpretation or parade are referred to as non-basic Islamic religion.
Abstrak
Studi ini menerangkan tentang apa yang dimaksud dengan Qath’iyy dan Zhanniyy dari segi turunnya ayat Alquran ataupun dari segi dalalahnya. Dalam istilah lain, Qath’iyy dan Zhanniyy dalalah bisa digolongkan dengan ajaran dasar dan bukan dasar dalam Islam. Mengapa disebut dengan ajaran dasar? Karena ajaran dasar yaitu ayat-ayat atau hadis mutawatir yang Allah turunkan jika dilihat dari dalalahnya dia bersifat Qath’iyy dalalah yaitu yang sudah pasti tunjukannya. Tak perlu lagi kita untuk mencari-cari maksud lain dari ayat tersebut. Karena sudah sangat jelas apa yang Allah maksud dalam ayat tersebut. Ajaran kedua adalah ajaran yang bukan dasar yaitu jika kita telusuri seluruh ayat Alquran bahwa kebanyakan ayat yang bersifat Zhanniyy dari segi dalalahnya. Kita tak bisa langsung menyimpulkan bahwa maksud Allah dalam ayat tersebut adalah demikian, maka dari itu diperlukan adanya penafsiran, dan pentakwilan terhadap ayat tersebut. Hasil dari penafsiran ataupun pentawilannya ini yang disebut sebagai ajaran bukan dasar.
TAFSIR TEMATIK “AL-ILAAH” DAN “AL-RABB”
Abstract
This study to explains conceptual of al-Ilaah and al-Rabb in the thematic review of the ... more Abstract
This study to explains conceptual of al-Ilaah and al-Rabb in the thematic review of the Qur'an. The focus discussion from two terms is detailed with the following sub-problems: what is the substance of the meaning of al-Ilaah and al-Rabb and how the values contained in al-ilaah and al-rabb. The method used is literature and descriptive analysis. The description of al-Ilaah and al-Rabb can be summarized as follows: a) the substantive meaning of al-Ilaah and al-Rabb, is God, worship, to whom beings worship and worship. Furthermore, the creator God is Allah Swt. which nurtures and educates all beings with all perfection, b) the correlation of Islamic aqidah based on the word al-ilaah and al-rabb in everyday life, that with true belief in God as the creator and maintainer of all nature, making a person free from dependence on beings, and c) that Allah Swt. is the God of all nature who has extraordinary power unmatched by His creatures.
Abstrak
Studi ini menjelaskan konsep al-Ilaah dan al-Rabb dalam tinjauan tematik Alquran. Fokus pembahasan dua istilah tersebut dirincikan dengan sub masalah berikut: apakah substansi makna al-Ilaah dan al-Rabb dan bagaimana nilai yang terdapat pada al-ilaah dan al-rabb. Metode yang digunakan adalah kepustakaan dan analisa deskriptif. Uraian tentang al-ilaah dan al-rabb dapat disimpulkan sebagai berikut: a) makna substantif al-Ilaah wa al-Rabb, ialah Tuhan, sembahan, yang kepada-Nya makhluk beribadah dan bertasbih. Selanjutnya, Tuhan pencipta adalah Allah Swt. yang memelihara dan mendidik seluruh makhluk dengan segala kesempurnaan, b) korelasi aqidah Islamiyah yang bersumber pada kata al-ilaah dan al-rabb dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dengan keyakinan yang sejati kepada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara seluruh alam, menjadikan seseorang terbebas dari ketergantungan kepada makhluk, dan c) bahwa Allah Swt. adalah Tuhan seluruh alam yang memiliki kekuatan luar biasa tak tertandingi oleh makhluk-Nya.
