Academia.eduAcademia.edu

PERAN PELAYANAN SEKOLAH MINGGU DALAM ORGANISASI GEREJA

Sekolah Minggu saat ini identik dengan kegiatan anak-anak di Gereja. Mungkin masih sedikit orang yang mengetahui bahwa pada awal berdirinya, Sekolah Minggu benar-benar terpisah dari Gereja secara kelembagaan atau organisasi. Kenapa demikian? Bagaimana sehingga Sekolah Minggu mejadi salah satu bagian terpenting yang terintegrasi dengan Gereja?

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Masalah 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penulisan 2 Batasan Penulisan 2 BAB II SEKOLAH MINGGU DAN GEREJA 3 Sejarah Singkat Sekolah Minggu 3 Pengertian Pelayanan Sekolah Minggu 4 Posisi Sekolah Minggu dalam Organisasi Gereja 5 Peran Sekolah Minggu dalam Gereja 7 BAB III PENUTUP 8 Kesimpulan 8 Aplikasi 8 DAFTAR PUSTAKA 9 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dunia anak merupakan dunia yang cukup rumit dipahami oleh orang dewasa, sekalipun semua orang dewasa pernah tinggal di dalamnya. Salah satu penyebab kerumitan tersebut adalah perubahan total antara anak-anak dan orang dewasa. Perkembangan dunia dalam segala bidang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut menuntut perubahan di segala bidang, untuk menyesuaikan dengan ritme perkembangan itu sendiri. Adi W. Gunawan mengutip pernyataan Darwin bahwa setiap individu yang tidak bisa menyesuaikan diri akan musnah atau tidak bisa bertahan hidup. Sekalipun banyak yang beranggapan bahwa Darwin adalah tokoh, kontroversial, namun berdasarkan riset, teorinya bisa dibenarkan. Perubahan tidak dapat dihindari. Kalau sekitar dua puluh tahun yang lalu, masih mudah dijumpai anak-anak usia sekolah yang bermain outdor dengan permainan yang berdasarkan ketangkasan fisik (lompat tali, bentengan, kasti dll.), tapi saat ini lebih muda menjuampai anak yang menyendiri ataupun berkelompok sambil main gadget. Pemandangan ini bukan hanya terjadi di dunia anak secara umum tapi juga sampai di dunia anak dalam gereja atau di kenal dengan Anak Sekolah Minggu. Gereja sebagai tubuh Kristus yang mrupakan kumpulan orang-orang percaya yang dipanggil keluar dari gelap kedalam terang, bukan hanya terdiri dari jemaat yang berusia dewasa tetapi termasuk di dalamnya anak-anak. Itulah sebabnya gereja merasa perlu untuk memberikan perhatian khusus dalam dunia anak yang cukup rumit seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apa tanggung jawab gereja terhadap pelayanan Anak? Dimana posisi pelayan Anak dalam organisasi gereja? Dan Apa peran pelayanan Anak dalam Gereja? Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi posisi pelayanan anak dalam organisasi gereja. Memahami peran Pelayanan Sekolah Minggu dalam struktur organisasi gereja. Sebagai salah satu bahan acuan dalam memaksimalkan peran gereja terhadap pelayanan anak. Batasan Penulisan Penulis menyadari bahwa pembahasan tentang Sekolah Minggu dan organisasi gereja cukup luas, maka makalah ini dibatasi pada sejarah singkat berdirinya Sekolah Minggu, persinggungan dengan gereja dan posisinya dalam gereja modern secara umum. BAB II SEKOLAH MINGGU DAN GEREJA Sejarah Singkat Sekolah Minggu Sekolah Minggu merupakan kegiatan pendidikan bagi anak-anak yang lazim diadakan oleh gereja-gereja masa kini. Namun demikian tidak semua orang tahu bagaimana asal mula adanya Sekolah Minggu. Pendidikan iman untuk anak memang dapat ditelusuri dari tradisi Yahudi dan awal kekristenan, namun istilah “Sekolah Minggu” sebagai wadahnya baru terjadi pada abad 18-19. Sekolah Minggu tidak dapat dipisahkan dari tokoh pemrakarsanya, yaitu Robert Raikes (1736-1811). Robert Raikes bukanlah