MEMANFAATKAN POLIGAMI DI ERA MILENIAL: KAJIAN DALAM TAFSIR AL-MISBAH, 2018
In this paper, the author will discuss polygamy in the Qur'anic perspective. Polygamy has existed... more In this paper, the author will discuss polygamy in the Qur'anic perspective. Polygamy has existed since before Islam came. The nation that runs polygamy is jahiliyyah Arabic. And a country that has already spread widely in the culture of polygamy is the Hebrew state, Russia, Poland, Germany and others. Diversity of Arab cultural society of men allows marrying a number of women who are desired without any ties or conditions. But after the birth of basic Islam and the polygamy law has been published in such a way that men can only marry four people and can be fair. Polygamy is not mandatory and also not sunnah, but polygamy can be said to be mandatory in the view of Islam because with the aim of benefit, and polygamy can spread the sunnah because it can only fulfill its obligations. And allowed polygamy because it is limited to problems that have no way out. If a man is afraid to commit wrongdoing and cannot fulfill his obligations, then the law is illegal for polygamy or marry more than one woman.
AL-MUSYTARAK AL-LAFDZY MENDEKONSTRUKSI ARGUMEN TAFSIR TEKSTUAL, 2018
Salah satu yang dapat mendekontruksi argumen tekstual adalah kaidah-kaidah teks juga, di antarany... more Salah satu yang dapat mendekontruksi argumen tekstual adalah kaidah-kaidah teks juga, di antaranya kaidah al-musytarak al-lafdzi yang sejak generasi awal para mufassir telah meletakkan fondasi dasarnya. Seperti apakah kaidah al-musytarak al-lafdzi ini?. Bagaimana kaidah ini dapat mendekontruksi paham tekstual ini? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan kajian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara mamaparkan data yang berasal dari kajian pustaka kemudian ditarik kesimpulan umum. Hasil kajian ini membuktikan kaidah al-musytarak al-lafdzi dapat menganalisa makna teks agama secara komprehensif. Yaitu dengan memahami makna lafadz dari akar bahasa secara holistik, satu kata memiliki makna ganda, terulang di banyak posisi yang memiliki arti yang berbeda-beda, menggambarkan sebuah makna teks secara komprehensif dan integral. Kajian ini bagian dari upaya dekontruksi pemikiran tekstualis dengan menggunakan instrumen yang mereka gunakan.
ETIKA ALQURAN MENURUT FAZLUR RAHMAN: KONSEPSI IMAN
This study discusses to Fazlur Rahman's thoughts on Qur'anic ethics, because experts often mentio... more This study discusses to Fazlur Rahman's thoughts on Qur'anic ethics, because experts often mention that ethics is not only the basic elan of the Quran (essence in the teachings of Alquran), but also is a universal aspect that exists in every human being. This study uses a qualitative descriptive approach by basing its reading on the existing literature of Fazlur Rahman's works. The results of preliminary research indicate that ethics are integrated in God's relationship, human, and nature that cannot be separated from each other. So the first ethics mentioned in terms of the relationship between God, human beings and nature is conceptualized in the values of security. Therefore the first person must believe in God in all his attitudes by realizing various virtues. So humans carry out the mandate as caliphs on this earth (khafilah fi al-ard).
Metode Hermeneutika Alquran - Muhammad Shahrur, 2018
This study aims to analyze Muhammad Shahrur's Thoughts regarding to hermeneutic method of interpr... more This study aims to analyze Muhammad Shahrur's Thoughts regarding to hermeneutic method of interpreting Alquran. Specifically in the scope epistemological study of the hermeneutical method, Muhammad Shahrur used a theory we called “the boundary theory” to interpret Alquran. This study used a literature study with descriptive analysis and using a discourse analysis approach. The conclusion about Alquran Hermeneutics is an explanation of “The Boundary Theory”, based the minimum and maximum limits. The end result gave birth to an applicative theory namely nazhariyyah al-hudud (limit theory / boundary theory). The boundary theory of Muhammad Shahrur's is consists to be lower limit (al-hadd al-adna / minimal) and the upper limit (al-hadd al-a'la / maximum). In particular, Shahrur's research on several verses of boundary theory provides a clear understanding of the limits that may be exceeded and must not be exceeded. That is to say, there are verses that give a minimum limit signal, there are also verses that give maximum limits, and there are also verses which give a minimum and maximum limit at the same time.
Jurnal Al-Harakah, 2015
Pemikiran Ali Shariati mengenai sosok Rausyanfikr, yakni seorang tokoh intelektual yang mencerahk... more Pemikiran Ali Shariati mengenai sosok Rausyanfikr, yakni seorang tokoh intelektual yang mencerahkan manusia dan ingkungannya.
Penelitian ini dilakukan terhadap buku tafsir karya Ahmad Khan merupakan tafsir yang sedang dirin... more Penelitian ini dilakukan terhadap buku tafsir karya Ahmad Khan merupakan tafsir yang sedang dirintis, belum sempurna dan belum selesai. Ahmad Khan keluar dari tradisi ulama tafsir yang lazim mencari makna leksikal teks dan kemudian ia menerapkan metode tafsir kontekstual adalah suatu tindakan yang sangat luar biasa di zamannya. Buku Tafsir Alquran yang dihasilkan oleh Ahmad Khan tidak sekedar tafsir modern, seperti yang dijuluki oleh banyak ahli, melainkan merupakan suatu kitab tafsir hermeneutik. Walaupun belakangan ini muncul pemikiran para penafsir liberal yang dinilai cukup berani, namun buku tafsir Ahmad Khan belum dapat ditandingi, paling tidak belum dapat dikalahkan kehebatannya. Pikiran-pikiran genial dalam buku tafsir Ahmad Khan luar biasa, seperti baru saja ditulis dan mengikuti perkembangan pemikiran kaum liberal hari ini. Penting dilakukan penelitian terhadap karya Ahmad Khan, seorang pembaru abad 19 di Anak-benua India.
Jurnal Harakah, 2015
Rausyanfik adalah orang yang tercerahkan, baik dari aspek akademis, sosial, politik, budaya dan k... more Rausyanfik adalah orang yang tercerahkan, baik dari aspek akademis, sosial, politik, budaya dan keagamaan. Ia adalah pembebas.
abrar m dawud faza, 2019
Artikel yang mendalami karya Ali Shariati dalam bentuk syair atau puisi, namun ini masih peneliti... more Artikel yang mendalami karya Ali Shariati dalam bentuk syair atau puisi, namun ini masih penelitian pendahuluan. Puisi tersebut diterjemahkan dengan judul "Satu yang diikuti oleh Nol-nol yang tiada habis-habisnya". Dalam puisi ini ternyata Ali Shariati memiliki sisi spiritual yang sangat mendalam dan termasuk kategori nilai-nilai sufistik.
Books by Jurnal Ibn Abbas
Maraimbang, 2010
Buku “Filsafat Fenomenologi: Suatu Pengantar” ini disusun untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan ma... more Buku “Filsafat Fenomenologi: Suatu Pengantar” ini disusun untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan mahasiswa yang mengambil matakuliah “Filsafat Fenomenologi” secara langsung, maupun tidak langsung – misalnya dalam matakuliah “Filsafat Modern, Filsafat Kontemporer dan Fenomenologi Agama”.
Buku ini disusun sebagai langkah pembuka penulis untuk selanjutnya menulis buku “Fenomenologi Agama”, sehingga terdapat keterkaitan yang erat di antara keduanya. Sebab pembahasan mengenai Fenomenologi Agama di dalamnya menggunakan pendekatan filsafat fenomenologi.
Abrar M Dawud Faza (ed.), 2011
Buku daras II ini yang berisikan koleksi tulisan dari beberapa dosen yang membidangi disiplin kel... more Buku daras II ini yang berisikan koleksi tulisan dari beberapa dosen yang membidangi disiplin kelimuan adalah “bunga rampai” dari kajian keislaman yang dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam memahami secara utuh dari ilmu-ilmu khas Ushuluddin. Oleh karenanya, dalam pemilihan tulisan yang dihimpun dalam buku ini, diupayakan mewakili dari pengkajian Islam yang sudah menjadi kekhasan dalam ilmu Uahulddin yaitu bidang Aqidah dan Filsafat, Tafsir dan Hadis, Perbandingan Agama dan Politik Islam.