seorang teolog atau pendeta, melainkan seorang wartawan, pemilik sebuah percetakan/penerbit harian di Gloucester, Inggris. Latar belakang situasi zamannya adalah revolusi industri yang menyebabkan banyak orang melakukan urbanisasi ke kota-kota untuk mencari pekerjaan di pabrik-pabrik. Di antara kaum pekerja itu terdapat juga anak-anak, yang karena pekerjaan tidak dapat bersekolah. Hari Minggu, sebagai satu-satunya hari libur, mereka pergunakan untuk melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak itu, namun merupakan perbuatan onar bagi masyarakat sekitarnya. Karena di antara anak-anak itu ada yang melakukan kejahatan, maka mereka dipenjara. Robert Raikes, yang banyak menulis di surat kabar miliknya, Gloucester Journal, tergerak untuk menuliskan pemikiran-pemikirannya yang tidak menyetujui penjara bagi anak-anak. Raikes menganjurkan agar anak-anak itu diberi pendidikan. Gagasannya ia wujudkan pada tahun 1780, ketika ia memulai suatu sekolah pada hari Minggu di rumahnya sendiri. Ia menggaji seorang guru untuk mengajar anak-anak itu membaca, menulis, hidup sopan, dan mengenal cerita-cerita Alkitab. Acara Sekolah Minggu perdana adalah pukul 10.00-12.00 belajar membaca; kemudian murid pulang ke rumah untuk makan siang; pukul 13.00 kembali berkumpul untuk bersama-sama ke gereja, dilanjutkan menghafal katekismus sampai pukul 17.00. Sekalipun sering ditentang oleh majikan yang tidak suka buruh-buruhnya mampu membaca (siapa tahu ada yang membaca revolusi Perancis, kemudian memperjuangkan hal yang sama di Inggris), Sekolah Minggu yang dipelopori Raikes berkembang dengan pesat di seluruh Inggris. Ketika Raikes meninggal dunia, murid Sekolah Minggu di Inggris telah mencapai 400.000 orang lebih. Namun demikian ada versi lain yang menyebutkan bahwa Sekolah Minggu merupakan usaha kerja sama antara Thomas Stock, pendeta dan kepala sekolah katedral di Gloucester, dan Robert Raikes. Barangkali ini juga benar, namun yang mempopulerkan Sekolah Minggu ke khalayak luas adalah Raikes, melalui surat kabarnya. Dari sejarah mulainya Sekolah Minggu ini, jelaslah bahwa pada mulanya Sekolah Minggu ditujukan bagi anak-anak miskin dan tidak terikat pada salah satu denominasi. Bahkan dapat dikatakan Sekolah Minggu merupakan gerakan kaum awam dalam menjawab situasi kongkret yang mendesak saat itu. Sampai Sekolah Minggu berkembang di Amerika Serikat gerakan kaum awam interdenominasional ini masih berlanjut. Namun demikian, perlahan-lahan Sekolah Minggu kemudian menjadi bagian dari kehidupan gereja. Pengertian Pelayanan Sekolah Minggu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pelayanan” berarti perihal atau cara melayani; usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Kata “pelayanan” dalam bahasa Yunani adalah διακονία yang berarti attendance (as a servant, etc.) atau kehadiran sebagai hamba/pelayan. Dapat juga berarti Ministry yang Webster Dictionary berarti “Ecclesiastical function; agency or service of a minister of the gospel or clergyman in the modern church, or of priests, apostles and evangelists in the ancient.” Yang dapat diartikan sebagai agen pelayanan dalam lingkup gerejawi oleh para imam, rasul dan penginjil. Secara umum, sekolah Minggu adalah suatu kegiatan atau proses pendidikan yang dilakukan pada hari Minggu. Dalam hal ini adalah pendidikan yang berhubungan dengan iman Kristen. Jika dilihat dari sejarahnya, maka subjek dari Sekolah Minggu itu adalah anak-anak miskin yang terabaikan di hari minggu. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan Sekolah Minggu adalah suatu keterpanggilan untuk melayani seperti hamba dengan sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pelayan-pelayan gereja kepada anak-anak dalam hal pendidikan dan pola hidup kristiani kepada anak-anak yang dilakukan pada hari minggu. Posisi Sekolah Minggu dalam Organisasi Gereja Jika ditinjau dari sudut sejarah, maka proses berdirinya sekolah Minggu sebagai suatu lembaga dapat dikatakan cukup unik. Sekolah Minggu tumbuh dan berkembang di luar Gereja secara organisasi. Robert raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu bukanlah tokoh Gereja ataupun pendeta. Beliau adalah seorang penerbit surat kabar yang terbeban untuk mengajar anak-anak miskin dan kurang berpendidikan. Sekolah Minggu kemudian berkembang seiring dengan perkembangan Gereja namun untuk melaksanakan misi pendidikannya, mereka bekerja cenderung diluar struktur formal gereja. Biasanya setiap sekolah Minggu memilih kepala, wakil, sekretaris dan berbagai komisi. Secara praktis, Sekolah Minggu melaksanakan sebagian dari mandat mengajar yang diberikan Tuhan kepada gereja-Nya, tetapi bukan sebagai lembaga yang diawasi leh gereja itu sendiri. Di kebanyakan tempat, Sekolah Minggu dan jemaat gereja hibup berdampingan. Majelis jemaat urusan biasa di jemaat, sedangkan pengurus Sekolah Minggu melaksanakan tugas mendidik yang berbeda daripada kelas katekisasi. Secara organisatoris, cukup lama Sekolah Minggu berjalan berirngan dengan Gereja dalam fungsi pendidikan akan iman kristiani, walau terkadang terjadi gesekan karena perbedaan dasar pandangan maupun fokus pelayanan yang berlaku. Perkembangan sekolah Minggu juga merambah sampai ke Belanda dan berkembang cukup pesat. Berbeda dengan di Amerika, Inggris maupun negara eropa lainnya, kerjasama antara Sekolah Minggu dan gereja di Belanda terjalin lebih baik. Kerjasama ini kemudian mendorong orang-orang di gereja untuk terlibat langsung dalam mendirikan Sekolah Minggu mendukung sepenuhnya kegiatan ini dan hasilnya jumlah Sekolah Minggu di Belanda bertambah dan menjadi bagian dalam pelayanan gereja. Pola organisasi seperti di Belanda ini kemudian berkembang sampai ke daerah-daerah kekuasaan Belanda termasuk di Indonesia dengan menjadikan Sekolah Minggu sebagai bagian dari pelayanan gereja. Hal ini dapat dilihat dalam struktur organisasi gereja-gereja arus utama di Indonesia dimana Sekolah Minggu merupakan bagian yang tak terpisahkan. Dalam struktur organisasi HKBP berikut ini misalnya, dengan jelas dapat dilihat bahwa posisi Sekolah Minggu berada di bawah koordinasi ketua dewan Koinonia di masing-masing jemaat. STRUKTUR SINODE HKBP Berbeda dengan HKBP, gereja-gereja yang tergabung dalam aliran masehi injili (GMIM, GPIB, GMIT dll.) menempatkan pelayanan Sekolah Minggu dalam kategorial Anak mulai dari struktur Sinode sampa ke aras jemaat. Demikian juga di Gereja Betel Indonesia, pelayanan Sekolah Minggu masuk dalam Departemen Pemuda dan Anak (DPA) di tingkat Sinode kemudian sampai ke tingkat jemaat sesuai dengan kondisi jemaat. Dalam awal masa berdirinya Sekolah Minggu sendiri, terdapat pembagian devisi dalam organisasi internal berdasarkan pengelompokan usia untuk memaksimalkan pelayanan. Clarence H. Benson membagi dalam tiga devisi yaitu; Children’s division (devisi anak-anak) 0-11 tahun, Adolescent division (Devisi Pemuda/remaja)12-24 tahun dan Adult division (devisi dewasa) 25 tahun keatas. Melalui penjelasan di atas, maka dapat dilihat posisi pelayanan Sekolah Minggu sejak berdirinya sampai pada gereja modern saat ini. Bahwa ternyata Sekolah Minggu secara organisasi mampu mandiri sejak awal berdirinya, namun lebih efektif ketika menjadi bagian dalam pelayanan bersama dengan gereja sebagai