Abrar M Dawud Faza (ed.), 2018
Buku yang ada di tangan Pembaca ini, tidak hanya men-jadi ikhtiar untuk memustahilkan pemisahan a... more Buku yang ada di tangan Pembaca ini, tidak hanya men-jadi ikhtiar untuk memustahilkan pemisahan antara politik de-ngan agama, atau membumikan agama dengan politik secara bersamaan,tetapi juga membangkitkan kesadaran baru dan upaya yang serius dalam menggali konsep politik dari hadis-hadis Nabi Muhammad saw., yakni “Hadis-Hadis Politik”. Hadis-hadis politik dikaji secara akademis-ilmiah, mulai dari menunjukkan redaksi lengkap hadis, takhrīj hadis, sampai pada penjelasan hadis secara substansial-kontekstual. Tidak hanya itu, buku ini juga memberikan sedikit gambaran historis berupa asbāb al-wurūd, dan bagaimana kontekstualisasinya dalam konteks ke¬kinian atau al-asbāb al-wuqu‘iyyah al-‘ashriyah narasi politik.
Selain narasi mengenai relasi agama dan negara, buku ini juga menguraikan banyak isu-isu tentang politik yang berkem-bang dan menarik untuk didiskusikan, seperti tentang keadilan, kepemimpinan perempuan, kepemimpinan non muslim, wacana khilafah, hubungan muslim-non muslim, hak azasi manusia, jihad dan terorisme dan suksesi kepemimpinan pasca kenabian.
Uploads
Papers by Jurnal Ibn Abbas
This study explains to mean Qath'iyy and Zhanniyy in terms of the decline in the verses of Alquran or in terms of nature. In other terms, Qath'iyy and Zhanniyy can be classified as basic and not basic religion in Islam. Why is it called basic Islamic religion? Because the basic religion are verses or hadith mutawatir that Allah sent down when seen from within him he is Qath'iyy in that which is certain to show. It is no longer necessary for us to look for other meanings of the verse. Because it is very clear what God meant in the verse. The second religion is a non-basic religion, that is, if we trace the entire verse of Alquran that most verses are Zhanniyy. From the point of view we cannot immediately conclude that the purpose of God in the verse is that, therefore interpretation is needed, and judgment of the verse is needed. The results of this interpretation or parade are referred to as non-basic Islamic religion.
Abstrak
Studi ini menerangkan tentang apa yang dimaksud dengan Qath’iyy dan Zhanniyy dari segi turunnya ayat Alquran ataupun dari segi dalalahnya. Dalam istilah lain, Qath’iyy dan Zhanniyy dalalah bisa digolongkan dengan ajaran dasar dan bukan dasar dalam Islam. Mengapa disebut dengan ajaran dasar? Karena ajaran dasar yaitu ayat-ayat atau hadis mutawatir yang Allah turunkan jika dilihat dari dalalahnya dia bersifat Qath’iyy dalalah yaitu yang sudah pasti tunjukannya. Tak perlu lagi kita untuk mencari-cari maksud lain dari ayat tersebut. Karena sudah sangat jelas apa yang Allah maksud dalam ayat tersebut. Ajaran kedua adalah ajaran yang bukan dasar yaitu jika kita telusuri seluruh ayat Alquran bahwa kebanyakan ayat yang bersifat Zhanniyy dari segi dalalahnya. Kita tak bisa langsung menyimpulkan bahwa maksud Allah dalam ayat tersebut adalah demikian, maka dari itu diperlukan adanya penafsiran, dan pentakwilan terhadap ayat tersebut. Hasil dari penafsiran ataupun pentawilannya ini yang disebut sebagai ajaran bukan dasar.