mandataris Amanat Agung. Peran Sekolah Minggu dalam Gereja Setelah melihat sejarah perkembangan Sekolah Minggu serta bagaimana posisinya secara organisasi baik saat terpisah dari organisasi gereja maupun ketika bergabung dalam pelayanan bersama gereja, maka dapat ditarik suatu asumsi bahwa Sekolah Minggu memegang peranan yang cukup penting dalam perjalanan gereja. Adapun hal-hal yang membuat peran pelayanan Sekolah Minggu sangat penting bagi gereja antara lain: Anak merupakan jiwa yang sama berharganya dengan orang dewasa. Anak merupakan generasi penerus gereja. Anak lebih mudah belajar dan diajar. Betapa pentingnya pelayanan untuk anak sehingga Tuhan Yesus menjadikannya contoh dalam ilustrasinya. Mengetahui posisi Sekolah Minggu yang tepat dalam gereja sangat membantu efektivitas pelayanan Gereja secara menyeluruh. Gereja jadi lebih memiliki sumber daya yang tepat dalam melayani anak-anak di jemaat. Dengan demikian, maka pelayanan Anak Sekolah minggu yang maksimal dalam gereja merupakan jawaban atas panggilan Tuhan untuk memenuhi Amanat Agung. Selain itu, dengan mengajar Anak Sekolah Minggu, maka gereja sedang mempersiapkan generasi-generasi penerus dalam mengemban misi Amanat Agung itu sendiri. BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dilihat bahwa pelayanan Sekolah Minggu merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa dilepaskan dari tanggung jawab gereja. Sekalipun dalam sejarahnya Sekolah Mingu terkesan berdiri sendiri dalam hal organisasi, namun kerja sama dengan gereja merupakan suatu langkah maju dalam mengefektifkan pelayanan yang ada. Beberapa gereja modern saat ini menempatkan pelayanan Sekolah Minggu dalam posisi yang cukup strategis karena Sekolah Minggu bukan hanya sekedar mengajar anak-anak di hari Minggu melainkan suatu proses mempersiapkan kader-kader gereja yang militan dan mengerti kebenaran dasar iman Kristen. Aplikasi Dalam sistem oraganisasi gereja, pelayanan Sekolah Minggu harus ditempatkan pada posisi yang berhubungan langsung dengan jemaat sehingga jemaat khususnya anak-anak bisa merasakan secara langsung kasih Tuhan. Jemaat juga harus mengubah anggapan bahwa pelayanan Sekolah Minggu hanya merupakan pelayanan penitipan anak. Gereja harus benar-benar mempersiapkan tenaga-tenaga pelayan Sekolah Minggu yang berkualitas sehingga tidak terkesan asal-asalan saja, yang penting anak-anak tidak mengganggu kebaktian orang dewasa. Gereja juga harus senantiasa mengingatkan kepada jemaat bahwa pelayanan Sekolah Minggu bukan merupakan pelayanan tambahan melainkan pelayanan yang sangat penting terutama dalam meneruskan tongkat estafet pelayanan DAFTAR PUSTAKA Benson, Clarence H. The Sunday School in Action. Chicago: Moody Press. 1966. Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. jilid I. Jakarta. BPK Gunung Mulia. 1991. Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. jilid II. Jakarta. BPK Gunung Mulia. 1991. Gunawan, Adi W. Born To Be A Genius. Jakarta: Gramedia. 2003. Kawangung, Abson. Reformasi Total. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2016. Lynn, Robert W. and Elliott Wright. The Big Little School: 200 Years of the Sunday School. Birmingham and Nashville: Religious Education Press and Abingdon Press. 1971. Strong, James. Greek Dictionary of New Testament. Tennessee: Thomas Nelson Inc.1995. Webster Dictionary. E-Sword Software Version 11.0.6,. Copyright © .2000-2016 https://naposobulungtamanadiyasa.files.wordpress.com/2014/09/bagan.png, diakses tanggal 24 Januari 2017 KBBI Online. http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pelayanan. diakses tanggal 24 Januari 2017. 10