This study to explains conceptual of al-Ilaah and al-Rabb in the thematic review of the Qur'an. The focus discussion from two terms is detailed with the following sub-problems: what is the substance of the meaning of al-Ilaah and al-Rabb and how the values contained in al-ilaah and al-rabb. The method used is literature and descriptive analysis. The description of al-Ilaah and al-Rabb can be summarized as follows: a) the substantive meaning of al-Ilaah and al-Rabb, is God, worship, to whom beings worship and worship. Furthermore, the creator God is Allah Swt. which nurtures and educates all beings with all perfection, b) the correlation of Islamic aqidah based on the word al-ilaah and al-rabb in everyday life, that with true belief in God as the creator and maintainer of all nature, making a person free from dependence on beings, and c) that Allah Swt. is the God of all nature who has extraordinary power unmatched by His creatures.
Abstrak
Studi ini menjelaskan konsep al-Ilaah dan al-Rabb dalam tinjauan tematik Alquran. Fokus pembahasan dua istilah tersebut dirincikan dengan sub masalah berikut: apakah substansi makna al-Ilaah dan al-Rabb dan bagaimana nilai yang terdapat pada al-ilaah dan al-rabb. Metode yang digunakan adalah kepustakaan dan analisa deskriptif. Uraian tentang al-ilaah dan al-rabb dapat disimpulkan sebagai berikut: a) makna substantif al-Ilaah wa al-Rabb, ialah Tuhan, sembahan, yang kepada-Nya makhluk beribadah dan bertasbih. Selanjutnya, Tuhan pencipta adalah Allah Swt. yang memelihara dan mendidik seluruh makhluk dengan segala kesempurnaan, b) korelasi aqidah Islamiyah yang bersumber pada kata al-ilaah dan al-rabb dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dengan keyakinan yang sejati kepada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara seluruh alam, menjadikan seseorang terbebas dari ketergantungan kepada makhluk, dan c) bahwa Allah Swt. adalah Tuhan seluruh alam yang memiliki kekuatan luar biasa tak tertandingi oleh makhluk-Nya.
Books by Jurnal Ibn Abbas
Buku ini disusun sebagai langkah pembuka penulis untuk selanjutnya menulis buku “Fenomenologi Agama”, sehingga terdapat keterkaitan yang erat di antara keduanya. Sebab pembahasan mengenai Fenomenologi Agama di dalamnya menggunakan pendekatan filsafat fenomenologi.
Selain narasi mengenai relasi agama dan negara, buku ini juga menguraikan banyak isu-isu tentang politik yang berkem-bang dan menarik untuk didiskusikan, seperti tentang keadilan, kepemimpinan perempuan, kepemimpinan non muslim, wacana khilafah, hubungan muslim-non muslim, hak azasi manusia, jihad dan terorisme dan suksesi kepemimpinan pasca kenabian.
This study explains to mean Qath'iyy and Zhanniyy in terms of the decline in the verses of Alquran or in terms of nature. In other terms, Qath'iyy and Zhanniyy can be classified as basic and not basic religion in Islam. Why is it called basic Islamic religion? Because the basic religion are verses or hadith mutawatir that Allah sent down when seen from within him he is Qath'iyy in that which is certain to show. It is no longer necessary for us to look for other meanings of the verse. Because it is very clear what God meant in the verse. The second religion is a non-basic religion, that is, if we trace the entire verse of Alquran that most verses are Zhanniyy. From the point of view we cannot immediately conclude that the purpose of God in the verse is that, therefore interpretation is needed, and judgment of the verse is needed. The results of this interpretation or parade are referred to as non-basic Islamic religion.
Abstrak
Studi ini menerangkan tentang apa yang dimaksud dengan Qath’iyy dan Zhanniyy dari segi turunnya ayat Alquran ataupun dari segi dalalahnya. Dalam istilah lain, Qath’iyy dan Zhanniyy dalalah bisa digolongkan dengan ajaran dasar dan bukan dasar dalam Islam. Mengapa disebut dengan ajaran dasar? Karena ajaran dasar yaitu ayat-ayat atau hadis mutawatir yang Allah turunkan jika dilihat dari dalalahnya dia bersifat Qath’iyy dalalah yaitu yang sudah pasti tunjukannya. Tak perlu lagi kita untuk mencari-cari maksud lain dari ayat tersebut. Karena sudah sangat jelas apa yang Allah maksud dalam ayat tersebut. Ajaran kedua adalah ajaran yang bukan dasar yaitu jika kita telusuri seluruh ayat Alquran bahwa kebanyakan ayat yang bersifat Zhanniyy dari segi dalalahnya. Kita tak bisa langsung menyimpulkan bahwa maksud Allah dalam ayat tersebut adalah demikian, maka dari itu diperlukan adanya penafsiran, dan pentakwilan terhadap ayat tersebut. Hasil dari penafsiran ataupun pentawilannya ini yang disebut sebagai ajaran bukan dasar.
This study to explains conceptual of al-Ilaah and al-Rabb in the thematic review of the Qur'an. The focus discussion from two terms is detailed with the following sub-problems: what is the substance of the meaning of al-Ilaah and al-Rabb and how the values contained in al-ilaah and al-rabb. The method used is literature and descriptive analysis. The description of al-Ilaah and al-Rabb can be summarized as follows: a) the substantive meaning of al-Ilaah and al-Rabb, is God, worship, to whom beings worship and worship. Furthermore, the creator God is Allah Swt. which nurtures and educates all beings with all perfection, b) the correlation of Islamic aqidah based on the word al-ilaah and al-rabb in everyday life, that with true belief in God as the creator and maintainer of all nature, making a person free from dependence on beings, and c) that Allah Swt. is the God of all nature who has extraordinary power unmatched by His creatures.
Abstrak
Studi ini menjelaskan konsep al-Ilaah dan al-Rabb dalam tinjauan tematik Alquran. Fokus pembahasan dua istilah tersebut dirincikan dengan sub masalah berikut: apakah substansi makna al-Ilaah dan al-Rabb dan bagaimana nilai yang terdapat pada al-ilaah dan al-rabb. Metode yang digunakan adalah kepustakaan dan analisa deskriptif. Uraian tentang al-ilaah dan al-rabb dapat disimpulkan sebagai berikut: a) makna substantif al-Ilaah wa al-Rabb, ialah Tuhan, sembahan, yang kepada-Nya makhluk beribadah dan bertasbih. Selanjutnya, Tuhan pencipta adalah Allah Swt. yang memelihara dan mendidik seluruh makhluk dengan segala kesempurnaan, b) korelasi aqidah Islamiyah yang bersumber pada kata al-ilaah dan al-rabb dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dengan keyakinan yang sejati kepada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara seluruh alam, menjadikan seseorang terbebas dari ketergantungan kepada makhluk, dan c) bahwa Allah Swt. adalah Tuhan seluruh alam yang memiliki kekuatan luar biasa tak tertandingi oleh makhluk-Nya.
Buku ini disusun sebagai langkah pembuka penulis untuk selanjutnya menulis buku “Fenomenologi Agama”, sehingga terdapat keterkaitan yang erat di antara keduanya. Sebab pembahasan mengenai Fenomenologi Agama di dalamnya menggunakan pendekatan filsafat fenomenologi.
Selain narasi mengenai relasi agama dan negara, buku ini juga menguraikan banyak isu-isu tentang politik yang berkem-bang dan menarik untuk didiskusikan, seperti tentang keadilan, kepemimpinan perempuan, kepemimpinan non muslim, wacana khilafah, hubungan muslim-non muslim, hak azasi manusia, jihad dan terorisme dan suksesi kepemimpinan pasca kenabian.